Nama mahasiswa :
Semester :
Tanggal/ Hari :
NILAI
No ASPEK-ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Sikap dan Perilaku
1. Mengucapkan salam, menyambut klien, memperkenalkan
diri dengan ramah.
2. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan
B. Persiapan
3. Persiapan Alat dan Tempat
Tempat yang bersih dan nyaman
Meja atau tempat yang datar
Perlak
Bak mandi berisi air hangat
Washlap 2 buah
Sabun mandi
Shampoo bayi
Handuk
Pakaian bayi
Kain bedung bayi
Kapas DTT
Bengkok
Sarung tangan
Skor
C. Pelaksanaan
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Memakai sarung tangan dan skort
6. Menggelar perlak diatas meja mandi
7. Menggelar handuk disamping meja mandi
8. Menyiapkan bedung dan pakaian bayi
9. Meletakkan bayi di meja mandi
10. Membuka pakaian bayi
11. Membasahi waslap dengan air hangat
12. Menyeka bayi dengan washlap basah dari kepala, leher,
dada, tangan, perut, punggung, bokong, genetalia dan kaki
13. Memberi shampoo pada rambut bayi
14. Menyeka dengan waslap yang telah diberi sabun mulai
dari muka, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki,
bokong dan genetalia (jika masih ada sisa mekonium pada
BBL bersihkan genitalia dengan kapas DTT) kemudian
kaki
15. Ambil waslap kedua, celupkan ke dalam air di baskom
lalu bilas tubuh si bayi.
16. Mengangkat tubuh bayi dengan cara memasukkan tangan
kiri kebawah leher bayi hingga pergelangan tangan berada
dibawah leher, tiga jari berada dibawah ketiak kiri bayi
dan ibu jari serta telunjuk dibagian bahu kiri. Tangan
kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi
17. Memasukkan bayi kedalam bak mandi dengan hati-hati
dengan posisi setengah duduk
18. Membersihkan bekas sabun yang ada ditubuh bayi mulai
dari kepala, leher, dada, tangan, perut dengan tangan
kanan penolong
19. Menelungkupkan bayi diatas tangan kiri, jari-jari dibawah
ketiak kanan bayi
20. Membersihkan sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari
punggung, bokong, kaki dengan tangan kanan penolong
21. Mengembalikan bayi keposisi telentang
22. Mengangkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih yang
telah disediakan
23. Membuka sarung tangan
24. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari kepala, leher, dada,
tangan, perut, punggung, bokong, genitalia dan kaki
25. Membersihkan tali pusat dengan kapas DTT, kemudian
tutup badan bayi
26. Mengangkat perlak kemudian gelar bedung dan pakaian
bayi
27. Mengenakan pakaian bayi dan bedung bayi
28. Meletakkan bayi dibox bayi/ditempat yang aman
29. Membereskan alat
30. Membuka skort
31. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
32. Melakukan pendokumentasian
D. Teknik
33. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan
efisien
34. Melaksanakan tindakan dengan hati-hati dan
memperhatikan keselamatan bayi
Total nilai
Evaluator
(.................................)
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
68 x 100
Catatan : ..................................................................................................................
Memandikan Bayi
3. Pegang bagian punggung dan leher bayi dengan telapak tangan kiri sementara
ibu jari dan telunjuk menutup telinga kanan dan kiri si bayi agar tak kemasukan
air.
4. Dengan tangan kanan, basuh kepalanya pakai air dari baskom pertama. Tuang
sedikit sampo ke rambutnya, lalu keramasi dengan lembut. Hati-hati terhadap
ubun-ubunnya yang masih sangat lembut. Juga jaga jangan sampai sampo
mengenai mata bayi.
5. Ambil waslap pertama, celupkan ke dalam air di baskom pertama, lalu bilas
kepalanya dengan lembut.
6. Selanjutnya buka penutup tubuh bayi, basuh tubuhnya dengan air dari baskom
kedua. Sabuni bagian depan tubuhnya. Tak apa-apa bila tali pusatnya yang belum
puput terkena air atau sabun.
7. Perlahan-lahan lepaskan telapak tangan Anda dari leher si bayi, lalu miringkan
tubuhnya ke kiri dan kanan dengan memiringkan kepalanya untuk menyabuni
bagian belakang tubuhnya. Selanjutnya pegang tangan kanan si bayi berganti
dengan tangan kiri, kaki kanan dan kiri untuk disabuni pula. Lakukan secara
lembut.
8. Ambil waslap kedua, celupkan ke dalam air di baskom kedua, lalu bilas tubuh si
bayi.
9. Setelah itu angkat si bayi untuk dimasukkan ke dalam bak mandinya. Sangga
punggung dan lehernya dengan lengan kiri sementara telapak tangan Anda
menyangga ketiak kirinya. Lakukan bilasan terakhir dengan membasuh seluruh
tubuhnya, dimulai dari bagian kepala. Usahakan jangan lama-lama agar si bayi
tak kedinginan.
10. Setelah tak ada lagi tersisa bekas busa sabun dan sampo, angkat si bayi dan
letakkan di atas handuk yang telah disiapkan, tepat di tengah-tengah. Tutup
tubuh bayi dengan bagian handuk di sebelah kiri dan kanan, lalu keringkan
kepalanya dengan "sisa" handuk di bagian atas. Setelah itu keringkan seluruh
tubuhnya, tangan dan kaki.
12. Olesi perut dan punggung bayi dengan minyak telon. Beri bedak. Boleh juga
diberi krim pada daerah lipatan paha.
13. Setelah itu pakaian popoknya, baru kemudian bajunya. Selanjutnya sisiri
rambutnya.
14. Bila bayi menangis terus sehabis mandi, boleh dibedong sebentar untuk
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Ny .... UMUR .... HARI DI RSUD WATES
Hari/Tanggal : ...................
Pukul : ................... WIB
Ruang : ...................
Register : ...................
DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G...P...A...Ah... Umur kehamilan....minggu
Riwayat ANC : teratur / tidak,.....kali,di.....oleh.......
Imunisasi TT : ........kali
TT 1 tanggal..........,TT 2 tanggal.........,TT 3 tanggal..........
TT 4 tanggal..........,TT 5 tanggal..........
Kenaikan BB : ........kg
Keluhan saat hamil :.....................................................
Penyakit selama hamil: Jantung , Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Hepatitis B,
Tuberculosis, HIV positif, Ttrauma/ penganiayaan.
Kebiasaan makan :..........................................................
Obat/ jamu :..........................................................
Merokok :..........................................................
Komplikasi Ibu : Hiperemesis, Abortus, perdarahan, Pre eklampsi, Eklampsia,
Diabetes Gestasional, infeksi.
Komplikasi janin : IUGR, Polihidramnion/oligohidramnion, Gemeli.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : .......................................
b. Muka : .......................................
c. Mata : .......................................
d. Telinga : .......................................
e. Hidung : .......................................
f. Mulut : .......................................
g. Leher : .......................................
h. Klavikula : .......................................
i. Lengan tangan : .......................................
j. Dada : .......................................
k. Abdomen : .......................................
l. Genetalia : .......................................
m. Tungkai dan kaki : .......................................
n. Anus : .......................................
o. Punggung : .......................................
3. Reflek
a. Moro : .......................................
b. Rooting : .......................................
c. Walking : .......................................
d. Graphs : .......................................
e. Sucking : .......................................
f. Tonick neck : .......................................
4.Antropometri
a. PB : .......................................cm
b. LK : .......................................cm
c. LD : .......................................cm
d. LILA : .......................................cm
6.Pemeriksaan Penunjang
.......................................................................................................
.......................................................................................................
ASSESMENT
..............................................................................................................................
PLANNING tanggal.........
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Ttd
(..................)
Millenium Development Goals (MDGs)
Adalah sebuah inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh
perwakilan dari 189 negara dengan menandatangi deklarasi yang disebut adalah sebuah
inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan-perwakilan dari
komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan)
tujuan pembangunan.
pemenuhan hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Deklarasi Millenium PBB.
2. Keluarga Berencana
IMS-HIV/AIDS
Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun
lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari
tahun 2015
1990–2015
Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun
1990–2015
Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada
tahun 2015
Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit
lainnya
nasional
Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum
Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman
1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan (eradicate extreme poverty and hunger)
a) menurunkan separuh jumlah penduduk yang berpendapatan kurang dari US$ 1.00 per
b) Menurunkan separuh jumlah penduduk yang menderita kelaparan ekstrim hingga
tahun 2015. Kedua sasaran diatas dirasakan penting menjadi prioritas penyelesaian
terpenuhi maka akses-akses kebutuhan lain pun juga tidak dapat dicukupi. Bila
kelompok masyarakat tidak mampu memenuhi pendapatan sebesar US$ 1 per hari atau
setara dengan Rp. 9.000 per hari dapat dipastikan tidak dapat terpenuhinya kebutuhan
pendidikan, kesehatan, keahlian dan keterampilan untuk pasar kerja serta sanitasi
2) Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieve universal primary education)
dengan penerapan hak-hak dan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki,
yang juga mengacu pada CEDAW: “to combat all forms of violence against women and
Women. Oleh Indonesia, CEDAW telah diratifikasi sejak 1984. Selain itu MDGs juga
mengacu pada kepedulian terhadap 12 wilayah kritis (critical areas), yang disepakati
pada Kongres Pe-rempuan IV di Beijing tahun 1995, yang telah dituangkan dalam
6) Meme-rangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, ma-laria and
other diseases)
for development).
dalam sistem kepemerintahan dan kewenangan. Jika sebelumnya semua perencanan dan
pembangunan inilah yang kita kenal dengan otonomi daerah. Bagi daerah yang memiliki
posisi strategis kaya akan sumber daya alam dan manusia, era otonomi daerah
kemakmuran dan kesejahtaraan masyarkat. Akan tetapi bagi daerah yang minus,
Adapun dana perimbangan tersebut adalah Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hail Bukan
pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga telah
dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan, sebagaimana
diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar 13,33 persen (2010)
menuju targetnya sebesar 8 – 10 persen pada tahun 2014. Prevalensi kekurangan gizi
pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada
tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDG sebesar 15,5
persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan kemiskinan dan
pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian khusus perlu diberikan pada:
1. Perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
2. Pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan akses dan penggunaan
miskin.
Upaya Indonesia untuk mencapai target MDG tentang pendidikan dasar dan
melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia
menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/09
angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk Paket A telah mencapai 116,77 persen
dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 95,23 persen. Pada tingkat sekolah dasar
menyempit dengan APM di hampir semua provinsi telah mencapai lebih dari 90,0
persen. Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah
meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun
Berbagai kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah:
1. Perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat miskin
persen dari jumlah anggaran nasional akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian
PEREMPUAN
di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan
terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar
99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki
pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia
sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait
samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPR pada pemilu terakhir
kan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007,
sehingga target sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat
tercapai. Demikian pula dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai.
daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah memperkuat system kesehatan dan
meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan
daerah terpencil.
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global
Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.
Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu
mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan
kepada masyarakat.
berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola
pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk
menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya rasio pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada
tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio
Indonesia juga telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada
tahun 2009. Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah
membuat investasi besar ke dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses pada
telepon genggam, jaringan PSTN, dan komunikasi internet telah meningkat sangat pesat
selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk
18,4%
Prevalensi balita dengan berat 31,0% (2007)**
1.8 15,5% ►
badan rendah / kekurangan gizi (1989)* 17,9%
(2010)**
*BPS, Susenas
**Kemkes,
Riskesdas 2007;
2010(data
7,2% 5,4% (2007)**
1.8a Prevalensi balita gizi buruk 3,6% ► sementara)
(1989)* 4,9% (2010)**
13,0%
23,8% (2007)**
1.8b Prevalensi balita gizi kurang 11,9% ►
(1989)* 13,0%
(2010)**
Proporsi penduduk dengan
1.9 asupan kalori di bawah tingkat ▼
konsumsi minimum:
17,00% BPS, Susenas
- 1400 Kkal/kapita/hari 14,47% (2009) 8,50%
(1990)
64,21%
- 2000 Kkal/kapita/hari 61,86% (2009) 35,32%
(1990)
TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat
menyelesaikan pendidikan dasar
Angka Partisipasi Murni (APM) 88,70% 95,23% *Kemdiknas
2.1 100,00% ►
sekolah dasar (1992) ** (2009)* **BPS, Susenas
Proporsi murid kelas 1 yang
62,00% 93,50% *Kemdiknas
2.2 berhasil menamatkan sekolah 100,00% ►
(1990)* (2008)** **BPS, Susenas
dasar
99,47% (2009)
Angka melek huruf penduduk Female:
96,60%
2.3 usia 15-24 tahun, perempuan 99,40% 100,00% ► BPS, Susenas
(1990)
dan laki-laki Male: 99,55%
PBB di Kairo-Mesir pada tahun 1994, dihadiri oleh11.000 perwakilan lebih dari 180
yang lebih luas. Bagian terpenting dalam program tersebuta adalah penyediaan
kehamilan dan persalinan yang aman, pencegahan dan pengobatan IMS termasuk HIV,
perempuan.
Telaah 5 tahunan ICPD yaitu target baru untuk tahun 2015 adalah :
1) Akses terhadap pendidikan dasar, meningkatnya keikutsertaan anak laki-laki dan
angka buta huruf pada perempuan dan anak perempuan pada tahun 1990 hingga
2) Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode-metode KB yang aman dan efektif,
3) Mengurangi kesenjangan antara pemakian kontrasepsi dengan proporsi individu yang
5) Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan perempuan muda usia 15-24 tahun.
Dalam rangka mencapai tujuan kesehatan reproduksi perlu disusun kebijakan dan
strategi umum yang dapat memayungi pelaksanaan upaya seluruh komponen kesehatan
A. Kebijakan Umum
1. Menempatkan upaya kesehatan reproduksi menjadi salah satu prioritas Pembangunan
Nasional.
2. Melaksanakan percepatan upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak reproduksi
ke seluruh Indonesia.
3. Melaksanakan upaya kesehatan reproduksi secara holistik dan terpadu melalui
4. Menggunakan pendekatan keadilan dan kesetaraan gender di semua upaya kesehatan
reproduksi.
1. Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reproduksi (KKR) pada tingkat
7. menjalin kemitraan dengan sektor terkait, organisasi profesi dan LSM
8. Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang telah
ditetapkan.
9. Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik
10. Memobilisasi sumber daya nasional dan internasional baik pemerintah dan non
pemerintah.
(1) Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir
sehat.
(2) Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal.
(a) Peningkatan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan
a)Pemantapan GSI
(3) Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif.
(b) Mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan dari
(4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu
pascakeguguran.
(1) Prinsip integrasi artinya dalam pelaksanaannya tidak hanya bernuansa demografis tapi
gender.
(4) Prinsip kemitraan, meliputi koordinasi dalam rangka kemitraan yang tulus dan setara
(5) Prinsip segmentasi sasaran, meliputi keberpihakan pada keluarga rentan, perhatian
khusus pada segmen tertentu berdasarkan ciri-ciri demografis, sosial, budaya dan
gender.
melalui hubungan seks yang tidak terlindungi, penggunaan jarum suntik tidak steril pada
pengguna Napza suntik, penularan dari ibu yang hamil dengan HIV (+) ke anak/ bayi.
(2) Kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan organisasi profesi, masyarakat bisnis, LSM,
organisasi berbasis masyarakat, pemuka agama, keluarga dan para Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA).
(3) Setiap orang mempunyai hak untuk untuk memperoleh informasi yang benar tentang
HIV/AIDS.
(6) Adanya hak memperoleh pelayanan pengobatan perawatan dan dukungan tanpa
dan dukungan terhadap ODHA dan mengintegrasikan ke dalam sistem kesehatan yang
telah tersedia.
(8) Prosedur untuk diagnosis HIV harus dilakukan dengan sukarela dan didahului dengan
(9) Setiap darah yang ditransfusikan, serta produk darah dan jaringan transplan harus bebas
dari HIV.
(2) Koordinasi dan penggerakan di bentuk KPA di pusat dan di daerah/ kabupaten/ kota,
(3) Suveilans dilakukan melalui laporan kasus AIDS, surveilans sentinel HIV, SSP dan
surveilans IMS
universal.
Negeri.
(7) Melakukan monitoring dan evaluasi program dilakukan berkala, terintegrasi dengan
tahunan.
(1) Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif
agar remaja dapat berperilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya.
(2) Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan
(3) Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
(4) Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan
formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola
(5) Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan
(1) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh
kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu
(2) Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program
dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan
mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai
(5) Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke
seperti: bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan
(6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat
diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang
taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok
(1) Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan reproduksi usia lanjut dan menjalin kemitraan dengan LSM, dunia
(2) Meningkatkan koordinasi dan integrasi dengan LP/LS di pusat maupun daerah yang
(3) Membangun serta mengembangkan sistem jaminan dan bantuan social agar usia lanjut
(4) Meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan dalam kesehatan reproduksi yang
(1) Melakukan advokasi, sosialisasi untuk membangun kemitraan dalam upaya kesehatan
(3) Mendorong dan menumbuhkembangkan partisipasi dan peran serta keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut dalam bentuk pendataan,
(4) Peningkatan profesionalisme dan kinerja tenaga serta penerapan kendali mutu pelayanan
(5) Membangun sistem pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut melalui pelayanan
kesehatan dasar dan rujukannya serta melakukan pelayanan pro aktif dengan
lanjut dan tindak lanjutnya untuk pemantapan pelayanan kesehatan reproduksi usia
lanjut.
(2) Peningkatan peran serta suami dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi.
(3) Peningkatan akses perempuan terhadap perekonomian dan peringanan beban ekonomi
keluarga.
(9) Pembaharuan dan pengembangan hukum dan peraturan perundang undangan yang
Pada tahun 2015 diharapkan komponen Kesehatan Ibu dan anak akan mencapai target :
a. Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak tiga perempat dari kondisi tahun
1990.
b. Menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Bawah lima tahun (AKBalita) sebanyak dua pertiga dari kondisi tahun
1990.
c. Penurunan prevalensi kehamilan “4 terlalu” menjadi 50 % dari angka pada tahun 1997.
pendekatan sindrom.
a). Penurunan prevalensi anemia pada remaja menjadi kurang dari 20%.
b).Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar
sekolah 20%.
%.
1. Manajemen Program
a. Menyusun:
(2) Standar pelayanan masing-masing komponen sesuai dengan kebijakan dan strategi
program.
2. Pelayanan
Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi dilaksanakan mengikuti standar
(1) Pelayanan antenatal, persalinan dan nifas memasukkan unsur pelayanan pencegahan
dan penanggulangan IMS serta melakukan motivasi klien untuk pelayanan KB dan
(3) Penggunaan Buku KIA sejak ibu hamil sampai anak umur 5 tahun.
(5) Pelayanan kesehatan neonatal esensial yang meliputi perawatan neonatal dasar dan tata-
b. Keluarga Berencana
termasuk HIV/AIDS.
(2) Pelayanan KB difokuskan selain kepada sasaran mudausia paritas rendah (mupar) yang
sasaran dengan penggarapan “4 terlalu” (terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering dan
(1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja terfokus pada pelayanan KIE/konseling dengan
(3) Pelayanan KRR secara khusus bagi kasus remaja bermasalah dengan memberikan
e. Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut lebih
ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup pada usia lanjut. Dalam kesehatan
reproduksi usia lanjut, fokus diberikan kepada pelayanan dalam mengatasi masalah masa
lainnya.
3. Kegiatan Pendukung
a. Masalah sosial yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi adalah Pemberdayaan
pemerintahan
(4) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan Untuk mengatasi masalah ini perlu
pelaksanaan secara lintas program dan lintas sektor dengan Kementerian Pemberdayaan
Kegiatan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial diperlukan untuk pemantapan dan
perluasan komitmen serta dukungan politis dalam upaya mengatasi masalah kesehatan
reproduksi. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas Komisi Kesehatan Reproduksi.
Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasi social antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu
(GSI), Kelangsungan Hidup Perkembangan dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA)
dan lintas program. Untuk itu digunakan forum Komisi Kesehatan Reproduksi seperti
d. Pemberdayaan masyarakat.
e. Logistik.
yang komprehensif dan integratif di berbagai tingkat pelayanan dapat berjalan secara
Daerah.
10. Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT)
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Pelimpahan Tugas dan
Wewenang.
Reproduksi
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas
mencakup:
b. Menentukan diagnosis.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang
tindakan kolaborasi.
2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan member
3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan
kegawatdaruratan
c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan
risiko tinggi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama
5) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan
1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk
incervensi.
2) Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
intervensi.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
intervensi.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang
d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
intervensi.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
klien/keluarga, mencakup:
mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada
sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah
kerjanya, mencakup:
1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana,
mencakup:
2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji,
3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait,
termasuk klien.
datang.
6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan,
1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik
3) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan
4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah
.8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
Ø FUNGSI BIDAN
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan
a. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
b. Fungsi Pengelola
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
c. Fungsi Pendidik
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Fungsi Peneliti
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
Diposkan 9th February 2012 oleh Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta
0
Add a comment