Anda di halaman 1dari 6

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER


KE DALAM KURIKULUM ILMU ALAMIAH DASAR
I Wayan Suja

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja


e-mail: suja_undiksha@yahoo.co.id.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang relevan
diintegrasikan ke dalam Kurikulum Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Pengambilan data dilakukan
dengan pemberian angket kepada dosen pengampu matakuliah IAD di Undiksha pada tahun
2014 dan studi literatur. Jumlah dosen yang dilibatkan sebagai sampel sebanyak 18 orang
dari 25 dosen pengampu mata kuliah IAD. Pengambilan sampel dilakukan secara
disproportionate stratified random sampling berdasarkan lama waktunya mengampu
matakuliah IAD. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
ada lima nilai karakter yang layak dan mendesak disampaikan kepada mahasiswa, yaitu:
jujur, peduli terhadap lingkungan, disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras. Dari studi
literatur didapatkan informasi tentang perlunya mengajarkan berperilaku sopan dan santun
kepada peserta didik.
Kata-kata kunci: pendidikan karakter, Ilmu Alamiah Dasar.

ABSTRACT
This research aims to identified values relevant character is integrated into the curriculum of
Basic Natural Sciences (BNS). Data were collected by administering a questionnaire to the
lecturer of the course BNS in Undiksha in 2014 and literature studies. The number of
lecturers involved as a sample were 18 of the 25 lecturers BNS subjects. Sampling was done
by disproportionate stratified random sampling based on the length of time support the course
BNS. The data were analyzed descriptively. The results showed there are five character
values that deserve and urge delivered to the students, namely: honesty, caring for the
environment, discipline, responsibility, and hard work. Information obtained from literature
studies about the need to teach behave in a polite and courteous to the learners.
Key words: character education, Natural Science Basic.

1. Pendahuluan Untuk mengantisipasi permasalahan


Dewasa ini ada kecenderungan tersebut, dunia pendidikan tidak cukup
pergeseran paradigma berpikir manusia dari berorientasi pada kebutuhan intelektual
makhluk pendamba ketenangan menuju semata, tetapi harus mengharmoniskan ketiga
pemuja kesenangan (kenikmatan). Kondisi domain pendidikan, yakni kognitif, afektif, dan
itu terjadi karena eforia kebebasan tanpa psikomotorik, serta berbasis pada karakter
disertai pembatasan diri. Akibatnya, bangsa. Agar tidak menambah beban bagi
ketidakteraturan merupakan hal yang lumrah pebelajar, pendidikan karakter tidak perlu
dalam kehidupan bermasyarakat. Gejala hadir sebagai mata pelajaran tersendiri, tetapi
tersebut juga terjadi dalam kehidupan kampus cukup diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
dan lembaga pendidikan lainnya. Hasil (kuliah) yang sudah ada. Untuk itu,
penelitian Sauri (2006) menunjukkan adanya pendidikan sains dapat dijadikan wahana
kecenderungan anak-anak sekolahan dan pembinaan karakter generasi muda karena
kuliahan kurang santun dilihat dari segi proses, produk, dan nilai sains secara
gramatikanya. Mereka juga cukup miskin aksiologis memang ditujukan untuk
perbendaharaan kata yang sopan dan santun. meningkatkan kemaslahatan umat manusia.
Kondisi ini terjadi karena proses pendidikan Salah satu mata kuliah dalam disiplin
telah melupakan, bahwa pebelajar memiliki ilmu sains yang diajarkan kepada mahasiswa
hati, bukan hanya kepala. non MIPA adalah Ilmu Alamiah Dasar (IAD).

131
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Mata kuliah IAD diajarkan dengan tujuan di matakuliah IAD. Jumlah sampel sebanyak 18
antaranya agar mahasiswa memiliki orang. Pengambilan data dilakukan dengan
kepedulian terhadap lingkungan hidup dan angket dan studi literatur, selanjutnya
berperan dalam mencari solusi pemecahan dianalisis secara deskriptif.
masalah lingkungan secara arif (SK Dirjen
Dikti tahun 2006). Walaupun mengemban 3. Pembahasan Hasil
amanat untuk mahasiswa, Temuan penelitian ini berkaitan
kenyataannya kurikulum IAD di Perguruan dengan nilai-nilai karakter yang relevan
Tinggi, termasuk di Undiksha, hanya diintegrasikan ke dalam Kurikulum IAD
membekali mahasiswa dengan konsep-konsep adalah sebagai berikut. Para pengampu
sains, serta belum menyiapkan mereka pada matakuliah IAD di Undiksha memandang
proses pembentukan kepribadian, yang dapat adanya beberapa nilai karakter yang mendesak
membuat mereka menjadi semakin tahu diri perlu ditumbuh-kembangkan pada mahasiswa.
dan mampu menahan diri. Untuk itu, Lima nilai yang perlu mendapat penekanan,
kurikulum IAD perlu diperkaya dengan nilai- diurut berdasarkan prioritasnya, mulai dari
nilai karakter. prioritas tertinggi adalah jujur (disampaikan
Pendidikan karakter perlu diberikan oleh 87,50% responden), peduli lingkungan
kepada mahasiswa, mengingat tidak ada (disampaikan oleh 75% responden), disiplin
jaminan masyarakat kampus bisa resisten dari (disampaikan oleh 68,75% responden),
penyakit hedonisme, premanisme, dan tanggung jawab (disampaikan oleh 62,50%
cuekisme. Ketiga faham tersebut seharusnya responden), dan kerja keras (disampaikan oleh
tidak dibiarkan terus berkembang dan harus 56,25% responden). Uraian terhadap kelima
ada upaya nyata untuk membatasinya. nilai karakter tersebut dapat dipaparkan
Penentuan IAD sebagai wahana untuk sebagai berikut.
menanamkan nilai-nilai karakter didasarkan
atas pandangan, bahwa pembelajaran sains a. Jujur
yang benar akan mengarahkan mahasiswa Menurut Asmani (2012), jujur atau
memiliki karakter ilmiah, seperti memiliki rasa kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan
ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, atas upaya untuk menjadikan diri sebagai
inovatif, jujur, hidup sehat, percaya diri, orang yang selalu dapat dipercaya. Hal
menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, tersebut dapat diwujudkan dalam perkataan,
bertanggungjawab, dan peduli lingkungan tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri
(Chusnani, 2013). sendiri maupun pihak yang lainnya. Bagi
Tujuan penelitian ini adalah untuk masyarakat Bali, kejujuran (satya) merupakan
mengidentifikasi dan mendeskripsikan nilai- kode etik manusia, yang sangat diperlukan
nilai karakter yang layak diintegrasikan ke untuk menyangga dunia (Atharwa Weda XII.
dalam Kurikulum IAD di Undiksha. Temuan 1.1). Karena demikian pentingnya kejujuran
penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai untuk menjaga harmoni dengan diri sendiri dan
bahan informasi dan bertransformasi diri bagi lingkungan, maka perilaku jujur dipandang
para dosen pengampu matakuliah IAD di sebagai ajaran agama yang utama (satya
perguruan tinggi yang bermaksud parama dharma). Nilai kejujuran dijadikan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam landasan untuk mengembangkan sikap mental
perkuliahan yang diasuhnya. dan jalan pikiran dalam budaya Bali dan
agama Hindu. Sifat jujur, benar, dan setia
2. Metode pada kata-kata dan tindakan merupakan sifat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan terpuji, yang dijadikan salah satu indikator
Mei Agustus 2014 di Universitas Pendidikan keimanan seseorang (Pudja, 1984).
Ganesha Singaraja. Populasi penelitian adalah b. Peduli lingkungan
para dosen pengampu matakuliah IAD di
Undiksha yang terdiri dari 25 orang dosen. Peduli lingkungan merupakan sikap
Pengambilan sampel dilakukan secara dan tindakan yang selalu berusaha mencegah
disproportionate stratified random sampling kerusakan lingkungan alam di sekitarnya.
berdasarkan lama waktunya mengampu Selain itu, kepedulian terhadap lingkungan
juga mencakup upaya-upaya untuk

132
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

memperbaiki kerusakan alam yang sudah mencapai tujuan tertentu, termasuk untuk
terjadi serta selalu ingin memberikan bantuan membangun kepercayaan diri.
kepada orang lain dan masyarakat yang
d. Tanggung jawab
membutuhkan (Asmani, 2012). Sikap peduli
terhadap lingkungan, baik lingkungan alam Tanggung jawab adalah sikap dan
maupun sosial, bagi masyarakat Bali perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
berkembang dari konsepsi palemahan dan dan kewajibannya, sebagaimana seharusnya ia
pawongan dalam filosopi Tri Hita Karana. lakukan terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
Konsepsi palemahan, yang menuntun manusia lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara,
agar selalu hidup harmonis dengan alam, dan Tuhan (Asmani, 2012). Kata tanggung
mendudukkan manusia sebagai bagian dari jawab dalam masyarakat Bali disejajarkan
alam. Manusia hanya menjadi salah satu mata dengan kata swadharma, yang di dalamnya
rantai dari jaring-jaring kehidupan yang tidak tercakup makna kewajiban, dan berkaitan
bisa lepas dari alam. Alam akan tetap ada, dengan harga diri (Rgveda VII.32.21). Orang
bahkan tetap lestari, tanpa campur tangan yang melarikan diri dari tanggung jawabnya,
manusia. Namun sebaliknya, manusia tidak sesungguhnya telah kehilangan harga dirinya.
akan pernah ada, atau akan berhenti ada, tanpa Atas dasar itu, Bhagavadgita III.8 menyerukan,
dukungan alam. Konsepsi pawongan seperti yang telah
menuntun manusia agar tetap menjaga e. Kerja keras
hubungan harmonis dengan manusia yang
lainnya, sebagaimana diungkapkan dengan Kerja keras merupakan perilaku yang
mahawakya Tat Twam Asi (Mantra, 1993). menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
Ungkapan tersebut secara harfiah mengandung mengatasi berbagai hambatan guna
makna adalah Maksudnya, setiap menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan)
orang semestinya memandang orang lain dengan sebaik-baiknya (Asmani, 2012). Bagi
sebagaimana dirinya sendiri, sehingga tumbuh masyarakat Bali, sabda suci Tuhan dalam
rasa cinta kasih dan empati yang murni. Rgveda IV.33.11, dipandang sebagai motivasi
agar setiap orang selalu berusaha dan bekerja
c. Disiplin
keras. Dalam mantra itu disebutkan,
Disiplin merupakan tindakan yang tidak pernah menolong orang yang malas dan
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada tidak mau bekerja Agar mampu
berbagai ketentuan dan peraturan (Asmani, bekerja keras, perlu didukung dengan etos
2012). Dalam kaitan dengan disiplin, kerja, yaitu kerja yang dilandasi pengetahuan,
masyarakat Bali mengenal kata brata yang kesadaran, kebijaksanaan, kecerdasan, etika,
dapat diartikan sebagai disiplin tertentu. dan pengertian tentang hakekat kerja.
Dengan menyitir berbagai mantra dalam Veda,
Selain kelima nilai karakter tersebut,
Titib (1996) menyatakan, bahwa sikap disiplin
terdapat beberapa nilai karakter yang relevan
mesti dilandasi dengan pengendalian diri yang diajarkan kepada mahasiswa sesuai konteks
kuat (tapa). Selanjutnya, dengan disiplin
kompetensi yang hendak disasar. Berbagai
seseorang akan bisa mencapai penyucian diri,
muatan pendidikan karakter yang dapat
penghormatan, dan keyakinan. Dengan
diintegrasikan ke dalam Kurikulum IAD
demikian, tindakan disiplin merupakan sikap
ditampilkan dalam Tabel 1.
mental yang harus dimiliki setiap orang untuk

Tabel 1. Integrasi Pendidikan Karakter ke dalam Kurikulum IAD


Bahan Kajian Kompetensi Dasar Muatan Pendidikan Karakter
Hakikat dan Memahami hakekat dan ruang lingkup Memahami nilai-nilai karakter
Ruang Ilmu Kealaman Dasar (IAD) sebagai bangsa yang perlu diketahui oleh
Lingkup IAD bagian dari Kelompok Matakuliah mahasiswa untuk kehidupan
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). berbangsa dan bermasyarakat.

133
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Alam Pikiran Memahami perkembangan alam pikiran Menghayati hukum karakter:


Manusia dan manusia sejak adanya mitos sampai menghasilkan ucapan;
Perkembang- zaman kontemporer. ucapan mempengaruhi tindakan;
annya tindakan menghasilkan kebiasaan;
kebiasaan membentuk karakter; dan
karakter menentukan
Perkembang- Memahami metode ilmiah sebagai Membedakan bohong dan salah
an dan Pe- dasar IPA, perkembangan IPA, serta dalam dunia akademis: pebelajar
ngembangan ruang lingkup IPA dan boleh salah, tetapi tidak boleh
IPA pengembangannya. bohong.
Menunjukkan perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka, mampu
membedakan fakta dan opini, ulet,
teliti, bertanggung jawab, kritis,
kreatif, inovatif, demokratis,
komunikatif ) dalam merancang dan
melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam
sikap sehari-hari.
Bumi dan Mengeksplorasi terbentuknya alam Menyadari adanya keteraturan alam
Alam Semesta semesta, terbentuknya galaksi, semesta sebagai wujud kebesaran
terbentuknya tata surya, dan bagian- Tuhan.
bagian dari tata surya. Menyadari pengetahuan tentang
alam semesta sebagai hasil
pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
Merumuskan dan menggunakan
hukum-hukum alam bukan untuk
menguasai alam, tetapi agar bisa
hidup harmonis dengan alam.
Keanekara- Memahami biosfer dan makhluk hidup, Menerima perbedaan sebagai wujud
gaman Makh- asal mula kehidupan di bumi, dan kebesaran Sang Maha Pencipta.
luk Hidup dan keanekaragaman makhluk hidup. Menyadari semua manusia di muka
Persebaran- bumi ini termasuk dalam satu
nya keluarga besar.
Makhluk Memahami populasi dan komunitas Menyadari kehidupan yang damai
Hidup dan makhluk hidup, aliran energi dan harus didukung dengan lingkungan
Ekosistem materi dalam ekosistem alami, serta yang lestari.
Alami pola kehidupan. Menyadari perlunya belajar
menjalani kehidupan dari alam,
misalnya samudra, air, dan perilaku
istimewa berbagai binatang.

Sumber Daya Mengidentifikasi konsep-konsep Mensyukuri berkah Tuhan yang


Alam dan pengelolaan SDA, masalah telah menyebabkan kita terlahir di
Lingkungan kependudukan dan lingkungan hidup, wilayah Nusantara yang subur,
prinsip dan usaha pelestarian SDA dan indah, dan damai, serta wajib
lingkungan hidup. melestarikan dan mewariskannya
kepada generasi mendatang.

134
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

IPA dan Memahami manfaat dan dampak IPA Menyadari peranan sains dan
Teknologi dan teknologi bagi kehidupan sosial, teknologi untuk membantu manusia
bagi serta peranan IPA dan teknologi masa dalam memecahkan masalah.
Kehidupan depan.
Manusia
Perkembang- Memahami bioteknologi, teknologi Menyadari produk teknologi sebagai
an Teknologi informasi, dan teknologi kearifan lokal. alat bantu untuk mencapai tujuan
Penting hidup, bukan untuk memperalat
hidup.
Isu Memahami isu lingkungan global, isu Menyadari tindakan mengekploitasi
Lingkungan lingkungan nasional, isu lingkungan dan mencemari lingkungan sebagai
lokal, dan studi kasus. tindak kejahatan terhadap
lingkungan.

Temuan penelitian ini menunjukkan menegaskan, Sri Sathya Sai Baba


sangat mendesaknya pendidikan karakter perlu menyebutkan, bahwa pendidikan tanpa
diajarkan dalam dunia pendidikan, termasuk di karakter tidak hanya sia-sia, tetapi sangat
Perguruan Tinggi, agar tidak sampai generasi berbahaya (Buntoro, 2002).
muda kita kehilangan jati dirinya dan Integrasi pendidikan karakter ke dalam
tercerabut dari akar budayanya sendiri. Dalam kurikulum dan perkuliahan IAD menyebabkan
konteks tersebut, pendidikan sains, termasuk matakuliah tersebut dapat dimanfaatkan
IAD, memiliki peluang untuk dijadikan sebagai wahana proses pembebasan dan
wahana untuk membangkitkan nilai-nilai pembudayaan. Dengan menyitir pandangan
karakter pada diri mahasiswa. Potensi itu Paulo Freire, seorang pemikir dan pendidik
didukung oleh adanya kesejalanan nilai-nilai Brazil, Tilaar (2011) memaparkan, bahwa
karakter bangsa yang perlu ditanamkan pada pendidikan semestinya tidak hanya
diri mahasiswa dengan nilai-nilai ilmiah yang mentransmisikan fakta atau ilmu pengetahuan
sangat menghargai kejujuran, disiplin, kepada siswa, tetapi memberikan kebebasan
tanggung jawab, kemauan untuk bekerja keras, bagi mereka untuk menciptakan sejarah dan
kepedulian terhadap lingkungan, dan lain- budayanya sendiri. Tanpa kebebasan dari
lainnya. tekanan kekuasaan, daya cipta dan kreativitas
Identifikasi dan integrasi nilai-nilai tidak akan pernah lahir. Pendidikan karakter
karakter ke dalam perkuliahan IAD akan membuka peluang bagi perkembangan seorang
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik pribadi yang bebas memilih dan bertanggung
dan bermakna. Dalam hal ini, makna proses jawab untuk membangun masyarakat yang
pendidikan adalah sejauh mana mampu lebih baik demi masa depan bersama.
menggali potensi pebelajar dan Selanjutnya, pendidikan karakter merupakan
mengembangkannya untuk mencapai tujuan wahana untuk pembudayaan anak-anak
hidupnya, termasuk menjelmakan diri sebagai manusia. Dalam konteks ini, moralitas,
sosok individu yang berkarakter. Keadaan perkembangan pemikiran baik dan buruk tidak
tersebut sejalan dengan slogan: akhir semata-mata lahir dari perkembangan kognitif,
proses pendidikan adalah The end tetapi juga merupakan proses yang
of education is character. Apa gunanya mengikutsertakan empati, rasa kemanusiaan
pendidikan tinggi-tinggi jika hasilnya hanya dan kebutuhan untuk hidup bersama. Manusia
melahirkan para sarjana sejenis Sakuni dan membangun masyarakat tidak hanya
Rahwana? Apa gunanya banyak gelar jika berdasarkan akal saja, tetapi juga kesatuan di
nafsu-nafsu jahat semakin beranak pinak? dalam kesejarahannya. Empati tidak lahir dari
Semua itu hanya akan menyuburkan sifat kognisi, tetapi dari perasaan kemanusiaan.
munafik dan egois. Dalam konteks tersebut, Atas dasar itu, pendidikan karakter memiliki
Mahatma Gandhi menyatakan, pendidikan misi untuk melahirkan kebudayaan yang
tanpa karakter (education without character) bermoral di dalam membangun masyarakat
sesungguhnya adalah dosa sosial. Seperti manusia yang sejahtera dan damai.

135
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Jika dianalisis lebih lanjut, pendidikan 5. Daftar Pustaka


karakter memiliki misi untuk menggali dan Asmani, J. M., 2012. Buku Panduan Internalisasi
membangkitkan ketiga potensi yang melekat Pendidikan Karakter di Sekolah.
pada jati diri manusia, yaitu bayu (tenaga), Jogjakarta: Diva Press.
sabda (ucapan), dan idep (pikiran, akal budi).
Brodjonegoro, 2011. Membangun Karakter Lewat
Ketiga potensi tersebut, yang biasa dikenal
Humanisasi Pendidikan. Kompas, 8
sebagai Tri Pramana, perlu diharmonisasi Januari 2011.
sehingga dari pikiran yang baik dan benar
(manacika), akan muncul perkataan yang suci Buntoro, R. 2002. Kumpulan Wacana Bhagawan
(wacika), dan akhirnya bermuara pada Sri Sathya Sai Baba. Denpasar: Toko
perbuatan yang jauh dari segala macam dosa Prashadam.
(kayika). Ketiga rangkaian perilaku tersebut
perlu dijaga agar konsisten, sehingga mewujud Chusnani, D., 2013. Pendidikan Karakter Melalui
Sains. Jurnal Kebijakan dan
menjadi Tri Kaya Parisudha atau tiga perilaku
Pengembangan Pendidikan, 1(1): 9 13.
suci (Sudharta, & Atmaja, 2005), mengingat
sekarang ini sering muncul kecenderungan Elfindri, Rumengan, J., Wello, M. B., Tobing, P.,
inkonsisten antara wacana dan perbuatan. Yanti, F., Eriyani, E., & Indra, R., 2010.
Soft Skills untuk Pendidik. Tk.: Baduose
Upaya untuk memuarakan kebaikan
Media.
dan kebenaran dalam bentuk perbuatan sesuai
dengan yang memandang Mantra, I B., 1993. Tata Susila Hindu Dharma.
pikiran menghasilkan ucapan; ucapan Jakarta: Hanuman Sakti.
mempengaruhi tindakan; tindakan Mundilarto, 2013. Membangun Karakter Melalui
menghasilkan kebiasaan; kebiasaan Pembelajaan Sains. Jurnal Pendidikan
membentuk karakter; dan karakter Karakter, 3(2): 153-163.
menentukan (Elfindri et al., 2010). Pendit, S., 1995. Bhagavad-Gita. Jakarta: Hanuman
Pandangan tersebut mengindikasikan, bahwa Sakti.
kemampuan untuk mengendalikan pikiran
Pudja, G., 1984. Sraddha. Jakarta: Mayasari
merupakan awal pembentukan karakter dan
nasib seseorang. Sauri, S., 2006. Pendidikan Berbahasa Santun.
Implikasi temuan penelitian ini Bandung: Genesindo.
mendudukkan dosen (pendidik) sebagai profesi SK Dirjen Dikti Depdiknas No. 44/ DIKTI/ Kep/
yang terhormat karena mengemban amanah 2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
untuk membentuk karakter generasi muda. Kelompok Matakuliah Berkehidupan
Profesi dosen menuntut mereka mampu Bermasyarakat di Perguruan Tinggi.
memerankan diri sebagai model dan panutan. Sudharta, T. R., & Atmaja, I B. O. P., 2005.
Memang, pendidikan karakter tidak Upadesa tentang Ajaran-ajaran Agama
memerlukan banyak contoh, tetapi perlu Hindu. Surabaya:
contoh langsung dari pendidiknya. Suja, I W., 2014. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
4. Simpulan
Tilaar, H. A. R., 2011. Pendidikan Berkarakter dan
Berdasarkan pembahasan di depan Berdimensi Kerakyatan Suatu Tinjauan
dapat ditarik simpulan tentang perlunya Pedagogik Kritis. Makalah disampaikan
dilakukan integrasi pendidikan karakter ke pada Seminar Nasional dengan tema
dalam kurikulum IAD. Kegiatan tersebut Pendidikan Berbasis Karakter dan
mendesak dilakukan mengingat dunia kampus Berdimensi Kerakyatan di Undiksha
tidak resisten dengan eforia global yang sarat Singaraja, 7 Mei 2011.
dengan nafsu hedonis, serta melunturnya nilai- Titib, 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis
nilai kesopanan dan kesantunan. Menurut para Kehidupan. Surabaya: Paramita.
pengampu mata kuliah IAD di Undiksha, ada
lima nilai karakter yang perlu disampaikan dan
dicontohkan kepada mahasiswa, yaitu: jujur
peduli terhadap lingkungan, disiplin, tanggung
jawab, dan kerja keras.

136

Anda mungkin juga menyukai