Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
2.6 Diagnosis...................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Etiologi
Epilepsi bukan merupakan penyakit menular. Secara garis besar, etiologi
epilepsi dibedakan menjadi dua yaitu idiopatik dan simptomatik:7
1. Idiopatik,
Disebut dengan etiologi primer. Dalam kasus ini epilepsi tidak dapat
diketahui secara pasti penyebabnya dan menjadi pertanda bahwa terdapat
kelainan otak.
2. Simptomatik.
Disebut dengan etiologi sekunder yaitu epilepsi yang diketahui
penyebabnya. Terdapat adanya kelainan jaringan otak disebabkan oleh
kelainan bawaan sejak lahir, kerusakan pada saat lahir ataupun pada masa
perkembangan. Penyebab lainnya antara lain cedera kepala berat, stroke yang
membatasi jumlah oksigen ke otak, infeksi otak, tumor otak dan sindrom
genetik tertentu.
b. Kejang umum
1. Kejang umum dapat terjadi karena gangguan sel saraf yang terjadi pada
daerah Kejang absence (petit mal)
Kejang ini ditandai dengan hilangnya kesadaran yang berlangsung sangat
singkat sekitar 3 hingga 30 detik. Jenis kejang ini jarang dijumpai dan umumnya
hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja. Sekitar 15-20% anak-anak
menderita kejang tipe ini. Penderita tiba-tiba melotot atau matanya berkedip-kedip
dengan kepala terkulai. Kejang ini kemungkinan tidak disadari oleh orang di
sekitarnya. Petit mal terkadang sulit dibedakan dengan kejang parsial sederhana
atau kompleks, atau bahkan dengan gangguan attentiondeficit.
Selain itu terdapat jenis kejang atypical absence seizure, yang mempunyai
perbedaan dengan tipe absence. Sebagai contoh atypical absence seizure
mempunyai jangka waktu gangguan kesadaran yang lebih panjang, serangan
terjadi tidak tiba-tiba, dan serangan kejang diikuti dengan tanda gejala motorik
yang jelas. Kejang ini diperantarai oleh ketidaknormalan yang menyebar dan
multifokal pada struktur otak. Kadangkala diikuti dengan gejala keterlambatan
mental. Kejang tipe ini kurang efektif dikendalikan dengan antiepilepsi
dibandingkan tipe kejang absence kejang ini memiliki efek yang lebih serius pada
pasien.
3. Kejang atonik
Serangan tipe atonik ini jarang terjadi. Pasien dapat tiba-tiba mengalami
kehilangan kekuatan otot yang mengakibatkan pasien terjatuh, namun dapat
segera pulih kembali. Terkadang terjadi pada salah satu bagian tubuh, misalnya
mengendurnya rahang dan kepala yang terkulai.
4. Kejang mioklonik
Kejang tipe ini ditandai oleh kontraksi otot-otot tubuh secara cepat, bilateral,
dan terkadang hanya terjadi pada bagian otot-otot tertentu. Biasanya terjadi pada
pagi hari setelah bangun tidur, pasien akan mengalami hentakan yang terjadi
secara tiba-tiba.
Terapi Non-Farmakologi
Terapi non farmakologi pada epilepsi14
a. Diet Ketogenik
Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak, cukup protein dan rendah
karbohidrat. Pada diet ketogenik menyediakan cukup protein untuk
pertumbuhan, tetapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan metabolisme tubuh.
Sehingga tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi yang
menghasilkan senyawa keton yang diperkirakan memiliki kontribusi terhadap
pengontrolan kejang.3
b. Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk pasien yang tetap mengalami
kejang meskipun sudah mendapat lebih dari 3 jenis antikonvulsan, adanya
abnormalitas fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas epilepsi.
Tindakan bedah yang dianjurkan yaitu pada lobus temporalis, karena epilepsi
yang disebabkan oleh adanya lesi pada lobus temporalis paling sering terjadi
dan seringkali tidak peka terhadap penggunaan terapi antiepilepsi.3
c. Stimulasi Nervus Vagus
Stimulasi nervus vagus (Vagal nerve stimulator, VNS) dapat mengubah
konsentrasi neurotransmitter inhibisi dan eksikatori pada cairan serebrospinal
serta mengaktifkan area tertentu di otak dan mengatur aktivitas korteks
melalui peningkatan aliran darah. Pada terapi ini presentase pasien yang
mengalami pengurangan frekuensi kejang berkisar antara 23% hingga 50%.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi orang-orang dari
segala usia di seluruh dunia. Gangguan ini ditandai dengan kejang berulang, yang
merupakan manifestasi klinis dari sengatan listrik tiba-tiba dan singkat. Episode
kejang yang terjadi tersebut merupakan hasil dari pelepasan listrik yang
berlebihan dalam kelompok sel-sel otak. Epilepsi bukan merupakan penyakit
menular. Secara garis besar, etiologi epilepsi dibedakan menjadi dua yaitu
idiopatik dan simptomatik.
Terapi pada pasien epilepsi bertujuan untuk mengontrol atau mengurangi
frekuensi dan tingkat keparahan kejang, meminimalkan efek samping, dan
memastikan kepatuhan dan memungkinkan pasien untuk dapat hidup senormal
mungkin. Terapi epilepsi meliputi terapi farmakologi dan non- farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sigar RJ. Gambaran Fungsi Kognitif pada Pasien Epilepsi di Poliklinik Saraf
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5,
Nomor 2, Juli-Desember 2017. 338-348
4. Khairin, K., Zeffira, L. and Malik, R., 2020. Karakteristik Penderita Epilepsi
di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. Health & Medical
Journal, 2(2), pp.16-26.
9. Berg AT, Berkovic SF, Brodie MJ. Revised terminology and concepts for
organization of seizures and epilepsies: report of the ILAE Commission on
Classification and Terminology, 2005-2009. Epilepsia. 2010;51:676-85.
11. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bocagz A, Cross JH, Elger CE, dkk.
ILAE official report: A practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia.
2014;55:475-82.
13. Dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S . Pedoman Standar Pelayanan Medik dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. Refika Aditama,2013
14. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and management of
epilepsies in children and young people: a national clinical guideline. Tersedia
di: www.sign.ac.uk/guidelines/fulltext/81