Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS SISTIM REKAYASA DAN NILAI

HYPERLOOP SEBAGAI ALTERNATIVE MODA TRANSPORTASI


MASA DEPAN

Disusun Oleh:

Nasrudin Rois

NPM 2106782151

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA

DESEMBER 2021
DAFTAR ISI

ABSTRAK 1

BAB I PENDAHULUAN 2
1.1.Latar Belakang 2
1.2.Rumusan Masalah 4
1.3.Tujuan 4
1.4.Batasan 4

BAB II TEKNOLOGY HYPERLOOP 5


2.1 Teknology Hyperloop 5
2.2 Hyperloop Vehicle dan Guideway 7
2.3 Perbadingan Hyperloop dengan Moda transportasi lainnya 8
2.4 Inovasi dan development yang diperlukan Hyperloop 10

BAB III IMPLEMENTASI HYPERLOOP DI INDONESIA 11


3.1 Cara Kerja Hyperloop 11
3.2 Keuntungan Implementasi Hyperloop di Indonesia 12
3.3 Tantangan dalam proses implementasi Hyperloop di Indonesia 13
3.4 Feasibility Study di Indonesia 17
3.5 Timeline Implementasi Hyperloop di Indonesia 20
3.6 Reference Study dari Chicago to Cleveland 20

BAB IV KESIMPULAN 26
Daftar Pustaka 27

i
ABSTRAK

Transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi


dan pengembangan wilayah. Transportasi akan berkembang seiring dengan perkembangan
aktivitas ekonomi dan kombinasi tiga faktor produksi, yaitu lahan, pekerja, dan modal
berkaitan dengan kepuasan manusia dengan perubahan posisi geografis, penduduk, atau
barang. Pulau Jawa (terutama Jakarta) sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi seyogyanya
didukung dengan moda transportasi yang sinergi dengan pelayanan, kepuasan, serta
kecepatan sehingga mempermudah mobilitas penduduk setempat dan sekitarnya.

Perencanaan transportasi memainkan peran mendasar pada visi masa depan negara,
wilayah, dan masyarakat. Hal ini termasuk pertimbangan komprehensif, evaluasi proses
dari berbagai sudut pandang, partisipasi kolaboratif dari pihak yang terkait dengan
transportasi, serta keterkaitan dan keterbukaan terhadap public.

Hyperloop Transportation Technologies Inc, sebuah perusahaan transportasi asal


Amerika Serikat berencana untuk membangun moda transportasi terbaru di Indonesia. Alat
transportasi berbentuk kapsul ini, di klaim akan menjadi yang paling cepat di dunia. Hyperloop
memiliki kecepatan hingga 1300 km per jam. Yang artinya, moda transportasi ini dapat
menempuh Jakarta-Surabaya hanya dalam waktu 56 menit.

Meski hampir mirip dengan kereta, namun teknologi Hyperloop memiliki kecanggihan
tersendiri. Dimana teknologi yang dihadirkan Hyperloop menggunakan semacam tabung yang
berfungsi sebagai pengantar gerbong-gerbong transportasi seperti kapsul di dalamnya.
Hyperloop juga tidak terdiri dari rangkaian gerbong layaknya kereta. Hyperloop hanya
mengandalkan satu kapsul tiap sekali perjalanan.

1|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-
negara berkembang seperti Indonesia, baik di bidang transportasi perkotaan (urban
transportation) maupun transportasi antar kota (rural transportation). Terciptanya suatu
sistem transportasi yang menjamin pergerakan manusia, kendaraan atau barang secara
lancar, aman, cepat, murah, nyaman dan sesuai dengan lingkungan sudah merupakan
tujuan pembangunan dalam berbagai sektor. Adanya peningkatan volume lalu lintas
akan menyebabkan berubahnya perilaku lalu lintas. Secara teoritis terdapat hubungan
yang mendasar antara volume (flow) dengan kecepatan (speed) serta kepadatan
(density). Hubungan tersebut dipakai sebagai pedoman untuk menentukan nilai
matematis dari kapasitas jalan untuk kondisi ideal, serta dapat dipakai sebagai dasar
dalam penerapan manajemen lalu lintas (traffic management) yang lebih sesuai
(Suteja,1999).
Dengan populasi lebih dari 260 juta, Indonesia merupakan negara ke-4 dengan
populasi tertinggi di dunia. DKI Jakata dengan luas sekitar 662.33 kilometer persegi
dengan jumlah penduduk mencapai 11.063.324 jiwa (tahun 2019), menghadapi
beberapa permasalahan kemacetan terparah di dunia dengan kebiasaan pulang-pergi
selama empat jam. Dengan perkiraan sebesar 70% dari polusi udara berasal dari
kendaraan.
Sistem Hyperloop akan bekerja dalam jangka panjang untuk menyelesaikan isu
ini. Untuk mengurangi polusi, sistem transportasi ini akan 100%
menggunakan renewable energy. Sumber energi yang digunakan dalam sistem
transportasi ini adalah panel surya yang diletakkan di sepanjang lintasan jalur. Energi
yang dihasilkan dari panel surya tersebut bahkan lebih banyak dibanding energi yang
diperlukan untuk menjalankan sistem Hyperloop.
Sedangkan untuk mengatasi masalah kemacetan, Hyperloop digadang-gadang
bakal memiliki kecepatan maksimal 1.300 km. Sehingga perjalanan menjadi lebih
efektif tidak perlu banyak membuang waktu di jalan.
Sebagai contoh, sebuah rute Hyperloop dari Jakarta menuju Yogyakarta secara
teori hanya memakan waktu kurang lebih 25 menit, jika dibandingkan dengan

2|Page
menggunakan mobil yang dapat memakan waktu hingga hampir 10 jam. Sedangkan
Jakarta menuju Bandung hanya akan memakan waktu 9 menit, jika dibandingkan
dengan yang biasanya memakan waktu hingga lebih dari 2.5 jam. Hyperloop juga akan
menghubungkan Soekarno-Hatta International Airport dengan pusat Kota Jakarta yang
akan memakan waktu hanya 5 menit.
Feasibility study telah dilaksanakan di berbagai negara untuk meng
implementasikan system transportasi hyperloop ini seperti:
- Amerika Serikat, rencananya menghubungkan antara kota Pittsburg, Cleveland dan
Chicago dengan jarak sekitar 450 miles atau 725 km. Keceptan rencan hyperloop
sekitar 400-600 miles per jam memungkinkan waktu tempuh dari Chicago sampai ke
Cleveland dapat dicapai dalam 1 jam.

- Brazil, hyperloop direncanakan untuk menghubungkan kota porto Alegre -Novo


Hamburgo – Gramado – Caxias do Sul. Total Panjang sekitar 137km dengan
kecepatan rencana 835 km/jam (puncak), dengan jarak tempuh hanya 20 menit dari
Alegre ke Caxias do Sul.

- Abu Dhabi, rencana hyperloop menghubungan antara Al Ain dan Abu Dhabi dengan
design speed mencapai 1123km/jam (max speed), waktu tempuh hanya sekitar 12
menit. Jika menggunakan jalan darat sekitar 2 jam
- Brastislava SLOVAKIA, feasibility sedang dilakukan untuk rute antar Brastislava
ke Vienna (Austria) dan Budapest (Hungary)

3|Page
- Brno, CHECH REPUBILC, feasibility sedang dilakukan untuk rute Brno ke
Bratislava.
Feasibility yang sedang dilakukan di berbagai negara termasuk di Indonesia (Jakarta)
adalah langkah awal menuju rencana implementasi. Dengan kepadatan pendududk
Jakarta dengan sistim transportasi yang belum baik, maka alternatif mod aini patut untuk
dipertimbangkan. Masih perlu beberapa tahun untuk merealisasikannya. Saat ini,
teknologi Hyperloop masih terus dikembangkan untuk mencapai tahap layak untuk
dioperasikan dengan tingkat keselamatan yang timggi.

1.2. Rumusan Masalah


Kajian kelayakan pembangunan dan pengadaaan Hyperloop sebagai
alternative moda transportasi diperlukan sebagai perencanaan awal dalam
pertimbangan pengambilan kebijakan selanjutnya. Beberapa pertanyaan dasar dari
latar belakang permasalahan meliputi:
1. Bagaimana kajian terhadap potensi daerah, RTRW, dan Tatrawil/Tatralok
wilayah
2. Bagaimana teknologi transportasi Hyperloop beroperasi?
3. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan Hyperloop.
4. Bagaimana pergerakan dan pertumbuhan penduduk.
5. Bagaimana evaluasi kelayakan studi (feasibility study) dari Hyperloop.
6. Bagaimana identifikasi awal terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi
terkait dengan rencana pembangunan Hyperloop.

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
1. Sebagai referensi dalam perencanaan dan pembangunan Hyperloop.
2. Sebagai rekomendasi pertimbangan pengambilan keputusan akan opsi pilihan moda
transportasi pilihan masa depan.

1.4. Batasan
Batasan pembahahasan hypeloop terkait :
1. Cara kerja hyperloop
2. Tantangan proses implementasi Hyperloop di Indoneia
3. Keuntungan Implementasi Hyperloop di Indonesia
4. Sebagai penjajakan apakah hypeloop sudah diperlukan sekarang ini di Indonesia.

4|Page
BAB II

TEKNOLOGY HYPERLOOP

2.1 Teknology Hyperloop

Ide dasar di balik Hyperloop secara praktis menghilangkan hambatan udara pada kendaraan
dengan mengurangi tekanan udara (dalam kuasi-vakum pada tekanan sekitar 100 Pa
pressure). Dengan demikian kecepatan tinggi dapat dicapai (target: 1200 km/jam).

Dengan kecepatan yang sangat tingi tersebut (1200 km/jam) maka diperlukan waktu
akselerasi awal dana juga pengereman sebelum hyperloop sampai di tujuan. Parameter
kunci dari sistem Hyperloop ini adalah dengan menggunakan mekanika Newton. Seperti
yang ditunjukkan pada Gambar dibawah. Pertama, kendaraan dipercepat sampai mencapai
kecepatan jelajah, kemudian meluncur bebas gesekan (karena tekanan udara rendah)
sampai, pada fase akhir perjalanan, direm hingga berhenti.

5|Page
Untuk fase akselerasi, nilai realistik berada pada kisaran antara 0,5 g dan 5 g2,sedangkan
nilai deselerasi dalam rentang antara 0,1g hingga 0,2g untuk fase pengereman/perlambatan.
Studi yang dilakukan oleh NASA menemukan bahwa manusia yang sehat mampu
mentolerir/mempertahankan percepatan horizontal 3 g selama 25 detik.

Parameter desain Hyperloop belum ditentukan, namun, secara realistis bahwa pada
percepatan 1 g kendaraan dalam setengah menit dapat dipercepat pada jarak 5,7 km hingga
mecapai 1200 km/jam – daya yang dibutuhkan hanya di bawah 40 MW (diasumsikan
dihitung termasuk massa kendaraan dan 40 orang penumpang)

6|Page
2.2 Hyperloop Vehicle dan Guideway
Ukuran/kapasitas kendaraan Hyperloop diperkirakan berada di kisaran 25 hingga 40
penumpang per pod (untuk menjaga dimensi tabung cukup kecil, ruang di dalam kendaraan
akan dibatasi). Masalah keamanan perlu diantisipasi dalam pengoperasian sistem adalah
dengan pengereman terkontrol hingga berhenti, khususnya ketika kendaraan di depan
terjebak di dalam tabung karena alasan yang tidak terduga. Penumpang harus dapat dengan
aman serta kases yang mudah jika terjadi keadaan darurat.
Guideway Hyperloop terdiri dari satu tabung kedap udara masing-masing per arah
(diameter sekitar 5m), peralatan untuk akselerasi, pengereman (tanpa dampak negatif pada
penumpang), serta sistem kontrol untuk menjaga kendaraan tetap aman dari dinding
tabung. Selain itu, tabung harus dipompa ke tekanan rendah, dan vakum pod ini harus
dipertahankan terus menerus.
Karena kendaraan berada di dalam tabung padat, perubahan arah apa pun sulit dilakukan
dengan Hyperloop, khususnya untuk berputar, mis. kendaraan terdampar di dalam tabung.
Karena tabrakan dengan dinding tabung pada kecepatan 1200 km/jam jelas tidak dapat
ditoleransi, karena alasan bobot, energi, dan ukuran kemudi kendaraan sangat dibatasi.
Hal ini juga perlu untuk menghindari kurva atau gradien dari guideway sebanyak mungkin:
agar tetap dalam tingkat kenyamanan mis. ICE atau Transrapid, percepatan lateral 0,1 g
tidak boleh dilampaui, artinya pada kecepatan maksimum Hyperloop 1200 km/jam radius
kurva yang diizinkan adalah > 100 km.
Secara umum, waktu tunda antara pod berikutnya ditentukan oleh kemampuan pengereman
dan sistem keselamatan. Karena tidak dapat dikecualikan bahwa kendaraan Hyperloop
tiba-tiba berhenti di dalam tabung, mis. disebabkan oleh kecelakaan, kendaraan berikut
harus direm dengan aman. Sistem pengereman darurat untuk pengereman dari 1200
km/jam dapat dilakukan dengan perlambatan 0,3 g (yaitu dua kali lipat kinerja pengereman
Transrapid) – dengan demikian, jarak waktu minimum realistis 2 menit antara dua pod
Hyperloop berikutnya berjalan dalam arah yang sama.

Jika hambatan udara pada tekanan atmosfer (mengabaikan efek dinamis fluida dalam
tabung): jika tabung tiba-tiba diisi dengan udara, efek "rem" yang dihasilkan adalah - 0,8
g, pengereman dalam 40 detik dari 1200 km /jam berhenti, dengan 30 MW daya yang
diperlukan.

7|Page
Penting juga untuk dicatat bahwa operasi di bawah tekanan yang sangat rendah
mengharuskan perancangan sistem masuk dan keluar yang kompleks, termasuk airlock
untuk transisi dari tekanan atmosfer ke hampir vakum di sebaliknya, karena penumpang
tidak dapat menaiki pod dalam ruang hampa. Selain itu, masuk dan keluar kapsul sempit
mungkin akan memakan waktu beberapa menit untuk semua penumpang.
Dari pertimbangan singkat ini, jelaslah bahwa untuk pengoperasian sistem Hyperloop yang
aman dan efisien, sejumlah besar instalasi teknis khusus akan diperlukan.
Dalam tinjauan singkat ini tidak semua aspek teknis dapat dipertimbangkan. Sehubungan
dengan biaya yang diharapkan dari sistem Hyperloop, perkiraan kasar dapat dibuat
berdasarkan sistem Maglev Transrapid.
Upaya pengembangan Hyperloop masih diperlukan dan diramalkan bahwa Hyperloop
akan jauh lebih mahal daripada sistem Maglev – peralatan tambahan diperlukan (tabung
kedap udara dengan sistem penyelamatan, sistem vakum, airlock, ...), subsistem lain akan
membutuhkan spesifikasi yang lebih tinggi (misalnya sistem penggerak dan pengereman).
Perbandingan dengan Transrapid menunjukkan bahwa Hyperloop tidak hanya merupakan
tantangan teknis, tetapi khususnya tantangan komersial yang sangat besar.

2.3 Perbadingan Hyperloop dengan Moda transportasi lainnya


Dalam mengevaluasi keuntungan-keuntungan dalam sistim transportasi baru, pandangan
terhadap potensi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan aplikasinya harus dipertimbangkan.
Inovasi utama yang ditawarkan oleh Hyperloop adalah perkiraan waktu tempuh yang
singkat - “harga” yang dibayar terhadap waktu trmpuh yang singkat. Termasuk factor
keamanan yang memeerlukan system yang komplek pada saat terjadi emergency.
Alignment dari hyperloop ini juga sulit adjust sesuai kebutuhan lapangan sehubungan
dengan geografi. Fleksibilitas rute sangat terbatas karena radius yang sangat besar dan
menghindari gradient yang curam.

8|Page
Kasus penggunaan pertama untuk Hyperloop, yang sering disebutkan dalam publikasi,
adalah koneksi cepat melalui jarak yang lebih pendek sekitar 50 km, dimaksudkan
misalnya untuk menghubungkan dua bandara misalnya.
Waktu tempuh sebagai parameter utama perbandingan antara Hyperloop, kereta api
konvensional, dan sistem Maglev seperti Transrapid. Dalam hal ini, waktu perjalanan
termasuk loading/offloading, nilai yang diberikan untuk semua moda transportasi yang
dipertimbangkan harus dimengerti dari platform ke platform (asumsi untuk Hyperloop
adalah akselerasi 1 g, perlambatan – 0,15 g; headway untuk kereta dan Maglev diasumsikan
90 detik sedangkan untuk Hyperloop diasumsikan headway 2 menit).
Dengan penerapan asumsi ini tidak ada keuntungan yang signifikan untuk Hyperloop di
platform (waktu yang dibutuhkan loading/unloading plus airlock). Masalah utama lainnya
juga kapasitas transportasi Hyperloop yang rendah. Dengan kata lain bahwa kereta
konvensional atau Maglev bisa mengangkut 1000 penumpang dari A ke B dalam waktu
sekitar 20 menit. Sedangakan untuk Hyperloop membutuhkan waktu hampir satu jam

9|Page
Dengan jarak tempuh sekitar 500 km (ini kira-kira dari dengan Los Angeles – San
Francisco, Paris – Amsterdam, atau ke Stockholm – Helsinki) dikompilasi pada Tabel
dibawah, diasumsikan bahwa Hyperloop atau Maglev dapat membangun stasiun di sana
dekat dengan pusat kota, seperti kereta api konvensional.

2.4 Inovasi dan development yang diperlukan Hyperloop


Sistem transportasi yang kompleks seperti Hyperloop, yang terdiri dari banyak komponen,
menimbulkan pertanyaan bagaimana learning curve akan dikelola di area-area yang
menunjukkan tingkat kebaruan yang tinggi. Sebagai perbandingan, kalau kita mngemudi
di jalan raya pada dasarnya bergantung pada komponen tambahan pada sistem yang sudah
ada seperti tenaga penggerak, rem, bodi mobil, kondisi udara, dll. Sebaliknya, Hyperloop
membutuhkan pengembangan baru atau pengembangan lebih lanjut di hampir semua
subsistem

10 | P a g e
BAB III

IMPLEMENTASI HYPERLOOP DI INDONESIA

Hyperloop adalah moda transportasi darat yang inovatif untuk penumpang dan barang
yang bergerak dengan kecepatan ultra-tinggi. Akhir-akhir ini, berbagai pemangku kepentingan
telah terlibat dalam penelitian dan pengembangan komponen hyperloop. Hyperloop
memerlukan arah tertentu yang harus diikuti terhadap pengembangan dan pengujian komponen
teknologinya serta pembentukan peraturan dan proses perencanaan.

3.1 Cara Kerja Hyperloop


Secara konsep bahwa hyperloop sama seperti magnetic levitation train yang sudah
dioperasiakan di beberapa negara seperti Japan dan China. Hyperloop ada lah salah satu
moda transportasi yang ke 5 (lima) dari system transportasi yang sudah ada yaitu
Mobil/bus, train, kapal dan pesawat terbang.
Pada dasarnya, konsep transportasi hyperloop ini mempunyai 4 komponen utama yaitu:
a. Sebuah capsul yang dapat membawa penumpang atau cargo
b. Steel tube
c. Propulsion (accelerator and stator)
d. Route (jalur)
Jadi konsep dasar dari hyperloop ini adalah untuk meng accelerate capsul sebagai
kendaraan yang hampir mendekati kecepatan suara. (baik menggunakan bantalan udara
atau magnet) didalam tabung hampa. Ada juga akselerator linier magnetik yang dipasang
di berbagai stasiun Hyperloop pada tabung bertekanan rendah dengan rotor yang
terpasang di setiap kapsul. Pada tahun 2017, Hyperloop One, salah satu pengembang
sistem Hyperloop, mengumumkan bahwa mereka mencapai rekor kecepatan uji sekitar
250 mph di jalur uji skala penuh mereka di Nevada yang mencapai hasil sekitar sepertiga
lebih lambat dari kecepatan yang diharapkan. Meeskipun konsepnya tampak futuristik,
pemikiran untuk memindahkan orang melalui tabung magnet itu sendiri bukanlah hal
baru. Pada tahun 1799, George Medhurst mengusulkan ide serupa (kereta api atmosfer) –
menggunakan pipa besi untuk memindahkan barang menggunakan tekanan udara – dan
memiliki hak paten atas konsep tersebut. Konsep serupa dikembangkan di London dan
New York pada tahun 1850-an hingga 1860-an untuk mengangkut paket menggunakan
kereta api pneumatik. Selain itu, pada tahun 1910, Robert Goddard, seorang perintis roket
Amerika, merancang konsep kereta api yang melayang di atas magnet di dalam

11 | P a g e
terowongan tertutup vakum, meskipun tidak pernah dibangun. Konsep tersebut
selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah teknologi yang disebut kereta levitasi
magnetik yang telah digunakan di beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman,
dan China.
Selain itu, ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan sebelum mengimplementasikan
Hyperloop. Taylor, Hyde, and Barr dari John A. Volpe National Transportation Systems,
US Department of Transportation, menguraikan tujuh pertanyaan kunci yang perlu
dijawab sebelum mengimplementasikan Hyperloop, yaitu:
1. Apakah sistem Hyperloop cukup ringan sehingga akan ada penghematan biaya konstruksi
yang signifikan dibandingkan dengan membangun sistem levitasi magnetik atau HSR
yang ditinggikan.
2. Rintangan teknologi untuk membangun hyperloop di bawah air dan cara mengatasinya.
3. Apakah kapasitas penumpang dapat ditingkatkan.
4. Batas berat untuk kapsul angkutan.
5. Berapa ukuran tabung yang dibutuhkan untuk membawa ukuran standar kontainer
pengiriman
6. Apakah Hyperloop dapat menyediakan layanan transit lokal.
7. Apakah Hyperloop akan berisik bagi penumpang dan komunitas.
Ada juga beberapa isu yang disebutkan dalam beberapa penelitian mengenai Hyperloop
seperti keselamatan penumpang dan dampak lingkungan, karena Hyperloop diklaim lebih
cepat dari moda transportasi yang ada, dan juga ramah lingkungan.
3.2 Keuntungan Implementasi Hyperloop di Indonesia
Seperti disebutkan di atas, proyek pengembangan sistem transportasi Hyperloop masuk
ke Indonesia pada awal 2017. Pimpinan Hyperloop Transportation Technologies (HTT),
Bibop Gresta menyatakan bahwa kontrak studi kelayakan di Indonesia merupakan yang
pertama di Asia Tenggara. HTT memfokuskan studinya di Jakarta, sebagai ibu kota dan
salah satu kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. HTT sebelumnya mencapai
kesepakatan dengan India, Republik Ceko dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab). Menurut
Gresta, studi kelayakan akan dilakukan selama tiga hingga enam bulan (yang seharusnya
sudah selesai sekarang). Namun, hingga saat ini, belum ada informasi lanjutan terkait studi
kelayakan yang dilakukan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan permasalahan
transportasinya saat ini terutama kemacetan lalu lintas (terutama di kota-kota besar) dan
masalah polusi udara menjadi beberapa alasan mengapa HTT memilih Indonesia,
khususnya Jakarta, sebagai tempat untuk mengembangkan sistem transportasi Hyperloop.
12 | P a g e
Selain itu, pengembangan Hyperloop di Indonesia diharapkan dapat mengatasi
permasalahan tersebut di atas. Jika bisa berhasil diterapkan, setidaknya ada tiga manfaat
utama yang bisa diperoleh.
Pertama, masalah jarak bagi masyarakat yang bekerja antar kota dan masalah kepadatan
penduduk dapat teratasi, karena masyarakat tidak perlu lagi tinggal di daerah dekat tempat
kerjanya.
Sebagai gambaran, dengan menggunakan Hyperloop, masyarakat Yogyakarta dapat
melakukan perjalanan ke Jakarta hanya dalam waktu 25 menit. Selain itu, masyarakat
yang tinggal di Bandung hanya membutuhkan waktu 9 menit perjalanan ke Jakarta,
dibandingkan dengan transportasi darat atau kereta api yang bisa menghabiskan waktu 2
jam 30 menit. Jadi, meski mereka tinggal jauh dari tempat kerja, jarak tidak lagi menjadi
masalah.
Kedua, perkembangan Hyperloop di Indonesia juga dapat memberikan dampak ekonomi
yang signifikan karena masyarakat dapat tinggal di daerah yang lebih murah namun tetap
dapat bekerja di kota-kota besar yang memiliki biaya hidup lebih mahal. Selain itu,
pembangunan juga dapat mendorong berdirinya banyak hub ekonomi di sepanjang rute
Hyperloop
Ketiga, penerapan sistem transportasi Hyperloop mungkin juga berdampak signifikan
terhadap lalu lintas dan polusi udara. Permasalahan kondisi moda transportasi saat ini
terutama menyangkut dampak lingkungan dari kendaraan tersebut. Sama seperti moda
transportasi lainnya, pengembangan angkutan umum ditujukan untuk mengurangi jumlah
kendaraan pribadi di jalan, serta mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi udara.
Hyperloop sendiri secara teoritis merupakan moda transportasi paling aman, paling ramah
lingkungan, dan relatif paling murah dibandingkan moda yang ada. Oleh karena itu, jika
ada lebih banyak orang yang menggunakan Hyperloop, akan ada lebih sedikit kendaraan
pribadi di jalan. Selain itu, mungkin akan lebih baik jika sistem Hyperloop juga dapat
diintegrasikan dengan transportasi umum lainnya.

3.3 Tantangan dalam proses implementasi Hyperloop di Indonesia


Terlepas dari masalah teknis yang disebutkan di atas, ada beberapa masalah peraturan dan
kebijakan yang harus ditangani agar berhasil mengimplementasikan Hyperloop di masa
mendatang.
Pertama, regulasi transportasi. Implementasi Hyperloop mungkin menjadi masalah dari
sudut pandang regulasi, karena dapat mempengaruhi kerangka regulasi transportasi
13 | P a g e
Indonesia saat ini. Seperti diketahui, saat ini keempat moda transportasi tersebut sudah
memiliki Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya masing-masing. Yaitu angkutan
kereta api (diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007), angkutan air (dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008), angkutan udara (dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2009), dan angkutan jalan raya (dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009).

Sebenarnya, pemerintah bisa mengkategorikan Hyperloop sebagai salah satu moda


transportasi tersebut. Meski demikian, pertanyaan itu muncul karena gagasan Hyperloop
sebagai moda transportasi kelima masih sangat baru. Pertanyaannya terutama apakah
harus ada undang-undang dan/atau peraturan baru yang secara khusus mengatur
Hyperloop karena berada di luar kategori moda transportasi yang ada. Ada beberapa hal
yang harus diakomodasi dalam usulan undang-undang dan/atau regulasi khusus
Hyperloop seperti keselamatan dan asuransi penumpang, serta klasifikasi kargo
Hyperloop sebagai Hyperloop untuk pengangkutan barang. Sebagaimana adagium hukum
yang menyatakan bahwa “hukum selalu tertatih-tatih mengikuti perkembangan zaman”,
maka pembuat regulasi ke depan juga harus memperhatikan perkembangan teknologi
terkait dengan ketentuan yang diatur. Selain itu, pemerintah juga harus memperbaharui
rencana induk transportasi untuk mengakomodasi perkembangan moda transportasi ke
depan.
Kedua, perizinan dan peraturan tata ruang. Seperti halnya pembangunan MRT atau LRT,
pembangunan Hyperloop berpotensi memanfaatkan lahan warga atau mengubah fungsi
lahan untuk dijadikan jalur transportasi, meski Hyperloop mengaku memiliki lahan yang
minim untuk pembangunannya. Hal ini juga terkait dengan izin yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek tersebut, karena pembangunan tidak dapat dilakukan jika tidak ada
izin yang diberikan oleh pemerintah. Dalam hal ini, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (ANDAL) juga berperan penting, tidak hanya untuk melengkapi proses
perizinan tetapi juga untuk menunjukkan bahwa Hyperloop benar-benar merupakan
transportasi hijau seperti yang diklaim.
Ketiga, kemauan dan komitmen politik dari pemerintah dan pemangku kepentingan. Mega
proyek seperti ini cenderung dimanfaatkan oleh para koruptor kerah putih untuk meraup
keuntungan pribadi. Jelas, tanpa kemauan politik dan komitmen dari pemerintah dan
pemangku kepentingan untuk menjalankan dan menyelesaikan proyek tersebut,

14 | P a g e
dikhawatirkan Hyperloop hanya akan menjadi keinginan belaka dan berakhir seperti
banyak proyek pemerintah lainnya yang akhirnya mandek.
Identifikasi masalah dapat digambarkan sebagai Berikut:
1. Teknology
- Penyediaan power system untuk menjalankan hyperloop berkecapatan tinggi
yang sampai sekarang masih dalam taraf uji coba
- Sistim keamanan operasi sihingga kecelakaan dapat dihindari
- System pengereman dengan kendraan hyperloop berkecepatan tinggi
- System Evakuasi apabila terjadi emergecy
2. Design
- Kecepatan rencana yang digunakan termasuk perhitungan detail akselerasi
dan pengereman
- Causeway Alignment dimana memelukan radius yang sangat besar dan
perhitungan cant yang tepat sesui kecepatan rencana
- Design stasiun yang nyaman dengan aksessibilitas yang baik
- System Integrasi dengan moda transportasi lainnya di kota asal dan kota
tujuan
- Civil/structural design sehubungan dengan lahan yang terbatas terutama
daerah perkotaan
3. Pemangku Kebijakan
- Komitment pemerintah untuk implementasi Hyperloop sebagai moda
transportasi baru
- Pembuatan peraturan perundangan sehubungan dengan moda transportasi
baru yang sebelumnya belum pernah ada
- Proses perijinan dan tata ruang yang harus seirama antara pemerintah pusat
dan daerah
- Penyertaan modal pemerintah – APBN terbatas
- Proses sertifikasi dan pengujian
4. Investor
- Kepastian kebijakan dan aturan
- Penyediaan sumberdaya termasuk finance
- Resiko investasi
- Resiko Operasi dan layanan

15 | P a g e
5. Sosial Masyarakat
- Dampak Lingkungan
- Implikasi proses pembebasan lahan

Masih Panjang jalan yang harus dilalui untuk terwujudnya implementasi Hyperloop di
Indonesia. Dari gambaran masalah yang timbul diatas maka solusinya adalah:
1. Teknology
- Teknology Provider perlu menyempurnakan uji coba system hyperloop
sampai pada tahap proses sertifikasi layak fungsi dan layak operasi yang
memastikan teknology ini dapat diimplementasikan dengan aman.
- Menggunakan teknology dan teknology provider yang sudah mempunyai
pengalaman dalam penyediaan teknology hyperloop (proven technology)
- Menggunakan system dan teknology yang sesuai dengan karakter dan
kondisi di Indonesia.
2. Design
- Manggunakan designer yang berpengalaman dalam hal hyperloop design
dan mempunyai trak record yang baik.
- Perencanaan design speed dengan perhitungan keselamatan, alignment,
pengereman dan jarak antar station.
- Design alaigment / causeway disesuaikan dengan tata ruang dan tata
wilayah, design speed, biaya konstruksi yang paling optimal, jarak antar
station dan mimimal implikasi terhadap masyarakat
- Perencanaan station yang matang termasuk lokasi stasiun yang memasitakn
bahwa lokasi tersebut dapat diakses dengan mudah (accessibility),
terintegrasi dengan moda transport yang lain (system integration) dan biaya
konstruksi yang optimum (optimum cost) serta waktu penyelesaian yang
paling cepat
- Perencanaa structur sehubungan dengan keterbatasan lahan, are mana akan
menggunakan on ground structure, elevataed structure atau underground
tunnel. Tentunya ini akan sangat berkaitan dengan algment design.
3. Pemangku Kebijakan
- Perlu komitmen dan perhatian yang besar dari pemerintah sebagi bagian
perencanaan pembangunan jangka Panjang dalam mengantisipasi masalah
transporatsi di Indonesia.
16 | P a g e
- Membuat ataran, kebijakan dan undang-undang baru termasuk aturan
turunannya berkaitan dengan layanan moda transportasi hyperloop. Hal ini
tentunya suatu hal yang tidak mudah karena hyperloop merupakan moda
transportasi yang sebelumnya belum pernah ada.
- Kemudahan perijinan dan sinkronisasi antar pemerintah pusat dan daerah
karena hyperloop ini akan melintasi beberapa dareah propinsi.
- Kemungkinan penyertaan modal pemerintah dengan melakukan feasibility
study beberapa daerah yang mungkin bisa diimplemetasikan system
hyperloop ini, termasuk apabila diperlukan penyediaan / pembebasan lahan
oleh pemerintah (jika dimungkinkan).
- Proses sertifikasi, pengujian dll termasuk mengadopsi aturan-aturan yang
diberlakukan secara internasional.
4. Investor
- Melakukan proses feasibility study bekerja sama dengan pemerintah
- Melakukan detail study proyeksi income, biaya maintenance, biaya operasi
dll sehingga kelayakan proyek dapat dihitung dengan cermat.
- Kolaborasi dengan teknology provider yang kompeten termasuk warranty
yang diperlukan dari pihak penyedia teknology
- Melakukan mitigasi resiko baik pada saat proses perencanaan, pelaksanaan
maupun masa operasi selama masa konsesi.
- Melakukan studi AMDAL
5. Masyarakat
- Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan dan berperan aktif dalam proses
memberikan masukan melalui saluran ada (misalnya DPR)

3.4 Feasibility Study di Indonesia

Menurut Prof Mark Zuidgeest study kelayakan Hyperloop harus menampilkan supply and
demand dari kebutuhan akan system transportasi ini, yang dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut:

17 | P a g e
Prof. Joseph M. Sussman, JR East Professor of Civil and Environmental Engineering
and Engineering Systems, Massachusetts Istitute of Technology, menyampaikan gagasan
membangun relasi dengan jalur kereta kelas dunia dengan edukasi tingkat dunia bersama
dengan penelitian dari akademis perguruan tinggi. Ketiga relasi ini telah membuktikan
keuntungan saling terkait, CLIOS System, meliputi Complex, Large-scale,
Interconnected, Open, Sociotechnical System. Pendekatan sistem teknik dengan jangkauan
luas dampak lingkungan dan sosial. Tahap CLIOS Process terdiri tiga tahapan yang
meliputi representasi dari struktur dan perilaku, desain, evaluasi dan seleksi strategis
sistem alternatif, dan implementasi dan adaptasi dari strategi alternatif.
Feasibility study yang dihasilkan harus mampu menjabarkan dan mengevaluasi secara
terpadu mengenai :
- Rute
- Vehicle technology
- Infrastructure Improvement
- Biaya operasi dengan berbagai macam scenario / alternative yang
berhubungan dengan income
- Revenue
- Study finansial dan ekonomi.
Interkatif analisis proses feasibity study dapat digambarkan sebgai berikut :

18 | P a g e
Model yang komprehensif untuk menguji peningkatan jumlah penumpang terhadap
peningkatan layanan dari waktu ke waktu harus dibuat menggunakan data sosial ekonomi
terbaru, volume lalu lintas (udara, bus, mobil, dan kereta api) dan jaringan transportasi yang
baru, termasuk misalnya misalnya, harga bahan bakar dll.
Operating cost harus mempertimbangkan mngenai teknologi Hyperloop dan perbaikan
infrastruktur yang diperlukan selama masa operasi, frekuensi perjalanan yang direncanakan.
Perlibatan swasta dalam proses feasibility study yang kemudian dilanjutkan dengan skema
KPBU (Kerjasama Pemerintad dan Badan Usaha) merupakan opsi yang paling realistis untuk
mewujudkan Hyperloop di tanah air.

Pada tahun 2017 Hyperloop Transportation Technology (HTT) melakukan Kerjasama dengan
perusahaan local PT Hyperloop Transtek Indonesia dengan nilai kontrak USD2.5 juta untuk
melakukan feasibility study implementasi hyperloop di Jakarta, namun sampai saat ini belum
pernah di publikasikan hasilnya.

Beberapa opsi rute dalam rencana kajian berikutnya adalah :


1. Rute yang menghubungkan Bandara Sokarno Hatta dengan Bandara Halim Perdana
Kusumah dan selanjutnya terhubung dengan bandara Kertajati

2. Rute yang menghubungkan antara kota-kota besar dari Jakarta, Cirebon, semarang dan
Surabaya (Jalur utara jawa)

3. Rute yang menghubungkan jalur dari Jakarta ke Yogjakarta

19 | P a g e
3.5 Timeline Implementasi Hyperloop di Indonesia
Proses implementasi hyperloop di Indonesia memerlukan proses yang sangat Panjang. Selain
issue mengenai teknology, UU, peraturan implementasi juga belum ada.
Berikut gambaran mengenai timeline pelaksanaan hyperloop di Indonesia

3.6 Reference Study Chicago to Cleveland


Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa feasibility study sudah dan sedang dilaksakan di
berbagai negara.
Sebagai referensi dari hasil study hyperloop yang telah dilakukan untuk rute Chicago-
Cleveland sepanjang 530km sebagai berikut:
1. Rute
Diambil 3 alternative rute:
1. Toll route (mengikuti jalur existing toll road yang sudah ada)
2. Straight line (lurus)
3. Hybrid route (design dengan mengoptimalkan speed)

20 | P a g e
Tabel waktu tempuh dan kecepatan berdasarkan 3 opsi yang dipilih

Rute yang dipilih sebagai opsi utama

Structure

2. Struktur – Visual

21 | P a g e
22 | P a g e
3. Capital Cost Summary

4. Capital Spending Forecast

5. Financial Vability

23 | P a g e
6. Illustrative cost comparison dengan existing moda lainnya

7. Emisi CO2

24 | P a g e
8. Impact Analysis - Perkembangan Ekonomi dengan adanya proyek tersebut

25 | P a g e
BAB IV

KESIMPULAN

Salah satu pertanyaan kunci tentang pengembangan Hyperloop adalah apakah Indonesia
benar-benar membutuhkan Hyperloop. Jawabannya dapat dibagi menjadi dua perspektif,
yaitu Perspektif saat ini dan perspektif masa depan.
Untuk perspektif saat ini, mengingat perkembangan moda transportasi di Indonesia saat
ini masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh pemerintah
antara lain pemetaan dan integrasi moda transportasi yang ada, pemutakhiran peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta penyelesaian proyek pembangunan infrastruktur
transportasi yang sedang berjalan dan lain-lain.
Sebelum mengakomodasi system Hyperloop yang futuristik ini, Maka isu-isu seperti itu
jelas harus diprioritaskan terlebih dahulu di atas pembicaraan masa depan lainnya tentang
proyek transportasi. Selain itu, studi tentang kelayakan dan kelayakan Hyperloop harus
dilakukan bersamaan dengan proyek transportasi saat ini. Dengan demikian, pada tahap
akhir proyek saat ini, pemerintah dapat mulai membangun infrastruktur Hyperloop.
Untuk perspektif masa depan, Hyperloop mutlak dibutuhkan karena dapat merevolusi
paradigma transportasi saat ini. Mempertimbangkan beberapa manfaat yang dijelaskan di
atas, Hyperloop dapat menjadi solusi yang bagus untuk banyak masalah transportasi,
lingkungan, dan juga perkotaan. Bahkan dapat mendorong pemerataan penduduk, karena
masyarakat tidak perlu bermigrasi hanya untuk bekerja untuk mendapatkan penghasilan
yang lebih besar karena waktu dan jarak tidak lagi menjadi penghalang untuk bekerja antar
kota. Selain itu, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena akan semakin
banyak pusat ekonomi yang dikembangkan di sepanjang jalur hyperloop dan halte.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Hyperloop – an innovation for Global Transporatation


By Dr. Josef Doppelbaur, Valencinnes

https://virginhyperloop.com/

Prospects of Hyperloop Transportation Technology: A Case of China


Md. Abdur Rob1, A S M Sharifuzzaman Sagar2 and Md. Nasir Uddin3

Hyperloop Transtek Indonesia – Brief Paper


By H. Dwi Putranto Sulaksono

Hyperloop Indonesia: Hype or Hyperbole?

Great Lake Hyperloop Feasibility Study


TEMS – Transporation economic & Management system, Inc

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai