Anda di halaman 1dari 16
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK, Dosen Pengampu Prof. Dr, Nyoman Dantes, Dr. | Nyoman Miarta Putra, S.Ag., M.Ag, Dr. I Putu Sanjaya, S.Ag., M.Pd.H. ARTIKEL PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DALAM PERSEFEKTIF TEORI PENDIDIKAN DAN AGAMA HINDU OLEH I Nyoman Untung Eka Hariawan, $.L.Kom. NIM. 2125111003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU, PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA. 2021 DAFTAR ISI COVER A. Pendahuluan. 1 B. Perkembangan Peserta Didik..... C. Aliran-Aliran Teori Pendidikan Berlandaskan Konsep Hindu 1. Aliran Empirisme.. a. Aliran Empirisme Dalam Konsep Teori Pendidikan......c:. b. Aliran Empirisme Dalam Konsep Agama Hindu... ¢. Hubungan Konsep Teori Kependidikan dengan Konsep Chanakya Ni Sastra, II: 19 2. Aliran Nativisme a. Aliran Nativisme Dalam Konsep Teori Pendidikan... b. Aliran Nativisme Dalam Konsep Agama Hindu... 3. Aliran Konvergensi ..nsnnssnnnnnnnnnnnnnn a. Aliran Konvergensi Dalam Konsep Teori Pendidikan. b. Aliran Konvergensi Dalam Konsep Hindu. D._ Kesimputan .ennnse Daftar Pustaka, 14 Pendahuluan Peserta didik sebagai salah satu komponen pendidikan memerlukan perhatian yang, cukup serius, terlebih selain sebagai objek juga berkedudukan sebagai subjek dalam pendidikan, Dengan kedudukan yang demikian maka keterlibatan peserta didik menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Perhatian serius terhadap hakikat peserta didik ini bisa dilihat dari kajian perkembangan kepribadiannya, baik yang bersifat biologis, didaktis, dan psikologis. Peserta didik sebagai individu pasti mengalami perkembangan dalam perjalanan kehidupannya. Keberhasilan peserta didik juga dipengaruhi oleh bawaan/potensi dirinya dan Jingkungannya, Bagaimana perkembangan peserta didik, faktor bawaan/potensi serta batas pendidikan akan menjadi bahan garapan dalam makalah ini dilihat dari perspektif pendidikan Barat dan pendidikan Hindu B, Perkembangan Peserta Didik Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah suatu proses yang memiliki tujuan yang sangat jelas biasanya diupayakan untuk menciptakan pola- pola tertentu pada anak atau peserta didik pada setiap suasana pendidikan yang mengandung tujuan-tujuan, maklumat-maklumat yang berkenaan dengan pengalaman- pengalaman yang dapat dinyatakan sebagai kandungan. Dan untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan aspek-aspek yang lain seperti metode, media dan aspek Jain dari pada pendidikan itu. Olehnya itu dalam merumuskan suatu_kurikulum pendidikan tentunya melibatkan aspek Komponen utama_yaitu: tujuan-tujuan, kandungan dan metode yang disesuaikan dengan kependidikan Hindu yang belaku. Dalam merumuskan sebuah tujuan pendidikan tentunya membutukan suatu usaha pemikiran yang jelas dan komprehensip. Karena tujuan pendidikan merupakan perkara yang sanngat penting. Sebab ia menentukan kandungan dan metode yang akan dipergunakan dalam merealisasikan pendidikan tersebut. Disamping itu Jnon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003: 69) menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutubkanya pada masa dewasa”. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peranan dan kedudukan yang, sangat penting dalam kaitannya dengan usaha mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang bermaknakan materi pmbelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap materi pelajaran tersebut melalui hal itu. Tanpa metode, maka tentunya suatu materi pelajaran pendidikan Hindu tersebut, tidak dapat berproses, tidak dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan, Manusia merupakan kesatuan jiwa-badan, maka hanya manusia pula yang merupakan total s. Manusia akan menyadari akan dua momen dalam dirinya sebagai jiwa dan badan, yang, kedua-duanya harus selalu menjadi kesatuan yang tak dapat dipisahkan, Kesadaran inilah yang membuat manusia dapat mengadakan refleksi bahwa berkat badan manusia adalah bagian dari alam semesta, tetapi berkat jiwa rohaninya ia melampauinya. Sesuai dengan sifat individu tersebut, perkembangan peserta didik juga bersifat unik. Jadi, di samping terdapat kesamaan-kesamaan dalam pola-pola umum perkembangan setiap individu, terdapat vanasi individual dalam perkembangan yang bisa terjadi pada setiap saat, Hal ini adalah karena perkembangan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain, Setiap anak adalah unik. Ketika kita memperhatikan anak-anak di dalam kelas, kita akan melihat perbedaan individual yang sangat banyak, Bahkan anak-anak dengan Jatar belakang usia hampir sama, akan memperhatikan penampilan, kemampuan, temperamen, minat dan sikap yang sangat beragam. Sasaran pendidikan adalah manusia/peserta didik. Dengan pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya dan merupakan sarana yang membuat manusia menjadi lebih berguna, Pendidikan memerlukan pemahaman terhadap hakekat manusia, karena menjadi landasan serta memberikan acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dalam melaksanakan interaksi edukatif dan perkembangan iptek yang pesat. Peserta didik merupakan makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya dan dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati dalam proses perkembangan peserta didik sebagai makhluk Tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat karena perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cii-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Wujud sifat hakekat manusia : kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati, moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan , kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kemampuan menghayati kebahagiaan, Dalam hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan juga memiliki empat demensi individu, sosial, susila, agama. Sifat hakekat manusia denga segenap dimensinya hanya dimiliki manusia, dan memberikan tempat kedudukan pada manusia sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan. Faktor utama yang memengaruhi perkembangan anak dan remaja adalah hereditas yang diperoleh dari orang tuanya, Selain hereditas, lingkungan merupakan faktor penting yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan meliputi lingkungan fi sosial, dan religius. Lingkungan yang baik akan berpengaruh baik terhadap perkembangan anak dan remaja, demikian pula sebaliknya, C. Aliran-Aliran Teori Pendidikan Berlandaskan Konsep Hindu Sebelum membicarakan aliran dan teori pendidikan, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu hakekat pendidikan itu sendiri. Terdapat dua istilah yang ‘mengarah pada pemahaman hakekat pendidikan, yaitu kata paedagogie yang bermakna pendidikan, dan paedagogiek berarti ilmu pendidikan, Terkait paedagogiek atau ilmu pendidikan merupakan ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikanbagi anak, bahkan sampai anak tersebut menuju dewasa. Pendidikan adalah proses pemartabat manusia menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang, dimilikinya, Pendidikan merupakan proses membimbing dan melatih, dan memandu manusia keluar dari kebodohan dan pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis perilaku menuju kedewasaan sejati (Sudarwan Danim, 2010:2-3). istilah pendidikan berasal dari bahasa latin ‘educere” yang berarti memimpin atau memandu keluar. Pendidikan merupakan istilah yang mengandung pengertian lebih Tuas dari pengajaran, karena pengajaran bagian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan pribadi secara menyeluruh, perkembangan pribadi dengan segala aspeknya, Sementara itu, pengajaran hanya berhubungan dengan pembentukan cipta atau akal melalui pengetahuan ataupun kecakapan.Tujuan pendidikan memuat tentang nilai-nilai kebajikan, lubur, pantas, benar, dan indah bagi kehidupan, sehingga tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi, yaitu "memberikan arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan sesuatu yang ingin dieapai oleh segenap kegiatan pendidikan, Sebagai suatu Komponen pendidikan, tujuan pendidikan memiliki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya, Tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, Dalam aliran filsafat pendidikan, terdapat aliran Sensialisme, Progresisme, Perenialisme, dan Ekonstruksionisme. Sementara, dalam aliran-aliran Pendidikan adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. 1. Aliran Empirisme a. Aliran Empirisme Dalam Konsep Teori Pendidikan Empirisme menjelaskan bahwa manusiasangat dipengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan alam sekitarnya, Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berada dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Aliran ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet white paper avoid of all characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk — sekehendak pendidikannya, Aliran ini berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang yang baik atau ke arah yang buruk) menurut kehendak Jingkungan atau pendidikannya, Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan, Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan Jingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari Jingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman, Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan, Aliran Empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme. Karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadimanusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimannya sejak kecil. Dapat didik menjadi apa saja ( kearah yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya, Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis, Segala alat diberikan dan pendidik abli didatangkan, Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan, Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Aliran Empirisme Dalam Konsep Agama Hindu Hindu sangat menekankan bagaimana sebuah pertemanan mesti dijalin. Karena teman mendapat bahagia, karena teman mendapat duka, dan karena teman juga mendapat kematian, Orang bisa memprediksi karakter orang Jainnya hanya dengan menunjukkan siapa temannya, Demikian juga, secara sosial, setiap orang memerlukan teman di dalam hidupnya, Sangat jarang orang bisa hidup sendirian, Dengan demikian sistem sosial juga sangat menekankan pentingnya menjaga pertemanan, jangan sampai ada pertengkaran di antara satu dengan yang lainnya, Secara individu Hindu juga ‘menganjurkan untuk selalu selektif memilih teman, sebab pertemanan itu akan ‘memberi warna baru bagi kehidupannya. “Duracari duradrstih duravasi ca durjanah, Yan maitri kriyate pumsa sa tu sighram vinasyati.” (Chanakya Niti Sastra, II: 19) Artinya: Kalau seseorang berteman dengan orang yang tingkah lakunya tidak baik, dengan orang yang penglihatannya jahat, dengan orang yang tinggal di tempat-tempat kotor dan tidak suci, bergaul dengan penjahat, segera menemui kebinasaan. Teks di atas memberikan kisi untuk menghindari empat jenis pertemanan. Pertama, penting dihindari berteman dengan mereka yang perilakunya tidak baik, seperti. misalnya suka menghasut, memfitnah, membicarakan keburukan orang Iai suka mencuri, dan yang sejenisnya, Kedua, hindari pergaulan dengan orang yang visinya jahat, seperti cara pandangnya selalu: mengandung kekerasan, visi yang menjerumuskan, dan sejenisnya. Ketiga, orang yang dihindari untuk diajak bergaul juga adalah mereka yang suka tinggal di tempat-tempat yang tidak suei. Keempat perlu dihindari orang yang memang tabiainya jahat, artinya mereka yang sangat mencintai cara-cara jahat dan merangkul kejahatan, Jika keempat jenis pertemanan ini bisa dihindari, maka selamatlah orang itu, tetapi jika bergaul dengan mereka, binasalah dirinya. Hubungan Konsep Teori Kependidikan dengan Konsep Chanakya Niti Sastra, 19 Pen kan karakter adalah segala usaha yang dilakukan dalam mendidik peserta didik atau siswa sehingga memiliki karakter yang dikehendaki yaitu karakter-karakter yang sesuai dengan nilai-nilai moral, berbangsa dan bernegara serta etika dan budaya. Untuk mendapatkan pergaulan yang berkualitas, kita harus memilih lingkungan pertemanan yang berkualitas juga. Karena jika kita mendapatkan lingkungan yang positif, maka kita akan mendapatkan dampak positif juga. Sebaliknya, jika kita berada di lingkungan yang negatif, hal-hal negati? pula yang akan kita dapatkan. Sebenarnya berteman dengan siapapun tidak menjadi masalah. Tetapi kita akan merasa lebih nyaman apabila berteman dengan orang-orang yang membawa pengaruh baik. Karena itu akan membawa kita ke arah yang lebih baik juga untuk kedepannya, Memilih lingkungan pertemanan yang baik itu cukup sulit, Kita harus benar-benar mengetahui sifat orang-orang yang ada di lingkungan pertemanan kita. Baik atau buruknya harus kita pertimbangkan terlebih dulu. Agar tidak ada orang yang membawa pengaruh buruk di pergaulan. Untuk orang yang masih memiliki sifat yang kurang baik, kita harus bantu mengingatkan agar dia juga bisa menjadi lebih baik. Sehingga, lingkungan pergaulan juga jauh dari hal-hal yang merugikan. 2. Aliran Nativisme a, Aliran Nativisme Dalam Konsep Teori Pendidikan Kata Nativisme sendiri merupakan penyerapan kata yang berasal dari natus (lahir) atau nativus (bawaan lahir). Yaitu sebuah pandangan bahwa setiap manusia sudah memiliki kekuatan atau potensi dasar bawaan yang didapatkan secara hereditas (diturunkan secara alami), Teori Nativisme dalam psikologi pendidikan ini bersumber kepada Leibnitzian Tradition, yaitu tradisi_ yang memusatkan potensi dalam diri individu manusia, Bahwa setiap hasil perkembangan manusia, akan ditentukan secara genetik dari garis keturunan orang tuanya. Atau dengan kata lain, potensi yang muncul tersebut, ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam tiap proses penerimaan ilmu pengetahuan. Adapun Yang menjadi ciri khas dalam teori ini adalah bahwa lingkungan tidak dianggap memberikan kontribusi apapun terhadap pengetahuan manusia. Menurut Schopenhauer, scorang tokoh yang paling berpengaruh dalam teori Nativisme mengatakan bahwa hakikatnya, “kemauan tiap diti manusia” itu sendirilah yang mewujudkan pembawaan dan bakat yang dimaksudkan, Dengan adanya pemikiran yang demikian, Ajaran Nativisme kerap disebut sebagai aliran pesimisme. Karena bagi anapun usaha yang dilakukan manusia untuk mengasah kemampuan dalam bidang pengetahuan yang “bukan bawaannya”, selamanya ia tidak akan menguasai bidang tersebut. Namun sebagian filsuf tidak memandang demikian, malah ‘menganggap teori ini sebagai dorongan kepada bakat terpendam yang ada dalam tiap diri manusia, Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya, Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifatpembawaan, Jadi. kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu, Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagugis. Bayi lahir dengan pembawaan baik/buruk, tidak dapat diubah kekuatan luar. Hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang dibawa sejak lahir Lingkungan /pendidikan tidak berdaya mempengaruhi perkembangan anak. Immanuel Kant dikenal melalui karya “Kritik der Reinen Vernunft”. la memiliki pandangan bahwa akal budi yang berasal dari pribadi manusialah yang menentukan pengharapan manusia. Noam A. Chomsky: Abi linguistik ini berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada manusia tidak didapatkan dari pendidikan manusia itu, namun olch bawaan biologis sejak lahir dari orang tuanya, Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat serta potensi yang ada pada setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun, termasuk pendidikan serta lingkungan sekitar, Potensi ini dapat dilihat pada diri individu saat tahap tumbuh dan berkembangnya sedang berlangsung. Apabila semasa ia kecil belum muncul atau terlihat, maka dapat dipastikan potensi ini akan muncul saat ia menginjak remaja atau saat ia menginjak menjadi manusia dewasa. Aliran Nativisme berasal dari faktor genetik, faktor kemampuan anak, faktor pertumbuhan anak, Serta tujuannya ialah untuk memunculkan bakat, mewujudkan diri yang berkompetensi, mendorong dalam menentukan pilihan, mendorong untuk mengembangkan potensi Aliran Nativisme Dalam Konsep Agama Hindu Anak suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana, dan membanggakan keluarga. Anak suputra ini akan mengangkat harkat dan martabat orang tua, Kata "putra" itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang pada mulanya berarti kecil atau yang disayang. Kelahiran anak suputra ini ‘merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan dalam ajaran Hindu. Di dalam lontar Putra Sasana dijelaskan bagaimana keutamaan seorang, anak suputra: “Mapa palaning suputra, pari purna dharmayukti, subhageng rat susilanya, ambek santa sedu budi, kinasihaning nasemi, pada ngakwa sanak tuhu, sami tresna sih umulat, apan wus piana ageng widhi, yan suputra unggul ring sameng tumitah”. Jika diartikan: “Bagaimanakah pahala seorang suputra yang sempurna dan berbuat dharma, termasyur susila dan bagus, hatinya damai dan berbudi mulia, setiap orang mengasihinya, semua mengaku keluarga, semua jatuh hati melihatnya, oleh Karena Tuhan telah memastikan bahwa, orang-orang yang suputra unggul di antara semua mahluk”. Mengenali ajaran, konsep, dan praktik pengasuhan masing-masing agama diharapkan akam membawa kita untuk toleran dalam bergaul dengan semua umat beragama. Misalnya dalam agama Hindu, saat sepasang umat Hindu menikah, maka yang mereka dambakan adalah Iahimya putra-putri yang disebut anak suputra, yakni anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana, dan membanggakan keluarga. Anak suputra ini yang akan mengangkat harkat dan martabat kedua orang tuanya. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi Dalam Konsep Teori Pendidikan Aliran ini berasal dan abli ilmu bangsa Jerman bernama William Sterm, Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan petkembangan manusia. Aliran ini memadukan antara pembawaan sejak lahir dengan pengaruh lingkungan yang diistilahkan dengan faktor dasar dan faktor ajar. Teori Konvergensi ini dikembangkan oleh William Lois Stern (1871- 1936). Stern adalah salah satu pelopor psikologi modern dan perannya terletak pada kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk menjelaskan perilaku, antara aliran nativisme dan aliran empirisme. la dilahirkan pada tanggal 29 April 1871 di Berlin Jerman dan meninggal pada tanggal 27 Maret 1938 di Durham, California Utara Amerika Serikat. 10 Aliran konvergensi (convergence) merupakan —_gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan dapat menghasilkan petkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk dikembangkan. Faktor Internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri_ yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut_mengembangkan dirinya sendiri, Faktor Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi Jingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi_siswa tersebut dengan lingkungannya. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan Jingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu, Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Aliran Konvergensi Dalam Konsep Hindu Bhismaparwa konon merupakan bagian terpenting Mahabharata karena kitab keenam ini mengandung kitab Bhagawad Gita, Dalam Bhismaparwa dikisahkan bagaimana kedua pasukan, pasukan Korawa dan pasukan Pandawa berhadapan satu sama lain sebelum Bharatayuddha dimulai. Lalu sang Arjuna dan kusimya sang Kresna berada di antara kedua pasukan, Arjuna pun bisa cea melihat bala tentara Korawa dan para Pandawa, sepupunya sendiri. lapun ‘menjadi sedih karena harus memerangi mereka, Walaupun mereka jahat, tetapi Arjuna teringat bagaimana mereka pemnah dididik bersama-sama sewaktu kecil dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh, Lalu Kresna memberi Arjuna sebuah wejangan, Wejangannya ini disebut dengan nama Bhagawad Gita atau "Gita Sang Bagawan", artinya adalah nyanyian seorang suci Bhismaparwa diakhiri dengan dikalahkannya Bisma, kakek para Pandawa dan Korawa. Bisma mempunyai sebuah kesaktian bahwa ia bisa meninggal pada waktu yang ditentukan sendiri. Lalu ia memilih untuk tetap tidur terbentang saja pada "tempat tidur panahnya" (saratalpa) sampai perang Bharatayuddha selesai. Bisma terkena panah banyak sekali sampai ia terjatuh tetapi tububnya tidak menyentuh tanah, hanya ujung-ujung panahnya saja. Dalam Konsep aliran Konvergensi tersirat Arjuna yang merupakan ksatria yang lahir dari keluarga Raja terpandang dan memiliki guru yang sakti dan pintar selalu belajar dari Krisna dalam keragu-raguannya dalam berperang. Kesimpulan Setelah dikemukakan beberapa pandangan teori terhadap peserta didik dalam pendidikan maka dapatlah dikemukakan kesimpulannya sebagai berikut: Sasaranpendidikan adalah manusia/peserta didik. Dengan pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya dan merupakan sarana yang membuat manusia menjadi lebih berguna. Pendidikan memerlukan pemahaman terhadap hakekat manusia . karena menjadi landasan serta memberikan acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dalam melaksanakan interaksi edukatif dan perkembangan iptek yang pesat. Terdapat Persamaan antara aliran Empirisme. Nativisme, dan Konvergensi dengan konsep Hindu menyebutkan bahwa manusia yang lahir dari perut ibunya manusia memiliki potensi ataupun kecakapan yang sifatnya heredity untuk dimaksimalkan oleh pendidik untuk kemajuan Pendidikan, Begit 12 seorang anak yang diistilahkan sebagai kertas putih akan bisa terisi karakternya jika dipengaruhi oleh keadaan lingkungan diluamya, 2B Daftar Pustaka CanakyaNitisastrall. 11, https://putuernayuliantari,wordpress.com/2015/01/14/ canakya - nitisastra/ diakses pada tanggal 21 Desember 2021 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011) Hartina, S. Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Refika Aditama, 2008)Marliani. R. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2016) Rini Hildayani. Psikologi Pekembangan Anak. online PAUD4104/MODUL Idiakses pada 11 Desember 2017. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Cet, XX; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Rajagopalachari, A. 2012. Kitab Epos Mahabharata, Jogjakarta, IRCiSoD. Seefeldt, Carol dkk, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Index, 2008) Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Cet, XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Anda mungkin juga menyukai