2. Kompetensi Dasar :
3.25 Menjelaskan karakteristik, pengertian, dan jenis-jenis utang obligasi
4.25 Mencatat transaksi yang terkait dengan utang obligasi
No Hari/Tanggal Tempat
1. Rabu Kelas yang kosong
2. Jumat Ruang guru
Lampiran 1
Materi: Utang Obligasi
1.Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
2.Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
a.Berdasarkan waktu jatuh tempo:
1) Obligasi Biasa (Term Obligasi): obligasi yang berlaku hanya satu periode.
2) Obligasi Berseri (Serial Bond): obligasi yang berlaku lebih dari satu periode
b.Dilihat dari sisi penerbit:
1) Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk
badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
2) Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
3) Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
c. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
1) Zero coupon bond, yaitu obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar
coupon (bunga) secara periodik kepada pemegangnya.
2) Coupon bond (fixed coupun bond & Floating coupon bond), yaitu obligasi yang
mewajibkan penerbit untuk membayar coupon (bunga) secara periodik baik tetap
(fixed coupon bond) maupun bunga mengambang (floating coupon bond)
5. Kompetensi Dasar :
3.27 Menjelaskan pengertian pembubaran persekutuan, keadaan yang
menyebabkan pembubaran persekutuan, dan masuk/keluarnya anggota persekutuan
serta penyatuan/peleburan persekutuan
4.27 Mencatat transaksi keuangan yang terkait dengan pembubaran persekutuan
karena perubahan pemilik.
Lampiran
Materi :Pembubaran Persekutuan
1.Pengertian
“suatu persekutuan dinyatakan dibubarkan apabila perjanjian bersama yang semula diadakan
untuk menjalankan usaha bersama-sama telah berakhir.”
2.Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya pembubaran persekutuan
Pembubaran atas dasar perjanjian persekutuan (act of the parties),karena:
Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian atau tercapainya tujuan.
Persetujuan bersama.
Pengunduran diri seorang anggota persekutuan.
Pembubaran atas dasar bekerjanya undang-undang,karena:
Kematian seorang atau beberapa anggota persekutuan.
Bangkrutnya seorang atau lebih anggota atau persekutuan.
3.Kejadian-kejadian tertentu yang mengakibatkan tidak dapat bertindaknya perusahaan yang
disebabkan oleh perbuatan individu anggota yang membawa nama persekutuan.
Ada perang di dalam suatu negara dari salah seorang anggota (persekutuan).
Pembubaran atas dasar keputusan pengadilan, antara lain dalanr keadaan sebagai
berikut :
Ketidakmampuan seorang anggota untuk memenuhi kewajibannya terhadap
perjanjian persekutuan.
Tindakan seorang anggota yang mengakibatkan tidak ada keserasian dalam usaha
yang sedang berjalan.
Perselisihan intern di antara anggota.
Tidak mungkin lagi untuk mendapatkan keuntungan secara kontinyu dari usaha
Alasan lainnya yang mengakibatkan pembubaran misalnya kecurangan atau penyajian
yang keliru di dalam pembentukan formasi persekutuan.
4.Persoalan akuntansi dalam pembubaran persekutuan
Masalah masuknya seorang atau lebih anggota baru.
Pengunduran diri seorang anggota.
Kematian seorang anggota atau lebih.
Penyatuan dan atau perubahan bentuk badan usaha.
5.Masalah masuknya seorang atau lebih anggota baru
Seseorang yang akan masuk ke dalam persekutuan dapat memasukkan modal dengan cara :
Membeli sebagian atau seluruhnya dari bagian modal (penyertaan) seorang atau lebih
anggota lama (tidak ada kekayaan baru yang diterima oleh persekutuan);
Menanamkan kekayaan pada persekutuan, sehingga kekayaan persekutuan bertambah
2.Kompetensi Dasar :
3.27 Menjelaskan pengertian keunggulan, kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam
sewa guna usaha serta pencatatan terkait dengan transaksi sewa guna usaha
4.27 Mencatat transaksi keuangan yang terkait dengan masalah sewa guna usaha
3.Indikator Ketercapaian / Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran siswa diharapkan mampu :
1.Menjelaskan pengertian keunggulan, kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa
guna usaha serta pencatatan terkait dengan transaksi sewa guna usaha
2.Mampu melakukan pencatatan transaksi keuangan yang terkait dengan masalah
sewa guna usaha
1. Perusahaan sewa guna usaha di indonesia lebih dikenal dengan nama leasing, yang artinya
adalah......
a. Usaha yang bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal
yang di inginkan oleh nasabah
b. Barang-barang modal dapat disewa atau dibeli secara kredit
c. Pihak leasing dapat membiayai keinginan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati
d. Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang berdiri sendiri
e. Leasing tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberi
simpanan
2. Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah ....
a. Lembaga pembiayaan
b. Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan
c. Perjanjian antara lesoor dengan lessee
d. Wewenang untuk melakukan usaha leasing
e. Ketentuan mengenai usaha leasing
3. Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan menyediakan berbagai macam
barang modal, adalah pengertian dari ....
a. Lessee
b. Leasing
c. Operating lease
d. Lessor
e. Finance lease
4. Lembaga pembiayaan menurut ketentuan dimungkinkan untuk melakukan salah satu dari
kegiatan pembiayaan seperti dibawah ini, kecuali ......
a.Finance lease
b. Leasings
c. Ventura capital
d. Factoring
e. Consumer finance
5. Dibawah pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah.....
a. Ventura capital, factoring
b. Lessor, lessee, supplier, dan asuransi
c. Finance lease, operating lease
d. Direc finance lease, sales, dan lease back
e. Independent leasing, captive lessor dan lease brokera.
6. Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi kedalam tiga
kelompok, yaitu......
a.Lessor, lessee, suplier, dan asuransi
b. Finance lesae, operating lease, dan leasing
c. Independent leasing, captive lessor dan lease broker
d. Direc finance leasing, sales dan lease back
e.Ventura capital, factoring, dan credit card
7. Di bawah ini merupakan jenis-jenis dari kopersai yang berkembang pada saat ini,
Kecudi.....
a. Koperasi lembaga pembiayaan
b. Koperasi produksi
c. Koperasi konsumsi
d. Koperasi sinpan pinjam
e. Koperasi serba guna
8. Biaya bunga yang di bebankan kepada peminjam, semakin banyak uang yang disalurkan
akan memperbesar keuntungan koperasi. Pernyataan di atas merupakan....
a. Keuntungan koperasi
b. Tujuan koperasi
c. Manfaat koprasi
d. Fungsi koperasi
e. Hakekat koperasi
9. Pendiri lembaga koperasi adalah orang yang membuat kesepakatan dengan akte notaris,
kemudian di daftar ke Kanwil Departemaen koperasi setempat untuk mendapatkan
pengesahannya, jumlah minimal anggotantanya terdiri dari.....
a. 20 orang
b. 10 oran
c. 30 orang
10. Tujuan dari didirikannya koperasi simpan pinjam di Indonesia adalah......
a. Mengurangi pengganguran
b. Meringaakan beban ekonomi masyarakat
c. Tempat untuk menyimpan dan meminjam uang
d. Selain anggota koperasi, masyrakat umum juga bisa meminjam uang
e. Mengutakan pinjaman kepada para anggota dengan bunga yang relatif murah
Lampiran
Materi : Manajemen Sewa Guna Usaha
1.Pengertian
a) Kegiatan Sewa Guna Usaha Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) rnaupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
b) Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha, di mana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan
nilai sisa yang disepakati.
c) Operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu :
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hat ini pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang.
b. Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada
akhir perjanjian.
Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 4 (empat) ciri yaitu:
Ketiga : Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset).
Keempat : Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur
ekonomi barang tersebut.
Usaha leasing di Indonesia pada prinsipnya masih relatif baru. Kegiatan usaha ini secara
formal baru diperkenalkan pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No.
Kep.122/MK/IV/2/1974, No. 32/ M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari
1974 tentang Perizinan usaha leasing.
Dengan Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 sebagai bagian dari deregulasi 20 Desember
1988 atau Pakdes, diperkenalkan suatu lembaga pembiayaan yang salah satu bidang usahanya
adalah leasing. Meskipun sebelum itu usaha leasing telah dilakukan, namun dalam
pelaksanaannya usaha leasing dilakukan secara tersendiri. Dengan dibentuknya lembaga
pembiayaan, maka leasing termasuk bidang usaha lembaga pembiayaan di samping factoring,
modal ventura, kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Dalam ketentuan lebih lanjut, usaha
modal ventura, dikeluarkan dari bidang usaha lembaga pembiayaan dan terus dilakukan
secara terpisah dengan badan hukum tersendiri.
1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor
bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa jasa
yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara
berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya,
pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan
nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di
samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap
kerusakan.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa
melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam
operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
4. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam mekanisme leverage lease di
mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier
dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank. untuk memperoleh
barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan tipe ini
berdiri sendiri atau independen dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai pihak
produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee).
Perusahaan dapat membelinya dari berbagai, supplier atau produsen kemudian di-lease
kepada pemakai.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat
pula disebut sebagai lessor independen. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai
lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan
pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor independen dapat pula
memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor
program.
b. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leasing
sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier
berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan dapat
meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan
pembiayaan tradisional.
Captive lessor in[ sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas
perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee
atau pemal:ai barang.
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker leasing
berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang
modal dengan cara leasing. Broker leasing biasanya tidak memiliki barang atau peralatan
untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Di samping itu perusahaan broker
leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang
dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang
perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Leasing mengandung arti suatu penjanjian
antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut
merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease).
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar
dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu:
a.Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih
barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik barang
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing.Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran sewa
secara berkala sebesar jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual
value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing.
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi.
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread.
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellable), atau
akan dikenakan denda.
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23.
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut true-lease, atau
disingkat direct lease saja; merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli
suatu barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkutan. Spesifikasi barang yang akan di-lease tersebut
termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama
lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan cara
leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi dan
atau meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order
pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee.
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale and lease
back).
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee.
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan proses
produksi atau peningkatan kapasitas produksi.
Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prinsipnya adalah pihak lessee
sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa
guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual
barang untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini
dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di
sini bersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat
adanya masalah impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan
kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal
yang semula tidak melalui transaksi lease. Dengan adanya kendala atau masalah impor
barang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka
pengadaan suatu barang modal, umumnya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama
sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.
Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan kembali
kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui dalam kontrak
leasing.
d.Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam finance
lease yang digunakan lessor.
Menurut teknik ini, di samping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka
panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang
memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan
pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya disediakan
oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya. Status
kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya
adalah objek leasing itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada
jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung
jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
e.Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas
suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko tidak
bersedia, atau karena alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri
suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk
memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing
melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud. Selanjutnya,
dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu
lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan
pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di
mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini
kadangkadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing internasional
karena transaksi yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan
ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung
banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum,
perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan
oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Namun untuk
mempermudah pelaksanaan transaksi tersebut banyak transaksi leasing internasional tidak
dilakukan sebagaimana mekanisme leasing yang sebenarnya. Transaks leasing biasanya
dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli
barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi
lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing.
g.Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang
dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau
menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor
program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau
ditentukan oleh pembeli (lessee), selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee
dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
h.Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease-kan.
Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala
tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut
berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di-lease-kan atau melalui beberapa
kontrak leasing lainnya.
Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu
perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis
barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan
barangtersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu atau
disebut cancellable.
Kegiatan operating lease di beberapa negara, termasuk Indonesia tidak begitu umum dilaku-
kan. Hal ini akibat adanya alasan-alasan tertentu, antara lain tidak tersedianya dukungan
pasar sekunder atas barang bekas leasing dan alasan-alasan teknis lainnya, misalnya
diperlukannya tempat atau gudang penampungan.
Dalam suatu transaksi leasing, lessor adalah pemilik atas objek leasing, sementara lessee
hanyalah pemakai saja. Di samping itu kontrak leasing bersifat non-cancelled artinya kontrak
tidak dapat dibatalkan kecuali terjadi hal-hal yang berupa kelalaian. Lessee memiliki hak opsi
(option right) untuk membeli objek leasing sesuai dengan nilai sisa barang. Sedangkan sewa
menyewa menurut KUH Perdata Pasal 1548 disebutkan bahwa:
"Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya ".
Dengan definisi sewa menyewa seperti tersebut di atas akan terlihat perbedaan prinsipil sewa-
menyewa dengan leasing yang terletak pada tidak adanya hak opsi bagi penyewa untuk
membeli barang yang disewanya tersebut.
Secara umum sewa beli dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu "persetujuan antara pihak
penjual barang dengan penyewa, di mana penyewa berhak menggunakan barang yang
bersangkutan untuk suatu jangka waktu yang disepakati bersama dengan pembayaran secara
berkala yang ditetapkan oleh penjual barang". Dalam definisi ini hak pemilikan atas barang
tersebut berada pada pihak penjual dan akan beralih kepada pihak penyewa begitu
pembayaran berkala tersebut telah lunas. Dari definisi tersebut terlihat bahwa perbedaan
sewa-beli dengan leasing adalah pada sewa-beli hak milik secara mutlak beralih kepada
penyewa pada akhir perjanjian dan semua pembayaran telah dibayar penuh. Sementara dalam
leasing hak kepemilikan tidak mutlak langsung beralih kepada penyewa (lessee) tetapi
terdapat hak opsi yaitu apakah penyewa akan memiliki barang tersebut dengan cara
membelinya seharga nilai sisa atau memperpanjang penggunaan barang tersebut dengan
memperbarui perjanjian leasing atau akan mengembalikannya kepada pemilik atau lessor.
Kegiatan transaksi yang hampir menyerupai leasing adalah jual beli dengan cicilan.
Persamaannya terletak pada pembayaran secara berkala atau penggunaan suatu barang atas
suatu harga yang disepakati. Sedangkan perbedaannya adalah dalam hal jual beli dengan
cicilan pemilikan barang beralih pada saat dilakukannya transaksi. Sementara dalam leasing
hak pemilikan tetap pada lessor. Jual beli adalah suatu persetujuan di mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain membayar
harga sesuai yang telah dijanjikan. Sebagai jaminan atas barang yang dijual dalam metode
jual beli dengan cicilan, terutama kelangsungan pembayaran cicilan secara teratur selama
periode yang disepakati kedua pihak, maka antara penjual dengan pembeli mengadakan
ikatan secara notarial penyerahan hak milik.
Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam memenuhi berbagai
kebutuhan pihak lessee. Fleksibilitas leasing sebagai sumber pembiayaan antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut:
yaitu suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee melakukan pembayaran
baik dalam rangka untuk meningkatkan (step-up lease) maupun untuk mengurangi atau
menurunkan (step-down lease) jangka waktu leasing, guna mengatasi keterbatasan arus
kas lessee.
yaitu suatu perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki pihak lessee untuk
melakukan pembayaran selama pada periode atau bulan-bulan tertentu setiap tahunnya.
Skipped payment lease distruktur untuk memenuhi kebutuhan musiman atau untuk
mengatasi masalah arus kas yang sedang dihadapi oleh lessee.
Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang di-
lease apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan dan
penggantian komponen tertentu. Penukaran dengan barang lain yang sejenis selama
barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya pemeliharaan dan
penundaan.
Leasing dengan cara ini memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lessee yang
memungkinkan meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan kapasitas atau
efisiensi. Upgrade lease dapat pula dilakukan dengan menukar barang atau peralatan
yang di-lease dengan peralatan yang sejenis tetapi lebih canggih akibat terjadinya
perkembangan teknologi.
Master lease merupakan suatu cara leasing di mana lessor memberikan lease line credit
yang memungkinkan lessee untuk menambah barang atau peralatan untuk di-lease
(sampai maksimum jumlah clan periode tertentu), dengan persyaratan yang sama seperti
kontrak sebelumnya, tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing
baru.
Kadang-kadang perjanjian atau kontrak leasing dilakukan dengan jangka waktu yang
relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang di lease. Selama
jangka waktu percobaan tersebut lessee akan memutuskan apakah barang yang
bersangkutan akan di-lease sampai jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih
penting apakah barang tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan lessee. Hal
tersebut akan menghilangkan risiko spekulasi bagi lessee dalam usaha memperoleh
suatu barang.
a.Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
b.Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee
sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan
pendapatan yang dihasilkan objek yang dilease.
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas
kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut
adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh
pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan
pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga
merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan
untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
d.Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi.
Pengaruh finasial yang timbul dari transaksi leasing adalah berapa besarnya uang sewa atau
angsuran yang harus dibayar kepada lessor sampai akhir periode kontrak. Besarnya angsuran
sewa atau lease payment yang dibayarkan lessee merupakan penjumlahan dari bunga dan
cicilan pokok atau dengan kata lain angsuran leasing terdiri dari unsur bunga dan pokok.
Besarnya lease payment setiap periode ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Nilai Barang Modal. Nilai barang modal pada prinsipnya merupakan penjumlahan
harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir periode kontrak. Nilai tersebut
merupakan pula nilai kontrak leasing.
b. Simpanan Jaminan. Simpanan jaminan atau security deposit dalam transaksi jual beli
biasa fungsinya barangkali dapat dikatakan sebagai uang jaminan atau uang muka lessee
atas suatu kontrak leasing. Besarnya simpanan jaminan ini tergantung pada kesepakatan
antara lessor dengan lessee. Namun umumnya, simpanan jaminan tersebut besarnya
berkisar l0%-20% dari harga barang. Hal tersebut berarti pembiayaan bersih lessor
berkisar antara 80%-90%. Dalam hubungannya dengan pembayaran sewa, semakin besar
simpanan jaminan, semakin kecil pembayaran sewanya.
c. Nilai Sisa. Nilai sisa atau residual value adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang
modal yang di-lease pada akhir masa kontrak. Pada akhir kontrak ini sering nilai sisa terse
but jumlahnya relatif lebih besar terutama apabila umur ekonomis barang modal yang di-
lease-kan tersebut melebihi jangka waktu kontrak. Metode apa pun yang dipilih atau
digunakan dalam menentukan pembayaran uang sewa guna usaha, nilai sisa barang modal
yang diperkirakan di akhir kontrak merupakan hal yang penting dipertimbangkan untuk
menetapkan harga dari setiap jenis sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa
merupakan sumber utama pemasukan bagi lessor. Semakin tinggi perkiraan nilai sisa,
semakin kecil pembayaran sewa yang dikenakan lessor. Misalnya, apabila lessor
memperkirakan akan menjual barang modal pada akhir jangka waktu kontrak leasing
sebesar 10% dari total harga, berarti lessor hanya membutuhkan 90% dari harga barang
tersebut melalui pembayaran sewa.
Jangka waktu yang umum dilakukan di Indonesia berkisar antara 2 sampai 5 tahun.
Semakin lama jangka waktu lease ini semakin rendah pula pembayaran sewa. Pada akhir
jangka waktu leasing, lessor memberikan kesempatan pada lessee untuk memilih salah
satu dari 3 alternatif berikut:
1) Mengembalikan barang modal tanpa timbul kewajiban, kecuali mungkin biaya
pembongkaran (deinstallation) dan biaya transportasi bila ada.
2) Membeli barang modal dengan harga yang ditetapkan berdasarkan tafsiran
harga pasar pada akhir kontrak (fair market value purchase option) atau membeli
barang tersebut berdasarkan perjanjian yang disetujui pada awal, kontrak (fixed
purchase option).
3) Memperpanjang jangka waktu leasing dengan harga yang ditentukan kembali.
e. Tingkat Bunga. Tingkat bunga yang umum digunakan dalam perhitungan pembayaran
leasing adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung
berdasarkan besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diinginkan
lessor. Tingkat keuntungan ini sering juga disebut spread. Biaya dana lessor dihitung
berdasarkan tingkat bunga (prime rate) yang diberikan bank. Spread sesungguhnya
bukanlah merupakan total keuntungan lessor karena dalam spread sebenarnya termasuk
pula antara lain unsur biaya overhead.