Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa Da
Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa Da
19
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
kemahiran siswa dalam mencetuskan No Representasi Bentuk Operasional
pemecahan maslah matematika
gagasan-gagasan matematika (arti, secara tertulis
penjelasan, persoalan, dan lain-lain) untuk Menyusun narasi yang sesuai
dengan representasi yang
menyampaikan hasil pekerjaannya dengan ditampilkan
cara-cara khusus sebagai bentuk dari hasil Menyelesaikan masalah
menggunakan kata-kata atau
pemikiran siswa untuk mencari solusi dari secara tertulis
masalah yang sedang dihadapinya. Hasil penelitian TIMSS terkait
Lesh, Post dan Behr dalam Kartini kemampuan representasi matematis siswa
(2009) mengelompokkan representasi kelas VIII di Indonesia dalam mengenal
matematis menjadi lima bagian, yaitu ekspresi aljabar yang berhubungan dengan
representasi objek dunia nyata, representasi situasi sederhana masih rendah (Rahmawati,
konkret, representasi bentuk aritmatika, 2015). Rendahnya kemampuan representasi
representasi verbal atau bahasa lisan serta matematis siswa menuntut adanya perbaikan
representasi gambar atau grafik. Dari kelima di berbagai lini. Kompetensi inti kurikulum
bagian tersebut tiga kelompok terakhir lebih 2013 di MTs/SMP pada Permendikbud No.
abstrak dan merupakan tingkat representasi 68 tahun 2013 tentang kurikulum
yang lebih tinggi dalam menyelesaikan MTs/SMP,” n.d. menyebut bahwa dalam
masalah matematika. Selanjutnya, ketiga ranah konkrit siswa harus mampu menalar,
jenis representasi itulah yang akan diamati mengolah dan menyaji (menggunakan,
dalam penelitian ini, antara lain representasi mengurai, membuat, merangkai,
visual (gambar, grafik, diagram atau tabel), memodifikasi), sedangkan dalam ranah
representasi simbolik (notasi matematis, abstrak siswa dituntut menulis, membaca,
bentuk aljabar) dan representasi verbal (teks menghitung, menggambar dan mengarang
tertulis). sesuai dengan teorinya. Artinya kemampuan
Berdasarkan uraian tersebut, menurut representasi penting dimunculkan saat proses
Ansari dalam Fauzan (2013) indikator pembelajaran untuk membantu pemahaman
beserta bentuk-bentuk operasional yang mengingat siswa baru memasuki tahap
digunakan dalam menilai kemampuan operasional formal (berpikir dengan cara
representasi matematis siswa secara lengkap lebih abstrak, logis dan lebih idealistis).
terlihat dalam tabel berikut: Pentingnya kemampuan representasi
Tabel 1 matematis diungkapkan Abdullah (2012)
Bentuk Operasional Kemampuan Representasi
Matematis sebagai komponen yang perlu mendapat
No Representasi Bentuk Operasional perhatian khusus karena kemampuan ini
1 Visual berupa Menyajikan kembali data atau selalu ada ketika siswa belajar matematika di
a. Grafik, diagram informasi ke dalam grafik,
atau tabel diagram atau tabel setiap jenjang pendidikan. Hal ini terlihat
Memanfaatkan representasi dari standar representasi yang dikemukan
visual untuk memecahkan
masalah NCTM Effendi (2012) untuk siswa taman
b. Gambar Membuat pola geometri kanak-kanak sampai tingkat SMA, yaitu
Membuat bangun geometri
untuk menerjemahkan masalah
penciptaan dan pemakaian representasi
dan memfasilitasi dalam mengorganisasikan, mencatat dan
pemecahannya
2 Simbolik Membuat persamaan, model
menyampaikan gagasan matematika;
(persamaan atau matematika atau representasi menentukan, menggunakan, dan menafsikan
ekspresi dari representasi lain yang
matematis) diberikan
representasi dalam penyelesaian masalah;
Membuat konjektur dari suatu serta pemanfaatan representasi untuk
pola hubungan memodelkan dan menerjemahkan gejala
Menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematika fisik, sosial dan matematis. Kemudian
3 Verbal (kata-kata Membuat situasi masalah Fauzan (2013) juga mengatakan bahwa
atau teks tertulis) berdasarkan data atau
representasi yang diberikan representasi menjadi landasan bagi siswa
Menuliskan interpretasi dari dalam memahami dan menggunakan konsep-
suatu representasi
Menuliskan langkah-langkah
konsep matematika. Derajat pemahaman dan
20
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
penyelesaian masalah siswa dalam (2012) mengungkapkan bahwa terdapat 4
mengerjakan tugas-tugas matematika dapat karakteristik soal pemecahan masalah yaitu:
dilihat dari kemampuan representasi minimal mempunyai dua cara jawab;
matematisnya. Suatu soal yang sukar dan minimal mempunyai dua pemecahan;
sulit akan menjadi gampang jika representasi membutuhkan akal, penalaran dan
yang digunakan cocok dan tepat dengan percobaan; serta cocok dengan kehidupan
permasalahan yang ada. Sebaliknya, akan nyata dan minat siswa.
merumit jika representasi yang dipakai salah. Berdasarkan wawancara peneliti
Pemanfaatan model matematikan yang tepat dengan guru matematika kelas VIII.8 MTsN
dalam bentuk representasi membantu Batusangkar pada tanggal 5 November 2016,
pemahaman siswa dan mengungkapkan ide diperoleh informasi bahwa soal-soal latihan
matematikanya. yang diberikan guru untuk materi fungsi
Kepentingan ini tidak dipandang merupakan soal-soal rutin bukan soal
perlu oleh guru di sekolah. Fakta di lapangan pemecahan masalah (soal non rutin). Pada
menunjukkan bahwa kebanyakan guru belum dasarnya masalah yang diberikan guru sudah
memandang kemampuan representasi berorientasi pada pengukuran kemampuan
matematis sebagai suatu landasan penting representasi matematis akan tetapi belum
dalam pembelajaran matematika. Hal ini maksimal karena belum semua
sejalan dengan pendapat Hudiono dalam karakteristiknya terpakai. Guru juga
Rahmawati (2015) bahwa menurut guru mengatakan bahwa sebagian siswa kurang
representasi matematis siswa berupa tabel, mampu dalam memanipulasi data untuk
grafik dan gambar jarang dilihat menemukan rumus fungsi akan tetapi
kemajuannya karena hanya dipandang sebagian besar siswa sudah mampu membuat
sebagai aksesori pembelajaran. Tak jarang tabel, grafik, diagran panah, dan pasangan
proses pembelajaran langsung pada inti berurutan dari data yang ada. Dapat
pelajaran tanpa diawali dengan kegiatan dikatakan bahwa soal-soal yang diberikan
pendahuluan seperti pemberian motivasi dan guru belum dapat menguji kemampuan
apersepsi. Kegiatan pembelajaran lebih representasi matematis siswa bentuk verbal.
banyak didominasi guru, siswa jarang Untuk itu perlu dilakukan sebuah kajian
dikasih kesempatan untuk memunculkan untuk menganalisis kemampuan repesentasi
representasinya sendiri yang berakibat pada matematis dalam menyelesaikan soal
kecenderungan siswa untuk mengikuti pemecahan masalah matematika dalam
langkah guru dalam penyelesaian masalah. bentuk visual, verbal, dan simbolik.
Akhirnya kemampuan representasi
matematis siswa tidak berkembang. METODOLOGI PENELITIAN
Kemampuan representasi matematis Penelitian ini menggunakan metode
siswa dapat diukur dengan soal pemecahan deskriptif, Peneliti bermaksud memaparkan
masalah, seperti yang diungkapkan Hartono dan menginterpretasikan keadaan objek
dalam Amdasari (2016) bahwa soal sebenarnya (Sugiyono, 2007). Sesuai dengan
pemecahan masalah adalah soal yang diawali pertimbangan guru matematika di sekolah
dengan penyajian masalah atau situasi (purposive sampling) terkait kemampuan
kontekstual, namun dalam penyelesaiannya representasi matematis siswa Kelas VIII
tidak hanya memiliki satu jawaban dan soal diambillah siswa kelas VIII.8 MTsN
pemecahan masalah erat kaitannya dengan Batusangkar sebagai subjek penelitian. Lebih
simbol-simbol yang membuat siswa susah lanjut guru menerangkan bahwa siswa Kelas
dalam mengkaitkan permasalahan VIII.8 telah tampak memiliki kemampuan
matematika dengan realita kehidupan dan representasi matematis dan juga memiliki
merepresentasikannya ke dalam model kemampuan matematis yang heterogen,
matematika. Berbicara mengenai soal artinya kemampuan matematis siswa di kelas
pemecahan masalah Herawati (Herawati
21
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
ini beragam yaitu memiliki kemampuan Tabel 2
matematis tinggi, sedang dan rendah. Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Peneliti menjadi instrumen utama Matematika
dalam penelitian kualitatif yang didukung Ukuran Hasil tes
oleh pedoman wawancara, sedangkan Rata-rata 25
Nilai Terendah 16
instrumen untuk memperoleh data kuantitatif Nilai Tertinggi 35
adalah soal. Tes uraian dibuat berdasarkan Standar Deviasi 5,8
Catatan: Skor ideal adalah 36
karakteristik soal pemecahan masalah
Dari 34 siswa yang mengikuti tes
matematika yang di dalamnya terdapat
terdapat 13 atau 38% siswa memperoleh skor
karakteristik soal untuk mengukur
di atas rata-rata. Rata-rata kemampuan
kemampuan representasi matematis.
representasi matematis siswa berada pada
Penelitian ini dilakukan pada materi fungsi.
kategori memuaskan (69,77%) artinya
Sebelum perangkat tes diujikan terlebih
kemampuan representasi matematis siswa
dahulu dilakukan validitasi oleh beberapa
dalam menyelesaikan soal pemecahan
pakar, dilanjutkan dengan uji coba,
masalah matematika cukup baik, tetapi
kemudian analisis butir soal. Uji coba
masih ada indikator kemampuan representasi
dilakukan pada kelas yang memiliki
matematis siswa yang dimiliki siswa belum
kemampuan hampir sama dengan subjek
tercapai secara maksimal sesuai dengan yang
penelitian. Setelah pelaksanaan tes selesai
diharapkan.
dilanjutkan dengan pemberian skor (skoring)
Untuk mempermudah penganalisisan
sesuai dengan rubrik penskoran kemampuan
data, peneliti mengelompokkan hasil
representasi matematis. Kemudian hasil-hasil
penelitian berdasarkan indikator-indikator
skor siswa disajikan dalam bentuk tabel agar
kemampuan representasi matematis siswa.
lebih mudah dibaca untuk seterusnya
Persentase rata-rata representasi bentuk
dilakukan analisis. Analisis ini bermuara
visual dan simbolik berturut-turut sebesar
pada penentuan predikat kemampuan
79% dan 73%. Hal ini menunjukkan bahwa
representasi matematis siswa dalam
kemampuan representasi visual dan simbolik
menjawab soal-soal pemecahan masalah
siswa berada pada kategori memuaskan.
matematika.
Untuk representasi verbal persentasenya
Untuk memperkuat dan mendalami
66% dalam artian siswa secara umum
lagi data penelitian kuantitatif, maka
mampu mengerjakan soal pemecahan
digunakan instrumen pendukung yaitu
masalah dengan predikat cukup memuaskan.
pedoman umum wawancara. Setelah
Hasil tes kemampuan representasi
pedoman wawancara selesai dirancang
matematis dan wawancara menunjukkan
terlebih dahulu dilakukan validasi. Data hasil
bahwa siswa memiliki keunikan tersendiri
wawancara dianalisis menggunakan Analysis
dalam menyelesaikan masalah, artinya
Interactive model Miles & Huberman (1992)
kemampuan siswa berbeda-beda dalam
dengan tahapan: 1) reduksi data, ialah
menemukan solusi dari suatu permasalahan.
menyimpulkan, menyisihkan hal-hal penting
Sebagaimana diungkapkan Paulina Pannen
dan memfokuskan pada hal-hal pokok, 2)
dalam Desmita (2009) bahwa cara dan
penyajian data kemampuan repesentasi
kompetensi seseorang dalam menghadapi
matematis siswa dalam menyelesaikan soal
persoalan adalah unik.
pemecahan masalah, 3) membuat kesimpulan
Kemampuan representasi matematis
secara keseluruhan.
siswa bentuk visual menggambarkan bahwa
secara umum siswa sudah bisa menyajikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah ke dalam bentuk tabel, grafik,
Data hasil tes siswa dengan 3 buah
diagram panah, pasangan berurutan dengan
soal yang berbentuk uraian dapat dilihat pada
benar dan lengkap, namun hanya saja masih
tabel di bawah ini:
terdapat kesalahan kecil dalam perhitungan
matematika untuk mendapatkan data
22
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
sehingga mengakibatkan siswa salah dalam data untuk memecahkan masalah
menyajikan masalah ke dalam bentuk grafik. matematika. Akan tetapi, sebagian siswa
Ini disebabkan karena siswa masih belum belum mampu membuat kesimpulan atas
paham dengan permasalahan yang peneliti hasil manipulasi data untuk mencari solusi
berikan dengan baik. Hasil penuturan siswa dari permasalahan yang diberikan dengan
bahwa sebagian dari siswa cukup paham kata-kata secara lengkap di dalam lembar
dengan permasalahan walaupun ada siswa jawaban. Sebagian siswa sudah mampu
yang kurang lengkap dalam menyajikan menyimpulkan jawaban dari hasil manipulasi
masalah atau data ke dalam bentuk tabel, masalah melalui pemodelan matematika
grafik, diagram panah, pasangan berurutan. secara lengkap di lembar jawaban dan
Hal yang bisa dilakukan guru untuk melatih sebagian siswa lainnya mengalami kesulitan
siswa dalam memahami persoalan antara lain dalam membuat kesimpulan melalui kata-
dengan mempertanyakan beberapa hal, kata setelah melakukan perhitungan
seperti: bisakah kamu merepresentasikan matematis. Setelah ditelusuri melalui
masalah dalam bentuk gambar, atau wawancara, siswa mampu menjelaskan
memanfaatkan notasi yang sesuai? Bisakah jawaban yang dibuatnya di lembar jawaban
kamu mengklasifikasikan data sesuai dengan secara lengkap dan menyeluruh terkait solusi
keadaan yang ada? (G. Polya dalam Fauzan, dan pertanyaan yang peneliti berikan melalui
n.d.) argumentasi yang diberikannya dan dapat
Selanjutnya, siswa sudah mampu menyimpulkan jawaban yang diberikannya.
mengimplementasikan permasalahan yang Kemampuan representasi matematis
diberikan ke dalam berbagai bentuk siswa bentuk simbolik secara umum
penyajian fungsi seperti tabel, grafik diagram menunjukkan bahwa siswa sudah terampil
panah, dan pasangan berurutan dengan membuat persamaan, model matematika atau
cukup maksimal. Tingginya rata-rata nilai representasi dari representasi lain yang
siswa untuk indikator ini mengindikasikan diketahui, memecahkan masalah dengan
bahwa siswa cukup familiar dengan istilah- menggunakan ekspresi matematika. Soal
istilah yang digunakan serta fenomena yang yang digunakan untuk mengukur indikator
ada pada soal ini. Akibatnya, siswa mampu ini berkaitan dengan situasi kehidupan nyata
memberikan pemahaman pada soal melalui siswa. Namun, masih banyak siswa yang
gambar untuk mempermudah mereka dalam kurang teliti dan ceroboh dalam menemukan
menemukan pemecahan masalah yang tepat. solusi permasalahan sehingga siswa yang
Selanjutnya pendapat Ahmad Fauzan salah dalam hasil akhirnya. Hal ini diperkuat
diperkuat oleh (Buhaerah, n.d.) mengatakan oleh hasil penelitian Hijriani, Rahardjo, &
bahwa: salah satu hal yang bisa dilakukan Rahardi, (2018) pada siswa SMP dalam
dalam memformulasikan masalah ialah mengerjakan soal PISA menyimpulkan
menyajikan masalah secara matematis dalam bahwa kekurang telitian siswa menjadi
bentuk numerik, simbolik, verbal atau grafik. penyebab tidak mampunya siswa
Kemampuan representasi matematis mengkonstruksi simbolik dan visual secara
siswa bentuk verbal bisa dilihat dari hasil benar.
wawancara terhadap beberapa orang siswa, Setelah dilaksanakan penelitian, siswa
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dapat menyelesaikan masalah dengan baik
siswa terhadap jawaban yang telah melalui dugaan-dugaan dan manipulasi yang
diberikannya. Hasilnya menunjukkan bahwa dilakukannya. Jadi dapat dilihat bahwa pada
hanya sebagian siswa yang mampu langkah merencanakan dan memilih strategi
menginterpretasikan hasil perhitungan pemecahan masalah, kemampuan
matematisnya secara logis dan sistematis. representasi khususnya untuk indikator
Soal ini lebih menekankan pada bagaimana representasi matematis bentuk simbolik
siswa mengungkapkan interpretasi atau sangat diperlukan. Karena tanpa membuat
membuat kesimpulan dari hasil manipulasi model dan manipulasi matematika secara
23
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
tepat siswa tidak akan mampu memecahkan representasi matematis bentuk visual siswa
permasalahan. Sesuai dengan kata Anderson sudah mampu menyajikan permasalahan
dalam (Fauzan, n.d.) bahwa serangkaian matematika dalam bentuk tabel, grafik,
aktivitas kognitif digunakan untuk diagram panah, dan pasangan berurutan
pemecahan dari suatu permasalahan. dengan prediket memuaskan. Sedangkan
Aktivitas kognitif terkait dengan mengetahui dalam bentuk verbal, secara umum siswa
permasalahan dan situasi mental serta sudah mampu menuliskan langkah-langkah
melakukan manipulasi secara kontinu untuk pemecahan masalah matematis dengan kata-
mencoba teknik atau cara penyelesaian kata, menuliskan interpretasi dari suatu
masalah. representasi, serta menjawab soal secara
Berdasarkan hasil kerja siswa dan tertulis dikategori cukup memuaskan. Secara
melalui wawancara, siswa juga simbolik siswa sudah bisa membuat
memanipulasi matematika melalui data-data persamaan atau bentuk matematika dan
yang terdapat pada tabel, grafik, diagram memecahkan masalah dengan menggunakan
panah, dan pasangan berurutan. Hal ini ungkapan matematis yang mencapai predikat
dilakukan siswa agar mempermudah siswa memuaskan. Akan tetapi siswa masih kurang
dalam menyelesaikan masalah khususnya teliti dalam mengerjakannya sehingga
dalam menemukan apa yang hendak terdapat kekeliruan pada hasil akhirnya.
diselesaikan di dalam persoalan. Selain itu,
melalui data pada tabel, grafik, diagram REFERENSI
panah, dan pasangan berurutan tersebut Amdasari, W. (2016). Analisis Kemampuan
dibuat dalam menyelesaikan persoalan agar Pemahaman Konsep Matematis dalam
siswa dapat menjemput kembali pengetahuan Menyelesaikan Soal Pemecahan
atau konsep apa saja yang akan digunakan Masalah pada Materi Persamaan dan
untuk memecahkan masalah. Pertidaksamaan kelas X SMKN 1
Fauzan, n.d. mengungkapkan bahwa Batusangkar. Skripsi: STAIN
terdapat berbagai cara penyelesaian masalah Batusangkar.
antara lain mereplikasi permasalahan (acting Aryanti, D., Zubaidah, & Nursangaji, A.
out the problem), menggambar atau
(2013). Kemampuan Representasi
membuat diagram, mencari pola, membuat Matematis Menurut Tingkat
tabel, membuatkan semua kemungkinan Kemampuan Siswa pada Materi Segi
secara matematis. Ini menunjukkan bahwa Empat di SMP. Jurnal Pendidikan Dan
salah satu strategi penyelesaian masalah Pembelajaran, 2(1).
dapat dilakukan dengan menyajikan
permasalahan tersebut dalam bentuk tabel, Buhaerah. (n.d.). Jurnal Pembelajaran
grafik, gambar dan lain-lain. Strategi ini Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
menuntun siswa mampu mendaftarkan Kemampuan Penalaran Matematis
semua informasi yang terdapat dalam Siswa SMP. Pare-Pare: STAIN Pare-
permasalahan sehingga terlihat hubungan Pare.
yang jelas antar bagian-bagian dalam Dahlan, J. A., & Juandi, D. (2011). Analisis
permasalahan. Representasi Matematik Siswa Sekolah
Dasar dalam Penyelesaian Masalah
KESIMPULAN Matematika Kontekstual. Jurnal
Secara umum siswa sudah mampu Pengajaran MIPA, 16(1).
menggunakan kemampuan representasi
dalam menyelesaikan soal pemecahan Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan
masalah matematika. Akan tetapi, masih ada Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
siswa yang belum lengkap dalam Rosdakarya.
menyajikannya di dalam lembar jawabannya. Effendi, L. . (2012). Pembelajaran
Secara umum terkait kemampuan Matematika dengan Penemuan
24
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019
Terbimbing untuk Meningkatkan Pengembangan, 3(5), 603–607.
Kemampuan Representasi dan Kartini. (2009). Peranan Representasi dalam
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pembelajaran Matematika. Prosiding
SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, Seminar Nasional Matematika Dan
13(2). Pendidikan Jurusan Pendidikan
Fauzan, A. (n.d.). Evaluasi Pembelajaran Matematika FMIPA UNY.
Matematika Modus Pascasarjana. UNP: Miles, M., & Huberman, A. M. (1992).
Padang. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Fauzan, A. (2013). Keefektifan Pembelajaran Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta:
MEAs dengan Mengintegrasikan NKB UI Press.
terhadap Kemampuan Representasi Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang
Matematis dan Self-Efficacy pada kurikulum MTs/SMP. (n.d.).
Siswa Kelas X. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Tidak Rahmawati, P. S. (2015). Pengaruh
Dipublikasikan. Pendekatan Problem Solving terhadap
Kemampuan Representasi Siswa.
Herawati, S. (2012). Desain Pembelajaran Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
(Kajian Teritis dan Praktis). Hidayatullah Jakarta Unpublish.
Batusangkar: STAIN Batusangkar
Press. Sabirin, M. (2014). Representasi dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal
Hijriani, L., Rahardjo, S., & Rahardi, R. Pendidikan Matematika UIN Antasari,
(2018). Deskripsi Representasi 1(2), 33–44.
Matematis Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal PISA. Jurnal Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
25
TA’DIB, Volume 22 Nomor 1, Juni 2019