Anda di halaman 1dari 17

1

RIVIEW ARTIKEL

SELULOSA MIKROKRISTAL : ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN APLIKASI DALAM


BIDANG FARMASETIK
Ina Widia1, Narul Wathoni, Ph.D., Apt.2 Comment [WN1]: Tidak usah
menggunakan nomor jika 1 afiliasi
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363 Comment [WN2]: Tidak usah memakai
gelar
inawidia8296@gmail.com

Abstrak

Selulosa mikrokristal merupakan bahan suatu yang memiliki banyak manfaat. Kandungan Comment [WN3]: Suatu bahan
Comment [WN4]: Sebutkan
selulosa mikrokristal terdapat dalam beberapa sumber alam seperti tanaman berkayu, kulit kapas, manfaatnya apa contohnya

jerami, ampas tebu melalui tahap isolasi yaitu delignifikasi dengan larutan basa, bleaching, dan

hidrolisis α-selulosa dengan menggunakan larutan asam encer pada suhu tinggi. Karakteristik selulosa Comment [WN5]: Konsep S-P-O
diterapkan,
mikrokristal dapat dilakukan melalui uji organoleptik, identifikasi, uji pati, kelarutan, susut Selolusa mikrokristal dapat diisolasi dari
beberapa sumber alam.....
pengeringan, pH, daya alir dan sudut diam, kompresibilitas, serta dengan menggunakan instrumen dengan tahapan delignifikasi, bleaching,
dan hidrolisis α-selulosa.

Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscope Energy-Dispersive X-ray Comment [WN6]: karakterisasi
Comment [WN7]: identifikasi apa?
Spectrofotometry (SEM-EDS), dan Difraktometer sinar-x. Aplikasi selulosa mikrokristal dalam Comment [WN8]: Bahasa inggris
seragamkan dengan sebelumnya
bidang farmasetik dapat digunakan sebagai pengisi tablet untuk metode kempa langsung, selain itu

dapat berfungsi juga sebagai pengikat dan penghancur tablet. Comment [WN9]: Cari sumber lainnya
di jurnal internasional, jangan fokus ke
tablet, sebagai eksipien lainnya, misal
Kata kunci : selulosa mikrokristal, isolasi, karakterisasi, aplikasi dalam bidang farmasetik. dalam drug delivery, carrier dll

Abstract Comment [WN10]: Sesuaikan setelah


direvisi abstrak bahasa Indonesia nya
Microcrystalline cellulose is a material that has many benefits. Microcrystalline cellulose

content exists in several natural sources such as woody plants, cotton leather, straw, bagasse through

isolation stages delignified with alkaline solutions, bleaching, and hydrolysis of α-cellulose by using

dilute acid solutions at high temperatures. Characteristics of microcrystalline cellulose can be done

through organoleptic test, identification, starch test, solubility, drying shrinkage, pH, powder flow and

repose angel, compressibility, and by using Fourier Transform Infrared (FTIR) , Scanning Electron

Microscope Energy-Dispersive X-ray Spectrophotometry (SEM-EDS), and x-ray Diffractometer.

Applications of microcrystalline cellulose in the pharmaceutical can be used as tablets filler for direct

compression methods, otherwise they may also serve as binders and disintergrant of tablets.

Keywords: microcrystalline cellulose, isolation, characterization, pharmacetic applications.


2

Pendahuluan sediaan tablet yaitu sebagai bahan pengisi

tablet yang dianggap sebagai pengikat kering


Salah satu komponen pelayanan kesehatan
karena mampu meningkatkan kemampuan
yang paling penting adalah obat. Obat Comment [WN11]: Maksudnya apa?
Tidak jelas,
kekompakan tablet dari campuran kompresi. Obat memiliki peranan penting dalam
digunakan untuk dapat meningkatkan derajat pelayanan kesehatan yang dapat
Selain itu selulosa mikrokristal juga mampu digunakan dalam mengingkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Dewasa ini, Indonesia kesehatan masyarakat.

meningkatkan sifat alir masa cetak tablet


sudah dapat memenuhi kebutuhan akan obat
(Carlin, 2008). Karakter yang dimiliki oleh
sendiri, hampir 90% kebutuhan obat berasal
selulosa mikrokristal tersebut sangat
dari produk dalam negeri, hanya saja indiustri Comment [WN12]: industri
membantu dalam proses pencetakan tablet
farmasi di Indonesia masih sangat tergantung
dengan menggunakan metode kempa langsung
dengan bahan baku impor, hampir 96% bahan
yang memerlukan peningkatan kualitas dan
baku yang digunakan industri farmasi masih
konsistensi dari bahan awal termasuk eksipien
impor (Kementerian Kesehatan, 2013).
(Patel, Kaushal and Bansal, 2006). .Kempa
Indonesia merupakan negara yang kaya
langsung adalah metode yang disukai untuk
akan sumber daya alam yang memiliki
pembuatan tablet, namun proses ini sangat
potensial dalam bidang farmasi yang selama
bergantung pada karakteristik serbuk dan
ini belum dimanfaatkan sepenuhnya. Comment [WN13]: maksudnya apa?
diperkirakan hanya kurang dari 20% bahan
Keragaman hayati berkorelasi langsung dengan
farmasi dapat dikompres langsung ke dalam
keragaman kimia yang memiliki potensi yang
tablet (Rojas, Buckner and Kumar, 2012). Comment [WN15]: jelaskan aplikasi
sangat besar bagi pengembangan obat lainnya diluar tablet
Tujuan penulisan jurnal publikasi ini
(Kementerian Kesehatan, 2013). Salah satu
adalah mengumpulkan pengetahuan mengenai
dari keanekaragaman sumber daya alam
selulosa mikrokristal secara menyeluruh
tersebut adalah seluosa mikrokristal. Sumber Comment [WN14]: ???
termasuk cara isolasi, karakteristik dan
selulosa mikrokristal terdapat pada serat
aplikasinya dalam bidang farmasetik.
tanaman berkayu, tongkol jagung, kapas, rami,

ampas tebu, dan jerami (Bhimte dan Tayade,

2007 ; Ohwoavworhua dan Adelakun, 2009 ;

Sun et al., 2004).

Dalam bidang farmasetik, selulosa

mikrokristalin merupakan salah satu eksipien


3

Selulosa Serat kapas mengandung 95%

selulosa, sedangkan kayu 40-50% selulosa.


Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel
Jumlah selulosa dan serat bervariasi menurut
tanaman (Fengel, 1995). Selulosa adalah
sumbernya dan biasanya berkaitan dengan
polimer alami yang paling melimpah di bumi
bahan-bahan seperti air, lilin, pektin, protein,
dengan produksi biomassa tahunan sebesar 50
lignin, dan substansi mineral (Bhimte and
miliar ton (Carlin, 2008). Kandungan selulosa
Tayade, 2007). Selulosa juga dapat dihasilkan
dalam berbagai tumbuhan dapat dilihat pada
dari serat tanaman seperti tongkol jagung
Tabel 1. Kandungan Selulosa dalam Berbagai
(Ohwoavworhua, Okhamafe and Adelakun,
Bahan Tumbuhan
2009), ampas tebu dan jerami (Sun et al.,
Sumber Selulosa (%)
2004).
Kapas 95-99
Molekul selulosa dibentuk oleh
Rami 80-90
±10.000 monomer glukosa yang diikat dengan
Bambu 40-50
ikatan glukosida β-1,4. Setiap monomer
Kayu 40-50
glukosa memiliki tiga gugus hidroksi (-OH).
Kulit Kayu 20-30
Sebanyak 36 molekul selulosa terikat bersama-
Lumut 25-30
sama oleh ikatan hidrogen membentuk
Tanaman Ekor Kuda 20-25
seberkas fibril elementer. Fibril elementer
Bakteri 20-30
bergabung membentuk mikrofibril, kemudian
(Fengel, 1995)
mikrofibril bergabung membentuk fibril dan

Sumber selulosa farmasi yang paling akhirnya membentuk serat-serat selulosa

umum adalah kayu, di mana rantai selulosa (Sanjaya, 2001).

berada dalam lapisan yang disatukan oleh

polimer lignin dan ikatan hidrogen yang kuat

(Shlieout, Arnold and Müller, 2002). Kapas Gambar 1. Struktur Molekul Selulosa

juga telah disebutkan sebagai sumber selulosa (Zamora Antonio, 2013)

yang mungkin untuk MCC (Suzuki and Penyusunan serat-serat selulosa Comment [WN16]: jika ingin disingkat
buat singkatan sejak awal!
Nakagami, 1999). Baik kayu lunak dan kayu menghasilkan daerah kristalin (bila molekul

keras dapat digunakan (Landín et al., 1993). selulosa tersusun teratur) dan amorf (bila tidak

teratur). Perbandingan daerah kristalin dengan


4

daerah amorf dari selulosa sangat bervariasi. dan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa

Daerah kristalin dalam selulosa berkisar antara kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan

50-70% (Sanjaya, 2001) baku pada industri kertas dan industri sandang

Berdasarkan derajat polimerisasi dan dan kain (serat rayon). Kemurnian selulosa

kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida sering dinyatakan melaui parameter α-selulosa.

17,5%, selulosa dapat dibedakan atas lima Biasanya semakin tinggi kadar α-selulosa,

jenis yaitu (1) Alpha Cellulose (α-selulosa) maka semakin baik mutu bahannya (Umar

adalah selulosa berantai panjang, tidak larut 2011).

dalam larutan natrium hidroksida 17,5% atau

larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi Selulosa Mikrokristal

600-1500. α-selulosa dipakai sebagai penduga


Selulosa mikrokristal adalah selulosa
dan atau penentu tingkat kemumian selulosa. Comment [WN17]: kemurnian
murni yang diisolasi dari alfa selulosa sebagai
Semakin tinggi kadar α-selulosa, maka
pulp dengan asam mineral yang berasal dari
semakin baik mutu bahannya. (2) Betha
bahan tanaman berserat (Carlin, 2008).
Cellulose (β-selulosa) adalah selulosa berantai
Selulosa mikrokristal merupakan serbuk yang
pendek, larut dalam larutan natrium hidroksida
terdiri dari partikel berpori. Zat ini bersifat
17,5% atau basa kuat dengan derajat
higroskopis, tidak larut dalam air, namun
polimerisasinya kurang dari 15. (4)
mengembang ketika kontak dengan air.
Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan
Molekul glukosa yang dihubungkan melalui
selulosa, jika dihidrolisis akan menghasilkan
obligasi beta-glukosida.ikatan hidrogen Comment [WN18]: ????
D-manova, D-galaktosa, D-Xylosa, L-
antarmolekul yang terbentuk antara polimer
arabinosa dan asam uranat. (5) Holosefulosa
selulosa, rantai agregat glukan berbentuk serat.
adalah bagian dari serat yang bebas dan sari
Dengan demikian, struktur selulosa tersebut
dan lignin, terdiri dari campuran semua
memiliki sifat mikrokristalin (Westermarck,
selulosa dan hemiselulosa. Alpha cellulose (α-
2000).
selulosa) merupakan kualitas selulosa yang

paling tinggi (murni). Alpha cellulose (α-

selulosa) dengan kandungan lebih besar dari

92% memenuhi syarat untuk digunakan

sebagai bahan baku utama pembuatan propelan


5

Gambar 2. Struktur Selulosa Mikrokristal tanaman selanjutnya dipotong-potong menjadi

(Westermarck, 2000) ukuran yang lebih kecil 1-2 cm. Setelah

Serat selulosa tersusun dari beberapa didapatkan ukuran kasar, serat tanaman

juta serat mikrofibril. Serat mikrofibril ini dihaluskan dengan menggunakan mesin

terbagi menjadi dua bagian berbeda, yaitu penggiling. Tujuan preparasi ini adalah untuk

bagian amorf dan kristalin. Bagian amorf memudahkan isolasi selulosa yang terkandung

terbentuk dari rantai selulosa dengan massa dengan memperkecil ukuran, meningkatkan

fleksibel. Bagian ini dapat larut dengan luas permukaan kontak, memecah ikatan kimia

pemberian asam mineral. Sedangkan bagian pada rantai molekul yang panjang sehingga

kristalin tersusun dari rantai selulosa dengan diharapkan mendapatkan hasil rendemen yang

ikatan yang kuat dalam susunan linear yang optimal (Fitriana, 2009).

kaku. Bagian ini tidak dapat larut dalam


b). Isolasi α –Selulosa
penambahan asam mineral. Bagian kristal
Isolasi α-selulosa dari serat tumbuhan
inilah yang diisolasi untuk menghasilkan
dilakukan dengan metode pemanasan alkali.
selulosa mikrokristal yang berkualitas
Sebelum dilakukan pemanasan alkali, serat
(Aldebron, 1996).
tumbuhan halus dididihkan terlebih dahulu
Isolasi Selulosa Mikrokristal
dengan menggunakan asam asetat 0,1N dengan
a). Preparasi Bahan Baku
perbandingan sampel terhadap pelarut 1:20
Tanaman berkayu yang mengandung
tahapan ini disebut pra-hidrolisis (Mohamad
selulosa dipotong kemudian dilakukan proses
Haafiz et al., 2013). Prahidrolisis dilakukan
dekortilasi tujuannya untuk memisahkan serat
selama satu jam dengan suhu 105oC. Setelah
dari batang kayu inti dan kulit kayu dengan
itu sampel dipisahkan dari pelarutnya dengan
menggunakan mesin dekortilator. Tanaman
cara penyaringan dan pemerasan kemudian
dicuci dengan air mengalir kemudian dijemur
sampel dibilas berulang dengan aquadest
pada tempat terbuka dengan sinar matahari
hingga pH netral yaitu 7 (Umar, 2011). Tahap
langsung selama seminggu, tujuannya untuk
ini bertujuan untuk memperlunak bahan dan
membuang getah (gum) yang masih menempel
mempercepat pemutusan ikatan pentosa
di permukaan tanaman yang dapat
(hemiselulosa) sebelum proses pemanasan
menyebabkan kotoran mudah menempel dan
alkali dilakukan (Thakur, 2014). Kemampuan
tanaman menjadi sulit untuk diolah. Serat
6

asam asetat dalam mengikat lignin mikrofibril selulosa sehingga serat terikat

menyebabkan α-selulosa yang sebelumnya diantara lignin (Nutt, 2006).

terikat oleh lignin akan terlepas dari lignin Pada proses ini terbentuk pulp berwarna

sehingga didapatkan kandungan pulp dengan coklat pekat yang mengendapt didalam larutan Comment [WN19]: ????

kadar α-selulosa yang lebih banyak (Wibisono natrium hidroksida. Larutan berwarna coklat

et al., 2011). pekat ini merupakan indikasi dari terlarutnya

Tahap isolasi dilanjutkan dengan senyawa-senyawa yang memiliki gugus

pemanasan alkali menggunakan Natrium kromofor yaitu gugus yang memiliki ikatan

Hidroksida 25% b/v pada suhu 1050C dan rangkap terkonjugasi yang menyebabkan suatu

dididihkan selama satu jam. Perbandingan senyawa memiliki warna (Hamisan et al.,

sampel dengan Natrium Hidoksida adalah 1:20 2009). Kemudian serat tanaman dipisahkan

(Mohamad Haafiz et al., 2013). Pada proses ini kembali dari pelarutnya dengan cara

terbentuk pulp atau bubur selulosa dimana α- penyaringan dan pemerasan, serat tanaman

selulosa terisolasi sebagai residu. α-selulosa dibilas sampai pH Kembali netral. Pulp yang

merupakan senyawa yang tidak larut dalam diperoleh dicuci berulang hingga pH 6-7.

NaOH atau basa kuat, hal ini digunakan untuk Tahap berikutnya yaitu bleaching.

mendegradasi polimer lignin yang kemudian Tujuan dari tahap ini adalah untuk

akan larut ke dalam air, maka dari itu nama menghilangkan sisa lignin dan karbohidrat

lain dari tahap ini adalah tahap delignifikasi. yang tidak terpisah sempurna dalam pulp.

Larutnya lignin disebabkan oleh terjadinya Proses bleaching akan membuat warna pulp

transfer ion hidrogen dari gugus hidroksil pada menjadi lebih cerah atau putih. Proses ini

lignin ke ion hidroksil (Gilligan, 1974). Lignin dilakukan dengan cara memanaskan serat

merupakan suatu polimer yang tersusun dari tanaman dalam larutan NaClO dengan

unit-unit fenil propana dengan berat molekul perbandingan sampel dan pelarut 1:8

tinggi. Pada dinding sel tumbuhan dipanaskan pada suhu 1050C selama 15-20

menyebabkan kekakuan dan kekerasan menit (Mohamad Haafiz et al., 2013). Pada

jaringan, terdapat pada bagian kedua dinding saat perendaman sampel yang semula terapung

sel, terutama pada bagian tengah lamela. di dalam larutan berwarna putih kecoklatan

Lignifikasi menyebabkan penyelubungan kemudian menjadi putih kekuningan dan

dinding sel dengan penyelingan susunan perlahan menjadi putih seluruhnya dan turun di
7

dasar permukaan. Hal ini disebabkan karena pula dimana n ≈ 220 sehingga dihasilkan

produk teroksidasi menjadi suatu bahan yang selulosa mikrokristal (Håkansson and Ahlgren,

mudah larut dalam air. Larutan disaring dan 2005).

residu dibilas dengan aquades secara berulang Residu selulosa mikrokristal yang

hingga pH kembali netral. Selanjutnya pulp didapat dibilas dengan aquadest sampai pH

dikeringkan dengan menggunakan oven 50ºC netral dan disaring dengan menggunakan

selama 12-24 jam (Carlin, 2008). Pulp kering kertas saring. Selanjutnya dilakukan tahap

yang diperoleh disebut sebagai α-selulosa penyaringan, pengeringan, dan pengayakan

(Mersa, 2008). dengan menggunakan teknologi spray dry

c). Isolasi Selulosa Mikrokristal sesuai yang tercantum oleh Handbook of

Pulp kering hasil oven berupa α-selulosa Pharmaceutical Excipients (Rowe, Sheskey

mengalami hidrolisis parsial atau and Quinn, 2009) mengenai metode

depolimerisasi menjadi selulosa mikrokristal manufaktur selulosa mikrokristal. Comment [WN20]: Buat bagan sendiri
bagaimana tahapan isolasi Selulosa
Mikrokristal
melalui proses hidrolisis pemotongan rantai

panjang selulosa dengan cara direndam dalam Karakterisasi Selulosa Mikrokristal

larutan HCl 2,5N direaksikan pada suhu 105oC Uji Organoleptik

selama 15 menit, perbandingan sampel dengan Karakteristik bentuk yaitu sampel

pelarut adalah 1:20 (Ohwoavworhua and diletakan diatas dasar yang berwarna putih,

Adelakun, 2005). Selama proses hidrolisis diamati bentuk atau rupa, warna, rasa, bau

terjadi pemisahan secara parsial pada (Zulharmita, 2012). Selulosa mikrokrisral yang

penyususn mikrofibril selulosa dimana bentuk baik memiliki organoleptik serbuk hablur,

amorf akan putus dan meninggalkan bentuk berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa

kristalin yaitu daerah molekul selulosa yang (Ohwoavworhua and Adelakun, 2005). Uji ini

tersusun teratur (Ma, Chang and Yu, 2008). dilakukan dengan menggunakan indera Comment [WN21]: indra

Tujuan dari proses ini agar α-selulosa yang manusia sebagai alat utama untuk pengukuran

merupakan selulosa berantai panjang dengan daya penerimaan terhadap produk. Tujuan dari

derajat polimerisasi yang tinggi yaitu 600-1500 uji organoleptik adalah untuk mengetahui

dihidrolisis sehingga terjadi pemotongan peranan penting suatu bahan dalam penerapan

polimer menjadi ukuran yang lebih kecil mutu suatu sediaan. Pengujian organoleptik

(mikro) dengan derajat polimerisasi yang kecil


8

dapat memberikan indikasi kebusukan dan Uji Kelarutan

kerusakan suatu dari suatu produk. Uji kelarutan dilakukan terhadap empat

Identifikasi pelarut yaitu air, alkohol 95%, HCl 2 N, Comment [WN22]: analisis kualitatif??

Sebanyak 10 mg sampel diletakkan pada natrium hidroksida 1N dan eter. Kelarutan

kaca arloji dan dispersikan dalam 2 ml larutan selulosa mikrokristal yang baik yaitu tidak

seng klorida beriodium, senyawa akan menjadi larut dalam air, tidak dalam dalam alkohol

warna biru violet (Zulharmita et al, 2012). 95%, tidak larut dalam HCl 2N, sukar larut

Reaksi yang terjadi dalam uji identifikasi dalam NaOH 1N, dan tidak larut dalam eter

adalah suatu reaksi kimia yang digunakan (Karim, 2014). Selulosa mikrokristal sulit

untuk mengetahui keberadaan suatu zat baik untuk terlarut dalam pelarut karena adanya

ion ataupun gugus dalam suatu sampel. Uji ikatan hidrogen yang kuat antar gugus

identifikasi dapat dijadikan ciri khas hidroksil pada rantai ikatan yang berdekatan

keberadaan suatu zat dalam suatu sampel dari pada struktur kristalin penyusun selulosa

sampel lainnya. mikrokristal (Cowd, 1991). Salah satu manfaat

Uji Pati dilakukannya uji ini adalah sebagai

Sebanyak 10 mg serbuk ditambahkan 90 pengetahuan dalam membuat suatu formulasi

ml aquades dan dipanaskan selama 15 menit. atau sedian obat.

Kemudian disaring selagi panas. Dinginkan Susut Pengeringan

dan tambahkan pada filtrat 0,1 ml iodium 0,05 Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan

M, tidak terbentuk warna biru (Zulharmita et dalam krus porselen, kemudian dikeingkan

al, 2012). Apabila dalam suatu sampel yang dalam oven pada suhu 100-105oC sampai

mengandung pati atau karbohidrat direaksikan diperoleh berat konstan. Persentase susut

dengan iodium maka akan menghasilkan reaksi pengeringan dapat ditentukan dengan

warna menjadi warna biru. Selulosa perbandingan berat sampel dengan berat

mikrokristal hasil isolasi tidak boleh setelah dikeringkan (Zulharmita et al., 2012).

mengandung karbohidrat atau pati sebab dalam Susut pengeringan selulosa mikrokristal yang

proses bleaching karbohidrat atau pati tersebut baik adalah <7% (Rowe, Sheskey and Quinn,

sudah dihilangkan, maka dari itu hasil reaksi 2009). Tujuan dilakukannya uji ini adalah

warna dalam uji pati ini tidak menghasilkan untuk memberikan batasan maksimal (rentang)

warna biru (Zulharmita et al., 2012).


9

tentang besarnya senyawa yang hilang pada partikel serbuk semakin besar untuk terjadinya

proses pengeringan. gaya kohesif, khususnya, dan gaya gesekan

Uji pH yang menghambat flowabilitas serbuk

Sebanyak 2 gram serbuk diaduk dengan (Fitzpatrick and Ahrné, 2005). Sudut diam

100 ml air suling selama 5 menit dan diukur memberikan penilaian terhadap gesekan

pHnya dengan pH meter (Ohwoavworhua, internal dan kohesif. Pengukuran sudut diam

Okhamafe and Adelakun, 2009). Selulosa peka terhadap kelembaban dan dapat menjadi

mikrokristal yang baik memiliki rentang pH 5- suatu cara dalam memonitor perbedaan antar

7,5 (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). pH suatu batch dengan batch yang lain (Bhimte

digunakan untuk menyatakan derajat keasaman and Tayade, 2007).

atau kebasaan yang dimilik oleh suatu zat. Kompresibilitas

Uji DayaAlir dan Sudut Diam Uji kompresibilitas dilakukan untuk

Serbuk dimasukan ke dalam corong mengetahui sifat alir dari serbuk. Indeks

powder flow tester untuk uji daya alir. Serbuk kompresibilitas diukur dengan menggunakan

kemudian dijatuhkan dari corong dengan alat tapped density tester. Campuran serbuk

dibuka katup bawah corong hingga atau massa tablet ditimbang sebanyak 25 gram

membentuk gundukan serbuk yang diuji, jika (m), kemudian dimasukan kedalam gelas ukur

tidak mengalir dapat diberikan getaran dengan lalu diukur volumnya (V1).

keterangan pada hasil pengujian. Waktu Kerapatan curah = m/V1.

seluruh serbuk jatuh mengalir dicatat, diukur Gelas ukur yang berisi serbuk kemudian

tinggi dan jari-jari, dan dihitung sudut diletakkan pada alat tapping, kemudian

istirahatnya (Haque, 2010). Selulosa diketukkan sebanyak 400 kali sehinga terjadi

mikrokristal yang baik memiliki sudut istirahat penurunan volume (V2), kemudian volume

yang tergolong kedalam molekul yang sangat diukur.

mudah mengalir, hal ini berbanding lurus Kerapatan mampat = m/V2

dengan profil laju alir dari sampel dan baku Kemudian indeks kompresibilitasnya dihitung

berdasarkan Indeks Carr. Partikel berukuran dengan mengunakan persamaan berikut

kecil memiliki flowabilitas yang buruk karena

besarnya luas permukaan per unit massa

serbuk. Sehingga luas permukaan kontak antar


10

(Haque, 2010) 1316, dan 1024 cm-1 yang menunjukkan

Selulosa mikrokristal yang baik akan adanya gugus OH, ikatan hidgrogen, C-H

memiliki nilai kerapatan sejati sebesar 1,512- alkana, ikatan C-O eter, dan alkohol (Yanuar et

1,668 g/cm3, kerapatan curah 0,337 g/cm3, dan al., 2003).

kerapatan mampat 0,478 g/cm3 (Rowe,

Sheskey and Quinn, 2009). Kerapatan selulosa

mikrokristal dipengaruhi oleh ukuran partikel

yang kecil, semakin kecil ukuran partikel akan

meningkatkan kohesivitas (Geldart et al.,


Gambar 3. Spektrum inframerah selulosa
2006). Hal ini disebabkan karena ukuran
mikrokristal (A) dan Avicel PH-102
partikel yang homogen pada selulosa
Scanning Electron Microscope Energy-
mikrokristal, sehingga partikel tidak saling
Dispersive X-ray Spectrofotometry (SEM-
mengisi di dalamnya. Nilai kompresibilitas
EDS)
yang buruk berbanding lurus dengan laju alir.
Sampel selulosa mikrokristal ditempel
Buruknya laju alir selulosa mikrokristal
pada specimen holder (dotite, double sticky
disebabkan karena partikelnya berbentuk
tape), kemudian dibersihkan dengan hand
batang, sehingga memiliki poros yang tinggi
blower dan diberi lapisan tipis (coating) gold
dan menghasilkan volume curah yang besar
palladium (ion sputter JFC-1100). Sampel
(Mersa, 2008).
kemudian dimasukkan ke dalam specimen
Fourier Transform Infrared (FTIR) Comment [WN23]: Infra Red
chamber. Pengamatan dilakukan pada layar
Pelet dibuat dari sampel selulosa
SEM-EDS dan dilakukan pemotretan setelah
mikrokristal (2-5 mg) digerus bersama dengan
dilakukan pembesaran yang diinginkan.
KBr (200-250 mg). Kemudian spektrum
Selanjutnya, dicatat kandungan unsur yang
inframerah dari sampel direkam dengan FTIR.
terdapat dalam sampel (Yanuar et al., 2003).
Transmisi diukur pada bilangan gelombang
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
4000-400 cm-1 (Yanuar et al., 2003). Pada
mengetahui bentuk dan ukuran partikel
pengujian ini digunakan pembanding yaitu
selulosa mikrokristal. Hasil pengamatan
Avicel PH-102. Selulosa mikrokristal yang
dicetak diatas kertas Polaroid menunjukkan
baik akan menunjukkan adanya serapan utama
selulosa mikrokristal dengan pembesaran 170
pada bilangan gelombang 3344, 2884, 1426,
11

kali dari ukuran sebenarnya, ukuran partikel Difraktometer sinar-x. Dari hasil pengujian ini

dapat diperkirakan berkisar antara 2,94-117,6 diketahui bahwa selulosa mikrokristal hasil

µm memiliki bentuk tak beraturan serta tekstur isolasi mengandung fasa kristal dan fasa amorf

permukaan yang tidak rata berbentuk sudut dengan derajat kristalinitas yang cukup tinggi.

runcing dan tumpul (Yanuar et al., 2003). Hal ini dapat dilihat dari munculnya tiga

puncak terkuat yang spesifik pada 2ϴ yaitu

14;116o, 16;502o, dan 22;359o. Hasil ini

dibandingkan dengan Avicel PH-102 dan

memiliki hasil yang mirip.(Yanuar et al.,

2003). Komposisi kimia yang dimiliki tanaman


Gambar 4. SEM selulosa mikrokristal
berkayu adalah selulosa, hemiselulosa dan
pembesaran 170 kali
lignin serta organisasi strukturalnya yaitu
Difraktometer Sinar-X
daerah yang relatif lebih kristalin atau amorf.
Pengukuran derajat putih dilakukan
Daerah amorf lebih rentan terhadap hidrolisis
menurut SNI 0444:2009 mengenai cara uji
sehingga depolarisasi parsial oleh hidrolisis
faktor pantul biru cahaya baur (Derajat putih
asam menghasilkan fragmen kristal yang lebih
ISO). Dilakukan kalibrasi instrumen sesuai
pendek dan lebih banyak, yaitu selulosa
dengan petunjuk pembuat instrument sesuai
mikrokristalin (Doelker et al., 1987).
standar acuan ISO non-fluoresen tingkat 3.

Pada instrument reflektrometer, sampel diukur

faktor pantul biru intrinsik kemudian dicatat

nilai derajat putih sampai mendekati 0,05%

faktor pantul (Yanuar et al., 2003). Selulosa


Gambar 5. Difraksi sinar-x serbuk selulosa
mikrokristal merupakan serbuk yang
mikrokristal (A) dan Avicel PH-102 (B)
mempunyai fasa amorf dan fasa kristal sebagai

komponen penyusunnya dengan kemurnian


Aplikasi Farmasetik Selulosa Mikrokristal
dan derajat kristalinitas yang tinggi (Yamanae,
Dalam bidang farmasetik, selulosa
C., 1999). Alat yang digunakan untuk
mikrokristal umumnya dianggap sebagai
mangetahui derajat kristalinitas dan struktur
pengisi tablet yang memiliki sifat pengikat
kristal dari selulosa mikrokristal adalah
terbaik dan dikenali sebagai salah satu pilihan
12

bahan pengisi tablet dalam metode kempa Selulosa mikrokristal memiliki ikatan

langsung (Bolhuis and Anthony Armstrong, hidrogen pada molekul selulosa yang

2006). Selain sifat pengikatnya yang kering, berdekatan. Hal ini memungkinkan

selulosa mikrokristal juga merupakan bahan pembentukan banyak ikatan hidrogen, inilah

yang berfungsi sebagai penghancur tablet yang menyebabkan selulosa mikrokristal

(Ferrari et al., 1996) dengan syarat sifat memiliki kemampuan kekompakan yang

lubrikasi rendah karena koefisien gesekannya tinggi, walaupun di bawah kekuatan kompresi

yang sangat rendah (Hwang, R.-C., Peck, yang rendah (Ali et al., 2009).

2001). Namun sifat ini tidak menggantikan Berkat kerapatan curahnya yang relatif

kebutuhan akan bahan disintegrasi dan rendah dan distribusi ukuran partikel yang

lubrikan yang sebenarnya saat selulosa luas, selulosa mikrokristal dapat secara efisien

mikrokristal digunakan dalam formulasi (Bala, mengikat bahan lain, terutama bahan aktif

Khanna and Pawar, 2013). Selulosa farmasi yang sulit untuk dibuat tablet (Bolhuis,

mikrokristal dengan bahan disintegran dan G.K., Chowhan, 1996). Selulosa mikrokristal

lubrikan mungkin saling melengkapi untuk menunjukkan potensi pengenceran yang tinggi,

meningkatkan kemampuan disintegrasi suatu sedangkan rentang ukuran partikel yang luas

tablet (Mostafa, Ibrahim and Sakr, 2012). memberikan kepadatan pengempaan material

Selain itu selulosa mikrokristal memiliki sifat menjadi lebih baik (Carlin, 2008).

yang mudah mengalir dan indeks Selulosa mikrokristal memiliki

kompresibilitasnya rendah (Albers, J., Knop, porositas intrapartikel yang sangat tinggi yaitu

K., Kleinebudde, 2006). Selulosa mikrokristal sekitar 90-95% luas permukaan internal

dapat digunakan sebagai pengisi dan pengikat (Doelker et al., 1987). Porositas tinggi ini

tablet dengan konsentrasi 20%-90% serta mendorong pembengkakan dan disintegrasi

sebagai penghancur tablet dengan konsentrasi tablet yang disebabkan oleh penetrasi air ke

5%-20% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). dalam matriks tablet hidrofilik dengan cara

Selulosa mikrokristal menawarkan keuntungan aksi pori-pori kapiler yang menyebabkan

lain yaitu memiliki kompatibilitas yang luas terganggunya ikatan hidrogen. Tekanan

apabila dicampurkan dengan bahan obat lain, pemadatan yang meningkat, menurunkan

innert, kemudahan penanganan, dan keamanan penetrasi air ke dalam tablet dan meningkatkan

pasokan (Bolhuis, G.K., Chowhan, 1996).


13

waktu disintegrasi (Lahdenpää, E., Niskanen, menggunakan instrumen Fourier Transform

M., Yliruusi, 1997). Infrared (FTIR), Scanning Electron

Kehadiran gugus hidroksil bebas di Microscope Energy-Dispersive X-ray

permukaan tablet selulosa mikrokristal Spectrofotometry (SEM-EDS), dan

menyediakan situs pengikatan yang sangat Difraktometer sinar-x. Dalam bidang

baik untuk film selulosa yang merupakan farmasetik, beberapa peneliti sudah

lapisan polimer yang umum (Felton and membuktikan bahwa selulosa mikrokristal

McGinity, 1999). Hal ini menghasilkan merupakan pengisi tablet terbaik untuk metode

peningkatan adhesi dan kekuatan film (Khan, kempa langsung, selain itu dapat berfungsi

Fell and Macleod, 2001). juga sebagai pengikat dan penghancur tablet.

Selulosa mikrokristal yang diproduksi

oleh berbagai produsen atau di berbagai lokasi Ucapan Terima Kasih

pabrik mungkin memiliki sifat yang berbeda Dalam pembuatan artikel ini, penulis

karena jenis pulp yang digunakan sebagai berterima kasih kepada Bapak Narul Wathoni,

bahan baku dan kondisi manufaktur masing- Ph.D., Apt. sebagai pembimbing. Bapak Rizky

masing (Landín et al., 1993). Sifat atau atribut Abdullah selaku dosen metodologi dan

yang berbeda ini dapat mempengaruhi penelitian, dan kepada teman-teman Farmasi

kemampuan tablet. UNPAD 2014 yang telah membantu. Comment [WN24]: Hapus, tidak
penting!

Simpulan Daftar Pustaka

Selulosa mikrokristal dapat diisolasi Albers, J., Knop, K., Kleinebudde, P. (2006)
‗Brand-to-Brand and Batch-to-Batch
dari alfa selulosa sebagai pulp dengan asam Uniformity of Microcrystalline
Cellulose in Direct Tableting With a
mineral yang berasal dari bahan tanaman
Pneumo-Hydraulic Tablet Press‘,
berserat melalui isolasi dengan cara hidrolisis Pharm. Ind, 68, pp. 1420–1428.

larutan asam encer pada suhu tinggi. Aldebron, G. dan C. N. (1996) Pharmaceutical
Powder Compaction Technology. New
Karakteristik khas selulosa mikrokristal dapat York : I. Marcel Dekker.
ditentukan dengan melakukan pengujian
Ali, J. et al. (2009) ‗Microcrystalline cellulose
organoleptik, identifikasi, uji pati, kelarutan, as a versatile excipient in drug research‘,
Journal of Young Pharmacists, 1(1), p.
susut pengeringan, pH, daya alir dan sudut 6. doi: 10.4103/0975-1483.51868.

diam, kompresibilitas, serta dengan


14

Bala, R., Khanna, S. and Pawar, P. K. (2013) 10.1016/S0939-6411(98)00082-4.


‗Formulation and optimization of fast
dissolving intraoral drug delivery system Fengel, D. dan G. W. (1995) ‗Kayu: Kimia,
for clobazam using response surface Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
methodology.‘, Journal of advanced Penerjemah: Hardjono Sastrohamidjo‘,
pharmaceutical technology & research, in. Yogyakarta: Gajahmada University
4(3), pp. 151–9. doi: 10.4103/2231- Press, pp. 458–554.
4040.116785.
Ferrari, F. et al. (1996) ‗Investigation on
Bhimte, N. a and Tayade, P. T. (2007) bonding and disintegration properties of
‗Evaluation of microcrystalline cellulose pharmaceutical materials‘, International
prepared from sisal fibers as a tablet Journal of Pharmaceutics, 136(1–2), pp.
excipient: a technical note.‘, AAPS 71–79. doi: 10.1016/0378-
PharmSciTech, 8(1), p. 8. doi: 5173(96)04489-4.
10.1208/pt0801008.
Fitriana, D. N. U. R. (2009) ‗Pemanfaatan
Bolhuis, G.K., Chowhan, Z. . (1996) Materials Limbah Pod Kakao Untuk‘,
For Direct Compaction. Dalam : 34052110(2005).
Alderborn, G., Alderborn, G., Nyström,
C., Nyström, C. (Eds.), Pharmaceutical Fitzpatrick, J. J. and Ahrné, L. (2005) ‗Food
Powder Compaction Technology. New powder handling and processing:
York: Marcel Dekker, Inc. Industry problems, knowledge barriers
and research opportunities‘, Chemical
Bolhuis, G. K. and Anthony Armstrong, N. Engineering and Processing: Process
(2006) ‗Excipients for Direct Intensification, 44(2), pp. 209–214. doi:
Compaction—an Update‘, 10.1016/j.cep.2004.03.014.
Pharmaceutical Development and
Technology, 11(1), pp. 111–124. doi: Geldart, D. et al. (2006) ‗Characterization of
10.1080/10837450500464255. powder flowability using measurement
of angle of repose‘, China Particuology,
Carlin, B. (2008) ‗Direct Compression and The 4(3–4), pp. 104–107. doi:
Role of Filler-Binders. Dalam : 10.1016/S1672-2515(07)60247-4.
Augsburger, L.L., Hoag, S.W. (Eds.).
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets‘, Gilligan, J. J. (1974) ‗The Organic Chemicals
Informa, pp. 173–216. Industries. dalam J.L. Pyle. Chemistry
and the Technological Backlash‘, in.
Cowd, M. . (1991) Kimia Polimer. Bandung: New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
ITB.
Håkansson, H. and Ahlgren, P. (2005) ‗Acid
Doelker, E. et al. (1987) ‗Comparative hydrolysis of some industrial pulps:
Tableting Properties of Sixteen Effect of hydrolysis conditions and raw
Microcrystalline Celluloses‘, Drug material‘, Cellulose, 12(2), pp. 177–183.
Development and Industrial Pharmacy, doi: 10.1007/s10570-004-1038-6.
13(9–11), pp. 1847–1875. doi:
10.3109/03639048709068696. Hamisan, A. F. et al. (2009) ‗Delignification of
oil palm empty fruit bunch using
Felton, L. A. and McGinity, J. W. (1999) chemical and microbial pretreatment
‗Adhesion of polymeric films to methods.pdf‘, International Journal of
pharmaceutical solids‘, European Agricultural Research, pp. 250–256.
Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics, 47(1), pp. 3–14. doi: Haque, M. (2010) ‗― Variation of Flow
15

Property of Different Set of Formulas of Landín, M. et al. (1993) ‗Effect of batch


Excipients Against Variable Ratio of variation and source of pulp on the
Different Diluents ‖‘. properties of microcrystalline cellulose‘,
International Journal of Pharmaceutics,
Hwang, R.-C., Peck, G. . (2001) ‗A 91(2–3), pp. 133–141. doi:
Systemactic Evaluation of The 10.1016/0378-5173(93)90332-A.
Compression and Tablet Characteristics
of Various Types of Microcrystalline Ma, X., Chang, P. R. and Yu, J. (2008)
Cellulose‘, Pharm. Technol, pp. 112– ‗Properties of biodegradable
132. thermoplastic pea starch/carboxymethyl
cellulose and pea starch/microcrystalline
Yanuar et al. (2003) ‗Reprinted from Science cellulose composites‘, Carbohydrate
and Technology Policy for Tablet Polymers, 72(3), pp. 369–375. doi:
Excipient ( Preparasi dan Karakterisasi 10.1016/j.carbpol.2007.09.002.
Selulosa Mikrokristal dari nata de coco
untuk Bahan Pembantu Pembuatan Mersa, R. N. . (2008) ‗Karakterisasi Selulosa
Tablet ) Institute for Science and Mikrokristal dari Serbuk Gergaji Kayu
Technology Studies ( ISTECS ) for Albasia sebagai Eksipien Tablet Metode
Tablet Excipient ( ‘, IV(December), pp. Kempa Langsung‘, in. Jatinangor:
71–78. Universitas Padjadjaran.

Karim, R. (2014) ‗Pengaruh Variasi Mohamad Haafiz, M. K. et al. (2013)


Konsentrasi Natrium Hidroksida ‗Isolation and characterization of
Terhadap Pembuatan Selulosa microcrystalline cellulose from oil palm
Mikrokristal Dari Tanaman Rami biomass residue‘, Carbohydrate
(Boehmeria nivea, L. Gaud.) Sebagai Polymers. Elsevier Ltd., 93(2), pp. 628–
Eksipien Sediaan Farmasi‘, in. 634. doi: 10.1016/j.carbpol.2013.01.035.
Jatinangor: Universitas Padjadjaran.
Mostafa, H. F., Ibrahim, M. A. and Sakr, A.
Kementerian Kesehatan, R. I. (2013) (2012) ‗Development and optimization
‗Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 of dextromethorphan hydrobromide oral
Tahun 2013 Tentang Pelayanan disintegrating tablets: effect of
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan formulation and process variables.‘,
Nasional‘. doi: Pharmaceutical development and
10.1017/CBO9781107415324.004. technology, 18(2), pp. 454–63. doi:
10.3109/10837450.2012.710237.
Khan, H., Fell, J. T. and Macleod, G. S. (2001)
‗The influence of additives on the Nutt, A. (2006) Hydrolytic and Oxidative
spreading coefficient and adhesion of a Mechanisms Involved in Cellulose
film coating formulation to a model Degradation. Available at:
tablet surface‘, International Journal of http://www.divaportal.org/smash/record.
Pharmaceutics, 227(1–2), pp. 113–119. jsf?pid=diva2%3A168387&dswid=5582
doi: 10.1016/S0378-5173(01)00789-X. .

Lahdenpää, E., Niskanen, M., Yliruusi, J. Ohwoavworhua, F. and Adelakun, T. (2005)


(1997) ‗Crushing Strength, ‗Some Physical Characteristics of
Disintegration Time and Weight Microcrystalline Cellulose Obtained
Variation of Tablets Compressed from from Raw Cotton of Cochlospermum
Three Avicelä PH Grades and Their planchonii‘, Tropical Journal of
Mixtures‘, Eur. J. Pharm. Biopharm, 43, Pharmaceutical Research, 4(2), pp.
pp. 315–322. 501–507. doi: 10.4314/tjpr.v4i2.14626.
16

Ohwoavworhua, F., Okhamafe, A. and Suzuki, T. and Nakagami, H. (1999) ‗Effect of


Adelakun, T. (2009) ‗Processing crystallinity of microcrystalline cellulose
pharmaceutical grade microcrystalline on the compactability and dissolution of
cellulose from groundnut husk: tablets‘, European Journal of
Extraction methods and Pharmaceutics and Biopharmaceutics,
characterization‘, International Journal 47(3), pp. 225–230. doi: 10.1016/S0939-
of Green Pharmacy, 3(2), pp. 97–104. 6411(98)00102-7.
doi: 10.4103/0973-8258.54895.
Thakur, M. . (2014) ‗Processing and
Patel, S., Kaushal, A. M. and Bansal, A. K. Characterization of Natural Cellulose
(2006) ‗Compression Physics in the Fiber/Thermoset Polymer Composite‘,
Formulation Development of Tablets‘, Charbohyd Polym, 109, pp. 102–117.
Critical Reviews™ in Therapeutic Drug doi: 10.1016/j.carbpol.2014.03.039.
Carrier Systems, 23(1), pp. 1–66. doi:
10.1615/CritRevTherDrugCarrierSyst.v Zulharmita et al (2012) ‗PEMBUATAN
23.i1.10. MIKROKRISTALIN SELULOSA
DARI AMPAS TEBU ( Saccharum
Rojas, J., Buckner, I. and Kumar, V. (2012) officinarum L.) Zulharmita, Siska Nola
‗Co-proccessed excipients with Dewi, Mahyuddin Sekolah Tinggi Ilmu
enhanced direct compression Farmasi (STIFARM) Padang‘, 17(2).
functionality for improved tableting
performance‘, Drug Development and Umar, S.T. 2011. Pemanfaatan Serat Rami
Industrial Pharmacy, 38(10), pp. 1159– untuk Pembuatan
1170. doi: Selulosa.Datinlitbang – BPP
10.3109/03639045.2011.645833. Kemenham RI. Tersedia di:
http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q
Rowe, R., Sheskey, P. and Quinn, M. (2009) =content/pemanfaatan-serat-rami-
‗Handbook of Pharmaceutical untuk-pembuatan-selulosa [Diakses
Excipients‘, Handbook of tanggal 9 Juni 2017].
pharmaceutical excipients, Sixth edition,
pp. 549–553. doi: 10.1016/S0168- Westermarck, S. (2000) Use of Mercury
3659(01)00243-7. Porosimetry and Nitrogen Adsorption in
Characterisation of the Pore Structure
Sanjaya (2001) ‗Pengaruh Anhidridasetat of Mannitol and Microcrystalline
Terhadap Struktur Molekuler Kayu Cellulose Powders, Granules and
Dalam Stabilisasi Dimensi Kayu Pinus Tablets.Pharmaceutical Technology
Merkusii‘, JMS, 6(1), pp. 21–32. Division. Finland: Department of
Pharmacy University of Helsinki.
Shlieout, G., Arnold, K. and Müller, G. (2002)
‗Powder and mechanical properties of Wibisono, I. et al. (2011) ‗Pembuatan pulp dari
microcrystalline cellulose with different alang-alang‘, Widya Teknik, 10(1), pp.
degrees of polymerization‘, AAPS 11–20. Available at:
PharmSciTech, 3(2), pp. 45–54. doi: http://download.portalgaruda.org/article.
10.1208/pt030211. php?article=113792&val=5217.

Sun, J. X. et al. (2004) ‗Isolation and Yamanae, C., dan O. (1999) ‗Proceedlings
characterization of cellulose from International Conference on Advance
sugarcane bagasse‘, Polymer Fiber Material‘, in. Jepang : Ueda, pp.
Degradation and Stability, 84(2), pp. 62–65.
331–339. doi:
10.1016/j.polymdegradstab.2004.02.00 Zamora Antonio (2013) Cellulose:
17

Carbohydrate – Chemical Structure.


Available at:
http://www.scientificpsychic.com/fitness
/carbohydrates2.html.

Anda mungkin juga menyukai