Anda di halaman 1dari 46

PENUNTUN BELAJAR MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR

Nama mahasiswa :
Semester :
Tanggal/ Hari :

NILAI
No ASPEK-ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Sikap dan Perilaku
1. Mengucapkan salam, menyambut klien, memperkenalkan
diri dengan ramah.
2. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan
B. Persiapan
3. Persiapan Alat dan Tempat
 Tempat yang bersih dan nyaman
 Meja atau tempat yang datar
 Perlak
 Bak mandi berisi air hangat
 Washlap 2 buah
 Sabun mandi
 Shampoo bayi
 Handuk
 Pakaian bayi
 Kain bedung bayi
 Kapas DTT
 Bengkok
 Sarung tangan
 Skor
C. Pelaksanaan
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Memakai sarung tangan dan skort
6. Menggelar perlak diatas meja mandi
7. Menggelar handuk disamping meja mandi
8. Menyiapkan bedung dan pakaian bayi
9. Meletakkan bayi di meja mandi
10. Membuka pakaian bayi
11. Membasahi waslap dengan air hangat
12. Menyeka bayi dengan washlap basah dari kepala, leher,
dada, tangan, perut, punggung, bokong, genetalia dan kaki
13. Memberi shampoo pada rambut bayi
14. Menyeka dengan waslap yang telah diberi sabun mulai
dari muka, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki,
bokong dan genetalia (jika masih ada sisa mekonium pada
BBL bersihkan genitalia dengan kapas DTT) kemudian
kaki
15. Ambil waslap kedua, celupkan ke dalam air di baskom
lalu bilas tubuh si bayi.
16. Mengangkat tubuh bayi dengan cara memasukkan tangan
kiri kebawah leher bayi hingga pergelangan tangan berada
dibawah leher, tiga jari berada dibawah ketiak kiri bayi
dan ibu jari serta telunjuk dibagian bahu kiri. Tangan
kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi
17. Memasukkan bayi kedalam bak mandi dengan hati-hati
dengan posisi setengah duduk
18. Membersihkan bekas sabun yang ada ditubuh bayi mulai
dari kepala, leher, dada, tangan, perut dengan tangan
kanan penolong
19. Menelungkupkan bayi diatas tangan kiri, jari-jari dibawah
ketiak kanan bayi
20. Membersihkan sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari
punggung, bokong, kaki dengan tangan kanan penolong
21. Mengembalikan bayi keposisi telentang
22. Mengangkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih yang
telah disediakan
23. Membuka sarung tangan
24. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari kepala, leher, dada,
tangan, perut, punggung, bokong, genitalia dan kaki
25. Membersihkan tali pusat dengan kapas DTT, kemudian
tutup badan bayi
26. Mengangkat perlak kemudian gelar bedung dan pakaian
bayi
27. Mengenakan pakaian bayi dan bedung bayi
28. Meletakkan bayi dibox bayi/ditempat yang aman
29. Membereskan alat
30. Membuka skort
31. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
32. Melakukan pendokumentasian
D. Teknik
33. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan
efisien
34. Melaksanakan tindakan dengan hati-hati dan
memperhatikan keselamatan bayi
Total nilai

Bangkinang, November 2015

Evaluator

(.................................)
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai batas lulus > 68

Nilai = Nilai yang didapat

68 x 100

Catatan : ..................................................................................................................
Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan dasar bayi.


Pada BBL Normal dimandikan minimal 6 jam setelah persalinan, memandikan di dalam
ruang hangat sekitar 15 hingga 20 derajat C. Dengan memperhatikan prinsip mencegah
agar tidak terjadi hipotermia. Pentingnya memandikan bayi baru lahir setelah minggu
pertama yaitu bertujuan untuk mempertahankan verniks kaseosa dalam tubuh bayi guna
stabilisasi suhu tubuh. Bayi harus tetap dijaga kebersihannya dengan menyekanya secara
lembut dan memperhatikan lipatan kulitny. Sabun dengan kandungan cholorophene
tidak dianjurkan karena diserap kulit dan menyebabkan racun bagi sistem saraf bayi. .
Sebelum dimandikan ada beberapa bagian yang dibersihkan terlebih dahulu yaitu
bagian tertentu badan bayi, yang perlu perhatian khusus. Secara umum biasanya yang
perlu dibersihkan lebih dulu sebelum mulai memandikan bayi adalah mulut, mata,
telingan dan alat kelaminnya. Persipan alat yang harus dipersiapkan saat akan
melakukan tindakan memandikan bayi yaitu:
1.    Schort
2.    Sarung tangan
3.    Handuk
4.    Washlap
5.    Sabun mandi
6.    Shampo
7.    Kapas DTT
8.    Bengkok
9.    Air hangat dalam bak mandi
10.  Meja mandi yang dialasi perlak dan handuk
11.  Pakaian bayi

Langkah-langkah memandikan bayi:


1. Taruh bayi di atas perlak. Lepaskan kasa pembungkus pangkal talit pusat bila tali
pusatnya belum puput.
2. Tutupi tubuh bayi (bisa digunakan kain bedong atau handuk kecil yang lembut)
agar tak kedinginan karena akan membasahi kepalanya lebih dulu sebelum
membasuh tubuhnya dengan air dan memberikan sabun.

3. Pegang bagian punggung dan leher bayi dengan telapak tangan kiri sementara
ibu jari dan telunjuk menutup telinga kanan dan kiri si bayi agar tak kemasukan
air.

4. Dengan tangan kanan, basuh kepalanya pakai air dari baskom pertama. Tuang
sedikit sampo ke rambutnya, lalu keramasi dengan lembut. Hati-hati terhadap
ubun-ubunnya yang masih sangat lembut. Juga jaga jangan sampai sampo
mengenai mata bayi.
5. Ambil waslap pertama, celupkan ke dalam air di baskom pertama, lalu bilas
kepalanya dengan lembut.

6. Selanjutnya buka penutup tubuh bayi, basuh tubuhnya dengan air dari baskom
kedua. Sabuni bagian depan tubuhnya. Tak apa-apa bila tali pusatnya yang belum
puput terkena air atau sabun.

7. Perlahan-lahan lepaskan telapak tangan Anda dari leher si bayi, lalu miringkan
tubuhnya ke kiri dan kanan dengan memiringkan kepalanya untuk menyabuni
bagian belakang tubuhnya. Selanjutnya pegang tangan kanan si bayi berganti
dengan tangan kiri, kaki kanan dan kiri untuk disabuni pula. Lakukan secara
lembut.

8. Ambil waslap kedua, celupkan ke dalam air di baskom kedua, lalu bilas tubuh si
bayi.

9. Setelah itu angkat si bayi untuk dimasukkan ke dalam bak mandinya. Sangga
punggung dan lehernya dengan lengan kiri sementara telapak tangan Anda
menyangga ketiak kirinya. Lakukan bilasan terakhir dengan membasuh seluruh
tubuhnya, dimulai dari bagian kepala. Usahakan jangan lama-lama agar si bayi
tak kedinginan.

10. Setelah tak ada lagi tersisa bekas busa sabun dan sampo, angkat si bayi dan
letakkan di atas handuk yang telah disiapkan, tepat di tengah-tengah. Tutup
tubuh bayi dengan bagian handuk di sebelah kiri dan kanan, lalu keringkan
kepalanya dengan "sisa" handuk di bagian atas. Setelah itu keringkan seluruh
tubuhnya, tangan dan kaki.

11. Pindahkan si bayi ke susunan pakaiannya. Perhatikan tali pusatnya. Bersihkan


dengan cotton buds yang telah dibasahi alkohol 70 persen bila terdapat kerak di
pinggiran pusar maupun kotoran di bagian dalamnya. Lalu libat pangkal tali
pusat dengan kasa steril yang sudah dicelup alkohol 70 persen.

12. Olesi perut dan punggung bayi dengan minyak telon. Beri bedak. Boleh juga
diberi krim pada daerah lipatan paha.

13. Setelah itu pakaian popoknya, baru kemudian bajunya. Selanjutnya sisiri
rambutnya.

14. Bila bayi menangis terus sehabis mandi, boleh dibedong sebentar untuk
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Ny .... UMUR .... HARI DI RSUD WATES

Hari/Tanggal : ...................
Pukul : ................... WIB
Ruang : ...................
Register : ...................

I.   PENGKAJIAN DATA


Identitas anak
Nama :................
Umur :................
Jenis kelamin :................
Alamat :................

Identitas Istri Suami


1. Nama : ............................... ...............................
2. Umur : ............................... ...............................
3. Agama : ............................... ...............................
4. Suku/Bangsa : ............................... ...............................
5. Pendidikan : ............................... ...............................
6. Pekerjaan : ............................... ...............................
7. Alamat : ............................... ...............................
8. Telepon : ............................... ...............................
9. Penghasilan : ............................... ...............................

DATA SUBYEKTIF
1.      Riwayat Antenatal
G...P...A...Ah... Umur kehamilan....minggu
Riwayat ANC : teratur / tidak,.....kali,di.....oleh.......
Imunisasi TT : ........kali
TT 1 tanggal..........,TT 2 tanggal.........,TT 3 tanggal..........
TT 4 tanggal..........,TT 5 tanggal..........
Kenaikan BB : ........kg
Keluhan saat hamil :.....................................................
Penyakit selama hamil: Jantung , Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Hepatitis B,
Tuberculosis, HIV positif, Ttrauma/ penganiayaan.
Kebiasaan makan :..........................................................
Obat/ jamu :..........................................................
Merokok :..........................................................
Komplikasi Ibu : Hiperemesis, Abortus, perdarahan, Pre eklampsi, Eklampsia,
Diabetes Gestasional, infeksi.
Komplikasi janin : IUGR, Polihidramnion/oligohidramnion, Gemeli.

2.      Riwayat Intranatal


Lahir tanggal........................jam......................
jenis persalinan : spontan/ tindakan..................
atas indikasi...........................
penolong : ............................di................
lama persalinan : Kala I...................jam............menit
Kala II..................jam.............menit
Komplikasi
Ibu : Hipertensi/hipotensi, partus lama, penggunaan obat, infeksi, KPD,
perdarahan.
Janin : Prematur/ Postmatur, malposisi/ malpresentasi, gawat janin, ketuban
campur mekonium,prolaps tali pusat.
3.      Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir :.........................
Nilai APGAR :1 menit/ 5 menit/ 10 menit:......./......../........
No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1 Denyut jantung
2 Usaha nafas
3 Tonus otot
4 Reflek
5 Warna kulit
TOTAL

Caput succedananeum : .......................................


Cepal hematom :........................................
Resusitasi : Rangsangan : ya / tidak
Penghisapan lendir : ya / tdak
Massage jantung : ya / tidak
Intubasi endotrakeal : ya / tidak
Ambu bag : ya/ tidak ........liter/menit
O2 : ya/ tidak ........liter/menit
DATA OBYEKTIF
1.Pemeriksaan Umum
a.    Pernafasan :.......................................
b.    Warna kulit : .......................................
c.    Denyut jantung : .......................................
d.   Suhu aksiler : .......................................
e.    Postur dan gerakan : .......................................
f.     Tonus otot : .......................................
g.    Kesadaran : .......................................
h.    Ekstremitas : .......................................
i.      Kulit : .......................................
j.      Tali pusat : .......................................
k.    Bb sekarang : .......................................

2. Pemeriksaan fisik
a.    Kepala : .......................................
b.    Muka : .......................................
c.    Mata : .......................................
d.   Telinga : .......................................
e.    Hidung : .......................................
f.     Mulut : .......................................
g.    Leher : .......................................
h.    Klavikula : .......................................
i.      Lengan tangan : .......................................
j.      Dada : .......................................
k.    Abdomen : .......................................
l.      Genetalia : .......................................
m.  Tungkai dan kaki : .......................................
n.    Anus : .......................................
o.    Punggung : .......................................
3. Reflek
a.    Moro : .......................................
b.    Rooting : .......................................
c.    Walking : .......................................
d.   Graphs : .......................................
e.    Sucking : .......................................
f.    Tonick neck : .......................................
4.Antropometri
a.    PB : .......................................cm
b.    LK : .......................................cm
c.    LD : .......................................cm
d.   LILA : .......................................cm

5.Eliminasi miksi : .......................................


Mekonium : .......................................

6.Pemeriksaan Penunjang
.......................................................................................................
.......................................................................................................
ASSESMENT
..............................................................................................................................

PLANNING tanggal.........
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

Ttd

(..................)
Millenium Development Goals (MDGs)

A.    Tinjauan Teori MDGS

1.Pengertian Millenium Development Goals

Adalah sebuah inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh

perwakilan dari 189 negara dengan menandatangi deklarasi yang disebut adalah sebuah

inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan-perwakilan dari

189 negara dengan menandantangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium


Declaration. upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui

komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan)

tujuan pembangunan.

Merupakan target kuantitatif dan terjadual dalam upaya penanggulangan

kemiskinan global serta dimensi kemiskinan lainnya seperti; kelaparan, penyakit,

penyediaan infrastruktur dasar (perumahan dan permukiman) serta mempromosikan

persamaan gender, pendidikan, dan lingkungan berkelanjutan. Merupakan upaya

pemenuhan hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Deklarasi Millenium PBB.

a.   Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi secara luas meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak

2. Keluarga Berencana

3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk

IMS-HIV/AIDS

4. Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi

5. Kesehatan Reproduksi Remaja

6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

7.    Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

1. Tujuan Millenium Development Goals

Millenium Development Goals mempunyai delapan tujuan pembangunan yaitu :

1)      Penghapusan kemiskinan;

Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1

perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015

Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi

setengahnya antara tahun 1990–2015

2)      Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun

perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

3)      Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;


Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan

lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari

tahun 2015

4)      Penurunan angka kematian anak:

Target 5 : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara th

1990–2015

5)      Meningkatkan kesehatan ibu;

Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun

1990–2015

6)      Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada

tahun 2015

Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit

lainnya

7)      Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;

Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program

nasional

Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum

yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada 2015

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman

kumuh pada tahun 2020

8)      Membangun kemitraan global untuk pembangunan

2.Implementasi Millenium Development Goals

1)      Memberantas kemiskinan dan kelaparan (eradicate extreme poverty and hunger)

a) menurunkan separuh jumlah penduduk yang berpendapatan kurang dari US$ 1.00 per

hari hingga tahun 2015

b)   Menurunkan separuh jumlah penduduk yang menderita kelaparan ekstrim hingga

tahun 2015. Kedua sasaran diatas dirasakan penting menjadi prioritas penyelesaian

mengingat kedua sasaran tersebut merupakan titik awal terjadinya permasalahan-


permasalahan turunan kemiskinan. Jika akses untuk kedua kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi maka akses-akses kebutuhan lain pun juga tidak dapat dicukupi. Bila

kelompok masyarakat tidak mampu memenuhi pendapatan sebesar US$ 1 per hari atau

setara dengan Rp. 9.000 per hari dapat dipastikan tidak dapat terpenuhinya kebutuhan

pendidikan, kesehatan, keahlian dan keterampilan untuk pasar kerja serta sanitasi

kesehatan rumah dan lingkungan.

c)Pengentasan kemiskinan dan Program Keluarga Harapan (PKH)

2)      Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieve universal primary education)

Akses pendidikan dasar (wajar 9 tahun)

3)      Mempromosikan persamaan jender dan pemberdayaan perempuan (promote gender

equality and empower women)

Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals), yang disebut

sebagai Deklarasi Milenium (Millenium Declaration). Deklarasi tersebut juga

menyebutkan tentang pemberdayaan pe-rempuan serta persamaan jender. Berkaitan juga

dengan penerapan hak-hak dan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki,

yang juga mengacu pada CEDAW: “to combat all forms of violence against women and

to implement the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against

Women. Oleh Indonesia, CEDAW telah diratifikasi sejak 1984. Selain itu MDGs juga

mengacu pada kepedulian terhadap 12 wilayah kritis (critical areas), yang disepakati

pada Kongres Pe-rempuan IV di Beijing tahun 1995, yang telah dituangkan dalam

Beijing Platform for Action.

4)      Mengurangi jumlah kematian anak (reduce child mortality)

a) Akes pelayanan bidang kesehatan

5)      Meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal health)

a)      Akes pelayanan bidang kesehatan

b)      Program Keluarga Berencana (KB)

6)      Meme-rangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, ma-laria and

other diseases)

7)      Menjamin kelestarian lingkungan (ensure environmental sustainability)

a)   Rehabilitasi hutan dan perlindungan konservasi sumber daya alam

b)   Perbaikan infrastruktur, irigasi dan sanitasi.


8)      Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership

for development).

Dalam sepuluh tahun terakhir Indonesia mengalami sebuah paradigma baru

dalam sistem kepemerintahan dan kewenangan. Jika sebelumnya semua perencanan dan

pembangunan diatur secara terpusat, kemudian perencanaan dan pembangunan tersebut

ditetapkan secara otonom menurut lingkup daerah provinsi, kabupaten/kota. Paradigma

pembangunan inilah yang kita kenal dengan otonomi daerah. Bagi daerah yang memiliki

posisi strategis kaya akan sumber daya alam dan manusia, era otonomi daerah

merupakan peluang berharga bagi pelaksanaan pembangunan guna terwujudnya

kemakmuran dan kesejahtaraan masyarkat. Akan tetapi bagi daerah yang minus,

otonomi daerah akan menjadi sumber masalah bagi kelancaran pelaksanaan

pembangunan. Untuk mengatisipasi permasalahan ini pemerintah pusat telah mengambil

kebijakan dengan memberikan proporsi anggaran melalui dana perimbangan sehingga

semua daerah memiliki kesempatan yang sama dalam melaksanakan pembangunan.

Adapun dana perimbangan tersebut adalah Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hail Bukan

pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

3.Hasil Millenium Development Goals

MDG 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur

oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga telah

dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan, sebagaimana

diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar 13,33 persen (2010)

menuju targetnya sebesar 8 – 10 persen pada tahun 2014. Prevalensi kekurangan gizi

pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada

tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDG sebesar 15,5

persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan kemiskinan dan

kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan infrastruktur

pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian khusus perlu diberikan pada:

1. Perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
2. Pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan akses dan penggunaan

sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraannya

3. Peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan social

4. Perbaikan penyediaan proteksi sosial bagi kelompok termiskin di antara yang

miskin.

MDG 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Upaya Indonesia untuk mencapai target MDG tentang pendidikan dasar dan

melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia

menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah

menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/09

angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk Paket A telah mencapai 116,77 persen

dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 95,23 persen. Pada tingkat sekolah dasar

(SD/MI) secara umum disparitas partisipasi pendidikan antarprovinsi semakin

menyempit dengan APM di hampir semua provinsi telah mencapai lebih dari 90,0

persen. Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah

meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun

perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah.

Berbagai kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah:

1.      Perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat miskin

2.      Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan

3.      Penguatan tata kelola dan akuntabilitas pelayanan pendidikan.

Kebijakan alokasi dana pemerintah bagi sektor pendidikan minimal sebesar 20

persen dari jumlah anggaran nasional akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian

pendidikan dasar universal pada tahun 2015.

MDG 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender

di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan

terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar
99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki

pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia

sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait

dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya

peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Di

samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPR pada pemilu terakhir

juga mengalami peningkatan, menjadi 17,9 persen. Prioritas ke depan dalam

mewujudkan kesetaraan gender meliputi:

(1)   Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan;

(2)   Perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan;

(3)   Peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.

MDG 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signifi

kan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007,

sehingga target sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat

tercapai. Demikian pula dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai.

Namun demikian, masih terjadi disparitas regional pencapaian target, yang

mencerminkan adanya perbedaan akses atas pelayanan kesehatan, terutama di daerah-

daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah memperkuat system kesehatan dan

meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan

daerah terpencil.

MDG 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global

masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality

Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.

Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih

cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu
mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan

meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang

dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada perluasan

pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan

pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi

kepada masyarakat.

MDG 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan

mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan

berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola

pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor).

Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangunan internasional. Untuk

meningkatkan efektifi tas kerjasama dan pengelolaan bantuan pembangunan di

Indonesia, Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan

pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk

menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan

menurunnya rasio pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada

tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio

Indonesia juga telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada

tahun 2009. Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah

membuat investasi besar ke dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses pada

telepon genggam, jaringan PSTN, dan komunikasi internet telah meningkat sangat pesat

selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk

Indonesia mempunyai akses pada telepon seluler.

Ø  Tinjauan Status Pencapaian MDG di Indonesia

Status: ● Sudah tercapai ►Akan tercapai ▼Perlu perhatian khusus

Acuan Target MDGs


Indikator Saat Ini Status Sumber
Dasar 2015
TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari
USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015
Proporsi penduduk dengan
20,60% Bank Dunia dan
1.1 pendapatan kurang dari USD 5,90% (2008) 10,30% ●
(1990) BPS
1,00 (PPP) per kapita per hari
2,70%
1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan 2,21% (2010) Berkurang ► BPS, Susenas
(1990)
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua,
termasuk perempuan dan kaum muda
PDB Nasional
Laju pertumbuhan PDB per 3,52%
1.4 2,24% (2009) - dan BPS,
tenaga kerja (1990)
Sakernas
Rasio kesempatan kerja
1.5 terhadap penduduk usia 15 65% (1990) 62% (2009) -
tahun ke atas
Proporsi tenaga kerja yang BPS, Sakernas
berusaha sendiri dan pekerja
1.7 71% (1990) 64% (2009) Menurun ►
bebas keluarga terhadap total
kesempatan kerja
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun
waktu 1990-2015

18,4%
Prevalensi balita dengan berat 31,0% (2007)**
1.8 15,5% ►
badan rendah / kekurangan gizi (1989)* 17,9%
(2010)**
*BPS, Susenas
**Kemkes,
Riskesdas 2007;
2010(data
7,2% 5,4% (2007)**
1.8a Prevalensi balita gizi buruk 3,6% ► sementara)
(1989)* 4,9% (2010)**

13,0%
23,8% (2007)**
1.8b Prevalensi balita gizi kurang 11,9% ►
(1989)* 13,0%
(2010)**
Proporsi penduduk dengan
1.9 asupan kalori di bawah tingkat ▼
konsumsi minimum:
17,00% BPS, Susenas
- 1400 Kkal/kapita/hari 14,47% (2009) 8,50%
(1990)
64,21%
- 2000 Kkal/kapita/hari 61,86% (2009) 35,32%
(1990)
TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat
menyelesaikan pendidikan dasar
Angka Partisipasi Murni (APM) 88,70% 95,23% *Kemdiknas
2.1 100,00% ►
sekolah dasar (1992) ** (2009)* **BPS, Susenas
Proporsi murid kelas 1 yang
62,00% 93,50% *Kemdiknas
2.2 berhasil menamatkan sekolah 100,00% ►
(1990)* (2008)** **BPS, Susenas
dasar
99,47% (2009)
Angka melek huruf penduduk Female:
96,60%
2.3 usia 15-24 tahun, perempuan 99,40% 100,00% ► BPS, Susenas
(1990)
dan laki-laki Male: 99,55%

TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun
2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
3.1 Rasio perempuan terhadap laki-
laki di tingkat pendidikan dasar,
menengah dan tinggi
- Rasio APM perempuan/laki- 100,27 99,73
100,00 ●
laki di SD (1993) (2009)
- Rasio APM perempuan/laki- 99,86
101,99 (2009) 100,00 ●
laki di SMP (1993)
- Rasio APM perempuan/laki- 93,67 96,16
100,00 ►
laki di SMA (1993) (2009) BPS, Susenas
- Rasio APM perempuan/laki- 74,06
102,95 (2009) 100,00 ►
laki di Perguruan Tinggi (1993)
Rasio melek huruf perempuan
98,44
3.1a terhadap laki-laki pada 99,85 (2009) 100,00 ●
(1993)
kelompok usia 15-24 tahun
Kontribusi perempuan dalam
29,24%
3.2 pekerjaan upahan di sektor 33,45% (2009) Meningkat ► BPS, Sakernas
(1990)
nonpertanian
Proporsi kursi yang diduduki 12,50%
3.3 17,90% (2009) Meningkat ► KPU
perempuan di DPR (1990)
TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-
2015
Angka KemaTIan Balita per
4.1 97 (1991) 44 (2007) 32 ►
1000 kelahiran hidup
BPS, SDKI
Angka Kematian Bayi (AKB)
4.2 68 (1991) 34 (2007) 23 ► 1991, 2007;
per 1000 kelahiran hidup
*Kemkes,
Angka Kematian Neonatal per
4.2a 32 (1991) 19 (2007) Menurun ► Riskesdas 2010
1000 kelahiran hidup
(data sementara)
Persentase anak usia 1 tahun 44,5% 67,0% (2007)
4.3 Meningkat ►
yang diimunisasi campak (1991) 74,5% (2010)*
TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
BPS, SDKI
Angka Kematian Ibu per
5.1 390 (1991) 228 (2007) 102 ▼ 1993, 2007
100,000 kelahiran hidup
Proporsi kelahiran yang
40,70% BPS, Susenas
5.2 ditolong tenaga kesehatan 77,34% (2009) Meningkat ►
(1992) 1992-2009
terlatih
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
Angka pemakaian
kontrasepsi /CPR bagi 49,7%
5.3 61,4% (2007) Meningkat ►
perempuan menikah usia 15-49, (1991)
semua cara
Angka pemakaian kontrasepsi
(CPR) pada perempuan 47,1%
5.3a 57,4% (2007) Meningkat ▼
menikah usia 15-49 tahun saat (1991)
ini, cara modern
Angka kelahiran remaja
(perempuan usia 15-19 tahun) BPS, SDKI
5.4 67 (1991) 35 (2007) Menurun ►
per 1000 perempuan usia 15-19 1991, 2007
tahun
Cakupan pelayanan Antenatal
5.5 (sedikitnya satu kali kunjungan
dan empat kali kunjungan)
- 1 kunjungan: 75,0% 93,3% ►
56,0% Meningkat
- 4 kunjungan: 81,5% (2007) ►
(1991)
Unmet Need (kebutuhan
12,70%
5.6 keluarga berencana / KB yang 9,10% (2007) Menurun ▼
(1991)
tidak terpenuhi)
TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga
tahun 2015
Prevalensi HIV/AIDS (persen) Estimasi
6.1 - 0,2% (2009) Menurun ▼
dari total populasi Kemkes 2006
Perempuan:

Penggunaan kondom pada 10,3% BPS, SKRRI
12,8%
6.2 hubungan seks berisiko tinggi Laki-laki: Meningkat 2002/2003 &
(2002/ 03)
terakhir 18,4% ▼ 2007
(2007)
Proporsi jumlah penduduk usia
15-24 tahun yang
6.3 memilikipengetahuan
komprehensif tentang
HIV/AIDS
Perempuan:
9,5% BPS, SDKI
Laki-laki: 2007;
14,7% (2007) *Kemkes,
- Menikah - Meningkat ▼
Perempuan: Riskesdas 2010
11,9% (data sementara)
Laki-laki:
15,4% (2010)*
Perempuan:
2,6%
Laki-laki: BPS, SKRRI
1,4% 2007;
- Belum Menikah - (2007) Meningkat ▼ *Kemkes,
Perempuan: Riskesdas 2010
19,8% (data sementara)
Laki-laki:
20,3% (2010)*
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai
dengan tahun 2010
Kemkes, 2010,
Proporsi penduduk terinfeksi
per 30
6.5 HIV lanjut yang memiliki akses - 38,4% (2009) Meningkat ▼
November
pada obat-obatan anti retroviral
2009
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit
utama lainnya hingga tahun 2015
Angka kejadian dan tingkat
6.6
kematian akibat Malaria
Kemkes 2009;
Angka kejadian Malaria (per 1,85 (2009) Kemkes,
6.6a 4,68 (1990) Menurun ►
1,000 penduduk): 2,4% (2010)* Riskesdas 2010
(data sementara)
Angka kejadian Malaria di Jawa API, Kemkes
0,17 (1990) 0,16 (2008) Menurun ►
& Bali (API) 2008
Angka kejadian Malaria di luar 24,10 AMI, Kemkes
17,77 (2008) Menurun ►
Jawa & Bali (AMI) (1990) 2008
3,3% Desa: BPS, SDKI
4,5% 2007;
Kota: 1,6% * Kemkes,
Proporsi anak balita yang tidur
6.7 - (2007) Meningkat ▼ RIskesdas 2007;
dengan kelambu berinsektisida
7,7% (2007)* ** Kemkes,
16,0% Riskesdas 2010
(2010) ** (data sementara)
Proporsi anak balita dengan
Riskesdas 2010
6.8 demam yang diobati dengan - 21,9% (2010)
(data sementara)
obat anti malaria yang tepat
Angka kejadian, prevalensi dan
6.9 tingkat kematian akibat
Tuberkulosis
Angka kejadian Tuberkulosis
6.9a (semua kasus/ 10.000 343 (1990) 228 (2009) ●
penduduk/tahun)
Dihentikan, Laporan TB
Tingkat prevalensi Tuberkulosis ●
6.9b 443 (1990) 244 (2009) mulai Global WHO,
(per 100.000 penduduk)
berkurang 2009
Tingkat kematian karena
6.9c Tuberkulosis (per 100.000 92 (1990) 39 (2009) ●
penduduk)
Proporsi jumlah kasus
Tuberkulosis yang terdeteksi
6.10
dan diobati dalam program
DOTS
Proporsi jumlah kasus *Laporan TB
20,0% 73,1%
6.10a Tuberkulosis yang terdeteksi 70,0% ● Global WHO,
(2000)* (2009) **
dalam program DOTS 2009
Proporsi kasus Tuberkulosis
87,0% 91,0% ** Laporan
6.10b yang diobati dan sembuh dalam 85,0% ●
(2000)* (2009) ** Kemkes 2009
program DOTS
TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan
program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang
Rasio luas kawasan tertutup
pepohonan berdasarkan hasil
59,97% Kemenhut
7.1 pemotretan citra satelit dan 52,43% (2008) Meningkat ▼
(1990)
survei foto udara terhadap luas
daratan
1.416.074 Berkurang Kementerian
Jumlah emisi karbon dioksida 1.711.626 Gg
7.2 Gg CO2e 26% pada ▼ Lingkungan
(CO2) CO2e (2008)
(2000) 2020 Hidup
Jumlah konsumsi energi primer 2,64 BOE 4,3 BOE
7.2a Menurun
(per kapita) (1991) (2008)
5,28 SBM/ 2,1 SBM/ Kementerian
7.2b Intensitas Energi USD 1,000 USD 1,000 Menurun Energi dan
(1990) (2008) Sumber Daya
7.2c Elastisitas Energi 0,98 (1991) 1,6 (2008) Menurun Mineral
Bauran energi untuk energi 3,5%
7.2d 3,45% (2008) -
terbarukan (2000)
0 CFCs
8.332,7 Kementerian
Jumlah konsumsi bahan perusak 0 CFCs (2009) dengan
7.3 metric tons ► Lingkungan
ozon (BPO) dalam metrik ton mengurangi
(1992) Hidup
HCFCs
Proporsi tangkapan ikan yang tidak Kementerian
66,08%
7.4 berada dalam batasan biologis 91,83% (2008) melebihi ► Kelautan &
(1998)
yang aman batas Perikanan
Rasio luas kawasan lindung
untuk menjaga kelestarian
26,40% Kementerian
7.5 keanekaragaman hayati 26,40% (2008) Meningkat ►
(1990) Kehutanan
terhadap total luas kawasan
hutan
* Kementerian
Rasio kawasan lindung perairan Kahutanan
0,14% 4,35%
7.6 terhadap total luas perairan Meningkat ► ** Kementerian
(1990)* (2009) **
teritorial Kelautan &
Perikanan
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015
7.8 Proporsi rumah tangga dengan 37,73% 47,71% (2009) 68,87% ▼ BPS, Susenas
akses berkelanjutan terhadap air (1993)
minum layak, perkotaan dan
perdesaan
50,58%
7.8a Perkotaan 49,82% (2009) 75,29% ▼
(1993)
31,61%
7.8b Perdesaan 45,72% (2009) 65,81% ▼
(1993)
Proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan terhadap 24,81% 51, 19%
7.9 62,41% ▼
sanitasi layak, perkotaan dan (1993) (2009)
perdesaan
53,64%
7.9a Perkotaan 69,51% (2009) 76,82% ▼
(1993)
11,10%
7.9b Perdesaan 33,96% (2009) 55,55% ▼
(1993)
Target 7D:Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020
Proporsi rumah tangga kumuh 20,75%
7.10 12,12% (2009) 6% (2020) ▼ BPS, Susenas
perkotaan (1993)
TUJUAN 8: MENGEMBANGKAN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN
Target 8A: Mengembangan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat
diprediksi dan tidak diskriminatif
Rasio Ekspor + Impor terhadap
41,60% BPS & Bank
8.6a PDB (indikator keterbukaan 39,50% (2009) Meningkat ►
(1990) Dunia
ekonomi)
Rasio pinjaman terhadap 45,80%
8.6b 72,80% (2009) Meningkat ►
simpanan di bank umum (2000) Laporan
101,30% Perekonomian
Rasio pinjaman terhadap 109,00%
8.6c 2008, 2009 Meningkat ► BI
simpanan di BPR (2009)
(2003)
Target 8D: Menangani utang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional untuk
dapat mengelola utang dalam jangka panjang
Rasio pinjaman luar negeri 24,59% Kementerian
8.12 10,89% (2009) Berkurang ►
terhadap PDB (1996) Keuangan
Rasio pembayaran pokok utang
Laporan
dan bunga utang luar negeri 51,00%
8.12a 22,00% (2009) Berkurang ► Tahunan
terhadap penerimaan hasil (1996)
BI 2009
ekspor (DSR)
Target 8F: Bekerja sama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi
informasi dan komunikasi
Proporsi penduduk yang
memiliki jaringan PSTN 4,02% ► Kemkominfo
8.14 3,65% (2009) Meningkat
(kepadatan fasilitas telepon per (2004) 2010
jumlah penduduk)
Proporsi penduduk yang 14,79%
8.15 82,41% (2009) 100,00% ►
memiliki telepon seluler (2004)
Proporsi rumah tangga dengan BPS, Susenas
8.16 - 11,51% (2009) 50,00% ▼
akses internet 2009
Proporsi rumah tangga yang BPS, Susenas
8.16a - 8,32% (2009) Meningkat ▼
memiliki komputer pribadi 2009

b.      Teori ICPD (International On Poplation And Development)

Pada tahun 1994 diseleggarakan Konferensi International Kependudukan dan

pembangunan (International On Poplation And Development) ICPD, disponsori oleh

PBB di Kairo-Mesir pada tahun 1994, dihadiri oleh11.000 perwakilan lebih dari 180

negara. Konferensi tersebut melahirkan kebijakan baru tentang pembangunan dan

kependudukan, yang ditujukan untuk menstabilkan pertumbuhan penduduk yang


berorientasikan pada kepentingan pembanguan manusia, tercantum dalam program aksi

20 tahun. Program aksi 20 tahun, bagi tiap Negara yaitu :

1.Meningkatkan status kesehatan, pendidikan dan hak-hak individu khususnya bagi

perempuan dan anak-anak.

2.Mengintegrasikan program keluarga berencana kedalam agenda kesehatan perempuan

yang lebih luas. Bagian terpenting dalam program tersebuta adalah penyediaan

pelayanan kesehatan reproduksi menyeluruh, yang memadukan KB, pelayanan

kehamilan dan persalinan yang aman, pencegahan dan pengobatan IMS termasuk HIV,

informasi dan konseling seksualitas, penghapusan bentuk-bentuk kekerasan pada

perempuan.

Telaah 5 tahunan ICPD yaitu target baru untuk tahun 2015 adalah :

1)      Akses terhadap pendidikan dasar, meningkatnya keikutsertaan anak laki-laki dan

perempuan di SD hingga sekurang-kurangnya 90% sebelum 2010, serta menurunkan

angka buta huruf pada perempuan dan anak perempuan pada tahun 1990 hingga

setengahnya pada tahun 2005

2)      Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode-metode KB yang aman dan efektif,

pelayanan kebidanan, pencegahan ISR/IMS, serta metode pelindung untuk mencegah

infeksi, baik secara lansung maupun rujukan.

3)      Mengurangi kesenjangan antara pemakian kontrasepsi dengan proporsi individu yang

ingin membatasi jumlah anak untuk menjarangkan kehamilan, tanpa menggunakan

target atau kuota.

4)      Memastikan bahwasekurang-kurangnya 60% persalinan ditolong oleh tenaga terlatih,

terutama dinegara-negara yang angka kematian ibu yang tinggi

5)      Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan perempuan muda usia 15-24 tahun.

Termasuk pelayan kondom laki-laki dan perempuan pemeriksaan sukarela, konseling

dan tindak lanjut.

5. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Dalam rangka mencapai tujuan kesehatan reproduksi perlu disusun kebijakan dan

strategi umum yang dapat memayungi pelaksanaan upaya seluruh komponen kesehatan

reproduksi di Indonesia. Upaya penanganan kesehatan reproduksi harus dilaksanakan


dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan

kegiatannya diarahkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia.

A. Kebijakan Umum

1.   Menempatkan upaya kesehatan reproduksi menjadi salah satu prioritas Pembangunan

Nasional.

2.   Melaksanakan percepatan upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak reproduksi

ke seluruh Indonesia.

3.   Melaksanakan upaya kesehatan reproduksi secara holistik dan terpadu melalui

pendekatan siklus hidup.

4.   Menggunakan pendekatan keadilan dan kesetaraan gender di semua upaya kesehatan

reproduksi.

5.   Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas bagi keluarga miskin.

B.  Strategi Umum

1.      Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reproduksi (KKR) pada tingkat

Menteri Koordinator serta membentuk KKR di provinsi dan kabupaten/kota

2.      Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kesehatan reproduksi.

3.      Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis di semua tingkat.

4.      Mengupayakan kecukupan anggaran/dana pelaksanaan kesehatan reproduksi.

5.      Masing-masing penanggungjawab komponen mengembangkan

6.      upaya kesehatan reproduksi sesuai ruang lingkupnya dengan

7.      menjalin kemitraan dengan sektor terkait, organisasi profesi dan LSM

8.      Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang telah

ditetapkan.

9.      Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik

daerah dan kebutuhan setempat, dengan memanfaatkan proses desentralisasi.

10.  Memobilisasi sumber daya nasional dan internasional baik pemerintah dan non

pemerintah.

11.  Menyediakan pembiayaan pelayanan KR melalui skema Jaminan Sosial Nasional.

12.  Melakukan penelitian untuk pengembangan upaya KR.

13.  Menerapkan Pengarus-utamaan Gender dalam bidang KR.


14.  Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya KR.

C.  Kebijakan dan Strategi Komponen

1.a. Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak

(1) Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir

sehat.

(2) Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal.

1.b. Strategi Kesehatan Ibu dan Anak

(1) Pemberdayaan perempuan, suami dan keluarga.

(a) Peningkatan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan

balita (health seeking care).

(b) Penggunaan buku KIA

(c) Konsep SIAGA (Siap, Antar, Jaga)

(d) Penyediaan dana, transportasi, donor darah untuk keadaan darurat

(e) Peningkatan penggunaan ASI eksklusif

(2) Pemberdayaan Masyarakat

a)Pemantapan GSI

b)            Penyelenggaraan Polindes, Posyandu, Tempat Penitipan Anak (TPA)

(3) Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif.

(a) Advokasi dan sosialisasi ke semua stakeholders.

(b) Mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan dari

berbagai pihak terkait.

(c) Peningkatan keterlibatan LSM, organisasi profesi, swasta dan sebagainya

(4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu

dengan komponen KR lain.

(a) Pelayanan antenatal.

(b) Pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan neonatal esensial.

(c) Penanganan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal

(d) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

pascakeguguran.

(e) Manajemen Terpadu Bayi Muda dan Balita Sakit.


(f) Pembinaan tumbuh kembang anak.

(g) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dan pemenuhan kelengkapan sarananya.

(h) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas pelayanan.

2.a. Kebijakan Keluarga Berencana.

(1) Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB.

(2) Mengintegrasikan pelayanan Keluarga Berencana dengan pelayanan lain dalam

komponen kesehatan reproduksi

(3) Jaminan pelayanan KB bagi orang miskin.

(4) Terlaksananya mekanisme operasional pelayanan.

(5) Meningkatnya peran serta LSOM, swasta dan organisasi profesi.

(6) Tersedianya informasi tentang program KB bagi remaja.

(7) Terjadinya pemanfaatan data untuk pelayanan.

2.b. Strategi Keluarga Berencana

(1) Prinsip integrasi artinya dalam pelaksanaannya tidak hanya bernuansa demografis tapi

juga mengarah pada upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yang dalam

pelaksanannya harus memperhatikan hak-hak reproduksi serta kesetaraan dan keadilan

gender.

(2) Prinsip Desentralisasi, kebijakan pelayanan program keluarga berencana perlu

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan institusi daerah sesuai dengan UU No. 22

tahun 1999 dan PP No. 25 tahun 2000.

(3) Prinsip pemberdayaan, dengan ditingkatkannya kualitas kepemimpinan dan kapasitas

pengelola dan pelaksana program nasional KB dengan memberdayakan institusi

masyarakat, keluarga dan individu dalam rangka meningkatkan kemandirian.

(4) Prinsip kemitraan, meliputi koordinasi dalam rangka kemitraan yang tulus dan setara

serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dan kerjasama internasional.

(5) Prinsip segmentasi sasaran, meliputi keberpihakan pada keluarga rentan, perhatian

khusus pada segmen tertentu berdasarkan ciri-ciri demografis, sosial, budaya dan

ekonomi dan keseimbangan dalam memfokuskan partisipasi dan pelayanan menurut

gender.

3.a. Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS


(1) Penanggulangan dilaksanakan dengan memutuskan mata rantai penularan yang terjadi

melalui hubungan seks yang tidak terlindungi, penggunaan jarum suntik tidak steril pada

pengguna Napza suntik, penularan dari ibu yang hamil dengan HIV (+) ke anak/ bayi.

(2) Kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan organisasi profesi, masyarakat bisnis, LSM,

organisasi berbasis masyarakat, pemuka agama, keluarga dan para Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA).

(3) Setiap orang mempunyai hak untuk untuk memperoleh informasi yang benar tentang

HIV/AIDS.

(4) Setiap ODHA dilindungi kerahasiaannya.

(5) Kesetaraan gender dalam pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS.

(6) Adanya hak memperoleh pelayanan pengobatan perawatan dan dukungan tanpa

diskriminasi bagi ODHA.

(7) Pemerintah berkewajiban memberi kemudahan untuk pelayanan pengobatan, perawatan

dan dukungan terhadap ODHA dan mengintegrasikan ke dalam sistem kesehatan yang

telah tersedia.

(8) Prosedur untuk diagnosis HIV harus dilakukan dengan sukarela dan didahului dengan

memberikan informasi yang benar, pre dan post test konseling.

(9) Setiap darah yang ditransfusikan, serta produk darah dan jaringan transplan harus bebas

dari HIV.

3.b. Strategi Pencegahan dan Penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS

(1) Pelaksanaan mengikuti azas-azas desentralisasi sedangkan pemerintah pusat hanya

menetapkan kebijakan nasional.

(2) Koordinasi dan penggerakan di bentuk KPA di pusat dan di daerah/ kabupaten/ kota,

pelaksanaan Program melalui jejaring (networking) yang sudah dibentuk di masing-

masing sector terkait.

(3) Suveilans dilakukan melalui laporan kasus AIDS, surveilans sentinel HIV, SSP dan

surveilans IMS

(4) Setiap prosedur kedokteran tetap memperhatikan universalprecaution atau kewaspadaan

universal.

(5) Melengkapi PP - UU menjamin perlindungan ODHA.


(6) Pembiayaan pencegahan dan penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS terutama akan

menggunakan sumber-sumber dalam negeri. Pemerintah mengupayakan Bantuan Luar

Negeri.

(7) Melakukan monitoring dan evaluasi program dilakukan berkala, terintegrasi dengan

menggunakan indikator-indikator pencapaian dalam periode tahunan maupun lima

tahunan.

4.a. Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja

(1) Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif

agar remaja dapat berperilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya.

(2) Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan

reproduksi remaja yang berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan

memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

(3) Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya

pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang.

(4) Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan

formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola

pendidikan pada sistem pendidikan yang ada.

(5) Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan

melalui prinsip kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu

membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja.

4.b. Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja

(1) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh

kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu

penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah.

(2) Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program

dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan

peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di

dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi.


(3) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah

mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai

pendekatan “pendidik sebaya” atau peer conselor.

(4) Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan”peduli remaja” dengan melibatkan

remaja dalam kegiatan secara penuh.

(5) Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke

dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler

seperti: bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

(6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat

diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang

taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok

remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

5.a. Kebijakan Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut

(1) Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan reproduksi usia lanjut dan menjalin kemitraan dengan LSM, dunia

usaha secara berkesinambungan.

(2) Meningkatkan koordinasi dan integrasi dengan LP/LS di pusat maupun daerah yang

mendukung upaya kesehatan reproduksi usia lanjut.

(3) Membangun serta mengembangkan sistem jaminan dan bantuan social agar usia lanjut

dapat mengakses pelayanan kesehatan reproduksi.

(4) Meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan dalam kesehatan reproduksi yang

mendukung peningkatan kualitas hidup usia lanjut.

5.b. Strategi Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut

(1) Melakukan advokasi, sosialisasi untuk membangun kemitraan dalam upaya kesehatan

reproduksi usia lanjut baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.


(2) Memantapkan kemitraan dan jejaring kerja dengan LP/LS, LSM dan dunia usaha untuk

dapat meningkatkan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut yang optimal.

(3) Mendorong dan menumbuhkembangkan partisipasi dan peran serta keluarga dan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut dalam bentuk pendataan,

mobilisasi sasaran dan pemanfaatan pelayanan.

(4) Peningkatan profesionalisme dan kinerja tenaga serta penerapan kendali mutu pelayanan

melalui pendidikan/pelatihan, pengembangan standar pelayanan dll.

(5) Membangun sistem pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut melalui pelayanan

kesehatan dasar dan rujukannya serta melakukan pelayanan pro aktif dengan

mendekatkan pelayanan kepada sasaran.

(6) Melakukan survei/penelitian untuk mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi usia

lanjut dan tindak lanjutnya untuk pemantapan pelayanan kesehatan reproduksi usia

lanjut.

6.a. Kebijakan Pemberdayaan Perempuan.

(1) Peningkatan kualitas hidup perempuan.

(2) Pengarusutamaan Gender.

(3) Penguatan pranata dan kelembagaan pemberdayaan perempuan.

6.b. Strategi Pemberdayaan Perempuan

(1) Peningkatan pendidikan perempuan dan penghapusan buta huruf perempuan.

(2) Peningkatan peran serta suami dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi.

(3) Peningkatan akses perempuan terhadap perekonomian dan peringanan beban ekonomi

keluarga.

(4) Perlindungan Perempuan dan peningkatan hak azasi perempuan.

(5) Peningkatan penanganan masalah sosial dan lingkungan perempuan.

(6) Penyadaran gender dalam masyarakat.

(7) Pengembangan sistem informasi gender.

(8) Penyebarluasan Pengarusutamaan gender di semua tingkat pemerintahan.

(9) Pembaharuan dan pengembangan hukum dan peraturan perundang undangan yang

sensitif gender dan memberikan perlindungan terhadap perempuan.

(10) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dengan Zero Tolerance Policy.

(11) Advokasi, sosialisasi, fasilitasi dan mediasi PUG dan KHP


(12) Pengembangan sistem penghargaan.

D. Target yang akan dicapai

Target yang akan dicapai oleh masing-masing komponen dalam Kesehatan

Reproduksi adalah sebagai berikut :

1.      Kesehatan Ibu dan Anak.

Pada tahun 2015 diharapkan komponen Kesehatan Ibu dan anak akan mencapai target :

a. Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak tiga perempat dari kondisi tahun

1990.

b. Menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

Angka Kematian Bawah lima tahun (AKBalita) sebanyak dua pertiga dari kondisi tahun

1990.

c. Cakupan pelayanan antenatal menjadi 95%.

d. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90%.

e. Penanganan kasus komplikasi obstetri dan neonatal 80%.

f. Cakupan pelayanan neonatal 90 %.

g. Cakupan program kesehatan bagi balita dan anak prasekolah 80%.

2.      Keluarga Berencana.

a. Penurunan Unmet Need KB sebesar 6%.

b. Cakupan pelayanan KB pada PUS 70%.

c. Penurunan prevalensi kehamilan “4 terlalu” menjadi 50 % dari angka pada tahun 1997.

d. Penurunan kejadian komplikasi KB.

e. Penurunan angka drop out.

3.      Penanggulangan IMS, HIV/AIDS.

a. % Puskesmas melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS dengan

pendekatan sindrom.

b. % Puskesmas yang menjalankan pencegahan umum terhadap infeksi.

4.      Kesehatan Reproduksi Remaja.

a). Penurunan prevalensi anemia pada remaja menjadi kurang dari 20%.
b).Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar

sekolah 20%.

c). Prevalensi permasalahan remaja secara umum menurun.

5.      Kesehatan Reproduksi Usia lanjut.

a. Cakupan pelayanan kepada usia lanjut minimal 50%.

b. % Puskesmas yang menjalankan pembinaan kesehatan reproduksi kepada usia lanjut 60

%.

6.      Pemberdayaan Perempuan

a. Meningkatnya kualitas hidup perempuan

b. Terlaksananya PUG di seluruh tingkat dan sektor pemerintahan

c. Meningkatnya pemahaman para pengambil keputusan dan masyarakat tentang kesetaraan

dan keadilan gender

d. Terlaksananya penghapusan segala bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan

E.  Penjabaran Strategi

Kegiatan yang perlu dilakukan sebagai penjabaran strategi di atas dapat

dikategorikan dalam tiga kelompok sebagai berikut :

1. Manajemen Program

Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi perlu:

a. Menyusun:

(1) Kebijakan dan strategi yang mengakomodasikan keterpaduan dengan komponen

kesehatan reproduksi lainnya.

(2) Standar pelayanan masing-masing komponen sesuai dengan kebijakan dan strategi

program.

(3) Instrumen untuk memantau (indikator) kemajuan program.

b. Mengupayakan penerapan program secara luas dan merata.

c. Memantau dan mengevaluasi kemajuan program.

2. Pelayanan
Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi dilaksanakan mengikuti standar

pelayanan yang menampung aspek kesehatan reproduksi lainnya yang relevan.

a. Kesehatan Ibu dan Anak

(1) Pelayanan antenatal, persalinan dan nifas memasukkan unsur pelayanan pencegahan

dan penanggulangan IMS serta melakukan motivasi klien untuk pelayanan KB dan

memberikan pelayanan KB postpartum. Dalam pertolongan persalinan dan penanganan

bayi baru lahir perlu diperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi.

(2) Pelayanan pasca abortus memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan

penanggulangan IMS serta konseling/pelayanan KB pasca-abortus.

(3) Penggunaan Buku KIA sejak ibu hamil sampai anak umur 5 tahun.

(4) Pelaksanaan kunjungan neonatal.

(5) Pelayanan kesehatan neonatal esensial yang meliputi perawatan neonatal dasar dan tata-

laksana neonatal sakit.

(6) Pendekatan MTBS bagi balita sakit.

(7) Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak.

b. Keluarga Berencana

(1) Pelayanan KB memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan IMS,

termasuk HIV/AIDS.

(2) Pelayanan KB difokuskan selain kepada sasaran mudausia paritas rendah (mupar) yang

lebih mengarah kepada kepentingan pengendalian populasi, juga diarahkan untuk

sasaran dengan penggarapan “4 terlalu” (terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering dan

terlalu tua untuk hamil).

c. Pencegahan dan Penanggulangan IMS, termasuk HIV/AIDS. Pelayanan pencegahan dan

penanggulangan IMS, termasuk HIV/AIDS dimasukkan ke dalam setiap komponen

pelayanan kesehatan reproduksi.

d. Kesehatan Reproduksi Remaja.

(1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja terfokus pada pelayanan KIE/konseling dengan

memasukan materi-materi family life education (yang meliputi 3 komponen di atas).


(2) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja memperhatikan aspek fisik agar remaja,

khususnya remaja putri, untuk menjadi calon ibu yang sehat.

(3) Pelayanan KRR secara khusus bagi kasus remaja bermasalah dengan memberikan

pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya.

e. Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut lebih

ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup pada usia lanjut. Dalam kesehatan

reproduksi usia lanjut, fokus diberikan kepada pelayanan dalam mengatasi masalah masa

menopause/ andropause, antara lain pencegahan osteoporosis dan penyakit degeneratif

lainnya.

3. Kegiatan Pendukung

Kegiatan pendukung meliputi berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

a. Masalah sosial yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi adalah Pemberdayaan

Perempuan dimana didalamnya tercakup:

(1) Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan

(2) Terlaksananya pengarusutamaan gender (PUG) diseluruh tingkat dan sektor

pemerintahan

(3) Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender.

(4) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan Untuk mengatasi masalah ini perlu

pelaksanaan secara lintas program dan lintas sektor dengan Kementerian Pemberdayaan

Perempuan sebagai penanggung jawab.

b. Advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial.

Kegiatan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial diperlukan untuk pemantapan dan

perluasan komitmen serta dukungan politis dalam upaya mengatasi masalah kesehatan

reproduksi. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas Komisi Kesehatan Reproduksi.

Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasi social antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu

(GSI), Kelangsungan Hidup Perkembangan dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA)

dan Gerakan Pita Putih.

c. Koordinasi lintas sektor.


Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi lintas sektor

dan lintas program. Untuk itu digunakan forum Komisi Kesehatan Reproduksi seperti

yang diuraikan di atas.

d. Pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi sesuai dengan peran

masingmasing, misalnya pengorganisasian transportasi untuk rujukan ibu hamil/bersalin,

arisan peserta KB, tabulin, dsb.

e. Logistik.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan dukungan sarana dan

prasarana yang memadai.

f. Peningkatan keterampilan petugas.

Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi antara lain

diperlukan kegiatan untuk meningkatkan keterampilam. Kegiatan ini diupayakan agar

terlaksana secara terpadu, efektif dan efisien.

g. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan program dalam rangka meningkatkan pelayanan

kesehatan reproduksi perlu dilakukan agar pelaksanaan program kesehatan reproduksi

yang komprehensif dan integratif di berbagai tingkat pelayanan dapat berjalan secara

efektif dan efisien.

B.   Landasan Hukum dan Peraturan yang mendukung

1.      Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

2.      Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Ratifikasi CEDAW)

3.      Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

4.      Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

5.      Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

6.      Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah


7.      Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah.

8.      Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

9.      Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

10.  Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (KDRT)

11.  Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Pelimpahan Tugas dan

Wewenang.

12.  Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarus-Utamaan Gender

13.  Kepmenkes Nomor 433/Menkes/SK/V/1998 tentang Pembentukan Komisi Kesehatan

Reproduksi

14.  Kepmenkes No. 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional

C.     Keterkaitan ICPD dan MDGS

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penanggulangan kemiskinan,

penduduk berkualitas, kesehatan, kesetaraan gender, keluarga berkualitas dan perbaikan

sumber daya alam untuk pelestarian hidup.

D.    PERAN DAN FUNGSI BIDAN

Peran Bidan Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai

pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.

a.                Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas

kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

1. Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,

mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.

b. Menentukan diagnosis.

c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.


f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.

2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka

sebagai klien, mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.

c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.

d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.

f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.

b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.

g. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien,

h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.

4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan

klien/keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.

f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.

g. Membuat asuhan kebidanan.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:

a. Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.


b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut.

g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan.

6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan

klien/keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan

keluarga berencana, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.

c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan laporan.

8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita

dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.


g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.

b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.

e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.

2.      Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi

kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup:

a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi

serta berkerjasama dengan klien.

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.

e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.

f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama

pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta

keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.

c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan member

pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko

tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan

kegawatdaruratan

c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi

dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan

risiko tinggi.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama

sesuai dengan rencana.


e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan

pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi

bersama klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta

keadaan kegawatdaruratan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan

memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama

dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien

dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan.

c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan

pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan

pertama sesuai dengan prioritas

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan pertolongan pertama

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.


3.      Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi

keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup

kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk

kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.

c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi

pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.

d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan

incervensi.

2) Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan

dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.

d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.

e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan

kesehatan yang berwenang.

f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan

intervensi.

3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan

dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang

memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.

d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan

kesehatan yang berwenang.


e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan

intervensi.

4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas

yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan

keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang

memerlukan konsultasi serta rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.

d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan

kesehatan yang berwenang

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan

intervensi.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan

keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang

memerlukan konsulrasi serta rujukan.

b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan

d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan

kesehatan yang berwenang.

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan

klien/keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan

konsultasi serta rujukan.

b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan


d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan

kesehatan yang berwenang.

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

b.               Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan

dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan

dasar kesehatan, terutama pelayanan kebnjanan untuk individu, keluarga kelompok

khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatl;can masyarakat/klien,

mencakup:

1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk

meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.

2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.

3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu

dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.

4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain

dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB.

5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan keseharan masyarakat khususnya

kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada

program dan sektor terkait.

6) Menggerakkan dan mengembanglran kemampuan masyarakat serta memelihara

kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui

pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi.

8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

2. Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan

sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah

kerjanya, mencakup:

1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi

asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.

2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan

keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.

3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan

lain.

4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.

c.                Peran Sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh

kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.

1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu,

keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan,

khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana,

mencakup:

1) Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang

kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien.

2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji,

baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien.

3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang

telah disusun.

4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan

rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait,

termasuk klien.

5) Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan

menggunakannya untuk memperbaiki serta meninglcatkan program dl masa yang akan

datang.
6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara

lengkap serta sistematis

2. Melatih dan membimbing kader

Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan,

serta membina dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:

1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik

2) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.

3) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan

pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah

disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.

5) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.

6) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.

7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan

.8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan

secara sistematis dan lengkap.

d.               Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik

secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

2. Menyusun rencana kerja pelatihan.

3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja

atau pelayanan kesehatan.

Ø  FUNGSI BIDAN

Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan

adalah sebagai berikut.

a. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat

(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.

2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus

patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.

3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.

4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.

5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.

7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah

8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.

9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,

termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan

wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:

1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok

masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung

oleh partisipasi masyarakat.

2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.

3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan

pelayanan kebidanan

5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

c. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan

pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.

2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung

jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan

di masyarakat.

4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang

keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau

berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.

2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

Diposkan 9th February 2012 oleh Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta
0

Add a comment

Anda mungkin juga menyukai