Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI

PADA PEMBELAJARAN PECAHAN

Ade Irfan1) dan Ahmad Nasriadi2)

1)Universitas Abulyatama dan 2)STKIP Bina Bangsa Getsempena

Email: adeirfan_matematika@abulyatama.ac.id

Abstrak
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Banyak
faktor yang menyebabkan siswa tidak suka pada matematika mulai daripembelajaran yang
dilaksanakan masih berfokus pada buku paket dan guru hanya menjelaskan materi apa
yang ada pada buku paket siswa, minimnya penggunaan alat peraga hingga rendahnya
kemampuan guru dalam menerapkan berbagai variasi model pembelajaran. Penelitian ini
bertujuanuntuk mengetahui keefektifan model pembelajaran SAVIdalam pembelajaran
pecahan.Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan penelitian one-group pre-test-post-test
design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran SAVI efektif diterapkan
dalam pembelajaran pecahan dimana aktivitas siswa untuk masing-masing kategori pada
setiap RPP adalah efektif, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran materi pecahan
dengan penerapan model pembelajaran SAVI adalah efektif dengan setiap aspek berada
pada kategori baik dan sangat baik, respon siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan
model pembelajaran SAVI adalah positif, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal
adalah tuntasdengan 26 siswa (86,67%) tuntas, dan hanya 4 siswa (13,33%) tidak tuntas
belajar.

Kata Kunci: Efektivitas, Model Pembelajaran SAVI, Pecahan

Abstract
Mathematics is one of the lessons that are feared and disliked by students.Many factors cause students
do not like math started learning implemented still focuses on the book package and teachers only
explain what material there is in the book the package students, the lack of use of models to low ability
teachers in implementing a wide variety of learning models. This research aims to knoweffectiveness
of SAVI learning model on fractions learning. This research uses a quantitative approach with the
research design was quasi-experiments in one-group pretest – postest. The research result showed that
SAVI learning model was effective applied in fractions learning where student’ activity for each
category was effective,the teacher ability in organizing the instructionin SAVI learning model was
effective in every aspect of being in good and very good category, student response for fraction
instruction in SAVI learning model was positive, and students’ mastery learning in classical were
complete where 26 students (86.67%) has been completed and only 4 students (13.33%) were not
complete.

Keywords: Effectiveness, SAVI Learning Model, Fractions

PENDAHULUAN pendidikan mulai dari SD hingga


Matematika merupakan salah satu perguruan tinggi merupakan suatu
ilmu yang melatih nalar dan keharusan yang tidak diragukan lagi
mengembangkan berpikir logis manusia. untuk menata nalar dan pembuat
Sehingga keberadaan matematika dalam keputusan yang cepat di era modern yang

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |48


serba tidak pasti, kompetitif dan cepat apa yang ada pada buku paket siswa. Hal
berubah. Kemampuan ini dapat ini sesuai dengan pendapat Soedjana
dikembangkan dengan berpikir logis, (1998:3) yang menyatakan bahwa
kritis, sistematis dan kreatif. Menurut pembelajaran matematika selama ini hanya
Depdiknas 2003 (dalam Fuadi, 2016:47) berorientasi buku paket siswa dan pada
cara berpikir ini dapat dikembangkan hasil belajar, evaluasinya cenderung
melalui belajar matematika, karena kepada penguasaan materi, dan
matematika memiliki struktur dan pendekatan atau model pembelajaran yang
keterkaitan yang kuat dan jelas antar digunakan tidak sesuai dengan
konsepnya sehingga memungkinkan siswa karakteristik materi yang dipelajari.
terampil berpikir rasional. Akibatnya, siswa ketika belajar
Dengan berbagai karakteristik yang matematika hanya menghafal rumus
dimiliki matematika yaitu memiliki objek matematika tanpa memahami makna dari
kajian abstrak, bertumpu pada rumus tersebut.
kesepakatan, berpola pikir deduktif, Faktor lain yang menyebabkan
memiliki simbol yang kosong dari arti, kesulitan bagi siswa dalam mempelajari
memperhatikan semesta pembicaraan serta matematika adalah kurangnya
konsisten dalamsistemnya penggunaan alat peraga ataupun media
(Soedjadi,2000:13) matematika telah dalam proses pembelajaran. Guru
berperan banyak dalam bidang ilmu cendrung memberikan pembelajaran juga
lainnya seperti bidang perekonomian, dengan urutan menulis definisi, contoh
pertanian, sosial dan juga merupakan soal dan latihan. Sementara siswa hanya
dasar dari disiplin ilmu yang lain seperti mengikuti instruksi dari guru, sehingga
ilmu fisika, kimia, biologi dan lain-lain. siswa menjadi pasif dalam pembelajaran.
Mengingat pentingnya matematika dalam Akibatnya siswa merasa bosan saat
kehidupan sehari-hari, maka matematika pembelajaran berlangsung, sehingga
seharusnya dipelajari dengan benar oleh menyebabkan prestasi belajar siswa
siswa. menjadi rendah pada materi matematika,
Namun faktanya matematika masih termasuk juga pada materi
menjadi pelajaran yang sulit bagi sebagian pecahan.Padahal dalam pembelajaran
besar siswa.Bahkan hasil penelitian matematika, penggunaan alat peraga dan
menunjukkan bahwa 45% siswa kelas V SD media dapat membantu siswa memahami
mempersepsikan pelajaran matematika konsep matematika yang abstrak (As’ri,
merupakan pelajaran yang cukup 1998:3).
sulit(Siregar, 2017). Hal ini menjelaskan Faktor lain yang menyebabkan siswa
bahwamatematika masih menjadi mengalami kesulitan dalam belajar
pelajaran yang ditakuti dan dianggap sulit matematika adalah rendahnya
oleh siswa. kemampuan guru dalam menerapkan
Banyaknya faktor yang berbagai variasi model pembelajaran.
menyebabkan kesulitan siswa dalam Padahal kemampuan dalam menerapkan
mempelajari dan memahami matematika berbagai strategi pembelajaran menjadi
diantaranya pembelajaran yang salah satu kompetensi yang wajib dimiliki
dilaksanakan masih berfokus pada buku guru. Usaha tersebut dapat dilakukan
paket dan guru hanya menjelaskan materi gurudengan memilih dan merancang

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |49


berbagai alternatif pembelajaran dengan yang dipelajari siswa di kelas VII
menggunakan berbagai model dan SMP/MTs, dan materi ini menjadi materi
pendekatan yang tepat dan efektif. Salah pra syarat untuk mempelajari matematika
satu alternatif model pembelajaran yang lanjutan, misanya materi
dapat membantu mengatasi kesulitan aljabar.Mengingat pentingnya materi
siswa dalam mempelajari matematika dan pecahan, maka materi pecahan harus
melibatkan siswa dengan aktif dalam dipahami dengan benar oleh siswa.
pembelajaran adalah model pembelajaran Namun kenyataannya, siswa masih merasa
SAVI. kesulitan dalam memahami materi
Model pecahan, misalnya pada operasi perkalian
pembelajaranSAVImerupakansuatu model pecahan, operasi pembagian pecahan,
pembelajaran yang menggabungkan penjumlahan dan pengurangan pecahan
unsur-unsur Somatis, Auditori, Visual, dan (Soedjadi,2000:13).
Intelektual (Meier, 2001:91).Model Berdasarkan pemaparan di atas,
pembelajaran ini melibatkan aktivitas fisik maka penelitian ini fokus pada efektivitas
dan intelektual siswa dalam proses model pembelajaran SAVI dalam
pembelajaran. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran pecahan. Tujuan yang ingin
menggunakan alat peraga untuk dicapai adalah untuk mengetahui aktivitas
menemukan suatu konsep matematika, siswa, kemampuan guru, respon siswa dan
model pembelajaran SAVI juga hasil belajar siswa setelah pembelajaran
menekankan kerja sama dalam proses pecahan dengan model pembelajaran
pembelajaran. SAVI.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran SAVI dapat METODE PENELITIAN
meningkatkan pemahaman siswa dalam Pada penelitian ini, peneliti tidak
pembelajaran matematika. Hasil penelitian menggunakan kelas kontrol maupun
Fritrianingsih (2009:71-72)menunjukkan eksperimen, tetapi hanya menggunakan
bahwa penerapan model pembelajaran satu kelas saja. Hal ini dikarenakan
SAVI dapat membantu siswa SMPN 3 penelitian ini lebih fokus pada hasil yang
Surakarta dalam memahami materi diperoleh setelah penerapan model
lingkaran.Sementara itu Suherman pembelajaran SAVI dalam pembelajaran
(2008:87-88) menyatakan bahwapenerapan pecahan.Sehingga penelitian ini
model pembelajaran SAVI dapat menggunakan pendekatan kuantitatif
meningkatkan prestasi belajar siswa SMP dengan metode penelitian quasi-
PGRI 12 Kebakkramat pada materi eksperimen disebut juga penelitian
himpunan. semu(Suharsimi, 1998:209).Rancangan
Pecahan merupakan salah satu penelitian one-group pre-test-post-test design
pokok bahasan yang diajarkan pada siswa yaitu satu kelompok eksperimen diukur
kelas V SD/MI. Materi pecahan variabel dependennya (pre-test), kemudian
merupakan saah satu materi yang banyak diberikan kegiatan pembelajaran pecahan
penerapannya dalam kehidupan sehari- dengan penerapan model pembelajaran
hari, misalnya dalam membagikan tiga SAVI, dan diukur kembali variabel
potong kue untuk enam orang siswa. dependennya (post-test), tanpa ada
Materi pecahan juga merupakan materi

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |50


kelompok pembanding (Suharsimi, Adapun instrumen penelitian yaitu lembar
1998:209). observasi aktivitas siswa, lembar observasi
Adapun populasi dalam penelitian kemampuan guru, angketdan soal
ini adalah semua siswa kelas V SD N tes.Analisis data aktivitas siswa dilakukan
Rambayan dengan sampel siswa kelas V-1. dengan persentase. Penentuan kesesuaian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari aktivitas siswa berdasarkan pada
instrumen pembelajaran dan instrumen pencapaian waktu ideal yang ditetapkan
penelitian. Instrumen pembelajaran terdiri dalam penyusunan rencana pembelajaran
dari RPP, dan LKS. seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kriteria Waktu Ideal Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran


NO Aspek Pengamatan Aktivitas Siswa Persentase kesesuaian (P)
Waktu ideal Toleransi 5%
1 Mendengar/memperhatikan 13% 7%  P  18%
penjelasan guru/teman
2 Membaca/memahami masalah 10% 5%  P  15%
kontekstual
3 Menyelesaikan masalah atau 27% 22%  P  32%
menemukan cara penyelesaian masalah
4 Membandingkan jawaban dalam 30% 25%  P  32%
diskusi kelompok atau diskusi kelas
5 Bertanya/menyampaikan 10%
pendapat/ide kepada guru atau teman 5%  P  15 %

6 Menarik kesimpulan suatu konsep atau 10% 5%  P  15%


prosedur
7 Perilaku yang tidak relevan dengan 0% 0%  P  5%
KBM
Sumber: Modifikasi dari Tesis Mukhlis

Aktivitas siswa dikatakan baik/ 3,50  TKG < 4,50 baik


efektif bila waktu yang digunakan untuk 4,50  TKG < 5,00 sangat baik.
melakukan setiap kategori aktivitas sesuai Keterangan: TKG adalah Tingkat
dengan alokasi waktu yang termuat dalam Kemampuan Guru
rencana pembelajaran (RP) dengan Kemampuan guru mengelola
toleransi 5% (Mukhlis, 2005:70). pembelajaran dikatakan efektif jika skor
Data kemampuan guru dalam dari setiap aspek yang dinilai berada pada
mengelola pembelajaran dianalisis dengan kategori baik atau sangat baik.
menggunakan statistik deskriptif dengan Data tentang respon siswa yang
skor rata-rata. Menurut Hasratuddin diperoleh melalui angket dianalisis dengan
(dalam Mukhlis 2005:70) pendeskripsian menggunakan statistik deskriptif dengan
skor rata-rata tingkat kemampuan guru persentase. Menurut Mukhlis (2005:70).
sebagai berikut: persentase dari setiap respons siswa
1,00  TKG < 1,50 tidak baik dihitung dengan rumus:
1,50  TKG < 2,50 kurang baik
2,50  TKG < 3,50 cukup baik 𝑝=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
× 100%.

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |51


Respon siswa dikatakan efektif jika mencapai 80% siswa di kelas tersebut telah
jawaban siswa terhadap pernyataan positif tuntas belajar. Pembelajaran operasi hitung
untuk setiap aspek yang direspon pada pecahan dikatahan efektif apabila 3 dari 4
setiap komponen pembelajaran diperoleh komponen penilaian terpenuhi dengan
persentase  80 % . hasil belajar siswa tuntas secara klasikal
Data hasil belajar siswa dianalisis mencapai 80%.
dengan persentase. Pendeskripsian
ketuntasan hasil belajar siswa dengan skor HASIL DAN PEMBAHASAN
tes akhir dan membandingkannya dengan Aktivitas Siswa Adapun hasil
KKM SD NRambayan.Seorang siswa pengamatan terhadap aktivitas siswa
dikatakan tuntas belajar bila telah selama proses pembelajaran yang
mencapai KKM 60%. Sedangkan dinyatakan dengan persentase disajikan
ketuntasan belajar secara klasikal padaTabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Pengolahan Data Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran


dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI
No Aspek Pengamatan Persentase Waktu Toleransi 5%
Aktivitas Siswa Rata-rata (%) Ideal

1 Mendengar/memperhatikan 14,58 13% 7%  P  18%


penjelasan guru/teman
2 Membaca/memahami 11,46 10% 5%  P  15%
masalah kontekstual
3 Menyelesaikan masalah atau 25,00 27% 22%  P  32%
menemukan cara
penyelesaian masalah
4 Membandingkan jawaban 25,00 30% 25%  P  32%
dalam diskusi kelompok
atau diskusi kelas
5 Bertanya/menyampaikan 10,42 10% 5%  P  15 %
pendapat/ide kepada guru
atau teman
6 Menarik kesimpulan suatu 9,38 10% 5%  P  15%
konsep atau prosedur
7 Perilaku yang tidak relevan 4,17 0% 5%  P  5%
dengan KBM
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 3 dan mengacu mempengaruhi keaktifan siswa dalam


pada kriteria waktu ideal aktivitas siswa pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang
dalam pembelajaran maka dapat dikemukakan oleh As’ri (1998:3)
disimpulkan bahwa aktivitas siswa untuk bahwadengan penggunaan alat peraga
masing-masing kategori pada setiap RPP yang relevan dapat mebuat siswa lebih
adalah efektif.Selain penggunaan model aktif dan bersemangat dalam pembelajaran
pembelajaran SAVI dalam pembelajaran matematika.
pecahan, penggunaan alat peraga juga

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |52


Kemampuan Guru Mengelola penerapan model pembelajaran SAVI pada
Pembelajaran materi pecahan secara ringkas disajikan
Hasil pengamatan kemampuan guru pada Tabel 4 berikut:
mengelola pembelajaran dengan

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran


Aspek yang dinilai Skor
RPP I RPP Total
II
Kegiatan Pendahuluan
1. Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu 4 4 8
dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR.
2. Kemampuan mengaitkan pengalaman/ peristiwa/ 4 4 8
masalah/ kejadian-kejadian yang dialami siswa
dalam kehidupan sehari-hari dengan materi yang
dipelajari
Kegiatan Inti
1. Kemampuan menjelaskan/ membahas soal 4 4 8
2. Kemampuan mengarahkan siswa untuk 4 4 8
menemukan jawaban dan cara menjawab soal
sendiri
3. Kemampuan mengamati cara siswa menyelesaikan 4 4 8
soal
4. Kemampuan dalam memberikan kesempatan 4 4 8
kepada siswa untuk mendemonstrasikan
penyelesaian soal
5. Kemampuan memotivasi siswa menanggapi 4 4 8
jawaban temannya
6. Kemampuan memimpin diskusi kelas/ menguasai 4 4 8
kelas
7. Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa 5 5 10
8. Kemampuan membimbing siswa untuk 4 4 8
mentransfer soal dari yang konkret ke abstrak
9. Kemampuan memotivasi siswa untuk mau 4 5 9
bertanya/ mengeluarkan pendapat atau menjawab
pertanyaan
10. Kemampuan mengajukan dan menjawab soal 4 4 8
Kegiatan Penutup
1. Kemampuan mengarahkan siswa untuk bisa 4 4 8
membuat kesimpulan
2. Kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari 4 4 8
berkaitan dengan materi yang diajarkan.
3. Kemampuan menyampaikan judul sub materi 4 4 8
berikutnya/ memberikan PR kepada siswa/
menutup pelajaran
4. Kemampuan mengelola waktu 4 4 8
5. Antusias guru 4 4 8
6. Antusias siswa 4 4 8
Jumlah 73 75 148

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |53


Rata-rata 4,11

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa sangat baik dengan skor 5, kemampuan


setiap aspek yang diamati dalam memotivasi siswa untuk mau bertanya dan
mengelola pembelajaran yang diamati oleh mengeluarkan pendapat atau menjawab
pengamat termasuk dalam kategori baik pertanyaan dikategorikan sangat baik
dan sangat baik. Hal ini menunjukkan dengan skor 5, kemampuan mengajukan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pertanyaan dan menjawab pertanyaan
pembelajaran materi pecahan dengan dikategorikan baik dengan skor 4.
penerapan model pembelajaran SAVI Pada kegiatan penutup, kemampuan
adalah efektif, berdasarkan kriteria yang mengarahkan siswa untuk bisa membuat
telah ditetapkan, yaitu setiap aspek kesimpulan dikategorikan baik dengan
haruslah baik dan sangat baik. skor 4, kemampuan menegaskan hal-hal
Guru memulai pembelajaran dengan penting intisari yang berkaitan dengan
menghubungkan pelajaran saat itu dengan pembelajaran dikategorikan baik dengan
pelajaran sebelumnya atau membahas PR skor 4, kemampuan menyampaikan judul
dikategorikan baik yaitu dengan skor 4, sub materi berikutnya/ memberikan PR
kemampuan mengaitkan pengalaman/ kepada siswa atau menutup pelajaran
peristiwa/ masalah/ kejadian-kejadian dikategorikan baik dengan skor 4. Terlihat
yang dialami siswa dalam kehidupan juga antusias guru mencapai kategori baik
sehari-hari dengan materi yang dipelajari dengan skor 4, antusias siswa mencapai
dikategorikan baik dengan skor 4. kategori baik dengan skor 4, dan
Pada kegiatan inti, Kemampuan kemampuan mengelola waktu bernilai 4.
menjelaskan/ membahas soal Faktor lain yang mendukung
dikategorikan baik dengan skor 4, keberhasilan guru dalam mengelola
kemampuan mengarahkan siswa untuk pembelajaran adalah tersedianya alat-alat
menemukan jawaban dan cara menjawab pembelajaran dan alat peraga berupa
soal sendiri dikategorikan baik dengan bangun persegi dan bangun persegi
skor 4, kemampuan mengamati cara siswa panjang yang terbuat dari karton,
menyelesaikan soal/masalah penggaris, dan LKS yang membantu siswa
dikategorikan baik dengan skor 4, menemukan sendiri rumus operasi hitung
kemampuan dalam memberikan pecahan berupa rumus penjumlahan dan
kesempatan kepada siswa untuk pengurangan pecahan, guru hanya
mendemonstrasikan penyelesaian soal memberikan bantuan terbatas kepada
dikategorikan baik dengan skor 4, siswa dan suasana belajarpun
kemampuan memotivasi siswa menyenangkan karena siswa menemukan
menanggapi jawaban temannya sendiri rumus penjumlahan dan
dikategorikan baik dengan skor 4, pengurangan pecahan dari hasil
kemampuan memimpin diskusi kelas/ menggunakan alat peraga. Hal ini sesuai
menguasai kelas dikategorikan baik dengan pendapat Purwanto (2007:105)
dengan skor 4, kemampuan menghargai yang mengatakan bahwa sekolah yang
berbagai pendapat siswa dikategorikan cukup memiliki perlengkapan yang

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |54


diperlukan untuk belajar ditambah dengan Mayoritas siswa menyatakan sangat
cara mengajar yang baik dari guru akan setuju bahwa pembelajaran dengan
mempermudah dan mempercepat belajar penerapan model pembelajaran SAVI
anak-anak. masih baru bagi siswa, hal ini berarti guru
Respon Siswa belum pernah menerapkannya dalam
pembelajaran.
Tabel 5. Skor Rata-Rata Respon Siswa
Skor
No Pernyataan Rata-rata
1. Saya dapat dengan mudah memahami materi pecahan yang 3,43
diajarkan melalui model pembelajaran SAVI
2. Saya dapat dengan mudah mengingat operasi penjumlahan 3,40
dan pengurangan pecahan, karena penyajian materinya yang
sistematis.
3. Saya tidak merasakan perbedaan antara belajar melalui model
pembelajaran SAVI dengan belajar seperti biasa 2,63
4. Saya merasa senang terhadap komponen pelajaran LKS yang
digunakan dalam pembelajaran menggunakan model 3,47
pembelajaran SAVI
5. Saya berminat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI pada materi
matematika. 3,20
6. Bagi saya, model pembelajaran SAVI cocok diterapkan untuk
materi matematika yang lainnya.
7. Saya tidak merasakan suasana yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran operasi pecahan dengan menggunakan model 2,40
pembelajaran SAVI.
8. Bagi saya, pembelajaran menggunakan model pembelajaran
SAVI merupakan model pembelajaran matematika yang baru. 3,07

3,28
Jumlah 25,88
Skor Rata-rata 3,23
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5 dan mengacu pada kriteria sangat positif, ini berdasarkan kriteria
skor rata-rata untuk respons siswa, yang telah ditetapkan. Siswa merasa
dapatdisimpulkan bahwa respon siswa senang karena model pembelajaran SAVI
positif (3,23) terhadap pembelajaran menyatakan belajar yang paling baik
pecahan dengan penerapan model adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh,
pembelajaran SAVI, karena dengan semua indra, dan segenap pengalaman.
penerapan model pembelajaran SAVI Siswa merasa senang mengikuti
dapat membantu siswa dalam memahami pembelajaran dengan penerapan model
konsep-konsep yang diajarkan. pembelajaran SAVI karena siswa dapat
Respon siswa terhadap pembelajaran menemukan sendiri konsep-konsep
dengan penerapan model pembelajaran pecahan khususnya penjumlahan dan
SAVI, dengan skor rata-rata 3,23 adalah pengurangan pecahan, dengan

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |55


menemukan sendiri maka siswa mudah tertulis dan dilaksanakan dalam dua tahap.
mengingat rumus tersebut. Pembelajaran Tes awal diberikan sebelum pelaksanaan
dengan penerapan model pembelajaran pembelajaran pecahan. Sedangkan tes
SAVI merupakan suatu hal yang baru bagi akhir diberikan setelah pembelajaran
siswa kelas V-1 SD N Rambayan. pecahan dengan penerapan model
pembelajaran SAVI. Nilai hasil belajar
Hasil Belajar Siswa siswa dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7
Penilaian pada penelitian ini berikut ini.
dilakukan melalui tes hasil belajar secara

Tabel 6. Skor Tes Awal


No Kode Siswa Skor
1 0727 69
2 0728 20
3 0729 10
4 0730 10
5 0731 40
6 0732 0
7 0733 13
8 0734 5
9 0735 30
10 0736 12
11 0737 60
12 0738 20
13 0739 0
14 0740 7
15 0741 13
16 0742 15
17 0743 52
18 0744 5
19 0745 14
20 0746 3
21 0747 11
22 0748 65
23 0749 5
24 0750 0
25 0751 5
26 0752 5
27 0753 10
28 0754 7
29 0755 7
30 0756 8
Sumber: Tes Awal Siswa
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat yaitu operasi hitung bilangan bulat.
disimpulkan bahwa kemampuan awal Setelah pembelajaran pecahan dengan
siswa masih rendah, maka dari itu siswa model pembelajaran SAVI, maka diberi
perlu mengulang sedikit materi prasyarat, tes akhir. Adapun skor tes akhir siswa

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |56


setelah mengikuti penerapan model disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
pembelajaran SAVI pada materi pecahan

Tabel 7. Skor Tes Akhir


No Nomor Induk Siswa Skor Keterangan
1 0727 85 TUNTAS
2 0728 62 TUNTAS
3 0729 70 TUNTAS
4 0730 67 TUNTAS
5 0731 73 TUNTAS
6 0732 50 TIDAK TUNTAS
7 0733 70 TUNTAS
8 0734 63 TUNTAS
9 0735 72 TUNTAS
10 0736 70 TUNTAS
11 0737 90 TUNTAS
12 0738 60 TUNTAS
13 0739 40 TIDAK TUNTAS
14 0740 60 TUNTAS
15 0741 65 TUNTAS
16 0742 67 TUNTAS
17 0743 76 TUNTAS
18 0744 70 TUNTAS
19 0745 45 TIDAK TUNTAS
20 0746 70 TUNTAS
21 0747 60 TUNTAS
22 0748 80 TUNTAS
23 0749 60 TUNTAS
24 0750 57 TIDAK TUNTAS
25 0751 70 TUNTAS
26 0752 65 TUNTAS
27 0753 65 TUNTAS
28 0754 63 TUNTAS
29 0755 72 TUNTAS
30 0756 60 TUNTAS
Sumber: Skor Tes Akhir Siswa

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui disimpulkan bahwa ketuntasan belajar


bahwa 26 siswa (86,67%) tuntas belajarnya, secara klasikal termasuk kategori tuntas.
sedangkan 4 siswa (13,33%) tidak tuntas Hal ini menunjukkan bahwa model
belajar. Berdasarkan kriteria yang telah pembelajaran SAVI efektif diterapkan pada
ditetapkan bahwa seorang siswa dikatakan materi pecahan.
tuntas belajar bila memiliki daya serap Siswa yang tidak tuntas belajar, yaitu
paling sedikit 60%, sedangkan ketuntasan 4 orang siswa (13,33%) diberikan tugas
belajar secara klasikal tercapai bila paling tambahan dan tugas rumah untuk
sedikit 80% siswa di kelas tersebut telah membantu siswa dalam memahami materi
tuntas belajar. Oleh karena itu, dapat pecahan yang belum tuntas dipelajarinya.

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |57


Peneliti juga menyarankan kepada guru yang menjadi tujuan penelitian terpenuhi,
bidang studi matematika agar memberikan dimana aktivitas siswa selama
remedial dan perhatian yang lebih kepada pembelajaran dengan penerapan model
siswa yang belum tuntas belajar. pembelajaran SAVI efektif, kemampuan
Faktor lain yang menyebabkan guru dalam mengelola pembelajaran
ketuntasan belajar siswa diketahui dari dalam kategori baik, respon siswa
pernyataan siswa yang merespon sangat terhadap pembelajaran operasi hitung
positif atau menyatakanbahwa mereka pecahan dengan penerapan model
dalam memahami materi pecahan dengan pembelajaran SAVI sangat positif, dan
penerapan model pembelajaran SAVI hasil belajar siswa secara klasikal 86,67%
mudah dipahami. tuntas.
Namunsiswaterkendaladalammenjawab Berdasarkan kesimpulan di atas,
soal yaitu kemampuan dalam maka dapat dikatakan bahwa
pengurangan masih sangat lemah dan pembelajaran pecahan dengan penerapan
materi prasyarat belum bisa mereka model pembelajaran SAVI efektif
kuasai. Menurut Hudojo (1988:14) bahwa diterapkan pada siswa kelas V SD N
mempelajari konsep B yang berdasarkan Rambayan.
konsep A, maka siswa perlu memahami
lebih dulu konsep A, karena tanpa SARAN
memahami konsep A tidak mungkin siswa Berdasarkan hasil penelitian dan
memahami konsep B. simpulan, maka disarankan kepada pihak
lain untuk melakukan penelitian yang
SIMPULAN sama pada materi lain sebagai bahan
Berdasarkan hasil penelitian dan perbandingan dengan hasil penelitian
hasil analisis data diperoleh kesimpulan ini.Diharapkan pada guru agar dapat
bahwa model pembelajaran SAVI efektif menerapkan pendekatan pembelajaran
diterapkan untuk mengajarkan materi atau model pembelajaran yang bervariasi
pecahan pada siswa kelas V-1SD N sesuai dengan materi dan karakter siswa.
Rambayan. Hal ini karena keempat aspek

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |58


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

As’ri, A.R.(1998). Penggunaan Alat Peraga Manipulatif Dalam Pemahaman Materi Matematika.
Malang: Jurnal Matematika.

Fitrianingsih, Ika. (2009). “PembelajaranMatematikaDenganPendekatan SAVI Ditinjau Dari


Motivasi Belajar Siswa”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fuadi, Rahmi, dkk. (2016). “Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran


Matematis Melalui Pendekatan Kontekstual”. Jurnal Dikdaktika3(1).

Hudojo,Herman. (1988).Belajar Mengajar Matematika. Jakarta:Depdikbud LPTK.

Meier,Dave (2001). Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan
(terjemahan). Bandung: Mizan Media Utama.

Mukhlis.(2005). “Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Materi Pokok Perbandingan di


Kelas VII SMP Negeri Pallangga”. Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Siregar, Nani Resti. (2017). “Persepsi Siswa Pada Pelajaran Matematika: Studi Pendahuluan
Pada Siswa yang Menyenangi Game”. Prosiding Pertemuan Ilmiah X Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia.

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan
Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Soedjana, (1998). Strategi Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Universitas Terbuka.

Suherman. (2008). “Penerapan Model Pembelajaran SAVI pada Materi Himpunan di Kelas
VII SMP PGRI 12 Kebakkramat”. Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.1, Februari 2019 |59

Anda mungkin juga menyukai