Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS IT


Model Pembelajaran Konstruktivism Learning

Dosen MK: Dr. Samad Umarella, M.Pd

Oleh:

Oleh Kelompok 6

1. WA DJAMULIA
2. NASARUDIN
3. SIMIN FATARUBA
4. WARDA IPA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana terkandung
dalam Alquran dan sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang lurus dan jalan yang
diridhai-Nya. Demikian juga, penulis bersyukur kepada-Nya yang telah
memudahkan penulisan yang sederhana ini hingga dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dijadikan sebagai bahan diskusi
ini masih jauh dari kesempurnaan serta masih begitu banyak kekurangan di
dalamnya karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan juga kritik yang dapat membangun untuk perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi syarat pemenuhan tugas mata
kuliah Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis IT, dengan judul makalah
Konstruktivism Learning.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk melengkapi makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Ambon, 7 Desember 2021

Penulis
Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme..................................3
B. Model Pembelajaran Konstruktivisme....................................................3
C. Implementasi Konstruktivisme Pada Dunia Pendidikan.........................6
D. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Konstruktivisme.......8
E. Hubungan Konstruktivisme Learning Dengan IT...................................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................15
A. Kesimpulan .............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa
sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan
berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber
kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-
gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-
konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika
ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk
konsepsi tersebut agar lebih matang apalagi kalau dipadukan deqngan sistem
komunikasi berbasis teknologi (IT).
Sistem komunikasi dewasa ini tidak lagi dibatasi oleh penghalang
geografis untuk saling berinteraksi ataupun mengakses banyak informasi
bermanfaat dengan dunia secara keseluruhan. Penggunaan teknologi internet yang
merata dapat memberikan efisiensi dan fleksibilitas pengaksesan informasi secara
mudah. Terkait perkembangan pendidikan secara global, UNESCO telah
membuat koridor pendidikan secara universal dalam empat pilar pendidikan
berisi: learning to know, learning to do, learning to be dan juga learning to live
together. Nilai-nilai universal tersebut dewasa ini memberikan pengaruh terhadap
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pemerataan teknologi di
setiap negara tentunya akan memberikan kompetisi yang positif bagi pendidikan
setiap negara.
Dari suatu proses belajar diperoleh suatu hasil yang sangat signifikan,
dikarenakan yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui dan yang
sebelumnya belum memahamin dapat menjadi paham setelahnya. Dalam suasana
saat ini, istilah belajar tidak hanya menjadi penggambaran suatu usaha mengetahui
sesuatu begitu saja, melainkan memiliki berbagai teori dan model yang terus
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Salah satu perkembangan teori
belajar adalah teori belajar konstruktivisme. Meski bukan hal yang baru teori
belajar konstruktivisme menjadi salah satu dasar teori belajar yang sudah

1
mengakar pada dunia pendidikan dengan berbagai karakteristik, kelebihan,
maupun kekuranganya.
Teori belajar konstruktivisme secara umum dapat didefinisikan sebagai
sebagai experimental learning yang merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan
pengalaman konkret di lapangan, di laboratorium, berdiskusi dengan teman, dan
dikembangkan menjadi pengetahuan, konsep, serta ide baru. Peserta didik sebagai
subjek pembelajaran yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka
sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pembelajar. Dari pengertian secara
umum tersebut masih begitu banyak hal mengenai teori belajar konstruktivisme.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalaha
dalam pembahasan pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian model pembelajaran konstruktivisme?
2. Bagaimana model pembelajaran konstruktivisme?
3. Bagaimana implementasi konstruktivisme pada dunia pendidikan?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran konstruktivisme?
5. Bagaimana hubungan konstruktivisme learning dengan IT

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran konstruktivism.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran konstruktivisme.
3. Untuk mengetahui implementasi konstruktivisme dalam dunia pendidikan.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
konstruktivisme.
5. Untuk mengetahui hubungan konstruktivisme learning dengan IT

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme


Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti
bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan isme dalam kamus
bahasa Indonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi kita sendiri. Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak
mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran.
Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran yang
menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya
pengembangan program siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan pengetahuaannya sendiri. Teori
konstruktivisme lahir dari Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme adalah satu
paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif
berasaskan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Pada proses ini, siswa akan
menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya untuk
membina pengetahuan baru.
Model pembelajaran konstruktivistme adalah salah satu pandangan dari
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran
(memperoleh pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik
kognitif dapat diselesaikan hanya melalui pengetahuan yang akan dibangun
sendiri oleh anak melalui pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran konstruktivisme adalah
model pembelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk membangun
pengetahuan itu sendiri berdasarkan pengalaman sebelumnya.

B.  Model Pembelajaran Kontruktivisme


1. Belajar Aktif
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui

3
berbagai kegiatan. Disini siswa yang harus dituntut aktif bukan guru yang aktif,
guru harus kreatif dalam mengelola pembelajaran dan tidak lupa harus kreatif
menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran  sehingga
akan didapat suatu pengalaman belajar yang aktif.
2. Belajar Mandiri
Pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra adalah sebagai berikut:
a. Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil
berbagai keputusan. 
b. Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap
orang dan situasi pembelajaran. 
c. Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain. 
d. Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransferkan hasil belajarnya yang
berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain. 
e. Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber
daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-
latihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi. 
f. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog
dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-
gagasan kreatif. 
g. Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri
menjadi program yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai
alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan programprogram inovatif
lainnya.

3. Belajar Kooperatif dan Kolaboratif


Dalam bahasa Indonesia, kata kolaborasi dan kooperasi cenderung
diartikan dalam makna yang sama yaitu kerjasama. Kedua konsep pembelajaran
ini  memiliki persamaan, yakni:
a. Menekankan pentingnya pembelajaran aktif
b. Peran guru sebagai fasilitator
c. Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara  siswa dan guru

4
d. Meningkatkan keterampilan kognitif tingkat tinggi
e. Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya
f. Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan idenya
dalam kelompok kecil.
g. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan membangun
tim.

4. Generative Learning
Model pembelajaran generatif (generative learning model) pertama kali
diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove. Pembelajaran generatif terdiri atas
empat tahap yaitu:
a. Pendahuluan atau disebut eksplorasi
Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga tahap
pendahuluan. Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan
eksplorasi tahap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari
pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas
sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi, guru
dapat memberikan stimulus berupa beberapa aktivitas/tugas-tugas seperti melalui
demonstrasi/penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan
data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.
b. Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep. Pada tahap
pemfokusan siswa melakukan pengujian melalui kegiatan laboratorium atau
dalam model pembelajaran yang lain. Pada tahap ini guru bertugas sebagai
fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan,
dengan demikian para siswa dapat melakukan proses sains.
c. Tantangan atau tahap pengenalan konsep
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep.
Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam
lembar kerja. Para siswa diminta mempersentasikan temuannya melalui diskusi
kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa.

5
d. Penerapan konsep
Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak
untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau
konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam
kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan
siswa di luar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk
dilakukan. Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihan-latihan soal.
5. Model Pembelajaran Kognitif
Model pembelajaran kognitif yang sangat berpengaruh adalah Discovery
Learning yang dikemukakan oleh Jerome Bruner. Menurutnya peran guru adalah
menciptakan situasi belajar sedemikian rupa agar siswa dapat belajar berdasarkan
apa yang mereka miliki, bukan memberikan paket informasi.
Untuk mendapatan pengetahuan siswa harus dapat berperan sebagai
sejarawan, yaitu mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan,
karena menurut Bruner pengetahuan adalah suatu proses dan buksn suatu produk.
Bruner mengusulkan seharusnya siswa belajar dengan terlibat secara
aktif dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dimana mereka harus didorong
memiliki pengalaman-pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
memungkinkan mereka menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip tersebut.

C. Implementasi Model Pembelajaran Kontruktivisme Dalam Pendidikan


1.  Discovery Learning (penemuan terbimbing)
Dalam model ini, siswa didorong untuk belajar sendiri, belajar aktif
melalui konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru sebagai motivatornya.
Discovery learning lebih mengarah dalam kegiatan sepertti praktikum. Langkah-
lagkah dalam discovery learning antara lain.
a.   Pertama, guru mengidentifikasi kurikulum. Selanjutnya memandu pertanyaan,
menyuguhkan teka-teki, dan menguraikan berbagai permasalahan.
b.   Kedua, pertanyaan yang fokus harus dipilih untuk memandu siswa ke arah
pemahaman yang bermakna. Siswa lalu memformulasikan jawaban sementara
(hipotesis).

6
c.   Ketiga, mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan, dan menguji
hipotesis.
d.   Keempat, siswa membentuk konsep dan prinsip.
e.   Kelima, guru memandu proses berfikir dan diskusi siswa, untuk mengambil
keputusan.
f.    Keenam, merefleksikan pada masalah nyata dan mengolah pemikiran guna
menyelesaikan masalah.
Proses ini mengajarkan siswa untuk memahami isi dan proses dalam waktu
yang bersamaan. Dengan kata lain, siswa belajar menyelesaikan masalah,
mengevaluasi solusi, dan berfikir logis.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Dalam model ini, siswa dihadapkan pada masalah nyata yang bermakna
untuk mereka. Persoalan sesungguhnya dari pembelajaran berbasis masalah
adalah menyangkut masalah nyata, aksi siswa, dan kolaborasi diantara mereka
untuk menyelesaikan masalah. Langkah-langkah pada pembelajaran berbasis
masalah antara lain.
a.   Pertama, guru memotivasi diri siswa, dan mengarahkannya kepada
permasalahan.
b.   Kedua, guru membantu siswa dengan memberi petunjuk tentang literatur yang
terkait masalah, dan mengorganisirnya untuk belajar dengan membuat
kelompok kerja.
c.   Ketiga, guru menyemangati siswa untuk mencari lebih banyak literatur,
melakukan percobaan, membuat penjelasan untuk menemukan solusi. Setelah
itu, secara mandiri, kelompok kerja siswa melakukan penyelidikkan.
d.   Keempat, kelompok kerja siswa mempresentasikan hasil temuannya, baik itu
berupa laporan, video, model, dan dibantu guru dalam mendiskusikannya.
e.   Kelima, kelompok kerja siswa menganalisis, dan mengevaluasi proses
penyelesaian masalah. Pada bagian ini pula, guru membantu siswa dalam
merefleksikannya.
Pada model ini, guru dan siswa bersama-sama dalam proses, sesuai
dengan porsinya. Mereka bersama-sama untuk mengkaji, membaca, menulis,

7
meneliti, berbicara, guna menuju pada penyelesaian masalah selayaknya dalam
kehidupan yang nyata.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Berikut ini keunggulan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme
dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
1. Model pembelajaran ini dapat membangun pengetahuan kognitif siswa.
2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
4. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-
gagasanpada saat yang tepat.
5. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Dalam model pembelajaran konstruktivisme memiliki kelemahan yang
perlu diperhatikan bagi pendidik antara lain salah pemahaman terhadap materi.
Ketika peserta didik diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri
tidak menutup kemungkinan bahwa pengetahuan yang dibangun tersebut semua
akan benar atau semua akan salah. Jadi, sebagai pendidik meskipun peserta didik
diberi kesempatan membangun pengetahuan sendiri, pendidik juga harus tetap

8
mengawasi dan mendampingi peserta didik agar tidak terjadi kesalahpahaman
materi.
Kesalahpahaman materi ini akan berdampak buruk baik bagi peserta didik,
pendidik, maupun instansi terkait. Karena suatu ilmu dan pengetahuan jika dari
awal sudah salah maka kedepannya akan salah pula. Maka dari itu sebagai
pendidik harus tetap mendampingi peserta didik.

D. Hubungan Konstruktivisme Learning Dengan IT


1. Pengertian teknologi informasi
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun
yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi
dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari
Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon,
TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya
ponsel).
2. Peran teknologi informasi dalam proses belajar mengajar pada masa kini
Banyak sekali peran yang dimiliki teknologi dalam proses belajar
mengajar pada masa kini, sama halnya pada zaman dahulu dalam dunia
pendidikan meiliki metode-metode dan media dalam proses belajar mengajar.
Namun pada zaman sekarang dengan semakin berkembangnya teknologi, dunia
pendidikan pun memiliki metode dan media baru dalam penerapan proses belajar
mengajar dengan menerapkan peranan penting teknologi dalam proses belajar
mengajar.
Sebagai contoh peran konstruktivisme dalam teknologi terhadap proses
belajar mengajar yaitu adanya penerapan metode penyampaian materi dengan
menggunakan teknologi seperti halnya pemakaian LCD Projector untuk metode
penyampaian materi kepada murid dalam proses mengajar. Contoh lainya saat
seorang guru menyampaikan pengumuman materi yang harus dipelajari kepada
murid dengan menggunakan teknologi microphone atau pengeras suara  speaker,

9
agar pengumuman materi yang disampaikan oleh seorang guru menjadi lebih
terdengar dengan jelas.
Untuk kelas kesenian atau pembelajaran seny budaya para guru
menggunakan teknologi sound system digunakan untuk pengeras suara lagu jawa
ataupun lagu daerah lainya  yang digunakan untuk mengajar kelas seni tari pada
saat pembelajaran seni. Selain guru, teknologi juga memiliki peran tersendiri
terhadap siswa siswi, sebagai contoh peranan teknologi dalam model
pembelajaran konstruktivisme untuk siswa dan siswi:
1. Sebagai media pembelajara daring (online)
2. Sebagai media belajar online dengan cangkupan yang lebih luas sebagai
pengganti buku dan digantikan teknologi buku elektronik.
3. Sebagai media belajar kelompok , Karena teknologi smartphone yang
dilengkapi aplikasi messenger seperti whatsap dapat membuat grub antar
siswa agar lebih mudah dalam melakukan diskusi berkelompok tanpa harus
berkumpul.
4. Dengan adanya teknologi untuk metode belajar siswa akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas sebagai contoh mesin penulusur google yang
memiliki banyak sekali artikel dan ilmu didalamnya yang dapat kita akses
secara gratis.
5. Peran teknologi terhadap siswa lainya sebagai media untuk mendapatkan
pengumuman dari seorang guru atau ketua kelas jika ada PR ataupun
pengumuman untuk libur memalui smartphone via sms ataupun online
messenger atau whatsap
6. Lebih ringkas dalam pembelajaran karena materi yang tertera pada
teknologi mesin telusur google menunjukan apa yang sedang kita cari dan
sangat memudahkan kita dalam menemukan suatu jawaban tanpa memakan
waktu lama dan dapat mempersingkat waktu dalam pencarian artikel atau
wacana untuk para siswa siswi belajar.
3. Peran teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan:

10
1. Bagaimana kita belajar (how people learn).
2. Apa yang kita pelajari (what people learn).
3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).
Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI
yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam
moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.  Pertanyaan pertama,
bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran. Cara
berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat
jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi
perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran
yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet,
extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM, dan e-learning.
4. Manfaat teknologi dalam dunia pendidikan
Pada dasarnya teknologi diciptakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia. Saat ini teknologi sudah menjadi kebutuhan primer manusia. Bahkan
technologi sudah digunakan di semua segi kehidupan manusia, seperti di dalam
bidang pengobatan, komunikasi, militer, transportasi dan pendidikan. Dari
berbagai bidang tersebut, Pemanfaatan technology di dalam dunia pendidikan
masih sangat terbatas. Yang terjadi di lapangan adalah tekhnologi lebih banyak
dimanfaatkan di dalam bidang hiburan. pemanfaatan ini malah akan menimbulkan
banyak masalah-masalah seperti penyalahgunaan tekhnologi dan membahayakan
bagi kesehatan. Padahal jika diimplementasikan di dalm dunia pendidikan,
tekhnologi bisa membantu dan mempercepat tujuan pendidikan. Berikut adalah
manfaat-manfaat penerapan tekhnologi pendidikan terkait dengan model
konstruktivism yaitu:
a. Teknologi bisa membantu guru mengajar
Tekhnologi bisa menjadi alat bantu bagi guru untuk menyampaikan bahan
ajar mereka kepada para siswa. Dengan menggunakan tekhnologi dalam proses
belajar, Tentunya guru bisa menyampaikan materi dengan sangat mudah dan

11
efektif.  Guru yang mengajar dengan menggunakan tekhnologi biasanya akan
lebih mudah mencapai tujuan pembelajarannya.
b. Teknologi memicu kreatifitas guru
Teknologi bisa menciptakan daya kreatifitas guru. mereka bisa lebih
kreatif dalam menciptakan metode dalam mengajar. dengan adanya tekhnologi
mereka akan terpacu untuk berkreasi karena tekhnologi hanyalah sebuah alat yang
memerlukan seseorang untuk mengoperasikannya. tanpa guru, tekhnologi tidak
bisa berdampak secara maksimal dalam dunia pendidikan.
3. Teknologi membantu siswa belajar
Pengimplementasian tekhnologi dalam proses belajar mengajar akan
membuat siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. Jika siswa sudah tertarik
dengan apa yang guru akan ajarkan, maka tidak perlu lagi bagi mereka untuk
meminta siswanya serius dalam belajar. Siswa akan lebih aktif dan tidak akan
merasakan kebosanan akibat belajar.
4. Teknologi  menciptakan kegiatan belajar yang mengasyikkan
Dengan adanya tekhnologi guru bisa menciptakan atmosfer belajar yang
menarik. Hal ini sangat bagus untuk memicu daya paham para murid agar mereka
cepat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, Para murid juga
tidak akan cepat merasa bosan karena mereka akan senang untuk belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran yang menarik. Hal ini sangat baik karena bisa
mendongkrak nilai para murid dalam beberapa mata pelajaran yang biasanya
dianggap susah seperti matematika, bhs. Inggris,dll.
5. Memudahkan siswa mencari sumber belajar
Teknologi informasi khusunya internet menyediakan berbagai macam
sumber belajar yang bisa di akses oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Mereka
bisa mendapatkan semua referensi yang mereka butuhkan secara gratis. semakin
banyak mereka belajar dari sumber yang berebeda-beda, semakin pintar siswa
tersebut.
6. Teknologi bisa menaikan standar sekolah
Sekolah yang menggunakan tekhnologi dalam proses mengajar akan
meningkatkan mutu sekolah tersebut. tentunya sekolah yang bermutu akan

12
menjadi sekolah terfavorite dan menjadi tujuan bagi siswa untuk belajar di
sekolah itu.
7. Teknologi menjadikan siswa memiliki wawasan luas
Siswa yang memanfaatkan teknologi dengan baik dan benar akan memiliki
wawasan yang luas. mereka bisa mendapatkan informasi atau perkembangan
dunia terbaru dengan cepat. bahkan mereka bisa aktif di dalam forum-forum
komunikasi internasional yang bisa melatih diri mereka menjadi siswa yang
proaktif.
6. Contoh Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pembelajaran
a. Pembelajaran berbasis komputer
Semua orang tentu saja tahu apa itu komputer. dalam bidang pendidikan
pengenalan teknologi satu ini sangat penting, karena banyak sekali manfaat yang
bisa diberikan oleh komputer. seperti untuk mengelola file tulisan dan sebagainya.
Dalam tingkatan yang lebih tinggi,komputer ataupun laptop dapat digunakan
untuk berkarya, baik itu dalam bidang desain, seni, musik dll. Banyak model
pembelajaran berbasis komputer, diantaranya adalah Computer Based Instruction
(CBI).Computer Assisted Intsruction (CAI), ICT, Computer Based Training
(CBT) dan Computer Based Education (CBE).
b. E-Learning
E-learning adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
komputer dan internet sebagai media pembelajaran. siswa dapat mengakses materi
pelajaran baik itu berupa video, gambar, teks ataupun suara dimana saja tanpa
harus bertatap muka dengan pengajar. sistem seperti ini tentu saja dimiliki oleh
Universitas-universitas terkemuka di Indonesia. Pengayaan konten seperti materi
yang dapat diunduh siswa, ujian online atau pun sistem penilaian siswa dll dalam
bentuk website. sistem pembelajaran e-learning umumnya tidak menggantikan
model belajar konvensional di kelas, tapi hanya sebagai pendukung kegiatan
belajar mengajar siswa dan memberikan kemudahan pengajar dalam
menyampaikan informasi kepada siswanya.

13
c. Blended Learning
Blended learning merupakan metode pembelajaran yang mencampurkan
pertemuan tatap muka pengajar dan muridnyasecara online. tanpa terbatas jarak.
Pengajar akan memberikan materinya secara real time melalui phone conference,
video conference ataupun chatting online. mereka dapat saling memberikan
feedback baik itu berupa pertanyaan, jawaban ataupun pernyataan.
d. Perpustakaan Digital
Menurut Association of Research Libraries (ARL) tujuan dari
perpustakaan digital adalah untuk memberikan kelancaran dalam proses
pengembangan yang sistematis dengan cara menyimpan, mengumpulkan, dan
mengorganisasi pengetahuan dan informasi dalam format digital. Siswa dapat
mengakses buku-buku dalam bentuk digital dan mempelajarinya, tanpa harus
datang ke perpustaan langsung atau harus membeli buku dalam bentuk fisik.
Tentu saja ini menguntungkan karena siswa dapat belajar dimana pun dan kapan
pun.
e. Penggunaan alat pendukung KBM
Proses belajar mengajar tidak melulu pengajar mengajar menyampaikan
bahan ajar melalui lisan. Namun bisa juga menggunakan video, gambar atau
materi yang dibuat menggunakan komputer atau laptop. Kemudian ditampilkan
lagi menggunakan teknologi berupa proyektor agar objek lebih besar dan dapat
dilihat oleh semua siswa. Karena teknologi terus berkembang, sudah seharusnya
dunia pendidikan mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Agar terjadinya
sinkronisasi yang baik antara siswa ketika dia kembali ke lingkungannya atau
berhadapan dengan dunia kerja.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan dari proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran
(memperoleh pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
2. Ada lima strategi dalam pembelajaran konstruktivisme, antara lain; belajar
aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning,
dan model pembelajaran kognitif.
3. Implementasi model pembelajaran konstruktivisme bisa menggunakan
discovery learning dan pembelajaran berbasis masalah.
4. Dalam model pembelajaran ini terdapat kelebihan dan kekurangan.
5. Hubungan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan IT
yakni disini, guru, siswa bisa lebih memahami materi dengan baik berdasarkan
penggunaan IT dalam pembwelajaran di sekolah.

B.     Saran
Dari pembahaan dan kesimpulan yang dikemukakan tersebut, maka kampi
memberikan saran dalam penulisan makalah ini yakni:
1. Diharapkan pendidik mampu menerapkan model pembelajaran
konstruktivisme dalam pembelajaran karena model pembelajaran ini terdapat
beberapa keunggulan salah satunya dapat membangun pengetahuan kognitif
siswa.
2. Diharapkan antara pendidik dan peserta didik tetap saling berinteraksi dan
berkomunikasi, ini diperlukan agar tidak terjadi salah pemahaman terhadap
materi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendikia.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT. Rineka Cipta

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Hardini, Israni & Dewi Puspitasari. 2011. Strategi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Familia.
Mashudi, 2013. Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Kontruktivisme.
Tulungagung: STAIN Tulungagung Press
Setijadi. 2006. Definisi Teknologi Pendidikan (Satuan Tugas Definisi dan
Terminologi AECT). Jakarta: Rajawali.
Slavin, Robert. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks

16

Anda mungkin juga menyukai