Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Psikologi Perkembangan Dalam Islam


“Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan”
Dosen Pengampu: Dr. Muhtar Ghazali, M. Ag

Kelomok 7

Fariha Najibah Al-anwari (1201040059)


Faizal danial haq (1201040055)
Fia Padilah Lailatul Rizki (1201040062)
Fufu Rianti (1201040064)
Indriani Elva putri Ningsih (1201040075)

FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................................................ iv
PENDAHULUAN ................................................................................................................... iv
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... iv
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... v
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... v
BAB II ....................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1
2.1. Pengertian psikologi perkembangan dalam Islam ..................................................... 1
2.2. Dalil2 tentang psikologi perkembangan...................................................................... 1
2.3. Fase perkembangan dalam Islam ................................................................................ 2
2.4. Pola asuh perkembangan pada anak dalam perspektif Islam .................................. 5
BAB III...................................................................................................................................... 6
PENUTUP................................................................................................................................. 6
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 7

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Salawat
serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Serta kepada para
sahabatnya, keluarganya, serta kita semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan. Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin,
yang secara tidak langsung memperoleh suatu dorongan yang positif bagi penulis penyus
menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk penyusun makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan serta saran demi perbaikan dalam perbuatan makalah ini, agar di lain
kesempatan dapat menyajikan yang lebih baik lagi.

Bandung, 14 Desember 2021

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya semua manusia berkembang dengan normal, yang mengalami kelainan
perkembangan dan beresiko untuk mengalami masalah perkembangan, mempunyai
persamaan kebutuhan baik dalam aspek fisik dan psikologisnya. Kebutuhan yang bersifat
fisik misalnya tempat tinggal yang nyaman, terpenuhinya kebutuhan makanan yang
bergizi, sedangkan kebutuhan psikisnya seperti kasih sayang, rasa perhatian, dll.
Dalam pandangan Islam, perkembangan manusia haruslah dipandang sebagai satu
kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterikatan. Ini mengandung arti bahwa setiap
perkembangan, baik itu perkembangan fisik, mental, sosial, emosional tidak dapat
dipisahkan dan memiliki hubungan yang kuat. Terdapat beberapa ayat Alquran yang
menunjukkan tahapan perkembangan manusia, dimana dalam ayat tersebut tidak hanya
menyebutkan perkembangan mental, akan tetapi juga menyebutkan perkembangan fisik.
Perkembangan seseorang sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua di awal awal
kehidupan mereka, maka dari itu orang tua memiliki peran yang terkait dengan
perkembangan seseorang ketika mereka masih berada pada masa kanak-kanak. Jika
perkembangan tersebut diabaikan, kemungkinan besar tahapan perkembangan seseorang
akan mengalami gangguan.

iv
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian psikologi perkembangan dalam Islam?
2. Apa itu Dalil dalil tentang psikologi perkembangan?
3. Apa itu Fase perkembangan dalam Islam?
4. Apa itu Pola asuh perkembangan pada anak dalam perspektif Islam?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pengertian psikologi perkembangan dalam Islam
2. Mengetahui Dalil dalil tentang psikologi perkembangan
3. Mengetahui Fase perkembangan dalam Islam
4. Mengetahui Pola asuh perkembangan pada anak dalam perspektif Islam

v
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian psikologi perkembangan dalam Islam
Psikologi perkembangan menurut Islam memiliki kesamaan objek studi dengan
psikologi perkembangan pada umumnya, yaitu proses pertumbuhan dan perubahan manusia.
jika psikologi perkembangan membatasi penelitiannya dari konsepsi sampai kematian, maka
melalui studi literatur keagamaan, dapat memperluas ruang lingkup penelitiannya pada
kehidupan yang bersifat transedental, termasuk kehidupan setelah mati. Juga secara
fundamental memandang manusia sesuai dengan citranya sebagai khalifah Allah di muka
bumi, seperti yang diterangkan dalam Alquran dan hadist. Jadi psikologi perkembangan
menurut Islam merupakan kajian atas proses pertumbuhan dan perubahan manusia yang
menjadikan Alquran dan Hadist sebagai landasan berpikirnya.1
Psikologi perkembangan menurut Islam memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi
perkembangan pada umumnya, yaitu proses pertumbuhan dan perubahan manusia. Secara
biologis pertumbuhan itu digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sesuai firmannya pada
surat Al-Mu’min ayat 67 sebagai berikut:
‫شيُو ًخا َومِ ْن ُك ْم َم ْن يُتَ َو َّفى‬ ُ َ‫علَقَ ٍة ث ُ َّم يُ ْخ ِر ُج ُك ْم طِ ْفال ث ُ َّم ِلتَ ْبلُغُوا أ‬
ُ ‫ش َّد ُك ْم ث ُ َّم ِلتَكُونُوا‬ َ ‫ب ث ُ َّم مِ ْن نُ ْطفَ ٍة ث ُ َّم مِ ْن‬ٍ ‫ه َُو الَّذِي َخلَقَ ُك ْم مِ ْن ت َُرا‬
َ)٦٧( ‫س ًّمى َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْع ِقلُون‬ َ ‫مِ ْن َق ْب ُل َو ِلت َ ْبلُغُوا أَجَال ُم‬
Artinya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu
hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahaminya.”
Dari penjelasan ayat diatas bahwa proses kejadian individu mengalami tahapan dan dinamika
sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja atau
dewasa yang mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan.
2.2. Dalil2 tentang psikologi perkembangan
ً َ‫َوا ْبتَلُوا ْاليَ ٰتمٰ ى َحتّٰى اِذَا بَلَغُوا النِكَا َح فَا ِْن ٰانَ ْست ُ ْم ِم ْن ُه ْم ُر ْشدًا فَادْفَعُ ْوا اِلَ ْي ِه ْم اَ ْم َوالَ ُه ْم َو َل ت َأ ْ ُكلُ ْوهَا اِس َْرافًا َّوبِد‬
‫ارا اَ ْن يَّ ْكبَ ُر ْوا‬
َ ‫ِف َو َم ْن َكانَ فَ ِقي ًْرا فَ ْل َيأ ْ ُك ْل ِب ْال َم ْع ُر ْوفِ فَ ِاذَا دَفَ ْعت ُ ْم اِلَ ْي ِه ْم ا َ ْم َوالَ ُه ْم فَا َ ْش ِهد ُْوا‬
ِ ّٰ ‫علَ ْي ِه ْم َوك َٰفى ِب‬
‫اّلل َح ِس ْي ًبا‬ ْ ‫غ ِنيًّا فَ ْل َي ْستَ ْعف‬
َ َ‫َو َم ْن َكان‬
Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian
jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah
kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi
batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka
dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri
(dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka bolehlah dia makan harta
itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka,

1
http://al-badar.net. Pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 17 November 2014

1
maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas. (Qs.
Annisa. 6)
‫ع ْز ِم ْالُ ُم ْو ِر‬ َ َ ‫ع ٰلى َما ا‬
َ ‫صابَكَ ا َِّن ٰذلِكَ مِ ْن‬ َ ‫صبِ ْر‬ َ َ‫ص ٰلوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َوا ْنه‬
ْ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َوا‬ َّ ‫ي اَق ِِم ال‬
َّ َ‫ٰيبُن‬
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (Qs. Lukman. 17 )
2.3. Fase perkembangan dalam Islam
1. Tahap Pranatal (Sebelum Kelahiran)

Di dalam al-qur’an telah dijelaskan secara jelas bahwa ada beberapa tahap perkembangan
yang di lalui sebelum menjadi manusia seutuhnya dalam hal ini adalah berupa janin. Pertama,
dari saripati tanah (Sulalatin min tin). Kedua,menjadiair mani yang telah bertemu dengan ovum
(nutfah). Ketiga, menjadi segumpal darah (‘alaqah). Keempat, menjadi segumpal daging
(mudghah). Kelima, menjaditulang belulang (idham), Keenam, menjadi tulang belulang yang
2
dibungkus oleh daging (lahm), kemudian Allah jadikan menjadi makhluk yang berbeda dari
sebelumnya yaitu manusia.
2. Tahap Pascanatal (0-2 tahun)

Pada tahap ini ada ketika anak pertama kali melihat dunia, pada tahap ini fungsi indera
yang sudah berkembang adalah indera pendengaran. Salah satu alasan mengapa ketika anak
lahir di dengarkan adzan dan iqamah padanya. Alasan kedua adalah sebagai penegasan
kesaksiannya pada Allah swt, potensi fitrah manusia untuk bertuhan di kuatkan pada saat anak
dilahirkan.
Jika fungsi pendengarannya dioptimalkan pada fase ini maka akan menstimulus potensi-
potensi intelektual, emosi, dan spiritual pada anak. Jika orangtua memperdengarkan hal-hal
baik pada anaknya maka hal tersebut sangat berdampak baik pengetahuannya. Seperti contoh,
ibunda imam syafi’I selalu memperdengarkan ayat-ayat al-qur’an sejak lahir dengan intens dan
konsisten, ketika menyusui, ibunya sambil bersenandung membaca al-qur’an, dan luar biasa
bahwa, imam syafi’i telah mampu menghafalkan al-qur’an ketika berumur 7 tahun, jadi seperti
ia hanya mengulang saja apa yang telah ia dengar sejak bayi dari ibunya
Memberikan nama yang baik adalah hal penting dalam perkembangan anak selanjutnya,
berikan nama-nama yang baik yang dapat menjadi doa dan terinternalisasikan pada anak.
Kemudian adanya kewajiban untuk menyusui anak selama 2 tahun penuh, selain karena gizi
yang terdapat dalam ASI tetapi juga untuk mebangun keeratan, kasih sayang antara ibu dan
anak. Seperti dalam firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 yang artinya “para ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan.
3. Tahap Kanak-kanak (2-7 tahun)

2
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi perkembangan islami: menyikapi rentang kehidupan
manusia dari prakelahiran hingga pascakematian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

2
Tahap ini adalah tahap dimana seorang anak mengeksplorasi dunianya, fase kritis dimana
anak akan sangat aktif bergerak dan memuaskan rasa penasarannya terhadap apa yang ia temui.
Karena hal tersebut akan memberikan efek yang baik untuk akal dan qalb-nya.Dengan
eskplorasi, anak akan melihat dunia, ciptaan-ciptaan Allah, dan semakin mempertegas
kesaksiannya terhadap kekuasaan Allah, tidak hanya sekedar di alam azali, dan adzan iqamah
ketika lahir.3
Fase ini merupakan terbentuknya kerangka tauhid untuk anak. Peran orangtua sangat
penting dalam mengajarkan tauhid pada anaknya, mengenalkan Allah dan menanamkan
pradigma ketuhanan, dengan begitu diharapkan anak dalam memandang sesuatu di dunia,
berfikir itu adalah kekuasaan Allah. Hal ini dapat dilakukan dengan bercerita atau menjadi
contoh yang baik. Jadi, eksplorasi lingkungan pada fase ini sangatlah penting dalam melatih
akal anak dalam berfikir.
4. Tahap Tamyiz (7-10 tahun)

Fase ini adalah fase dimana seseorang siap menjadi ‘abdullah (hamba Allah), sudah terkena
tanggung jawab untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, fase Tamyiz ini
biasa kita sebut dengan fase baligh. Di tahap ini seorang anak mulai diajarkan untuk memahami
siapa Tuhannya (Tauhid) dan agamanya yang akan menjadi panduan hidupnya di dunia dan
akhirat. Di fase ini anak sudah mulai bisa membedakan yang mana baik dan buruk, salah dan
benar, antara yang prioritas dan bukan prioritas. Mengajarkan anak adanya tingkatan hukum
yang ada dalam islam yaitu halal, haram, wajib, sunnah, mubah, makhruh dan syubhat.4
Kemudian mengajarkan adanya konsep syurga dan neraka, pahala dan dosa dalam islam
yang menjadi penguat keimanan seseorang terhadap Allah. Anak sudah akan mulai memahami
sedikit demi sedikit konsekuensi apa saja yang akan ia dapatkan ketika melakukan hal yang
baik atau buruk. Dalam cara mendidik anak dalam Islam sebaiknya lebih dahulu
memperkenalkan konsep surga dan pahala pada anak, diharapkan konsep ini akan berkesan
mendalam dan menjadikan anak-anak bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Sebuah hadist yang menjadi rujukan cara mendidik anak fase Tamyiz menurut Islam adalah
sebagai berikut “Bila anak telah berusia tujuh tahun perintahkanlah dia untuk melaksanakan
shalat dan saat berusia 10 tahun maka pukullah bila dia meninggalkannya”. (HR. Daud)
5. Tahap Amrad (10-15 tahun)

Karena fase ini adalah persiaan seseorang menjadi khalifah (wakil Allah) maka hal dasar
yang harusdiajarkan adalah kesadaran tanggung jawab terhadap semua makhluk, karena
manusia lah yang menjadi wakil Allah yang akan mengatur, menjaga, mengolah semua yang
ada di bumi ini. Seperti Nabi Muhammad SAW, sejak umur 12 tahun beliau terlibat dalam
perang fijar yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, beliau berperan dalam kelancaran
pasokan senjata bagi pasukan yang berperang.

3
Mujib, Abdul .2007.Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta: RajaGrafindoPersada.
4
Nashori, Fuad 2003. Potensi-potensi manusia: Seri psikologi islami. Yogyakarta:Pustaka pelajar.

3
Cara menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak yaitu anak diberikan wawasan dan
pengetahuan dasar tentang makhluk hidup atau makhluk mati dan bagaimana memperlakukan
mereka dengan baik. Selain tanggung jawab yang harus ditumbuhkan pada saat ini yaitu
penguasaan atas keterampilan, dimana untuk mepersiapkan anak ketika dewasa menjadi orang
yang memiliki keterampilan dalam bekerja dan menjadi mandiri. Seperti Nabi Muhammad
Saw, beliau sejak berumur 12 tahun sudah diajak berdagang oleh pamannya, dengan berdagang
beliau belajar untuk mengatur keuangan, adil, berkomunikasi dengan orang lain, dan lain
sebagainya.
Pada fase ini juga anak mulai mencari identitas dirinya, ia berusaha mengenal fisik dan
psikologisnya untuk dapat mengenali diri dan mengembangkan diri. Secara intelektual pada
usi ini anak sudah mampu berfikir abstrak, mulai dapat diajarkan ilmu logika, fisika, filsafat
dan astronomi.
6. Tahap Taklif (15-40 tahun)

Pada tahap ini manusia sudah dianggap dewasa, ia sudah terkena kewajiban untuk menjadi
’abdullah (hamba allah) dan khalifah (pemimpin) yang baik. Kemandirian yang disiapkan pada
tahap amrad diharapkan dapat menjadi bekal seseorang menjadi pemimpin yang multisolusi,
memahami berbagai masalah, dan memiliki kemampuan bertindak dan pemimpin yang dapat
diandalkan. Dan bekal yang telah disipakan pada tahap tamyiz diharapkan menjadikan ia
sebagai seseorang yang taat pada Allah.
7. Tahap Futuh (40 keatas)

Tahap ini adalah tahap dimana seseorang mengalami kecerahan batin dan memperoleh
futuh (keterbukaan hal-hal yang spiritual), atau dapat dikatakan sebagai kematangan spiritual.
Contoh dalam kematangan spiritualitas pada umur 40 tahun ini adalah Rasulullah, beliau
diangkat menjadi rasul ketika berumur 40 tahun. Beliau memaksimalkan potensi hati, aql, dan
qalbunya untuk dekat dengan Allah sekaligus bagaimana memahami kondisi masyarkat
disekitarnya.
Pada tahap ini secara keseluruhan kemampuan manusia berada pada tingkat tinggi untuk
teraktualisasi, yaitu semakin matangnya kemampuan berfikir, kognitif, dan emosi, ia lebih
bijaksana dengan pengetahuan yang dimilikinya. Al-Ghazali menyebut fase ini sebagai fase
awliya’ wa anbiya’ dimana seseorang dituntut berperilaku seperti kekasih dan nabi Allah
Pada tahap ini juga dibahas tentang tahap lansia, yaitu sekitar usia 60-70 tahun, pada usia
ini terjadi penurunan hampir di semua aspek fisik maupun psikis, pada usia ini seseorang lebih
rentan terkena penyakit, tenaga berkurang, kemampuan melihat berkurang, mengalami
delirium, Alzheimer, dll. Manusia pada awalnya dilahirkan sebagai bayi yang lemah kemudian
semakin berkembang menjadi manusia yang kuat (masa remaja dan dewasa) dan kembali
menjadi lemah yaitu fase lansia.
8. Tahap pascakematian

Kehidupan manusia pascakematian ada tiga yaitu alam barzah, hari kiamat, dan kehidupan
di surga/neraka. Di jelaskan dalam beberapa hadis mengenai kondisi penghuni surga yaitu
memiliki tinggi seperti nabi adam, 60 hasta keatas, tidak ada aktivitas ekskresi (pembuangan),
semua penghuni surge memiliki sifat yang baik.

4
2.4. Pola asuh perkembangan pada anak dalam perspektif Islam
Parenting Islami adalah dua kata yang berasal dari bahasa inggris, Islamic merupakan
kata sifat (adjektif) bagi parenting. Islamic Parenting dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan pareting Islami. Kata “Parenting” mempunyai kata dasar Parent yang dalam bahasa
Inggris berarti orang tua.
Menurut Syifa dan Munawaroh, parenting Islami adalah suatu bentuk pola asuh yang
berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, Al-Qur’an dan AsSunnah. Menurut Rachman, parenting
Islami adalah suatu pengasuhan anak sesuai proses tumbuh kembangnya berdasarkan Al-
Qur’an dan Sunah Rasullah SWT. Pengasuhan ini diadakan berdasarkan ajaran agama Islam
yang bertujuan memberikan kebaikan dunia dan akhirat melalui penjelasan terkait aspek-
aspek pendidikan yang baik. 5
Parenting Islami dikenal dengan Tarbiyah al-Awlad dan berlandaskan atas prinsip
tauhid, keimanan dan akhlak mulia. Orangtua mempunyai tugas bertanggungjawab untuk
mengajarkan kepada anak-anaknya tentang pendidikan akhlak, pendidikan jasmani,
pendidikan nalar, dan pendidikan untuk bertanggungjawab dalam masyarakat.
Menurut Darajat, Pola asuh Islam ialah suatu pengasuhan yang utuh berdasarkan
sikap dan perilaku orangtua terhadap anak sejak dini meskipun dalam hal mendidik,
membina, membiasakan dan membimbing anak secara maksimal berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunah6. Disini tugas orangtua adalah memberikan pengarahan yang positif dan memberikan
bimbingan kepada anaknya agar bisa menerapkan ajaran pendidikan Islam yang benar
berdasarkan perilaku yang baik.
Dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa parenting Islami
adalah pola asuh yang dilakukan oleh orang Islam yang mendidik dan mengasuh anak
berdasar pada ajaran, aturan dan nilai-nilai agama Islam kepada anaknya yang bersumber
pada Al-Qur’an dan Al-Hadis.

5
Muhammad Fikry At-Tamimy, Konsep Parenting dalam Perspektif Surah Luqman dan
Implementasinya. hlm 2
6
Z Drajat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia,( Jakarta : Bulan Bintang, 1985)

5
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari paparan tersebut, yang perlu digaris bawahi bahwa perkembangan individu
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat kompleks dan saling ada keterikatan,
seperti faktor lingkungan, faktor potensia bawaan, faktor keturunan, dan bahkan taqdir tuhan
itu sendiri. Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang menunjukkan tentang hakikat
perkembangan manusia itu sendiri. Maka dari itu “perkembangan” yang terdapat dalam
Alquran dicoba dikomparasikan dengan disiplin ilmu psikologi, dimana dengan dilakukannya
kajian ini akan memberikan wawasan baru mengenai konsep perkembangan manusia yang
dihasilkan oleh para ilmuan barat sebenarnya sudah tersirat dalam ayat-ayat Alquran.

6
Daftar Pustaka
Drajat, Z. (1985). Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. jakarta.
Muhammad Fikry At-Tamimy, Konsep Parenting dalam Perspektif Surah Luqman dan
Implementasinya. hlm 2
Mujib, Abdul .2007.Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta: RajaGrafindoPersada.
Nashori, Fuad 2003. Potensi-potensi manusia: Seri psikologi islami. Yogyakarta:Pustaka
pelajar.
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi perkembangan islami: menyikapi rentang
kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
http://al-badar.net. Pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 17 November
2014

Anda mungkin juga menyukai