Anda di halaman 1dari 24

Dosen pengampu : Nazaruddin.,S.kep., NS.,M.

Kep

Kelompok :3

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR

(PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN)

OLEH :

1. Rezki Tri Ayu Zainal (P202101025)

2. Ningsi Rahmit Mahi (P202101026)

3. Maulidya Safitri (P202101027)

4. Pitrayanti (P202101028)

5. Yeni Rahmadani Soedrajat (P202101029)

6. Wa Ode Samsaktiani (P202101030)

7. Salmida Arsadi (P202101031)

8. Mutiara (P202101032)

9. Mindra Lestari (P202101033)

10. Wa Depiani (P202101034)

11. Alda Putri (P202101035)

Prodi keperawatan Dan Ners

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Mandala Waluya

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Dan Aman" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan


Dasar I. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman dan aman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
sebab itu, diharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan
makalah ini oleh para pembaca.

Kendari , November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul .............................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi ..........................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan ..................................................................................................3

Bab II Pembahasan

A. Konsep Rasa Keamanan ......................................................................4


B. Konsep Rasa Aman...............................................................................7
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Aman Dan
Nyaman ................................................................................................11

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................17
B. Saran ....................................................................................................17

Daftar Pustaka ..................................................................................................18

Contoh Soal......................................................................................................20

Dokumentasi ....................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang


merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit
terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan
jaringan yang aktual maupun potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2007). Menurut Potter & Perry
(2006), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diperlihatkan dengan
caraberbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman
nyeridengan skala tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan dipersepsikan individu
berdasarkan pengalamannya. Nyeri secara serius jika tidak ditangani dapat
menyebabkan ketidak mampuan dan imobilisasi pada individu, sehingga kondisi
tersebut akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan
diri, menyebabkan isolasi sosial, depresi serta perubahan konsep diri (Potter &
Perry, 2006). Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa
sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu
sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau yang di gambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2007).

Menurut Potter & Perry (2006), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang
diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki
pengalaman nyeri dengan skala tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan
dipersepsikan individu berdasarkan pengalamannya. Menurut Smeltzer & Bare
(2002), Secara umum nyeri di kategorikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari enam bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan

iv
dengan cidera fisik dimana nyeri akut mengindikasikan adannya kerusakan atau
cidera telah terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, biasanya menurun sejalan
dengan terjadinya penyembuhan, salah satunya adalah nyeri akibat pembedahan.
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu dimana nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya dimana nyeri ini
berlangsung selama enam bulan atau lebih (Strong, Unruh, Wright & Baxter,
(2002). Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak
membawa pasien keluar masuk untuk berobat ke Rumah Sakit, diperkiraka
nprevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia, di Eropa tercatat jumlah
pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014). Murphy dalam Lumunon, Sengkey &
Angliadi (2015), melaporkan prevalensi nyeri akut di inggris mencapai 42%
dengan angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25%.
Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih dilaporkan menderita
nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan sebanyak 42% merasakannya setiap
hari (Latief dalam Sinardja, 2013). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari
Word Health Organization (WHO) (2015), jumlah pasien nyeri pembedahan
meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 tercatat terdapat 140 juta pasien
atau sekitar 1,9% di seluruh dunia, pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar
148 juta pasien atau sekitar 2,1%, Sedangkan menurut Fabbian, Giorgi, Palam,
Menegatti, Gallerani & Manfredini (2014), prevalensi nyeri di Italia di alami oleh
21% pasien penyakit kanker, 33% pasien penyakit cardiovaskuler, 23% pasien
penyakit Pulmo, 24% pasien dengan penyakit pembuluh darah, 16% pasien
dengan gangguan musculoskeletal, 18% pasien dengan penyakit saraf, 4% pasien
penyakit kulit, 15% pasien penyakit ginjal, 16% pasien dengan penyakit gangguan
metabolik, 10% pasien penyakit hepatik, 9% pasien dengan penyakit dan
gangguan pankreas, 12% pasien dengan penyakit dan gangguan lambung dan 11%
pasien dengan penyakit dan gangguan pada usus. Jumlah prevalensi nyeri secara

v
keseluruhan belum pernah di teliti di Indonesia, namun diperkirakan nyeri kanker
dialami oleh sekitar 12,7 juta orang atau sekitar 5% dari penduduk Indonesia
(WHO, 2014), angka kejadian nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6-31,3%
(Purastuti dalam Fanada & Muda 2012), sedangkan nyeri punggung bawah (LBP)
sebanyak 40% penduduk dengan jumlah prevalensi pada laki-laki sekitar 18,2%
dan wanita 13,6% (Wulandari, Maja & Khosama, 2013). Nyeri berdasarkan
tingkatannya terdiri dari nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah. Nyeri
sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan
intensitas yang tinggi. Tidak nyeri = bila skala intensitas nyeri numerik 0, nyeri
ringan = bila skala intensitas nyeri numerik 1-4, nyeri sedang = bila skala
intensitas nyeri numerik 5-7, nyeri berat = bila skala intensitas nyeri numerik 8-10
(Langganawa, 2014). Penelitian Nurhafizah & Erniyati (2012), setelah dilakukan
pengkajian nyeri di sebuah bangsal RSUP H.Adam Malik Medan didapatkan
pasien post operasi dengan intensitas nyeri ringan sebanyak 22,2 % pasien dengan
nyeri sedang sebanyak 57,4% dan sisanya adalah pasien dengan intensitas nyeri
berat 20,4%, sedangkan menurut Marpuah dalam Kusyati (2012), ibu
primigravida mengalami nyeri dengan rata-rata nyeri sedang sebanyak 54% dan
sisanya nyeri ringan sebanyak 46%. Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang
dialaminya dengan cara berbeda-beda misalnya berteriak, meringis, menangis dan
sebagainya, maka perawat harus peka terhadap sensasi nyeri yang dialami oleh
pasien (Asmadi dalam Saifullah, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman ?


2. Bagaimana pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaliasi
kebutuhan rasa aman dan nyaman ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman.


2. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi kebutuhan rasa aman dan nyaman.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP RASA KEAMANAN

Rasa Aman Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006).
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang.

Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (penyakit, nyeri, cemas, dan
sebaginya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak
faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah,
kemampuan memahami tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta
kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya.
Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman.
(Asmadi, 2005). Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan
mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman
tersebut mungkin seperti penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada
lingkungan.

Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti
infiksi, oleh karena itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayan
kesehatan untuk perlindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik terkadang
mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.
Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi klien disointasi dari
kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi. (Potter & Perry, 2005).

vii
Lingkup kebutuhan keamanan atau keselamatan lingkungan klien mencakup
semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Untuk selamat dan aman secara
psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain,
termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan.
Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang
baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan
beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang
tidak dikenal. (Potter & Perry, 2005).

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan


keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profsional pemberi
perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan
untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya.
(Potter & Perry, 2005). Kebutuhan Dasar Yang Dapat Mengancam Keselamatan
Klien.

1. Oksigen

Bahaya umum yang ditemukan di rumah adalah sistem pemanasan.


Pembakaran yang tidak mempunyai pembuangan yang tepat akan menyebabkan
penumpukan karbon monoksida (CO) di dalam ruangan. CO berikatan kuat
dengan oksigen sehingga mencegah terbentuknya oksihemoglobin, dan akhirnya
menyebabkan berkurangnya oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

2. Kelembaban Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Kelembaban relatif adalah jumlah uap air di udara dibandingkan dengan


uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu yang sama. Jika
kelembaban relatifnya tinggi, maka kelembaban kulit terevaporasi lambat, begitu
pula sebaliknya. Orang tidak akan nyaman bila berada pada cuaca panas dan
lembab. Orang akan merasa dingin dan nyaman bila berada pada suhu 32° ∁
dengan kelembaban 30%.

viii
3. Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat dan aman memerlukan kontrol


lingkungan dan pengetahuan. Kulkas, air bersih dan pembuangan sampah
diperlukan pengetahuan yang benar, sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi
menjadi aman. Makanan yang tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan
terjadinya risiko infeksi dan keracunan makanan. Infeksi bakteri melalui makanan
disebabkan karena adanya kontaminasi makanan dengan bakteri seperti
salmonela, shigela, dan listeriosa. Keracunan makanan seringkali disebabkan oleh
ingestitoksin bakteri seperti stafilokokus dan klostridium yang dihasilkan dalam
makanan. Walaupun sebagian besar penyakit akibat makanan disebabkan oleh
bakteri, tetapi penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang
disebarkan melalui kontaminasi feses terhadap makanan, air, atau susu.

4. Suhu

Suhu lingkungan yang nyaman bervariasi untuk setiap individu. Suhu yang
nyaman berada pada rentang 18° – 23° ∁. Terpapar suhu udara yang sangat dingin
dalam waktu yang lama bisa menyebabkan radang dingin (frostbite) dan
hipotermia. Hipotermi terjadi saat suhu tubuh atau < 35° ∁, denyut jantung lemah
dan tidak teratur, pernafasan dangkal dan lambat, muka pucat, menggigil bisa
dapat terjadi kematian. Pemaparan panas yang ekstrem dapat menyebabkan
heatstroke (sengatan terik matahari) atau heat exhaustion (udara yang panas).
Heat exhaustion menyebabkan diaforesis yang berlebihan, hipotensi, perubahan
status mental, kejang otot, dan mual. Heatstroke adalah salah satu kondisi yang
mengancam kehidupan dengan ditandai oleh perubahan status mental yang berat,
koma, hiperpireksia dengan kulit kering yang panas, dan suhu rectal > 405° ∁.
Klien yang menderita sakit kronik, lansia dan bayi mempunyai risiko terbesar
mengalami cedera akibat panas yang ekstrem.

ix
B. KONSEP RASA AMAN

Rasa Nyaman Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu


mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000). Kolcaba (1992), dalam
(Potter & Perry, 2006) megungkapkan kenyamanan atau rasa nyaman adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik
yang mencakup empat aspek yaitu :

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.


2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.

Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah


kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan Kebutuhan Rasa Aman dan
Nyaman. Hipo atau hipertermia, disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo atau
hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Kebutuhan rasa nyaman (Aziz 2004:172), Kebutuhan Dasar Manusia yang
dimaksud disini adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri dan hipo atau
hipertermia mengingat nyeri dan hipo atau hipertermia merupakan keadaan yang
dapat mempengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh. Rasa tidak nyaman ini
ditunjukkan dengan ada tanda dan gejala seperti ketika ada nyeri, pasien
menunjukan prilaku protektif dan tidak tenang, peningkatan tekanan, frekuensi

x
nadi, peningkatan atau penurunanan napas, diaforesis, wajah mnyeringai, dan
prilaku distraksi, seperti menangis dan merintih. Sedangkan rasa nyaman pada
hipo atau hipertermia merupakan suatu keadaan yang dialami pasien dengan
merasakan kedinginan atau kepanasan yang ditandai dengan suhu dibawah 35,5° ∁
(hipotermia) dan diatas 37° ∁ (hipertermia).

1. Nyeri

Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh yang timbul


bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997). Nyeri
akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidak
nyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat
kurang dari 6 bulan.

2. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri


yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau
intermiten selama 6 bulan atau lebih.

3. Mual

Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidak


nyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau
seluruh abdomen yang mungkin atau tidak menimbulkan muntah. Faktor – faktor
yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan yaitu seperti :

1. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan


mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan
yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan

xi
4. Keadaan Imunits Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh
kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur
6. Informasi atau Komunikasi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab timbulnya nyeri :

1. Stimulasi Mekanik Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan


akan penekanan jarinagan
2. Stimulus Kimiawi Disebabkan oleh bahan kimia
3. Stimulus Thermal adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas
yang dipersepsikan sebagai nyeri 44°C-46°C
4. Stimulus Neurologik Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
5. Stimulus Psikologik Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat
psikologis
6. Stimulus Elektrik Disebabkan oleh aliran listrik Fisiologi Nyeri Antara
stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat
proses tersendiri yaitu : Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga


menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan proses
penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi melewati saraf perifer sampai
termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron pemancar yang naik dan
medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-
jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri yang
setinggi medula spinalis.

Berikut ini adalah klarifikasi pada Nyeri meliputi :

1. Nyeri berdasarkan kualitasnya : Nyeri yang menyayat dan nyeri yang


menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya : Nyeri superficial atau nyeri permukaan
tubuh, nyeri dalam atau nyeri tusuk bagian dalam, nyeri ulseral atau nyeri

xii
dari tusuk jaringan ulseral, nyeri neurologis atau nyeri dari kerusakan saraf
perifer, nyeri menjalar atau nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain,
nyeri sindrom atau nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masa lalu, nyeri patogenik atau nyeri tanpa adanya stimulus.
3. Nyeri berdasarkan serangannya : Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul
tiba-tiba dalam waktu kurang dari 6 bulan, Nyeri kronis merupakan nyeri
yang timbul terus-menerus dalam waktu lebih atau sama 6 bulan.
4. Nyeri menurut sifatnya : Nyeri timbul sewaktu-waktu, nyeri yang
menetap, dan nyeri kumat-kumatan.
5. Nyeri meurut rasa : Nyeri cepat atau nyeri yang menusuk, nyeri difus atau
nyeri normal yang bisa dirasakan.
6. Nyeri kegawatan : Nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat

Stimulus nyeri adalah teknik yang digunakan oleh tenaga medis untuk
menilai kesadaran seseorang yang tidak merespons interaksi normal, perintah
suara atau rangsangan fisik yang lembut (seperti goyangan bahu). Ini membentuk
satu bagian dari penilaian neurologi, termasuk skala AVPU berbasis pertolongan
pertama dan Skala Koma Glasgow yang lebih berbasis medis. Tujuan dari
stimulus nyeri adalah untuk menilai tingkat kesadaran pasien dengan menginduksi
vokalisasi dengan cara yang dapat diterima, konsisten dan dapat ditiru, dan untuk
tujuan ini, ada sejumlah teknik yang biasanya dianggap dapat diterima. Stimulus
dapat diterapkan secara sentral dan perifer, dan ada keuntungan dan kerugian
untuk setiap jenis stimulus, tergantung pada tipe dan respons yang dinilai.

Berikut ini merupakan konsep nyeri yaitu :

Nyeri menurut The International Association for the Study of Pain adalah
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh
kerusakan jaringan secara potensial, aktual dan sering dilukiskan sebagai suatu
yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non-noksius,
epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Nyeri dirasakan
apabila reseptor-reseptor nyeri spesifik teraktifasi, dapat dijelaskan secara
subjektif dan objektif berdasarkan lama atau durasi, kecepatan sensasi dan letak.

xiii
Nyeri merupakan pengalaman universal yang berfungsi sebagai tanda yang
penting bahwa tubuh tidak berfungsi atau mengalami kerusakan. Nyeri merupakan
perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat yang hanya dapat dirasakan
oleh individu tanpa dapat dirasakan oleh orang lain. Karena pengalaman nyeri
masing-masing individu bersifat unik dan tergantung pada faktor internal dan
eksternal, nyeri juga didefinisikan sebagai :” Nyeri adalah apa yang dikatakan
oleh pasien dan ada saat pasien tersebut mengatakannya” (Lewis, 2005). Dari
definisi ini tersirat laporan nyeri ini adalah kombinasi dari respons sensorik,
afektif dan kognitif, sehingga hubungan nyeri dengan kerusakan jaringan tidak
sama dan tidak konstan. Akibatnya rasa nyeri itu subjektif, sehingga laporan atau
keluhan dari pasien merupakan penilaian yang paling mempunyai arti (gold
standard), dalam menengakkan diagnosa nyeri. (Lewis, 2005). Nyeri juga
merupakan pengalaman yang komplek dan multidimensional. Menurut Lewis
(2005) nyeri dapat melibatkan komponen fisiologis, kognitif, tingkah laku dan
sosial kultural.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI


GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN

1. PENGKAJIAN

a. Keamanan Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu


memahami hal-hal yang memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau
lingkungan pelayanan kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman
terhadap keamanan klien dan lingkungan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

1. Komunitas Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh


terhadap perkembangan, gaya hidup, status mobilisasi, perubahan
sensorik, dan kesadaran klien terhadap keamanan.
2. Lembaga pelayanan kesehatan Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien
di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang
disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan
yang menyebabkan penggunaan alat.

xiv
b. Kenyaman nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
bersifat subyektif dan hanya menerimanya yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri yaitu :

1. Posisi yang memperlihatkan pasien tampak takut bergerak, dan berusaha


merusak posisi yang memberikan rasa nyaman
2. Ekspresi umum meliputi : Tampak merintih dan menangis, cemas, wajah
pucat, ketakutan bila nyeri timbul mendadak, keluar keringat dingin, kedua
rahang di katupkan erat-erat dan kedua tangan tampak menggenggam, dan
yang terkahir pasien tampak menggeliat kesakitan.
3. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian : Lokasi nyeri,
waktu timbulnya nyeri, karakteristik nyeri, reaksi fisik dan psikologi
pasien terhadap nyeri, faktor pencetus timbulnya nyeri,

2. DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN

a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
c. Nausea
d. Cemas
e. Resiko Infeksi
f. Resiko Trauma
g. Resiko Injury

3. INTERVENSI

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang


diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan
(Deswani, 2009).

Intervensi Perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan


kesehatan dan diagnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah suatu
tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yangdilakukan untuk kepentingan
klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan

xv
dan tujuan klien. Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari
orang lain sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang nutrisi yang kuat atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan higieni adalah tindakan keperawatan mandiri. Intervensi perawat tidak
membutuhkan instruksi dokter atau profesi lainnya. dokter seringkali dalam
instruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri. Namun demikian
berdasarkan undang-undang praktik keperawatan disebagian besar negara bagian,
tindakan keperawatan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari,
penyuluhan, kesehatan, promosi kesehatan, dan konseling dalam domain praktik
keperawatan.

4. Implementasi

Implementasi suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang


sudah disusun secara matan dan terperinci. Inplementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaa sudah dianggap sempurna.menurut nurdin usman,
inflementasi, bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan atau danya mekanisme suatu
sistem, inplementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana
dan untuk mencapai tujuan kegitan.

Menurut purwanto dan sulistyastuti, inplementasi intinya adalah


kegiatanuntuk mendisribusiakn keluaran kebijakan atau (To Deliver Policy
Output) yang di lakukan oleh para inplementor kepada kelompok sasaran atau
terget-target group sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Implementasi juga
bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa inggris Implement yang
berarti melaksanaka. Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
tindakan untuk mencapainya serta memerlukan aringan pelaksana birokrasi yang
efektif. Bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu kegiatan yang
terencana, bukan hanya suatu bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu
kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara
sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai

xvi
tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi
dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi kurikulum
merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas baru dengan harapan
orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu
pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan klatifitas dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri
tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi
kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas baru dengan
harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu
pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk


mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan
mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke
pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan
terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai
benar-benar masalah pasien teratasi.

Tujuan dari tahap evaluasi ini adalah:

a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan


b. Menentukan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
c. Mengkaji penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai

Evaluasi keperawatan ada 2 jenis yaitu:

1. evaluasi formatif
Evaluasi yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan keperawatan.
evaluasi formatif berorientasi pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan yang disebut sebagai evaluasi proses.

xvii
2. evaluasi sumatif
Evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan serangkan tindakan
keperawatan. evalauasi ini berfungsi menilai dan memonitor kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan. Pada evaluasi ini berorientasi pada
masalah keperawatan yang sudah ditegakan, menjelaskan keberhasilan
/ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan atau kesimpulan status kesehatan
klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang mencakup :

a. Tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan kriteria


yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian, klien menunjukan perubahan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai, klien tidak menunjukan perubahan kemajuan sama
sekali atau dapat timbul masalah baru

Proses Dari Evaluasi Keperawatan :

Dalam Potter (2005), proses evaluasi menentukan efektifitas asuhan


keperawatan meliputi 5 unsur, yaitu pertama mengidentifikasikan kriteria dan
standar evaluasi, kedua mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria
dan standar telah terpenuhi, ketiga, mengintepretasi dan meringkas data, keempat
mendokumentasikan temuan dan pertimbangan klinis, kelima menghentikan atau
meneruskan, atau merevisi rencana keperawatan.

1) Mengumpulkan data evaluatif pada situasi klinik, data evaluasi harus


dikumpulkan dalam periode tertentu untuk menentukan adanya perubahan
atau perbaikan.
2) Interpretasi dan menyimpulkan temuan perawat membuat penilaian
tentang kondisi pasien sesuai temuan data yang diperoleh. Saat
menginterpretasikan temuan, perawat membandingkan respon, gejala dan
tanda yang diharapkan dengan temuan dilapangan atau data klien.

xviii
3) Modifikasi rencana keperawatan dilakukan jika hasil evaluasi kita ada
temuan data baru yang mendukung timbulnya masalah keperawatan baru.
Sehingga perawat harus merevisi daftar diagnosis keperawatan, dan
menyusun rencana keperawatan baru sesuai dengan masalah yang baru
ditemukan Kerangka Waktu Dalam Evaluasi Keperawatan Pada dasarnya.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan,
karena evaluasi dilakukan sesuai kerangka waktu penetapan tujuan yang
telah ditentukan (evaluasi hasil). Namun pada proses pencapaian tadi
kondisi klien juga harus selalu dipantau (evaluasi proses). Dapat diartikan
bahwa evauasi proses dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan
perubahan klien dan evaluasi klien. Evaluasi hasil dilakukan pada akhir
pencapaian tujuan. Namun terkadang kita terbentur dengan kebijakan
masing-masing rumah sakit. Pada prinsipnya semakin sering kita
melakukan evaluasi proses maka kemajuan atau kemunduran pasien akan
segera dapat diidentifikasikan.

xix
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, Kebutuhan Rasa Aman adalah sebuah keadaan yang bebas dari
cedera fisik, perasaan terasa tenang bebas dari ancaman sehingga hidup seseorang
terasa tentram yang dipengaruhi oleh kebutuhan seperti oksigen, kelembapan,
nutrisi dan suhu. Sedangkan Kebutuhan Rasa Nyaman adalah suatu keadaan yang
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang
mencakup empat aspek yaitu: fisik, sosial, psikospiritual, dan lingkungan.

B. SARAN

Untuk Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada pasien kita harus lebih teliti
lagi dalam melakukan pengkajian di suatu ruang. Karena ini bisa berpengaruh
pada pasien dan juga akan menimbulkan dampak yang buruk jika kita tidak
melakukannya dengan benar dan teliti.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta

Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta

Brunner & Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan


Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Purwanto. 2015. Dalam Karendehi

Meliala & Suryamiharja. 2007

Smeitzer & Bare. 2002

Strong, Unruh, Wright, & Baxter. 2002

Lumunon, Sengkey, & Angliadi. 2015

Latief. Dalam Sinardja. 2013

Word Health Organization (WHO). 2015

Fabblan, Glorgi, Palam, Menegatti, Gallerani & Manfredini. 2014

Purastuti. Dalam Fanada & Muda. 2012

Wulandari, Maja, & Khosama. 2013

Langganawa. 2014

Nurhafizah & Erniyati. 2012

Marpuah. Dalam Kusyati. 2012

Asmadi. Dalam Saifillah. 2015

Asmadi. 2005

xxi
Potter & Perry. 2005

Carpenito, Linda Jual. 2000

Aziz. 2004:172

Guyton Hall. 1997

Lewis. 2005

Deswani. 2009

Potter. 2005

xxii
CONTOH SOAL

1) Cara meningkatkan keamanan pada pasien adalah ....


a. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
b. Mengunci roda kursi dorong saat berhenti
c. Memasang penghalang sisi tempat tidur
d. Semua benar
2) Cara meningkatkan kenyamanan pada pasien, kecuali .....
a. Sentuhan Terapeutik
b. Relaksasi
c. Kontraksi
d. Distraksi
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan, kecuali ...
a. Emosi
b. Keadaan imutasi
c. Status nutrisi
d. Semuanya benar
4) Apa yang dimaksud dengan keamanan ....
a. Kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis
b. Suatu kondisi yang bebas dari ancaman bahaya
c. Suatu kondisi yang bebas dari ancaman kecelakaan
d. semuanya benar
5) Suatu kondisi yang bebas dari ancaman bahaya atau kecelakaan,
merupakan pengertian dari .....
a. Keamanan
b. Keselamatan
c. Kenyamanan
d. Keamanan dan Keselamatan

xxiii
Dokumentasi

xxiv

Anda mungkin juga menyukai