Anda di halaman 1dari 15

Edukasi Pemakaian Tas Belanja Kain untuk Mengurangi

Sampah Kantong Plastik

Aprilia Dista Lutvitasari


200151602808, A5C, PGSD, Universitas Negeri Malang
Email: aprilia.dista.2001516@students.um.ac.id

Abstrak: Kegiatan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini tidak menyurutkan


volume sampah yang berada di lingkungan masyarakat, justru semakin meningkat jumlah
sampah plastik. Kasus serupa juga terjadi di lingkungan pesantren, khusunya Lembaga
Tinggi Pesantren Luhur Malang. Banyak santri putri yang masih menggunakan kantong
plastik untuk membawa atau menyimpan makanan atau barang belanjaan. Hal tersebut
disebabkan perilaku yang demikian sudah menjadi kebiasaan di kalangan santri putri,
sehingga tidak mudah untuk diselesaikan. Solusi yang ingin peneliti lakukan yaitu dengan
melakukan edukasi mengenai penggunaan tas belanja kain atau reuseable bag melalui
media poster dan sosialisasi. Metode atau teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni
dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian dengan
metode wawancara terhadap narasumber, didapatkan bahwa banyak santri khususnya
santri putri yang berbelanja dengan memakai kantong plastik, dan setelah selesai
digunakan untuk kantong belanja dibuang begitu saja sehingga menambah banyaknya
sampah plastik.
Kata Kunci: Sampah, Tas Belanja, Kantong Plastik

PENDAHULUAN
Di masa pandemi Covid-19 ini juga dilaporkan adanya peningkatan jumlah sampah
plastik, terutama sampah dari medis, dan masih kurangnya keperdulian terhadap dampak
negatif dari penggunaan sampah plastik yang meningkat tajam. Persoalan tersebut
merupakan contoh nyata masih pentingnya kita menangani tentang perilaku peduli
lingkungan. Berbagai macam barang atau produk berbahan plastik digunakan dalam
keseharian setiap manusia. Kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat
karena memiliki sifat yang praktis, ringan, dan mudah didapat. Hal ini membentuk sifat
konsumtif dan membudaya di kalangana masyarakat. Tidak bijaksananya seseorang ketika
membiasakan menggunakan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari. Karena yang
seharusnya masyarakat sadar akan penggunaan kantong plastik yang berlebihan.
Terlihat masih banyak sampah-sampah plastik yang ditemukan di lingkungan rumah.
Sesuai dengan pengamatan dari banyak warga yang meletakkan sampah-sampah plastik di
depan rumah dan di pasar rakyat atau pasar tradisional, masih banyak yang menggunakan
kantong plastik untuk menyediakan konsumen setiap pembelian. Selain itu masyarakat juga
masih belum terbiasa dengan membawa tas belanja sendiri. Sehingga hal tersebut dapat
dijadikan sebagai permasalahan dalam pengurangan kantong plastik.
Hal yang serupa juga terjadi di lingkungan pesantren, khususnya Lembaga Tinggi
Pesantren Luhur Malang, yang santri-santrinya juga mengkonsumsi makanan dari luar atau
membeli di warung makan. Mereka juga menggunakan kantong plastik untuk membawa
makanan yang telah dibeli, sehingga sampah plastik pun menumpuk di lingkungan
pesantren dan terkadang hingga melebihi batas volume tempat sampah yang telah
disediakan. Tentunya kasus ini menjadi suatu permasalahan yang tidak mudah untuk
diselesaikan karena menyangkut dengan kebiasaan para santri tersebut, khususnya para
santri putri.
Disisi lain, peneliti telah mengamati anak-anak usia sekolah yang banyak bermain di
lingkungan sekitar, sehingga memiliki ide untuk memberikan pengalaman membuat tas
belanja kain dan mengajarkan untuk mendesain dan melukis tas tersebut. Upaya tersebut
dilaksanakan untuk membentuk karakter anak usia sekolah dalam membekali diri dalam
menghargai dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Pemberdayaan ibu-ibu rumah
tangga yang memiliki banyak waktu sebagai upaya penambahan keterampilan sekaligus
mengajarkan untuk peduli kepada lingkungan.
Salah satu cara untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dalam diri
siswa yaitu dengan cara melakukan mengganti penggunaan kantong plastik dengan tas
ramah lingkungan. Penggunaan tas ramah lingkungan dalam arti luas adalah segala daya
untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi
dan berfungsi secara optimal. Dengan mengganti kantong plastik dengan tas ramah
lingkungan dapat dilakukan apabila ada kemauan dari masing-masing individu.
METODE
Metode atau teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun observasi merupakan metode pengumpulan data
secara langsung melakukan pengamatan lapangan. Dalam hal ini penulis terjun langsung ke
lapangan melihat kondisi sebenarnya sampah yang ada dalam lingkungan Lembaga Tinggi
Pesantren Luhur Malang khususnya di area santri putri kemudian mengamati banyaknya
sampah yang dominan di setiap tempat sampah baik perblok hingga sampah satu pesantren.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan metode pengumpulan
data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung terhadap narasumber yang
berkaitan langsung dengan kebersihan lingkungan pesantren. Dalam hal ini penulis
melibatkan tiga orang narasumber yang masing-masing merupakan santri aktif di Lembaga
Tinggi Pesantren Luhur Malang yakni saudara Anbiya Maulida (20) yang merupakan
anggota Majelis Santri Departemen Lingkungan Hidup, saudara Ahsana Nadia Hillaliyah
(19) juga merupakan anggota Majelis Santri Departemen Lingkungan Hidup, dan yang
terakhir adalah Anissa Fitri (19) yang merupakan mahasiswi semester 3 Teknik
Lingkungan Universitas Brawijaya yang memberikan banyak inovasi dan dukungan secara
penuh untuk proker yang penulis rencanakan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yakni dengan dokumentasi berupa foto
bukti wawancara secara langsung, foto sampah pada saat sebelum dilakukannya edukasi,
dan foto sampah setelah melakukan wawancara selama satu minggu dengan DPH. Segala
bentuk pengumpulan data dianalisis dengan memperkaya banyak informasi baik dari
narasumber, pengetahuan awal penulis, dan juga sumber referensi lain yang dijadikan
rujukan penulis untuk menyusun paper ini. Dengan menggunakan ketiga metode ini
diharapkan dapat membantu memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi tentang
pelonjakan sampah plastik khususnya kantong belanja plastik di area santri putri Lembaga
Tinggi Pesantren Luhur Malang.
HASIL
A. Pemaparan Masalah
Berdasarkan hasil pengambilan data primer dengan data real time metode
wawancara terhadap responden, didapatkan bahwa banyak santri khususnya santri putri
yang berbelanja dengan memakai kantong plastik, dan setelah selesai digunakan untuk
kantong belanja dibuang begitu saja sehingga menambah banyaknya sampah plastik
yang kita tahu bahwa sampah plastik ini sulit terurai di dalam tanah dan membutuhkan
waktu 100 juta tahun lebih penguraiannya. Hal tersebut juga disebabkan oleh perilaku
santri putri yang sudah terbiasa menggunakan kantong plastik sebagai wadah untuk
membawa atau menyimpan makanan atau barang yang dibeli. Dan seperti yang
diketahui bahwa kebiasaan merupakan perilaku yang sudah melekat dalam individu
dan tidak mudah untuk dilepaskan begitu saja. Maka dari itu, peneliti berencana untuk
mengatasi masalah ini dengan memberikan edukasi tentang pentingnya memakai tas
belanja kain untuk mengurangi sampah kantong plastik.
B. Strategi Pemecahan Masalah
Penelitian ini memiliki strategi pemecahan masalah yang diberikan baik dari
responden sendiri maupun dari peneliti. Solusi yang dapat peneliti berikan dalam
permasalahan ini yakni yang pertama memberikan pengarahan dan edukasi kepada
santri putri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang bekerja sama dengan
Pengurus Majelis Santri, khususnya Departemen Lingkungan Hidup dan juga salah
satu santri putri yang merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya
dengan memberikan himbauan berupa poster Zero Waste yang ditempel di dinding
dekat tempat sampah masing-masing blok. Kemudian langkah selanjutnya, peneliti
berencana untuk menghimbau teman-teman santri terdekat untuk membawa tas kain
kemanapun pergi baik berbelanja atau membeli makanan. Harapannya dengan memulai
dari frekuensi yang kecil, nantinya bisa berkembang dan terus diawasi bagaimana
perkembangan sampah plastik dalam area lingkungan santri putri.
SWOT 1. Memberi kebiasaan terhadap pribadi
penulis dengan menggunakan tas
belanja kain dengan harapan dapat
dicontoh serta memberi poster “Zero
Waste” di setiap tempat sampah blok.
2. Memberikan edukasi pentingnya tas
belanja kain dalam lingkup kecil
menuju luas (teman sekamar, teman
satu blok, seluruh blok santri putri).
3. Bekerjasama dengan Departemen
Lingkungan Hidup LTPLM dibantu
dengan mahasiswi Teknik
Lingkungan Universitas Brawijaya.
STRENGHT Dalam hal ini saya memiliki kekuatan
untuk mengatasi solusi ini dengan
bekerjasama bersama Departemen
Lingkungan Hidup LTPLM yang
memang badan yang membawahi tentang
urusan lingkungan, selain itu saya juga
bekerja sama dengan rekan saya
mahasiswi Teknik Lingkungan UB yang
diharapkan kerjasama ini akan
mempermudah edukasi yang kami
berikan.
WEAKNESS Kelemahan dalam masalah ini adalah
kesadaran dari mbak-mbak santri
LTPLM tentang pentingnya menjaga
lingkungan dengan meminimalisir
sampah plastik yang seharusnya sebagai
mahasiswa mereka sudah tahu akan tetapi
mereka tidak menghiraukan dampak
besar ke depannya.
OPPORTUNITIES Peluang yang ada dalam penelitian ini
adalah dengan status pada santri sebagai
mahasiswa diharapkan edukasi ini dapat
diserap dengan baik secara rasional
sehingga kebiasaan "Zero Waste" dan
memakai tas belanja kain dapat dilakukan
ke depannya.
THREATS Ancaman yang mungkin muncul dalam
penelitian ini adalah pembiasaan yang
tidak bisa dilakukan secara instan dan
cepat sehingga, kemungkinan
pengurangan sampah plastik tidak bisa
100% akan tetapi berangsur-angsur dan
memerlukan waktu yang lama. Selain itu,
dikhawatirkan kebiasaan menggunakan
kantong plastik dapat kembali pada
pribadi para santri putri LTPLM
sewaktu-waktu, sehingga mungkin
kedepannya harus ada peraturan tegas
untuk mengkondisikan penggunaan

PEMBAHASAN
Edukasi penggunaan tas belanja kain di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang
sangat perlu dilakukan agar jumlah sampah plastik terutama kantong plastik dalam lingkup
pesantren dapat mengurangi populasi lonjakan sampah plastik global. Hasil penelitian
memberika perubahan yang bisa dikatakan terdapat kemajuan karena pihak Departemen
Lingkungan Hidup dalam kurun waktu hamper dua minggu ini juga ikut memberikan
dukungan penggunaan tas kantong belanja kain baik dalam pemberian contoh, edukasi
secara langsung serta peringatan secara berkala kepada para santri putri yang belum bisa
menggunakan secara penuh tas belanja kain.
Selain itu, berdasarkan hasil survei lapangan dalam kurun waktu satu minggu setelah
dilakukannya edukasi, sampah plastik jenis apapun cenderung berkurang. Jika awalnya
dalam salah satu blok yang menjadi pengamatan secara berkala setiap harinya yakni blok C
biasanya menghasilkan sampah maksimal dua kantong kresek besar dalam satu minggu
terakhir ini rata-rata sampah yang dihasilkan sebanyak satu hingga satu setengah kantomg
kresek besar. Hal ini merupakan pencapaian yang bisa dikatakan berhasil meskipun secara
perlahan. Ditambah lagi terdapat beberapa santri putri yang memiliki ide dengan tidak
langsung membuang kantong plastik yang telah dipakai, melainkan disimpan di dalam
kamar untuk digunakan lagi ketika berbelanja atau bisa dikatakan menerapan reusable.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tas kantong belanja kain
dapat mengurangi populasi sampah plastik di area lingkungan Lembaga Tinggi Pesantren
Luhur Malang secara berkala. Selain itu, penggunaan kantong plastik yang sudah menjadi
sebuah kebiasaan dapat diganti dengan cara reusable kantong plastik untuk tidak langsung
dibuang dan digunakan kembali jika masih layak, sehingga edukasi penggunaan kantong
belanja kain dapat secara bertahap dijadikan kebiasaan para santri putri Lembaga Tinggi
Pesantren Luhur Malang.
Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah sebaiknya pihak penulis dan juga
departemen yang berhubungan tentang kebersihan lingkungan dapat memfasilitasi para
santri untuk menggunakan tas belanja kain untuk dijual kepada para santri yang harganya
terjangkau. Harapannya agar santri yang enggan dan mager menggunakan tas belanja kain
tidak perlu repot-repot mencari tas belanja kain jauh di luar area pesantren. Dengan
dilakukan penelitian ini juga diharapkan kritik serta saran dari para pembaca agar
kedepannya paper ini dapat bermanfaat dan lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Hayatullah, K. & Hizasalasi, M. 2017. Strategi Kampanye Diet Kantong Plastik oleh
GIDKP di Indonesia. Prosiding 2th Celscitech-UMRI. 2: 73-78.

Rochimah & Nur, T. H. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Kampanye Sosial Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat untuk Menurunkan Angka Diare di Kabupaten Kulonprogo.
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 6(1).

Wahyuni, T.. 2016. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Dunia.
http://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-
penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-duadunia. Diakses pada 14 Desember
2021.

Yulianingsih, I., Zaitun, Damayanti, A., Hayati, C., & Hamid, A. R. 2020. Upaya
Pengurangan Sampah Plastik dan Bentuk Kepedulian Lingkungan melalui
Kerajinan Goodie Bag. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat
LPPM UMJ.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkip Wawancara
Berikut pertanyaan wawancara yang diberikan:
1. Bagaimana pendapat sejauh ini Anda tentang sampah plastik di Lembaga Tinggi
Pesantren Luhur Malang?
2. Apakah dari Departemen Lingkungan Hidup ada solusi sejauh ini tentang hal
tersebut?
3. Bagaimana menurut Anda jika saya ingin bekerjasama dengan Departemen
Lingkungan Hidup tentang edukasi penggunaan kantong belanja kain kepada mbak-
mbak,?
4. Bagaimana langkah ke depannya yang dapat kita lakukan menurut Anda?
5. Apakah kekurangan dan kelebihan dari langkah yang akan saya rencanakan ini
menurut Anda?
Berikut adalah narasi hasil wawancara dengan responden:
1. Anbiya Maulida (20) anggota Departemen Lingkungan Hidup
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diatas, menyebutkan terkait
sampah plastik di lingkungan mbak-mbak setiap harinya sangat banyak bahkan
perhari bisa mencapai dua kantong plastik yang besar seharga Rp. 2.000,- karena
kresek bias aitu tidak cukup. Selain itu, mbak-mbak sangat konsumtif apalagi sangat
jarang memasak makanan sendiri alias lebih sering beli di luar. Saat beli sudah pasti
dapat plastik makanan, dapat kantong plastik belum lagi disini memiliki budaya
memakai plastik makan atau plasma dibandingkan dengan sendok atau tang
langsung karena memang akses kamar mandi yang hanya ada di lantai satu
membuat mbak-mbak lantai dua, tiga, dan empat enggan cuci tangan ke kamar
mandi dan lebih memilih menggunakan plastik makan. Yang paling parh itu di blok
C karena perharinya bisa sampai dua kresek jumbo harga Rp. 2.000,-.
Dari Departemen Lingkungan Hidup sendiri masih belum memiliki solusi
karena kembali lagi kepada kepribadian masing-masing individu yang sudah sangat
terbiasa menggunakan kantong plastik setiap belanja. Dari Departemen LH juga
sudah memberikan contoh setiap makan tidak menggunakan plasma, setiap dari
manapun tidak menggunakan kresek atau lebih memakai totebag dan belum ada
sosialisasi tentang hal tersebut secara langsung karena kendala besarnya adalah
kepribadian masing-masing individu yang sudah terbiasa menggunakan kantong
plastik. Untuk edukasi penggunaan kantong belanja kain dari DLH menerima
dengan baik karena dalam waktu dekat ini akan diadakan “Cangkrukan” dengan
mbak-mbak sebagai wadah tukar pemikiran tentang lingkungan pesantren sehingga
disitu bisa menjadi wadah untuk memulai sosialisasi edukasi penggunaan tas
belanja kain. Selain itu, edukasi ini bagi sangat membantu DLH untuk menghemat
pengeluaran bulanan pembelian kresek sampah. Dan langkah lanjutannya yakni
dengan memberikan edukasi melalui forum “Cangkrukan”.
Kelebihan tentang edukasi ini yakni dapat mengurangi jumlah sampah plastik
di lingkungan pesantren dan juga menghemat biaya pengeluaran bulanan kantong
kresek. Untuk kekurangannya yang jelas pembiasaan ini mungkin akan sulit
diterima secara langsung oleh mbak-mbak selain itu kantong belanja kain harganya
juga lumayan mahal yang memberikan faktor mager membeli bagi mbak-mbak.
2. Ahsana Nadia Hillaliyah (19) anggota Departemen Lingkungan Hidup
Sampah sudah bukan hanya menjadi permasalahan di Lembaga Tinggi
Pesantren Luhur Malang saja, namun sudah menjadi permasalahan negara,
walaupun sudah terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan
tersebut. Permasalahan sampah di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang belum
begitu mengkhawatirkan, karena dengan jumlah populasi santri di LTPLM dan
dengan aktivitas konsumsi para santri, hal tersebut masih bisa dianggap wajar dan
tidak sampai menimbulkan permasalahan yang fatal dalam hal kebersihan dan
kesehatan.
Pengurus Majelis Santri, khususnya Departemen Lingkuhan Hidup, belum
berencana atau menemukan solusi tentang penggunaan kantong plastik.
Kesepakatan mengenai pembatasan penggunaan plastik pun juga belum pernah
menjadi pembahasan di internal Departemen Lingkungan Hidup. Hal ini
dikarenakan untuk membuat terobosan baru harus bekerjasama terlebih dahulu
dengan departemen lain, contohnya Departemen Litbang, yang juga sudah
mempunyai program kerja masing-masing.
Narasumber setuju dengan edukasi ini, karena setiap niat baik yang akan
dilakukan pasti akan berdampak baik terhadap lingkungan di sekitar. Rencana untuk
menggalangkan penggunaan tas belanja kain untuk menggantikan plastik adalah
sangat baik. Langkah pertama yaitu memberi pengarahan atau sosialisasi kepada
para santri. Hal yang perlu disampaikan yang pertama mungkin bisa jadi keresahan
tentang kondisi sampah plastik yang makin menumpuk. Kemudian menyampaikan
bahaya apabila terus menerus menggunakan plastik. Selanjutnya yang perlu
disampaikan adalah ide atau terobosan yang akan dilakukan, diikuti dengan manfaat
yang dapat timbul dari ide tersebut. Tidak lupa juga untuk menyampaikan
kelemahan dari ide tersebut, seperti sulitnya mengubah kebiasaan individu karena
membiasakan sesuatu itu membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat.
Langkah selanjutnya yaitu bekerja sama dengan Departemen Lingkungan Hodup
untuk berusaha merealisasikan ide penggunaan tas belanja kain tersebut.
Pelaksanaan ide tersebut dapat dilakukan secara serentak maupun bertahap, atau
mungkin dengan strategi yang lain. Untuk kekurangan dan kelebihan juga sangat
relatif karena pembiasaan ini membutuhkan proses panjang agar mbak-mbak bisa
terbiasa.
3. Anissa Fitri (19) Mahasiswi Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diatas, berpendapat bahwa
sampah plastik di lingkungan pesantren luhur sangat miris karena melihat jumlah
santri di LTPLM hamper 300 santri tetapi yang memiliki pemahaman tentang
bahayanya sampah plastik di Indonesia hanya beberapa orang saja. Mereka
sebenarnya tahu tetapi masih belum memiliki kesadaran akan bahaya penggunaan
kantong plastik . Dari mbak-mbak sendiri pastinya sering belanja baik tiap hari, tiap
minggu, tiap bulan pasti menggunakan kantong plastik . Dan Indonesia sendiri
menjadi peringkat-2 pengguna sampah plastik terbanyak kalau tidak Asia bisa juga
Dunia.
Menurut narasumber dari DPH belum ada tindakan untuk meminimalisir
penggunaan sampah plastik . Kecuali mbak-mbak yang memang penelitian tentang
sampah plastik DPH akan membantu mengumpulkan sampah plastik . Bahkan saat
dibuang di TPA depan pesantren juga belum diolah atau disortir. Karena mayoritas
santri putri disini adalah mahasiswa seharusnya mereka pasti tahu dan sadar akan
bahaya penggunaan sampah plastik di lingkungan pesantren. Sebenarnya mbak-
mbak juga mayoritas sudah mempunya totebag hanya saja belum dimanfaatkan
secara maksimal dan belum bisa meninggalkan kantong plastik secara penuh.
Edukasi tentang penggunaan tas belanja kain ini sangat perlu agar mbak-mbak
ini bisa sadar dan meminimalisir penggunaan plastik . Langkah ke depannya bisa
dimulai dari orang-orang terdekat yakni dri diri sendiri, teman sekamar, kemudian
lingkungan blok dan secara luas di seluruh area santri putri.
Kelebihan dan kekurangan dari edukasi penulis ini relative dapat dilihat dari
tujuan awal penelitian ini untuk lingkungan kecil atau besar jarena nanti juga akan
memberikan dampak positif secara maksimal jika melihat objek yang dituju secara
fokus. Selain itu, edukasi ini harus dilakukan secara cepat mengingat krirs sampah
plastik yang sudah sangat tinggi sehingga kekurangnnya adalah kebiasaan ini
belum tentu bisa diterima secara spontan oleh mbak-mbak.
Lampiran 2: Dokumentasi
2.1 Dokumentasi wawancara dengan narasumber yang dilakukan secara
langsung dan tidak langsung melalui chat WhatsApp pada tanggal 30 November
2021.

Wawancara secara langsung dengan Mbak Anbiya Maulida (20) anggota


Departemen LH dan disini kami berencana untuk mengedukasi tas kantong belanja
kain pada saat “Cangkrukan” DPH dengan mbak-mbak perwakilan blok santri.
2.2 Dokumentasi sampah dari beberapa blok pada saat sebelum dilakukan
wawancara dengan DPH dan juga narasumber mahasiswi Teknik Lingkungan
Universitas Brawijaya.
2.3 Dokumentasi sampah beberapa blok khususnya blok C yang menyumbang
sampah plastik terbanyak setelah wawancara dan setelah pemasangan poster “Zero
Waste”.

2.4 Dokumentasi salah satu santri yang me-reusable kantong plastik untuk
digunakan kembali untuk meminimalisir penggunaan sampah plastik.

Anda mungkin juga menyukai