Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1

SURVEY DAN EVALUASI LAHAN

OLEH

ANNISA PRATAMA SYAISARAH

1810231002

TANAH A

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
1. Cari komoditi yang ada di sekitar lokasi tempat tinggal Saudara serta persyaratan
penggunaan/karakteristik lahan dari komoditi tersebut dan dokumentasinya.

Lokasi : Tanah Datar


Tabel Persyaratan Lahan Untuk Padi Sawah (Oryza sativa)

Kualitas/Karakteristik Kelas Kemampuan Lahan


Lahan S1 S2 S3 N1
Regim Temperatur (t)
1. Rata-rata suhu udara 25-29 30 -32 33 - 35 > 35
tahunan (0C) 24 - 22 21 - 16 < 18
Ketersediaan air (w)
1. Bulan Kering (< 75 mm) 0-3 3.1 – 9.0 9.1 – 9.5 > 9.5
2. Rata-rata curah hujan > 1500 1200 – 1500 800 - 2000 < 800
tahunan (mm)
Kondisi daerah perakaran (r)
1. Kelas drainase Agak jelek, Jelek, baik Tergenang
agak baik sangat jelek
2. Tekstur lapisan olah SCL,SiL,Si, SL,L,SiCL, LS G, S
CL SiL,C
3. Kedalaman perakaran (cm) > 50 41-50 20 - 40 < 20
Retensi unsur hara (f)
1. KTK lapisan bawah > Medium Rendah Sangat -
(me/100 g tanah) rendah
2. pH H20 lapisan bawah 5.5 – 7.0 7.1 – 8.0 8.1 – 8. 5 > 8.5
5.4 – 4.5 4.6 – 4.0 < 4.0
Ketersediaan hara (n)
1. N-total lapisan bawah > Sedang Rendah Sangat -
rendah
2. P205 lapisan bawah Sangat Tinggi Sedang - Sangat
Tinggi rendah rendah
3. K20 lapisan bawah > Sedang Rendah Sangat -
rendah
Bahaya keracunan (x)
1. Salinitas lapisan bawah <3 3-5 6-8 >8
(mmhos/cm)
Kondisi permukaan tanah (s)
1. Lereng (%) 0-3 3-5 6-8 >8
2. Batuan di permukaan (%) 0 - - >1
3. Batuan singkapan (%) 0 - 1 >2
Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Di Tanah Datar

Kualitas Dan Karakteristik Nilai KLA KLP


Lahan
Temperatur (tc)
1 Temperatur Rata-rata 23 S2 S2
Tahunan (0C)
Ketersediaan Air (wa)
2 Rata-rata curah hujan 3000-4000 S1 S1
tahunan (mm)
Kondisi Daerah Perakaran (r)
1 Kelas drainase Agak baik S1 S1
2 Tekstur lapisan olah SCL,SiL,Si, S1 S1
CL
3 Kedalaman perakaran (cm) >83 S1 S1
Retensi Unsur Hara (f)
1 KTK lapisan bawah 24.57 S1 S1
(me/100 g tanah)
2 pH H2O lapisan bawah 5.60 S1 S1
Ketersediaan Hara (n)
1 N-total lapisan bawah Sedang S1 S1
2 P2O5 lapisan bawah Sangat S1 S1
Tinggi
3 K2O lapisan bawah Tinggi S1 S1
Bahaya Keracunan (x)
1 Salinitas lapisan bawah - S1 S1
(mmhos/cm)
Kondisi Permukaan Tanah (s)
1 Lereng (%) 6 % S3 S1
2 Batuan di permukaan (%) - S1 S1
3 Batuan singkapan (%) 3.43 % S1 S1
Kelas Kemampuan Lahan S3
Sub Kelas S3 tc, s
Upaya Perbaikan : dengan cara membuat terasering

Pembahasan :
Untuk kelas kesesuaian lahan padi sawah didapatkan kelas S3 dengan sub kelas S3 tc,s
yang faktor pembatasnya adalah temperatur dan lereng. Dimana temperatur rata-rata tahunan
adalah 230C dan nilai lereng adalah 6 %. Dimana S3 merupakan lahan mempunyai faktor
pembatas berat yang mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang
lebih banyak dari lahan tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 diperlukan
modal tinggi, sehingga perlu bantuan atau intervensi pemerintah atau pihak swasta karena
petani tidak mampu mengatasinya.

Faktor pembatas lereng, dapat diperbaiki dengan cara membuat terasering sehingga
sawah menjadi bertingkat agar tidak terlalu curam sehingga bisa memperkecil bahaya erosi.
Bahwa salah satu teknik konservasi tanah klasik dengan cara mekanis yang bertujuan untuk
mengawetkan tanah melalui pengurangan aliran permukaan dan erosi. Permukaan lahan yang
miring diubah sedemikian rupa menjadi lebih datar sehingga laju aliran permukaan menjadi
lambat dan air meresap ke dalam tanah (infiltrasi).
TUGAS 2

SURVEY DAN EVALUASI LAHAN

OLEH

ANNISA PRATAMA SYAISARAH

1810231002

TANAH A

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kesesuaian
lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman
dan tingkat pengelolaan) tertentu. Sedangkan menurut Sitorus Kesesuaian lahan
adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Penggunaan lahan termasuk
dalam komponen sosial budaya karena penggunaan lahan mencerminkan hasil
kegiatan manusia atas lahan serta statusnya. Karakteristik lahan adalah sifat lahan
yang dapat diukur atau diestmasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa
penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.
Karakteristik lahan yang digunakan pada penyusunan evaluasi lahan adalah:
1. Temperatur udara
2. Curah hujan
3. Kelembaban udara
4. Drainase tanah
5. Tekstur tanah
6. Kedalaman efektif tanah
7. KTK liat
8. Keasaman tanah (pH)
9. C-organik
10. Lereng
11. Bahaya erosi
12. Genangan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi


kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (Food and Agriculture Organization)
(1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro
yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan
National Masterplan Forest Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984).
Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga
berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim,
sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras. Metode FAO ini dapat
dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang
tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat
kategori, yaitu:

1. Ordo : Menggambarkan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo


kesesuaian lahan dibedakan atas lahan tergolong sesuai (S) dan lahan tergolong
tidak sesuai (N).
2. Kelas : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo.

Kelas sangat sesuai (S1) : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan
berkelanjutan, atau hanya mempunyai faktor
pembatas yang bersifat minor dan tidak
mereduksi produktivitas lahan secara nyata.

Kelas cukup sesuai (S2) : Lahan mempunyai faktor pembatas yang


mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan (input). Pembatas tersebut
umumnya masih dapat diatasi oleh petani.
Kelas sesuai marginal (S3) : Lahan mempunyai faktor pembatas berat yang
mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak dari lahan
tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas
pada S3 diperlukan modal tinggi, sehingga perlu
bantuan atau intervensi pemerintah atau pihak
swasta karena petani tidak mampu mengatasinya.
Kelas tidak sesuai (N) :Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai
faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit
diatasi.
3. Subkelas : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam kelas. Sebaiknya
jumlah faktor pembatas maksimum dua. Tergantung pengaruh faktor pembatas
dalam subkelas, kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki sesuai
dengan masukan yang diperlukan.
4. Unit : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam subkelas yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh terhadap pengelolaannya.
Dengan diketahuinya pembatas tingkat unit, maka akan memudahkan
penafsiran secara detil dalam perencanaan usahatani.

B. Tujuan
Untuk mengetahui jenis kelas kesesuain lahan dari komoditi padi yang
berada di Nagari Batu Basa Kabupaten. Tanah Datar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Tanah
Pada umumnya jenis tanah di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh tanah
Kambisol yang membentang mulai dari barat memanjang hingga bagian timur
wilayah yang tersebar hampir diseluruh kecamatan yang ada di Tanah Datar.
Tanah Kambisol (menurut sistem FAO) merupakan tanah yang mempunyai
horison B kambik dan horison A umbrik atau molik, serta tidak terdapat gejala
hidromorfik. Nama kambisol berasal dari “kambik” yang berarti berubah atau
horison bawah permukaan kambik dan “solum” yang berarti tanah. Ciri-ciri utama
horison kambik adalah memiliki tekstur berupa pasir bergeluh halus atau pasir
bergeluh sangat halus atau pasir sangat halus, mempunyai kandungan Bahan
Organik rendah, dan tidak mempunyai struktur histik, mollik, dan umbrik.
Jenis tanah yang cukup dominan adalah tanah Andosol yang tersebar
dibagian kaki gunung Merapi sebelah utara serta sebagian tersebar di sebelah
selatan Kecamatan Batipuh Selatan. Sifat fisika yang khas dari tanah Andosol
digunakan sebagai kriteria dalam Taksonomi tanah (Soil Survey Staff 2014) yaitu
memiliki berat isi yang rendah, kandungan air pada 15 bar yang tinggi, dan
kandungan air tinggi, ketersediaan air bagi tanaman sedang sampai rendah,
memiliki batas mencair yang tinggi dan indeks plastisitas yang rendah, tanah ini
sulit didispersi serta terjadi perubahan yang irreversible pada semua sifat-sifat
tersebut apabila telah dikeringkan. Tan (1984) mengemukakan bahwa sifat fisika
penting lainnya dari Andisol adalah struktur tanahnya. Dilihat dari sifat bahan
induknya, tanah Andosol yang berkembang dari bahan induk masam (liparit)
mempunyai kandungan Alo paling tinggi, sedangkan tanah yang berkembang dari
bahan induk basa (basalt) mempunyai nilai Alo paling rendah. Hal tersebut
menyebabkan mengapa tanah Andosol mempunyai retensi yang tinggi terhadap
fosfat dan tanah Andosol yang berasal dari bahan induk liparit mempunyai retensi
P yang paling tinggi
Sebelah selatan bagian tengah wilayah Tanah Datar ditutupi oleh jenis tanah
pedsolik yang memanjang ke arah utara. Sementara untuk jenis tanah gleisol,
pedsolik dan rendzina hanya merupakan bagian terkecil dari penyebaran jenis tanah
di Kabupaten Tanah Datar, seperti; jenis tanah Gleisol tersebar mengelilingi
sepanjang Danau Singkarak atau tepatnya di Kecamatan Batipuh Selatan bagian
timur dan sebelah barat Kecamatan Rambatan. Jenis Tanah Regosol tersebar di
bagian wilayah Kecamatan Lintau Buo.
Jenis tanah Regosol ini bertekstur kasar (pasir, pasir berlempung),
mempunyai horison A okrik, umbrik atau histik, ketebalan > 25 cm. Tanah regosol
adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol
berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Material jenis tanah ini berupa abu
vulkan dan pasir vulkan. Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi,
bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung, bersifat subur, tekstur tanah ini
biasanya kasar, berbutir kasar, peka terhadap erosi, berwarna keabuan, kaya unsur
hara seperti P dan K yang masih segar, kandungan N kurang, pH 6 - 7, cenderung
gembur, umumnya tekstur makin halus makin produktif, kemampuan menyerap air
tinggi, dan mudah tererosi.

B. Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer
pada suatu saat di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan
variabilitas kuantitas yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah
hujan atau angin), pada periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga
tahunan atau jutaan tahun.

Gunarsih (2006) dalam Rosalina (2012) menyatakan unsur-unsur iklim


terdiri dari radiasi matahari, temperatur, kelembaban, hujan, dan angin.

1. Radiasi matahari
Radiasi matahari adalah peristiwa yang terjadi pada atmosfer yang
dianggap penting bagi sumber kehidupan. Lamanya penyinaran matahari
ditentukan oleh posisi bumi mengelilingi matahari seakan-akan bergerak
dari 23½ lintang utara dan 23½ lintang selatan. Berdasarkan pengaruh
lamanya penyinaran pada tanaman terutama pada proses pembungaan maka
tanaman dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok (Gunarsih dalam
Rosalina, 2012) yaitu:
a. Long day plant, yaitu tumbuhan yang menghasilkan bunga apabila
penyinaran lebih dari 14 jam.
b. Short day plant, yaitu tumbuhan yang menghasilkan bunga apabila
penyinaran kurang dari 12 jam, misalnya Stroberi.
c. Neutral day plant, yaitu tanaman yang menghasilkan bunga tanpa
dipengaruhi lamanya penyinaran, misalnya Mentimun
2. Temperatur atau Suhu Udara
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan termometer. Menurut Atmaja (2009) suhu
dipermukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a) Jumlah
radiasi matahari yang diterima pertahun, permusim, dan perhari; b)
Pengaruh daratan atau lautan; c) Pengaruh ketinggian tempat; d) Pengaruh
angin secara tidak langsung; e) Pengaruh panas laten; f) Penutup tanah; g)
Tipe tanah; h) Pengaruh sudut datang sinar matahari.
3. Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya uap air yang ada di udara. Pada umumnya,
kelembaban yang tinggi ada di khatulistiwa sedangkan yang terendah ada
pada lintang 400. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor
yang dapat menstimulasi curah hujan (Atmaja, 2009). Pengaruh
kelembaban terhadap tanaman tampak pada perubahan stomata yang
menjadi terbuka atau tertutup. Daerah yang mempunyai kelembaban tinggi
menyebabkan stomata akan tertutup sehingga CO2 yang menjadi bahan
pokok fotosintesis tidak dapat masuk ke dalam daun. Akibatnya adalah
mengurangi terjadinya penguapan. Sebaliknya, pada daerah atau tempat
dengan kelembaban rendah, maka penguapan yang terjadi lebih banyak.
4. Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu tempat
ke tempat lain secara horizontal. Massa udara adalah udara dalam ukuran
yang sangat besar yang mempunyai sifat fisik yang seragam dalam arah
yang horizontal. Sifat massa udara ditentukan oleh daerah di mana massa
udara terjadi, jalan yang dilalui oleh massa udara, dan umur dari massa
udara itu. Gerakan angin berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Angin lokal ini biasanya tidak begitu baik
bagi tanaman karena sifatnya yang kering sehingga menyebabkan besarnya
evaporasi dan trasnpirasi yang akan dilakukan oleh tanaman. Kadang-
kadang hal ini akan menyebabkan tanaman menjadi layu karena tanaman
tersebut tidak dapat mengimbangi jumlah air yang hilang dengan
pengambilan air dari dalam tanah (Atmaja, 2009).
5. Curah hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan
presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan adalah proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk
jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi
bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu
pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara (Atmaja, 2009).

Iklim di Kabupaten Tanah Datar termasuk iklim tropis seperti pada


umumnya di daerah-daerah di Indonesia yang memiliki 2 musim dalam setahun
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Suhu udara rata-rata di Kabupaten
Tanah Datar 230C, ketinggian dari permukaan laut rata-rata 936 m.

C. Padi Sawah (Oryza sativa) Dan Syarat Tumbuh


Berdasarkan Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), tanaman
padi (Oryza sativa L.) di masukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Familia : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L. (Tripathi et al., 2011)
Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk
vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
berbentuk pita dan berbunga lengkap (Smith dan Dilday, 2003). Secara fisiologis
termasuk golongan tanaman C4, tipe pertumbuhan determinat, dan tumbuh
beradaptasi pada lingkungan berair (Dowling et al., 1998; Smith dan Dilday, 2003).
Tanaman padi yang dibudidayakan petani saat ini di Indonesia merupakan hasil
seleksi para pemulia dari Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sejak tahun 70-an hingga sekarang telah dilepas sekitar seratusan varietas dengan
berbagai karakter keunggulannya.
Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai
tinggi dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang sesuai
untuk tanaman padi berkisar antara 680C – 1000C. Suhu merupakan syarat utama
yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman padi karena suhu rendah pada
pertumbuhan tanaman padi akan memperlambat perkecambahan benih dan
menunda proses transplanting atau pemindahan ke lapangan (Rosmawati, 2008).
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, yaitu rata-rata 200 mm/bulan.
Curah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi pengairan,
sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi dan
tanaman dapat tumbuh baik pada fase vegetatif dan generatif. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi yaitu 330C ke atas, sedangkan di Indonesia pengaruh
suhu tidak terlalu terasa karena suhunya hampir konstan/stabil sepanjang tahun.
Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji
(Hasanah, 2007).
BAB III BAHAN DAN METODE

A. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah GPS, bor tanah mineral tipe Belgia
(panjang 1,2 m), Bor tanah gambut tipe Eijkelkamp (panjang setiap batang 1 m),
Buku Munsell Soil Color Chart, Kompas geologi untuk mengetahui arah mata
angin, Abney level untuk mengukur kemiringan lereng, ph Truog untuk mengukur
ph tanah di lapangan, ph Lakmus dan cairan H2O2 untuk mengukur ph tanah daerah
pantai yang mengandung pirit, Buku kunci Klasifikasi Tanah Nasional (BBSDLP,
2014), Buku kunci klasifikasi tanah Keys to Soil Taxonomy edisi 2014, Meteran
baja atau meteran band, Alat gali profil tanah (cangkul, sekop, linggis, dll),
Kantong plastik dan label untuk contoh tanah pewakil, Komputer Laptop untuk
entri data dan analisis spasial, penyusunan peta-peta dan laporan

B. Metode
Tugas ini dilakukan berpedoman pada skripsi yang telah ada dengan
menggunakan metode survei pada tingkat semi detil dengan skala peta 1:50.000.
Rangkaian tugas terdiri dari tahap persiapan, pra survei, survei utama, analisis tanah
di laboratorium, serta pengolahan data. Pengambilan sampel tanah akan dilakukan
secara Purposive Random Sampling, sampel tanah diambil berdasarkan satuan
lahan pada luasan > 25 Ha. Sampel tanah yang sudah diambil, dilakukan analisis di
laboratorium sesuai dengan prosedur.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Dan Pembahasan

Tabel 1. Kriteria Kelas Kemampuan Lahan Aktual Tanaman Padi Sawah


Kualitas Dan Karakteristik Nilai Kemampuan Lahan
Lahan Aktual
Temperatur (tc)
1 Temperatur Rata-rata Tahunan 23 S2
(0C)
Ketersediaan Air (wa)
2 Rata-rata curah hujan tahunan 3000-4000 S1
(mm)
Kondisi Daerah Perakaran (r)
1 Kelas drainase Agak baik S1
2 Tekstur lapisan olah SCL,SiL,Si, S1
CL
3 Kedalaman perakaran (cm) >83 S1
Retensi Unsur Hara (f)
1 KTK lapisan bawah (me/100 g 24.57 S1
tanah)
2 pH H2O lapisan bawah 5.60 S1
Ketersediaan Hara (n)
1 N-total lapisan bawah Sedang S1
2 P2O5 lapisan bawah Sangat S1
Tinggi
3 K2O lapisan bawah Tinggi S1
Bahaya Keracunan (x)
1 Salinitas lapisan bawah - S1
(mmhos/cm)
Kondisi Permukaan Tanah (s)
1 Lereng (%) 6 % S3
2 Batuan di permukaan (%) - S1
3 Batuan singkapan (%) 3.43 % S1
Kelas Kemampuan Lahan S3
Sub Kelas S3 tc, s

Lahan aktual atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum
mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan peta.
Seperti diketahui, faktor pembatas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Faktor
pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis
diperbaiki, dan faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih
menguntungkan dengan memasukkan teknologi yang tepat.

Berdasarkan tabel analisis dan pengamatan terhadap karakteristik lahan


untuk tanaman padi sawah di Nagari Batu Basa Kecamatan Pariangan, maka dapat
ditentukan kelas kesesuaian lahan aktualnya.

Untuk kelas kesesuaian lahan padi sawah didapatkan kelas S3 dengan sub
kelas S3 tc,s yang faktor pembatasnya adalah temperatur dan lereng. Dimana
temperatur rata-rata tahunan adalah 230C dan nilai lereng adalah 6 %. Dimana S3
merupakan lahan mempunyai faktor pembatas berat yang mempengaruhi
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak dari lahan
tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 diperlukan modal tinggi,
sehingga perlu bantuan atau intervensi pemerintah atau pihak swasta karena petani
tidak mampu mengatasinya.

Tabel 2. Kriteria Kelas Kemampuan Lahan Potensial Tanaman Padi Sawah


Kualitas Dan Karakteristik Nilai Kemampuan Lahan
Lahan Potensial
Temperatur (tc)
1 Temperatur Rata-rata Tahunan 23 S2
(0C)
Ketersediaan Air (wa)
1 Rata-rata curah hujan tahunan 3000-4000 S1
(mm)
Kondisi Daerah Perakaran (r)
1 Kelas drainase Agak baik S1
2 Tekstur lapisan olah SCL,SiL,Si, S1
CL
3 Kedalaman perakaran (cm) >83 S1
Retensi Unsur Hara (f)
1 KTK lapisan bawah (me/100 g 24.57 S1
tanah)
2 pH H2O lapisan bawah 5.60 S1
Ketersediaan Hara (n)
1 N-total lapisan bawah Sedang S1
2 P2O5 lapisan bawah Sangat S1
Tinggi
3 K2O lapisan bawah Tinggi S1
Bahaya Keracunan (x)
1 Salinitas lapisan bawah - S1
(mmhos/cm)
Kondisi Permukaan Tanah (s)
1 Lereng (%) 6% S1
2 Batuan di permukaan (%) 0% S1
3 Batuan singkapan (%) 3.43 % S1
Usaha Perbaikan Dengan cara membuat terasering
Kelas Kemampuan Lahan S3
Sub Kelas S3 tc, s

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai


setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial
merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan
tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat
produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.

Berdasarkan hasil kesesuaian lahan aktual faktor pembatas adalah lereng


dan temperatu rata-rata tahunan. Faktor pembatas lereng, dapat diperbaiki dengan
cara membuat terasering sehingga sawah menjadi bertingkat agar tidak terlalu
curam sehingga bisa memperkecil bahaya erosi. Bahwa salah satu teknik konservasi
tanah klasik dengan cara mekanis yang bertujuan untuk mengawetkan tanah melalui
pengurangan aliran permukaan dan erosi. Permukaan lahan yang miring diubah
sedemikian rupa menjadi lebih datar sehingga laju aliran permukaan menjadi
lambat dan air meresap ke dalam tanah (infiltrasi).
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tabel hasi kelas kesesuaian lahan aktual didapatkan kelas S3
dengan Sub kelas S3 tc, s yaitu faktor pembatasnya adalah temperatur rata-rata
tahunan dengan lereng. Sehingga pada tabel kriteria kesesuaian lahan potensial
dapat dperbaiki dengan cara memmbuat lahan sawah menjadi terasering atau
berteras sehingga akan mengurangi terjadinya erosi.
B. Saran
Untuk tugas selanjutnya agar banyak dipahami mengenai kelas kesesuain
lahan sehingga memudahkan dalam pengerjaan tugas.
DAFTAR PUSTAKA

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2006. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah


dan Tanaman.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin no 32 and ILRI
Publication no 22. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI. Wageningen. the Netherlands. 87 pp.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan &
Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Hasanah,I. 2007. Bercak Tanam Padi. Jakarta. Azka Mulia Media

Puslitanak, 1993, Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan, Kerjasama antara Pusat


Penelitian Tanah dan Agroklimat dengan Proyek Pembangunan Penelitian
Pertanian Nasional. Badan Litbang Pertanian, Bogor, 112pp

Rosmawati, D. Y. 2008. Pengaruh Tinggi Genangan terhadap Pertumbuhan


Gulma dan Produksi Padi Hibrida (Oryza sativa L). Skripsi Fakultas
Pertanian IPB.
Smith, C. W. and R. H. Dilday. 2003. Rice: Origin, History, Technology and
Production. John Wiley and Sons Inc., New Jersey.

Soil taksonomy. 2014. Tanah Andosol Di Indonesia, Karakteristik, Potensi,


Kendala, Dan Pengelolaannya Untuk Pertanian. Bogor. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Tan, K. H. 1984. Andosols. A Hutchinson Atmaja. 2009. Optimasi Suhu Dan


Kelembaban Untuk Inkubasi. Yogyakarta.

Tripathi, K.K., Govila, O.P., Warrier, R., Ahuja, V, 2011. Biology of Oryza sativa
L. (Rice), Ministry of Environment and Forests Government of India: New
Delhi, 3
LAMPIRAN

A. Data Curah Hujan

No Bulan Curah Hujan Jumlah Rata-Rata


Bulanan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Januari 248 131 230 350 133.3 69.7 166.1 1328.1 189.7286
2 Februari 290 95 175 201 132.8 165.1 195.2 1254.1 179.1571
3 Maret 185 94 365 198 195.5 186.7 97.1 1321.3 188.7571
4 April 100 139 310 246 139 190.1 167 1291.1 184.4429
5 Mei 82 128 200 132 182.3 192.6 136.1 1053 150.4286
6 Juni 109 86 142 36 120.9 135 133.8 762.7 108.9571
7 Juli 160 95 61 73 63.5 97 124.2 673.7 96.2429
8 Agustus 175 114 34 60 187.6 99.8 69.9 740.3 105.7571
9 September 199 105 31 67 153.5 146.6 79 1521.4 111.5857
10 Oktober 193 152 75 67 62.5 264 183.6 997.1 142.4429
11 November 235 176 390 163 169.1 169.2 132.3 1434.6 204.9429
12 Desember 319 160 293 149 185.3 195.4 291 1592.7 227.5286
Jumlah 2295 1475 2306 1742 1725.3 1911.2 1775.3
Rata-Rata 191.25 122.917 192.167 145.167 143.775 159.267 147.942
Tahunan

Anda mungkin juga menyukai