Anda di halaman 1dari 1

Nama : Rafli Rohmannuuru SHA

NIM : 20812144047

Kelas : Akuntansi B20

Tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih belum optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi
hal ini adalah biaya kepatuhan pajak atau tax compliance cost. Secara teori biaya kepatuhan pajak
adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Konsep biaya ini tidak terbatas pada biaya dengan nilai nominal (direct money cost), namun juga dapat
berupa biaya terkait waktu (time cost), dan psikologis dari wajib pajak itu sendiri (psychological cost).
Pada studi yang dilakukan oleh University of New South Wales (UNSW) terkait metode dalam mengukur
biaya kepatuhan pajak khusus nya PPn, dilakukan survey pada 13 negara maju dan berkembang
sehingga dapat dilakukan komparasi. Terdapat 4 indikator utama yang diidentifikasi yang membedakan
dengan riset lainnya, antara lain kompleksitas regulasi pajak, jumlah dan frekuensi persyaratan yang
harus dipenuhi, kapabilitas otoritas pajak dalam memenuhi layanan dan kebutuhan kepatuhan
kewajiban, serta biaya dan manfaat terkait dengan tindakan kepatuhan.

Saya setuju dengan konsep tax compliance cost sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak, maupun empat faktor kunci biaya kepatuhan pajak yang dikemukakan
narasumber. Seorang wajib pajak tidak sekedar berhadapan dengan kewajiban membayar pajak, namun
juga menerima berbagai macam beban/ biaya lain yang dikeluarkan sebelum atau bahkan sesudah
pelaporan terjadi/ post-compliance cost (sanksi administrasi karena keterlambatan pembayaran atau
pelaporan). Biaya ini antara lain, yaitu direct money cost (beban yang dapat diukur dengan nilai nominal)
seperti pembayaran akuntan, konsultan pajak, biaya kendaraan ke kantor pajak, biaya penggunaan
aplikasi dari PJAP, atau juga biaya menghadapi penyelesaian sengketa pajak. Lalu, time cost (beban
waktu yang diperlukan dalam memproses pembayaran kewajiban pajak) seperti waktu mengisi SPT,
mengisi formulir-formulir yang diperlukan, tax management, menghitung pajak yang perlu dibayar. Dan
juga psychological cost (beban psikologis yang dirasakan oleh wajib pajak ketika melakukan pembayaran
pajak) seperti kecemasan, stress, dan tekanan mental ketika berhadapan dengan AR dan pemeriksa.
Seluruh biaya ini adalah beban yang perlu ditanggung oleh wajib pajak sehingga tentu saja akan sangat
mempengaruhi tingkat tax compliance.

Langkah DJP dalam menerapkan e-filling dan e-tax lainnya memang secara signifikan menurunkan biaya
ini. Akan tetapi, masih ada masalah-masalah lainnya yang perlu diselesaikan apabila ingin menarik
kepercayaan wajib pajak. Saya setuju dengan apa yang diucapkan oleh Ibu Christine Tjen tentang
Omnibus Law klaster Perpajakan yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pajak dengan keringanan
terkait sanksi Wajib Pajak. Akan tetapi, seperti yang beliau katakan, dalam penerapannya pemerintah
perlu memberikan kejelasan regulasi (tidak multitafsir) agar tidak ada uncertainty yang tentu akan
kembali berpengaruh pada tax compliance cost.

Anda mungkin juga menyukai