PEMAHAMAN PESERTA DIDIK,
Dosen Pengampu
Prof. Dr, Nyoman Dantes, Dr. | Nyoman Miarta Putra, S.Ag., M.Ag, Dr. I Putu
Sanjaya, S.Ag., M.Pd.H.
ARTIKEL
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DALAM PERSEFEKTIF TEORI
PENDIDIKAN DAN AGAMA HINDU
OLEH
I Nyoman Untung Eka Hariawan, $.L.Kom.
NIM. 2125111003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU,
PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA.
2021DAFTAR ISI
COVER
A. Pendahuluan. 1
B. Perkembangan Peserta Didik.....
C. Aliran-Aliran Teori Pendidikan Berlandaskan Konsep Hindu
1. Aliran Empirisme..
a. Aliran Empirisme Dalam Konsep Teori Pendidikan......c:.
b. Aliran Empirisme Dalam Konsep Agama Hindu...
¢. Hubungan Konsep Teori Kependidikan dengan Konsep Chanakya Ni
Sastra, II: 19
2. Aliran Nativisme
a. Aliran Nativisme Dalam Konsep Teori Pendidikan...
b. Aliran Nativisme Dalam Konsep Agama Hindu...
3. Aliran Konvergensi ..nsnnssnnnnnnnnnnnnnn
a. Aliran Konvergensi Dalam Konsep Teori Pendidikan.
b. Aliran Konvergensi Dalam Konsep Hindu.
D._ Kesimputan .ennnse
Daftar Pustaka, 14Pendahuluan
Peserta didik sebagai salah satu komponen pendidikan memerlukan perhatian
yang, cukup serius, terlebih selain sebagai objek juga berkedudukan sebagai subjek
dalam pendidikan, Dengan kedudukan yang demikian maka keterlibatan peserta didik
menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Perhatian
serius terhadap hakikat peserta didik ini bisa dilihat dari kajian perkembangan
kepribadiannya, baik yang bersifat biologis, didaktis, dan psikologis. Peserta didik
sebagai individu pasti mengalami perkembangan dalam perjalanan kehidupannya.
Keberhasilan peserta didik juga dipengaruhi oleh bawaan/potensi dirinya dan
Jingkungannya, Bagaimana perkembangan peserta didik, faktor bawaan/potensi serta
batas pendidikan akan menjadi bahan garapan dalam makalah ini dilihat dari perspektif
pendidikan Barat dan pendidikan Hindu
B, Perkembangan Peserta Didik
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah suatu proses
yang memiliki tujuan yang sangat jelas biasanya diupayakan untuk menciptakan pola-
pola tertentu pada anak atau peserta didik pada setiap suasana pendidikan yang
mengandung tujuan-tujuan, maklumat-maklumat yang berkenaan dengan pengalaman-
pengalaman yang dapat dinyatakan sebagai kandungan. Dan untuk mewujudkan hal
tersebut tentunya diperlukan aspek-aspek yang lain seperti metode, media dan aspek
Jain dari pada pendidikan itu. Olehnya itu dalam merumuskan suatu_kurikulum
pendidikan tentunya melibatkan aspek Komponen utama_yaitu: tujuan-tujuan,
kandungan dan metode yang disesuaikan dengan kependidikan Hindu yang belaku.
Dalam merumuskan sebuah tujuan pendidikan tentunya membutukan suatu usaha
pemikiran yang jelas dan komprehensip. Karena tujuan pendidikan merupakan perkara
yang sanngat penting. Sebab ia menentukan kandungan dan metode yang akan
dipergunakan dalam merealisasikan pendidikan tersebut.
Disamping itu Jnon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual danemosional kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003:
69) menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang
tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutubkanya pada masa
dewasa”. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peranan dan kedudukan yang,
sangat penting dalam kaitannya dengan usaha mencapai tujuan, karena ia menjadi
sarana yang bermaknakan materi pmbelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap materi pelajaran
tersebut melalui hal itu. Tanpa metode, maka tentunya suatu materi pelajaran
pendidikan Hindu tersebut, tidak dapat berproses, tidak dapat berproses secara efesien
dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan, Manusia
merupakan kesatuan jiwa-badan, maka hanya manusia pula yang merupakan total
s.
Manusia akan menyadari akan dua momen dalam dirinya sebagai jiwa dan badan, yang,
kedua-duanya harus selalu menjadi kesatuan yang tak dapat dipisahkan, Kesadaran
inilah yang membuat manusia dapat mengadakan refleksi bahwa berkat badan manusia
adalah bagian dari alam semesta, tetapi berkat jiwa rohaninya ia melampauinya. Sesuai
dengan sifat individu tersebut, perkembangan peserta didik juga bersifat unik. Jadi, di
samping terdapat kesamaan-kesamaan dalam pola-pola umum perkembangan setiap
individu, terdapat vanasi individual dalam perkembangan yang bisa terjadi pada setiap
saat, Hal ini adalah karena perkembangan suatu proses perubahan yang kompleks,
melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain,
Setiap anak adalah unik. Ketika kita memperhatikan anak-anak di dalam kelas,
kita akan melihat perbedaan individual yang sangat banyak, Bahkan anak-anak dengan
Jatar belakang usia hampir sama, akan memperhatikan penampilan, kemampuan,
temperamen, minat dan sikap yang sangat beragam. Sasaran pendidikan adalah
manusia/peserta didik. Dengan pendidikan membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensi kemanusiaannya dan merupakan sarana yang membuat
manusia menjadi lebih berguna, Pendidikan memerlukan pemahaman terhadap hakekat
manusia, karena menjadi landasan serta memberikan acuan bagi pendidik dalam
bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dalam
melaksanakan interaksi edukatif dan perkembangan iptek yang pesat.Peserta didik merupakan makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan
terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya dan dalam hidupnya
selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu
orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati dalam proses perkembangan
peserta didik sebagai makhluk Tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat
karena perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cii-ciri
karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Wujud sifat
hakekat manusia : kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan
kata hati, moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan , kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kemampuan menghayati kebahagiaan,
Dalam hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan juga memiliki empat demensi
individu, sosial, susila, agama. Sifat hakekat manusia denga
segenap dimensinya
hanya dimiliki manusia, dan memberikan tempat kedudukan pada manusia sehingga
derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan. Faktor utama
yang memengaruhi perkembangan anak dan remaja adalah hereditas yang diperoleh
dari orang tuanya, Selain hereditas, lingkungan merupakan faktor penting yang
menentukan perkembangan individu. Lingkungan meliputi lingkungan fi
sosial, dan religius. Lingkungan yang baik akan berpengaruh baik terhadap
perkembangan anak dan remaja, demikian pula sebaliknya,
C. Aliran-Aliran Teori Pendidikan Berlandaskan Konsep Hindu
Sebelum membicarakan aliran dan teori pendidikan, tentunya kita harus
memahami terlebih dahulu hakekat pendidikan itu sendiri. Terdapat dua istilah yang
‘mengarah pada pemahaman hakekat pendidikan, yaitu kata paedagogie yang bermakna
pendidikan, dan paedagogiek berarti ilmu pendidikan, Terkait paedagogiek atau ilmu
pendidikan merupakan ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikanbagi anak,
bahkan sampai anak tersebut menuju dewasa. Pendidikan adalah proses pemartabat
manusia menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang,dimilikinya, Pendidikan merupakan proses membimbing dan melatih, dan memandu
manusia keluar dari kebodohan dan pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis
perilaku menuju kedewasaan sejati (Sudarwan Danim, 2010:2-3). istilah pendidikan
berasal dari bahasa latin ‘educere” yang berarti memimpin atau memandu keluar.
Pendidikan merupakan istilah yang mengandung pengertian lebih Tuas dari pengajaran,
karena pengajaran bagian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan
bimbingan terhadap perkembangan pribadi secara menyeluruh, perkembangan pribadi
dengan segala aspeknya, Sementara itu, pengajaran hanya berhubungan dengan
pembentukan cipta atau akal melalui pengetahuan ataupun kecakapan.Tujuan
pendidikan memuat tentang nilai-nilai kebajikan, lubur, pantas, benar, dan indah bagi
kehidupan, sehingga tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi, yaitu "memberikan
arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan sesuatu yang ingin dieapai oleh
segenap kegiatan pendidikan, Sebagai suatu Komponen pendidikan, tujuan pendidikan
memiliki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya, Tujuan
pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa,
tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat
diterima oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, Dalam aliran filsafat pendidikan,
terdapat aliran Sensialisme, Progresisme, Perenialisme, dan Ekonstruksionisme.
Sementara, dalam aliran-aliran Pendidikan adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan
perkembangan jaman.
1. Aliran Empirisme
a. Aliran Empirisme Dalam Konsep Teori Pendidikan
Empirisme menjelaskan bahwa manusiasangat dipengaruhi dan
ditentukan oleh lingkungan alam sekitarnya, Aliran ini menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari
didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi iniberada dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
program pendidikan. Aliran ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan
itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet
white paper avoid of all characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai
bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk — sekehendak
pendidikannya, Aliran ini berlawanan dengan kaum nativisme karena
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu
sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa
saja (ke arah yang yang baik atau ke arah yang buruk) menurut kehendak
Jingkungan atau pendidikannya,
Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup
pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin),
yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang
bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan, Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak
dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan
Jingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari
Jingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran
ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan
menerima pendidikan sebagai pengalaman, Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan,
Aliran Empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme.
Karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadimanusia dewasa
itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimannya sejak kecil. Dapat didik menjadi apa saja (
kearah yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidiknya, Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengannama optimisme pedagogis. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin
memaksa anaknya menjadi pelukis, Segala alat diberikan dan pendidik abli
didatangkan, Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada.
Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran
dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir
dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka
dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di
lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah
modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalah
hanya mementingkan pengalaman, Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa
anak sejak lahir dikesampingkan, Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil
meskipun lingkungan tidak mendukung.
Aliran Empirisme Dalam Konsep Agama Hindu
Hindu sangat menekankan bagaimana sebuah pertemanan mesti dijalin.
Karena teman mendapat bahagia, karena teman mendapat duka, dan karena
teman juga mendapat kematian, Orang bisa memprediksi karakter orang
Jainnya hanya dengan menunjukkan siapa temannya, Demikian juga, secara
sosial, setiap orang memerlukan teman di dalam hidupnya, Sangat jarang
orang bisa hidup sendirian, Dengan demikian sistem sosial juga sangat
menekankan pentingnya menjaga pertemanan, jangan sampai ada
pertengkaran di antara satu dengan yang lainnya, Secara individu Hindu juga
‘menganjurkan untuk selalu selektif memilih teman, sebab pertemanan itu akan
‘memberi warna baru bagi kehidupannya.
“Duracari duradrstih duravasi ca durjanah, Yan maitri kriyate pumsa sa
tu sighram vinasyati.”
(Chanakya Niti Sastra, II: 19)
Artinya:
Kalau seseorang berteman dengan orang yang tingkah lakunya tidak baik,
dengan orang yang penglihatannya jahat, dengan orang yang tinggal ditempat-tempat kotor dan tidak suci, bergaul dengan penjahat, segera
menemui kebinasaan.
Teks di atas memberikan
kisi untuk menghindari empat jenis
pertemanan. Pertama, penting dihindari berteman dengan mereka yang
perilakunya tidak baik, seperti. misalnya suka menghasut, memfitnah,
membicarakan keburukan orang Iai
suka mencuri, dan yang sejenisnya,
Kedua, hindari pergaulan dengan orang yang visinya jahat, seperti cara
pandangnya selalu: mengandung kekerasan, visi yang menjerumuskan, dan
sejenisnya. Ketiga, orang yang dihindari untuk diajak bergaul juga adalah
mereka yang suka tinggal di tempat-tempat yang tidak suei. Keempat perlu
dihindari orang yang memang tabiainya jahat, artinya mereka yang sangat
mencintai cara-cara jahat dan merangkul kejahatan, Jika keempat jenis
pertemanan ini bisa dihindari, maka selamatlah orang itu, tetapi jika bergaul
dengan mereka, binasalah dirinya.
Hubungan Konsep Teori Kependidikan dengan Konsep Chanakya Niti Sastra,
19
Pen
kan karakter adalah segala usaha yang dilakukan dalam
mendidik peserta didik atau siswa sehingga memiliki karakter yang
dikehendaki yaitu karakter-karakter yang sesuai dengan nilai-nilai moral,
berbangsa dan bernegara serta etika dan budaya. Untuk mendapatkan
pergaulan yang berkualitas, kita harus memilih lingkungan pertemanan yang
berkualitas juga. Karena jika kita mendapatkan lingkungan yang positif, maka
kita akan mendapatkan dampak positif juga. Sebaliknya, jika kita berada di
lingkungan yang negatif, hal-hal negati? pula yang akan kita dapatkan.
Sebenarnya berteman dengan siapapun tidak menjadi masalah. Tetapi kita
akan merasa lebih nyaman apabila berteman dengan orang-orang yang
membawa pengaruh baik. Karena itu akan membawa kita ke arah yang lebih
baik juga untuk kedepannya, Memilih lingkungan pertemanan yang baik itu
cukup sulit, Kita harus benar-benar mengetahui sifat orang-orang yang ada di
lingkungan pertemanan kita. Baik atau buruknya harus kita pertimbangkanterlebih dulu. Agar tidak ada orang yang membawa pengaruh buruk di
pergaulan. Untuk orang yang masih memiliki sifat yang kurang baik, kita
harus bantu mengingatkan agar dia juga bisa menjadi lebih baik. Sehingga,
lingkungan pergaulan juga jauh dari hal-hal yang merugikan.
2. Aliran Nativisme
a, Aliran Nativisme Dalam Konsep Teori Pendidikan
Kata Nativisme sendiri merupakan penyerapan kata yang berasal dari
natus (lahir) atau nativus (bawaan lahir). Yaitu sebuah pandangan bahwa setiap
manusia sudah memiliki kekuatan atau potensi dasar bawaan yang didapatkan
secara hereditas (diturunkan secara alami), Teori Nativisme dalam psikologi
pendidikan ini bersumber kepada Leibnitzian Tradition, yaitu tradisi_ yang
memusatkan potensi dalam diri individu manusia, Bahwa setiap hasil
perkembangan manusia, akan ditentukan secara genetik dari garis keturunan
orang tuanya. Atau dengan kata lain, potensi yang muncul tersebut, ditentukan
oleh pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam tiap proses
penerimaan ilmu pengetahuan. Adapun Yang menjadi ciri khas dalam teori ini
adalah bahwa lingkungan tidak dianggap memberikan kontribusi apapun
terhadap pengetahuan manusia. Menurut Schopenhauer, scorang tokoh yang
paling berpengaruh dalam teori Nativisme mengatakan bahwa hakikatnya,
“kemauan tiap diti manusia” itu sendirilah yang mewujudkan pembawaan dan
bakat yang dimaksudkan, Dengan adanya pemikiran yang demikian, Ajaran
Nativisme kerap disebut sebagai aliran pesimisme. Karena bagi
anapun usaha
yang dilakukan manusia untuk mengasah kemampuan dalam bidang
pengetahuan yang “bukan bawaannya”, selamanya ia tidak akan menguasai
bidang tersebut. Namun sebagian filsuf tidak memandang demikian, malah
‘menganggap teori ini sebagai dorongan kepada bakat terpendam yang ada dalam
tiap diri manusia,
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang
telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasilperkembangannya, Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat
mengubah sifat-sifatpembawaan, Jadi. kalau benar pendapat tersebut,
percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu, Dalam
ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagugis. Bayi lahir dengan
pembawaan baik/buruk, tidak dapat diubah kekuatan luar. Hasil akhir
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang dibawa sejak lahir Lingkungan
/pendidikan tidak berdaya mempengaruhi perkembangan anak.
Immanuel Kant dikenal melalui karya “Kritik der Reinen Vernunft”. la
memiliki pandangan bahwa akal budi yang berasal dari pribadi manusialah yang
menentukan pengharapan manusia. Noam A. Chomsky: Abi linguistik ini
berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada manusia tidak didapatkan dari
pendidikan manusia itu, namun olch bawaan biologis sejak lahir dari orang
tuanya, Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat serta potensi
yang ada pada setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun, termasuk
pendidikan serta lingkungan sekitar, Potensi ini dapat dilihat pada diri individu
saat tahap tumbuh dan berkembangnya sedang berlangsung. Apabila semasa ia
kecil belum muncul atau terlihat, maka dapat dipastikan potensi ini akan muncul
saat ia menginjak remaja atau saat ia menginjak menjadi manusia dewasa. Aliran
Nativisme berasal dari faktor genetik, faktor kemampuan anak, faktor
pertumbuhan anak, Serta tujuannya ialah untuk memunculkan bakat,
mewujudkan diri yang berkompetensi, mendorong dalam menentukan pilihan,
mendorong untuk mengembangkan potensi
Aliran Nativisme Dalam Konsep Agama Hindu
Anak suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana,
dan membanggakan keluarga. Anak suputra ini akan mengangkat harkat dan
martabat orang tua, Kata "putra" itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang
pada mulanya berarti kecil atau yang disayang. Kelahiran anak suputra ini
‘merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan dalam ajaran Hindu.
Di dalam lontar Putra Sasana dijelaskan bagaimana keutamaan seorang,
anak suputra:“Mapa palaning suputra, pari purna dharmayukti, subhageng rat
susilanya, ambek santa sedu budi, kinasihaning nasemi, pada ngakwa
sanak tuhu, sami tresna sih umulat, apan wus piana ageng widhi, yan
suputra unggul ring sameng tumitah”.
Jika diartikan:
“Bagaimanakah pahala seorang suputra yang sempurna dan berbuat dharma,
termasyur susila dan bagus, hatinya damai dan berbudi mulia, setiap orang
mengasihinya, semua mengaku keluarga, semua jatuh hati melihatnya, oleh
Karena Tuhan telah memastikan bahwa, orang-orang yang suputra unggul di
antara semua mahluk”.
Mengenali ajaran, konsep, dan praktik pengasuhan masing-masing agama
diharapkan akam membawa kita untuk toleran dalam bergaul dengan semua
umat beragama. Misalnya dalam agama Hindu, saat sepasang umat Hindu
menikah, maka yang mereka dambakan adalah Iahimya putra-putri yang
disebut anak suputra, yakni anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana,
dan membanggakan keluarga. Anak suputra ini yang akan mengangkat harkat
dan martabat kedua orang tuanya.
Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi Dalam Konsep Teori Pendidikan
Aliran ini berasal dan abli ilmu bangsa Jerman bernama William Sterm,
Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
petkembangan manusia. Aliran ini memadukan antara pembawaan sejak lahir
dengan pengaruh lingkungan yang diistilahkan dengan faktor dasar dan faktor
ajar. Teori Konvergensi ini dikembangkan oleh William Lois Stern (1871-
1936). Stern adalah salah satu pelopor psikologi modern dan perannya terletak
pada kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan
untuk menjelaskan perilaku, antara aliran nativisme dan aliran empirisme. la
dilahirkan pada tanggal 29 April 1871 di Berlin Jerman dan meninggal pada
tanggal 27 Maret 1938 di Durham, California Utara Amerika Serikat.
10Aliran konvergensi (convergence) merupakan —_gabungan
antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan
arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Penganut aliran ini
berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat
penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan
baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan dapat menghasilkan
petkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat
bakat yang diperlukan untuk dikembangkan. Faktor Internal yaitu faktor yang
ada dalam diri siswa itu sendiri_ yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut_mengembangkan dirinya sendiri, Faktor
Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
Jingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi_siswa
tersebut dengan lingkungannya. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam
proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada
waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
Jingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu, Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau
memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk
mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia
berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi.
Aliran Konvergensi Dalam Konsep Hindu
Bhismaparwa konon merupakan bagian terpenting Mahabharata karena
kitab keenam ini mengandung kitab Bhagawad Gita, Dalam Bhismaparwa
dikisahkan bagaimana kedua pasukan, pasukan Korawa dan pasukan Pandawa
berhadapan satu sama lain sebelum Bharatayuddha dimulai. Lalu sang Arjuna
dan kusimya sang Kresna berada di antara kedua pasukan, Arjuna pun bisa
ceamelihat bala tentara Korawa dan para Pandawa, sepupunya sendiri. lapun
‘menjadi sedih karena harus memerangi mereka, Walaupun mereka jahat, tetapi
Arjuna teringat bagaimana mereka pemnah dididik bersama-sama sewaktu kecil
dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh, Lalu Kresna memberi
Arjuna sebuah wejangan, Wejangannya ini disebut dengan nama Bhagawad
Gita atau "Gita Sang Bagawan", artinya adalah nyanyian seorang suci
Bhismaparwa diakhiri dengan dikalahkannya Bisma, kakek para Pandawa dan
Korawa. Bisma mempunyai sebuah kesaktian bahwa ia bisa meninggal pada
waktu yang ditentukan sendiri. Lalu ia memilih untuk tetap tidur terbentang saja
pada "tempat tidur panahnya" (saratalpa) sampai perang Bharatayuddha selesai.
Bisma terkena panah banyak sekali sampai ia terjatuh tetapi tububnya tidak
menyentuh tanah, hanya ujung-ujung panahnya saja.
Dalam Konsep aliran Konvergensi tersirat Arjuna yang merupakan
ksatria yang lahir dari keluarga Raja terpandang dan memiliki guru yang sakti
dan pintar selalu belajar dari Krisna dalam keragu-raguannya dalam berperang.
Kesimpulan
Setelah dikemukakan beberapa pandangan teori terhadap peserta didik
dalam pendidikan maka dapatlah dikemukakan kesimpulannya sebagai berikut:
Sasaranpendidikan adalah manusia/peserta didik. Dengan pendidikan
membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya
dan merupakan sarana yang membuat manusia menjadi lebih berguna.
Pendidikan memerlukan pemahaman terhadap hakekat manusia . karena
menjadi landasan serta memberikan acuan bagi pendidik dalam bersikap,
menyusun strategi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dalam
melaksanakan interaksi edukatif dan perkembangan iptek yang pesat.
Terdapat Persamaan antara aliran Empirisme. Nativisme, dan Konvergensi
dengan konsep Hindu menyebutkan bahwa manusia yang lahir dari perut
ibunya manusia memiliki potensi ataupun kecakapan yang sifatnya heredity
untuk dimaksimalkan oleh pendidik untuk kemajuan Pendidikan, Begit
12seorang anak yang diistilahkan sebagai kertas putih akan bisa terisi
karakternya jika dipengaruhi oleh keadaan lingkungan diluamya,
2BDaftar Pustaka
CanakyaNitisastrall. 11, https://putuernayuliantari,wordpress.com/2015/01/14/
canakya - nitisastra/ diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2011)
Hartina, S. Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Refika Aditama,
2008)Marliani. R. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: CV.
Pustaka Setia. 2016) Rini Hildayani. Psikologi Pekembangan Anak. online
PAUD4104/MODUL Idiakses pada 11 Desember 2017.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Cet, XX; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Rajagopalachari, A. 2012. Kitab Epos Mahabharata, Jogjakarta, IRCiSoD.
Seefeldt, Carol dkk, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Index, 2008)
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Cet, XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.