Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENILAIAN HASIL BELAJAR AFEKTIF

DOSEN PENGAMPU : OKTARIANI SP.d , MP.d

DISUSUN OLEH :

Anjelika Septiani (196120734)


Dwi Novelia (196120304)
Imam Ardiansyah (196120837)
Nurjannah Aliyah (196120327)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat karunia
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENILAIAN
HASIL BELAJAR AFEKTIF” ini dengan baik. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
pada Ibu Oktariani selaku Dosen mata kuliah evaluasi pembelajaran kimia , yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat ini.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca. Dan dapat berguna
bagi kami sendiri dan juga para pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-
kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Pekanbaru, 16 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar ....................................................................................................................................... 3
2.2 Pengerian Penilaian Afektif ................................................................................................................. 3
2.3 Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar Afektif .................................................................................. 4
2.4 Standar Penilaian Hasil Belajar Afektif Menurut Kurikulum 2013 .................................................... 5
2.5 Bentuk Penilaian Hasil Belajar Afektif ............................................................................................... 6
2.6 Cara Menilai Hasil Belajar Afektif ...................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................................... 7
3.3 Saran .................................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 8

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan
pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses Evaluasi Hasil Belajar. Benjamin Bloom dan kawan-kawannya itu
berpendapat bahwa pengelompokan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a. Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b. Ranah nilai atau sikap (effective domain)
c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus
dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Dalam belajar yang terlibat bukan
hanya kegiatan fisik, tetapi diikuti oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting
dalam kegiatan belajar, sisi ini tidak hanya sebagai penopang kegiatan belajar, tetapi juga berperan
untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu. Dalam setiap pembelajaran yang menjadi
tujuan akhir adalah memperoleh hasil belajar. Pemahaman individu terlihat pada saat individu
memiliki hasil belajar yang memuaskan ditandai dengan tingginya nilai dan terlihat melalui
keaktifan individu dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa dikatakan berhasil dalam
belajarnya, apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap
(Hamalik, 1990:97).
Sedangkan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada individu maupun
perkembangan dalam hal pengetahuan dan sikap setelah individu melakukan pembelajaran atau
belajar secara mandiri. Perubahan yang timbul pada individu harus mengarah ke hal-hal yang lebih
baik dari sebelumnya. Belajar yang dilakukan oleh individu akan mengubah tingkat perkembangan
mental yang terwujud pada tiga aspek yaitu perkembangan aspek kognitif, perkembangan pada
aspek afektif, dan perkembangan pada aspek psikomotor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penilaian afektif?
2. Bagaimana Standar Penilaian Afektif Menurut Kurikulum 2013?
3. Bagimana bentuk penilaian afektif?

1
4. Bagaimana cara menilai hasil belajar afektif?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian penilaian afektif
2. Mengetahui Standar Penilaian afektif Menurut Kurikulum 2013
3. Mengetahui bentuk penilaian afektif
4. Mengetahui cara menilai hasil belajar afektif

2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Secara umum pengertian afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Sehingga penilaian ranah afektif dapat diartikan sebuah penilaian yang fokus pada ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Penilaian ranah afektif digunakan untuk menilai perilaku dan sikap siswa dalam segala
interaksi selama menimba ilmu di sekolah. Guna melihat perkembangan anak tersebut dan
membantunya selama pembentukan jati diri dalam masa belajar di sekolah.
Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan
hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi
cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah
kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan
ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau
nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang
pendidikan.
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi
afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap yang positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal.

2.2 Pengerian Penilaian Afektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat dilihat perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari
guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ranah afektif
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Karena orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang
memiliki minat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat siswa untuk
mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditentukan.
Penilaian afektif adalah penilaian yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tanpak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku. Seperti : perhatiannya terhadap mata pelajaran yang diajarkan,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru.

3
Menurut Pophan (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang
yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara
optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu matapalajaran diharapkan akan mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat
semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional
sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat
nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program
pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi
afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajardan sikap positif terhadap pelajaran
akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak
tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh
karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif
peserta didik.

2.3 Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar Afektif


Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi
afektif siswa. Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan
nilai.
Ada 5 tingkatan dalam ranah afektif (menurut Krathwohl) :
a. Receiving : keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus misalnya
aktivitas dalam kelas, buku, atau musik.
b. Responding : partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari
c. Valuing : kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap dan
menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
d. Organization : kemampuan untuk mengorganisasi nilai yangsatu dengan nilai yang lain
dan konflik antara nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem nilai
internal yang konsisten.
e. Characterization : level tertinggi dalam ranah afektif. Hasil belajar pada level ini berkaitan
dengan personal, emosi, dan sosial.
Ada beberapa perilaku ranah afektif sebagaimana yang dikemukakan oleh Mimin Haryati,
yaitu ada lima aspek penting diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
a. Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu
yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan

4
perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum
minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
b. Konsep Diri, menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah
sampai tinggi.
c. Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap
baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikapmengacu pada suatu
organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi.
d. Moral berkaitan dengan akhlak, tingkah laku susila, ciri-ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar dari suatu tindakan
terhadap orang lain. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan dosa dan pahala.

2.4 Standar Penilaian Hasil Belajar Afektif Menurut Kurikulum 2013


Dalam Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian menjelaskan bahwa
teknik dan instrumen penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 mencakup penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap),
kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (keterampilan).
Penilaian ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir yang meliputi kemampuan
menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi. Penilaian
ranah psikomotorik meliputi keterampilan yang berkaitan dengan gerak atau otot sepertimenulis,
berbicara, dan sebagainya. Sedangkan penilaian ranah afektif berhubungan dengan minat dan
sikap seperti jujur, disiplin, percaya diri, dan sebagainya. Secara eksplisit, ketiga ranah tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih
ditekankan pada kemampuan aspek kognitif. Padahal semua kemampuan pada ranah kognitif,
afektif,dan psikomotorik harus seimbang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penilaian ranah afektif merupakan hal yang penting karena penilaian ranah afektif harus
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Popham (1995) dalam Djemari Mardapi (2004)
mengemukakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan seseorang.Sehingga, pembelajaran
perlu memperhatikan pelaksanaan penilaian ranah afektif. Satuan pendidikan perlu
merancang dan mengembangkan penilaian ranah afektif yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai optimal.
Penilaian ranah afektif dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic
differential. Pada skala penilaian ranah afektif menggunakan penilaian sikap menggunakan skala
Likert karena dalam penelitian ini mengukursikap, pendapat, dan persepsi seseorang dalam bentuk
checklist. Instrumen penilaian sikap tersebut dapat mengetahui sikap peserta didik terhadap
materi integral. Masalah pada artikel ini terbatas pada penilaian afektif, pengembangan penilaian

5
skala sikap, penggunaan skala Likert.

2.5 Bentuk Penilaian Hasil Belajar Afektif


Bentuk penilaian berupa penilaian non-tes
a. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamti, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasi dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku
guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi kelas, partisipasi siswa dalam simulasi, dan
penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.
b. Penilaian Antar Teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh seorang peserta didik
(penilai) terhadap peserta didik yang lain terkait dengan sikap/perilaku peserta didik yang dinilai.
Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat digunakan sebagai data konfirmasi.
Selain itu penilaian antar teman juga dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti
kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai.
c. Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian, di mana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Oleh karena
itu, penilaian diri merupakan sustu teknik penilaian di mana seseorang belajar lebih tentang
dirinya.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.

2.6 Cara Menilai Hasil Belajar Afektif


1. Penilaian langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku
siswa terhadap sesuatu, berbeda, orang gambar, atau kejadian.
2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah
disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pernyataan ataupun pilihan bentuk angka.
4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal
siswa.
5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang
dimana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Penilaian afektif adalah penilaian yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai.
Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang
yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh Karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan
untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa
sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan
pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.

3.3 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas saran penulis berharap kepada pembaca mengetahui
penilaian ranah afektif bentuk skala sikap ini dapat menunjang keberhasilan peserta didik serta
mengetahui apakah kegagalan dalam proses belajar mengajar berasal dari faktor akademik atau
faktor afektif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Maya Saftari, Nurul Fajriah. 2019. PENILAIAN RANAH AFEKTIF DALAM BENTUK
PENILAIAN SKALA SIKAP UNTUK MENILAI HASIL BELAJAR. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Kependidikan Volume 7 Nomor 1 Edisi Januari-Juni.
Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zaenal, A., 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik. Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuhriyah, Indah Aminatus. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Kantor Jaminan Mutu.

Anda mungkin juga menyukai