TOXOPLASMOSIS IN PREGNANCY
Disusun oleh:
Nanda Lisisina 030.15.130
Feren Pramiswari H 030.16.056
Petrus Danurdara W 030.16.165
Pembimbing :
Ambar Wahyuningsih Roestam
2.1 Definisi
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasite protozoa intraseluler
obligat Toxoplasma gondii. Sebagian besar infeksinya bersifat asimptomatik, tetapi implikasi
pada ibu hamil beragam. Pada ibu hamil dapat timbul aborsi spontan, bayi lahir mati, atau
persalinan premature ditambah dengan berbagai abnormalitas pada fetus.(3)
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, diperkirakan sebesar 8-22% terinfeksi toksoplasmosis, dan
diperkirakan juga prevalensi yang sama di Inggris. Di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan
Eropa diperkirakan prevalensi toksoplasmosis mencapai 30-90%.(4) Prevalensi toksoplasmosis di
berbagai daerah Indonesia berkisar antara 2-51%. Pemeriksaan antibody pada donor darah di
Jakarta memperlihatkan 60% di antaranya mengandung igG terhadap parasit tersebut. (3)
Prevalensi toksoplasmosis di Indonesia diduga terus meningkat seiring dengan perubahan pola
hidup yang ada pada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang mengalami
keguguran di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Hasan Sadikit 51,48%
positif terinfeksi toxoplasma gondii.
2.5 Diagnosis
Toksoplasmosis kongenital hanya akan terjadi jika seorang wanita mendapat infeksi
selama hamil. Satu-satunya cara untuk menentukan infeksi adalah dengan skrining serologi.
Tidak semua wanita hamil menunjukkan gejala saat terinfeksi toksoplasmosis dan hanya
sebagian kecil janin yang menunjukkan tanda abnormal yang dapat dideteksi dengan
ultrasonografi rutin. Hal ini menjadi pertimbangan perlunya skrining dan tes serial
terhadap setiap wanita hamil. Beberapa negara yang mengimplementasikan program skrining
rutin prenatal.
Gambar 2.2. Alur diagnosis toxoplasmosis kongenital
Siklus hidup T.gondii terbagi menjadi dua yaitu siklus hidup seksual yang terjadi pada
kucing dan hewan sebangsanya dan siklus hidup aseksual yang terjadi pada beragam organisme
selain kucing. Kucing merupakan hospes definitive karena dalam sel epitelium usus halus kucing
terjadi perkembangan stadium seksual maupun aseksual. Siklus hidup seksual dimulai dari
ookista maupun kista jaringan yang menginvansi sel mukosa usus kecil kucing sehingga
terbentuk schizont yang kemudian berkemang menjadi gametosit. Setelah terjadi fusi antar gamet
jantan dan betina maka terbentuklah ookista yang kemudian keluar dari sel hospes menuju ke
lumen usus kucing dan dikeluarkan bersama feses. Ookista jika tertelan hospes intermediate
seperti tikus, kambing dan juga manusia dapat terjadi siklus hidup aseksual. Ookista terbuka dan
mengeluarkan 8 sporozoit di dalam duodenum manusia atau hewan, kemudian menembus
dinding usus dan mengikuti sirkulasi darah dan menginvasi berbagai sel terutama makrofag.
2.7 Transmisi
Manusia dapat terinfeksi oleh T.gondii dengan berbagai cara. Penularan toxoplasmosis
umumnya terjadi melalui rute oral yaitu secara tidak sengaja menelan ookista dari tanah yang
terkontaminasi misalnya melalui sayur, buah-buahan yang tidak dicuci, sumber air minum yang
terkontaminasi, susu yang tidak dipasteurisasi, mengkonsumsi daging yang tidak dimasak
dengan baik. Pada saat manusia memakan daging berisi kista yang mengandung bradizoit,
dinding kista akan pecah di dalam lambung host dan bradizoit yang tahan terhadap peptidase
lambung dilepaskan dan menginvasi usus halus. Penularan toxoplasma dapat terjadi secara
langsung melalui transfuse darah atau transplantasi organ, karena takizoit maupun bradizoit
dapat dikultur dari darah yang diletakkan pada pendingin atau dibekukan, hal ini merupakan
sumber infeksi bagi individu yang mendapat transfuse darah. Infeksi toxoplasma juga pernah
dilaporkan terjadi pada penerima transplantasi ginjal dan jantung yang sebelumnya tidak
terinfeksi.
2.8 Pencegahan
Beberapa hal paling penting dalam pencegahan toksoplasmosis ialah higiene, mencuci
tangan setelah menyentuh daging mentah dan menghindari feses kucing. Hindari makanan yang
terkontaminasi dan masak daging dengan tepat. Pencegahan sekunder terdiri dari diagnosis awal
pada ibu, fetus dan bayi baru lahir dan menghindari tindakan yang dapat menyebabkan transmisi
parasit secara transplasental, melalui intervensi terapi pada ibu hamil dan anak‐anak yang
memperlihatkan infeksi akut. Pencegahan tersier berkonsentrasi pada diagnosis awal melalui
kadar antibodi spesifik IgA dan IgM dalam darah yang diambil dari bayi baru lahir,
memperkenankan pelaksanaan rezim terapi untuk mencegah atau mengurangi risiko sekuale
Tabel 1. Analisis PICO
The one Health Approach to Prevalence and Risk Factors for Prevalence of Toxoplasma gondii and
Toxoplasmosis: Epidemiology, Toxoplasmosis in Middle Java, Associated Risk Factors among
Control and prevention strategies Indonesia (2016) Pregnant Women Attending Hospital
(2019) Centers in Penka-Michel, Cameroon
(2018)
The one Health Approach to Prevalence and Risk Factors for Prevalence of Toxoplasma gondii and
Toxoplasmosis: Epidemiology, Control Toxoplasmosis in Middle Java, Indonesia Associated Risk Factors among
and prevention strategies (2019) (2016) Pregnant Women Attending Hospital
Centers in Penka-Michel, Cameroon
(2018)
Topik Intervensi One Health dalam Analisis prevalensi dan faktor risiko Menentukan seroprevalensi Toxoplasma
pengendalian toxoplasmosis berdasarkan toxoplasmosis di Jawa Tengah, Indonesia. gondii antibodi igG spesifik pada wanita
pendekatan transdisclipinary, integrative
hamil dan mengidentifikasi faktor risiko
research dan pengembangan kapasitas.
predisposisi toksoplasmosis di Penka-
Mivhel, area pedesaan di bagian barat
Kamerun.
Populasi Dokter, Ahli kesehatan masyarakat, Masyarakat Cluster 1 (Purworejo dan Wanita hamil usia 15-50 tahun yang
Dokter hewan dan Ahli biologi. Kebumen). Cluster 2 (Cilacap dan datang ke Rumah Sakit yang dipilih
Banyumas). Cluster 3 (Purbalingga, periode April sampai Juli 2014.
Banjarnegara dan Wonosobo)
Lokasi Amerika Jawa Tengah, Indonesia Kamerun
Faktor Manusia: konsumsi sayuran yang Manusia: konsumsi daging kurang Usia wanita
resiko terkontaminasi dan daging matang dan sayur mentah, Usia kehamilan
mentah atau setengah matang konsumsi air tanpa di filtrasi, Tingkat Pendidikan
yang terinfeksi, meminum air pekerjaan bertani terjadi kontak Pekerjaan
yang terkontaminasi, transfusi langsung dengan tanah, interaksi Riwayat kebidanan (jumlah
darah atau transplantasi organ, dengan kucing liar, pola hidup dan kehamilan dan aborsi)
transmisi intrauterin atau status social ekonomi. Frekuensi konsumsi daging
transplasenta dan minum susu Hewan: kucing dan hewan ternak. (sedikit daging dalam seminggu
tidak dipasteurisasi. Lingkungan: letak geografis (suhu lebih sering, beberapa daging
Hewan: konsumsi daging mentah. >290C, daerah dataran rendah, dalam sebulan sebagai sering
Lingkungan: populasi kucing liar kelembapan dan dekat sungai) dan jarang / tidak pernah) dan
yang tinggi. jenis daging (daging sapi, domba,
ayam, babi) sayuran dan buah-
buahan (mentah atau tidak)
Preferensi memasak (mentah
atau kurang matang atau
matang)
Memiliki kucing (luar atau dalam
ruangan)
Paparan tanah (pekerjaan atau
hobi)
Pengetahuan tentang
toksoplasmosis.
Research Apakah intervensi yang tepat dalam Berapa prevalensi dan apa yang menjadi Berapa prevalensi wanita hamil yang
pengendalian toxoplasmosis berdasarkan faktor risiko terkait toxoplasma di Jawa
question terkena toxoplasmosis dan karakteristik
pendekatan transdisclipinary, integrative Tengah?
research dan pengembangan? sosiodemografi dan faktor resiko apa
yang berhubungan dengan seropositive
toxoplasma?
Metode Article Review Cross Sectional Cross Sectional
Penerapan Manusia: Edukasi mengenai rute Manusia: Mengukur IgG dan IgM Manusia:
intervensi penularan dan pencegahan Anti-Toxoplasma pada manusia Mengukur IgG Anti-Toxoplasma
One Health secara tepat. Melakukan program untuk menemukan toxoplasma. pada wanita hamil untuk
screening pada wanita hamil dan Hewan: Melakukan upaya pada menemukan toxoplasma
bayi baru lahir. Pemberian vaksin. kucing dan hewan ternak untuk Mengumpulkan dan
Hewan: Melakukan pemeriksaan menemukan toxoplasma menganalisis data yang berisi
dan pemberian vaksin Lingkungan: melakukan filtrasi parameter sosiodemografi dan
Lingkungan: Pemantauan pada sumber air dan tempat faktor risiko predisposisi
penyakit tingkat populasi dan tinggal tidak dekat dengan sungai. terhadap toksoplasmosis
penciptaan kesehatan berbasis
ekosistem (pengaturan kucing liar
yang berkeliaran bebas sesuai)
- Prevalensi
Alat-alat baru seperti landscape Prevalensi toksoplasmosis di Jawa
- Prevalensi wanita hamil terkena
epidemiology dan web-based Tengah adalah 62,5%.
toxoplasmosis di Cameroon
Hasil google analytics telah Faktor resiko:
adalah 35.77%.
dikembangkan untuk menilai dan Ketinggian pada atau di bawah
- Faktor risiko
memantau pathogen 200m berisiko lebih tinggi
- Wanita hamil yang tidak
Penciptaan sistem surveilens dibandingkan dengan ketinggian
mempunyai pengetahuan
untuk hewan dan ekosistem dan lebih dari 200 m (OR = 56,19 CI =
tentang toxoplasmosis
adaptasi sistem kesehatan untuk 27,65–114,23; P <0,001).
mempunyai risiko dibandingkan
negara dengan penghasilan Pekerjaan sehari-hari atau aktivitas
wanita hamil yang punya
rendah kontak langsung dengan daging
pengetahuan tentang
Pemfokusan dalam mentah berisiko lebih tinggi
toxoplasmosis (OR = 4.518; CI =
Hasil pengembangan vaksin dibandingkan dengan yang tidak
2.585 – 7.898; P = 0.0001)
Pengembangan dan standarisasi rutin kontak dengan daging
- Wanita hamil yang makan daging
tes diagnostic untuk infeksi mentah (OR = 1.77; CI = 1.27–2.47;
mentah atau setengah matang
toksoplasma P = 0.001).
mempunyai risiko dibandingkan
Pembuatan peraturan tentang Tidak menyaring air berisiko lebih
tidak wanita hamil yang makan
populasi kucing liar di satu tinggi dibandingkan dengan daging mentah atau setengah
wilayah menyaring air (OR = 1,74; OR = matang (OR = 0.6170; CI = 0.3900
Pembuatan penangkaran hewan 1,74; P = 0,003). – 0.9760; P = 0.0426)
Tinggal di daerah dengan populasi
- Usia Wanita hamil tidak
kucing yang tinggi berisiko lebih
berhubungan dengan terjadinya
tinggi dibandingkan dengan tinggal toxoplasmosis pada wanita hamil
di daerah dengan populasi kurcing (P = 0,0749)
yang rendah (OR = 1,42; CI = 1,02–
- Graviditas tidak berhubungan
1,98; P = 0,045). dengan terjadinya toxoplasmosis
pada wanita hamil (P = 0,6878)
Tabel 3. Penerapan Pendekatan One Health dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian di Indonesia
Domain Upaya Intervensi/ Program Peraturan/ Peran Jajaran
Kegiatan Pencegahan & Penanggulangan Pemerintah Kebijakan yang mengatur Kesehatan/ Pemangku
kepentingan terkait
Manusia Perilaku Hidup Bersih dan GERMAS PP No. 1096 Tahun 2011 Puskesmas
Sehat Promosi tentang hygiene sanitasi Dinas kesehatan
Menghindari pengolahan makanan dan kesehatan jasaboga Otoritas veteriner
minuman yang berisiko terkontaminasi Penyuluhan PERMENKES RI No. Dokter dan
Melakukan transufusi darah yang aman Sistem pencatatan 736/MENKES/PER/VI/2010 petugas
Melakukan vaksinasi torch pada dan pelaporan tentang tatalaksana kesehatan
kelompok berisiko terinfeksi Program pengawasan kualitas air minum Kementerian
Pengetatan sistem penyelidikan screening PERMENKES RI No. 91 Tahun kesehatan
Epidemiologi penyakit 2015 tentang standar Pemerintah
Meningkatkan kompetensi penegakan Pelayanan pelayanan transfusi darah daerah
diagnosis kesehatan yang PERMENKES RI No. 97 Tahun
memenuhi 2014 tentang pelayanan
standar kesehatan masa sebelum hamil,
masa hamil, persalinan, dan
masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual
PP No. 47 Tahun 2014 tentang
pengendalian dan
penanggulangan penyakit
hewan
Hewan Pemeriksaan hewan Surveilans PERMENTAN RI No. Pemerintah daerah
Vaksinasi atau pengebalan hewan epidemiologi 61/Permentan/PK.320/12/201 Puskeswan
Pengetatan sistem penyelidikan Promosi Kesehatan 5 tentang pemberantasan Dinas kesehatan
Epidemiologi Karantina hewan penyakit hewan Dokter hewan dan
Pemeriksaan laboratorium kasus hewan petugas
dicurigai kesehatan
Otoritas veteriner
Litbangkes