Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

INTELEGENSI DAN KECERDASAN MAJEMUK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu Dr. Muhammad Nur Wangid, M.Si.

Disusun oleh

KELOMPOK 4

1. Dhevi Pramay Sheila A (21104241001)


2. Faizatul Pramudya Nur W (21104241005)
3. Anindyta Putri Rana J (21104244015)
4. Bening Nayla Fatma (21104244028)
5. Nisa Yaslih Rofah Fahomah (21104244041)
6. Salma Nur Chanifah (21104244046)

KELAS A

JURUSAN BIMIBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kami semua. Dan sholawat serta salam senantiasa kami panjatkan
kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’at diakhirat
nanti. Dengan ini kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami
susun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan untuk menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai intelegensi dan kecerdasan majemuk. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini,

Kami berharap dengan makalah ini dapat menjadi referensi dan sarana belajar dari
berbagai pihak untuk mengetahui tentang intelegensi dan kecerdasan majemuk. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna yang masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini serta kami meminta kritik dan saran atas
pembuatan makalah ini agar kedapannya dalam pembuatan makalah ini menjadi lebih baik.
Semoga pembuatan makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 19 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Intelegensi ............................................................................................................ 4
2.2. Kelompok Intelegensi.............................................................................................................. 5
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi ................................................................................. 6
2.4. Pengukuran Intelegensi .......................................................................................................... 7
2.5. Kecerdasan Majemuk.............................................................................................................. 8
2.6. Konsep – konsep Kecerdasan Majemuk ............................................................................... 10
2.7. Model Kecerdasan Majemuk ................................................................................................ 10
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................ 12
3.2. Saran ..................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Intelegensi atau kecerdasan sering digunakan sebagai tolak ukur prestasi


seseorang. Setiap manusia memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda satu
dengan yang lain. Sterner (dalam Alder, 2001) mendefinisikan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah-masalah baru; tingkat kecerdasan diukur dengan kecepatan
memecahkan masalah. Gardner (dalam Uno, 2008) menjelaskan kecerdasan sebagai:
(1) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia; (2) Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaikan; (3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang
akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Sedangkan menurut Franklin (dalam Alder, 2001) kecerdasan adalah
kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi situasi dalam
sebuah lingkungan. Pada tahun 1983 Gardner melalui buku Frame of Mind: The
Theory of Multiple Intellegence memperkenalkan definisi baru tentang kecerdasan
(Gordon dan Huggins-Cooper, 2013). Gardner (dalam Musfiroh, 2005) menyatakan
bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya
masyarakat. Gardner (dalam Musfiroh, 2005) mengungkapkan bahwa manusia tidak
hanya memiliki satu kecerdasan melainkan sembilan jenis kecerdasan, yang dipetakan
menjadi sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan matematika, kecerdasan linguistik,
kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan natural, dan kecerdasan
eksistensial

Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif,
gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan, mendorong para pendidik untuk
mempelajari teori Multiple Intelligences. Setelah menemukan delapan bukti dari
teorinya, Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang sembilan kecerdasan
dalam multiple intelligences.

1
Howard Gardner (1993; Armstrong, 1993) menyadari bahwa banyak orang
bertanya-tanya tentang konsep multiple intelligences. Benarkah musikal, visual-
spasial, intrapersonal, dan kinestetik dapat dikategorikan sebagai kecerdasan, dan
bukan bakat? Untuk menguatkan temuan dan keyakinannya, Gardner menyusun
kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan. konsep yang
berbeda dengan karakteristik konsep kecerdasan terdahulu. Karakteristik yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian
ini, tidak ada inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari inteligensi yang
lain (Gardner, 1993; Hine; 2003; Armstrong, 1993; 1996).
2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua
kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal.
3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan,
seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan
kelemahan-kelemahan.
4. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut akan saling bekerja sama untuk
mewujudkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin
memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan
dalam berbagai bidang (Gardner, 1993: 37–38).
5. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh atau semua lintas
kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia (Gardner, 1993: Armstrong,
2004:10–13).
6. Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat
pola dasar. Kecerdasan musik, misalnya ditandai dengan kemampuan
membedakan tinggi rendah nada. Sementara kecerdasan spasial dimulai dengan
kemampuan pengaturan tiga dimensi.
7. Saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pengejaran
profesi dan hobi. Kecerdasan logika-matematika yang dimulai sebagai
kemampuan membuat pola dasar pada masa balita, berkembang menjadi
penguasaan simbolik pada masa anak-anak, dan akhirnya mencapai kematangan
ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli matematika, akuntan, atau ilmuwan.
8. Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi “berisiko” sehingga apabila
mereka tidak memperoleh bantuan khusus, mereka akan mengalami kegagalan
dalam tugas-tugas tertentu yang melibatkan

2
kecerdasan tersebut (Gardner, 1993: 27−29)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut


1. Apakah yang dimaksud dengan inteligensi dan kecerdasan majemuk?
2. Apa macam-macam teori inteligensi?
3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi inteligensi?
4. Bagaimana cara mengukur inteligensi?
5. Apa saja macam-macam kecerdasan majemuk?
6. Apa saja konsep-konsep kecerdasan majemuk?
7. Apa saja model kecerdasan majemuk?

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat mengetahui tujuan pembuatan makalah tersebut
1. Mengetahui tentang apa itu inteligensi dan kecerdasan majemuk
2. Mengetahui macam-macam inteligensi
3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi inteligensi
4. Mengetahui cara mengukur inteligensi
5. Mengetahui macam-macam kecerdasan majemuk
6. Mengetahui konsep-konsep kecerdasan majemuk
7. Mengetahui model kecerdasan majemuk

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Intelegensi

Inteligensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelegensi juga berasal


dari bahasa latin yaitu Intellectus atau Intelligentia. Intelegensi didefinisikan sebagai
suatu kemampuan berpikir atau beradaptasi dalam melakukan berbagai macam
aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan ketahanan emosi.
Menurut L.M. Terman Intelegensi merupakan kemampuan berpikir dalam arti
memikirkan hal-hal abstrak. Sedangkan menurut Alfred Binet Intelegensi merupakan
memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengkritik, intelegensi memuat empat
perkataan ini.
Aktivitas yang dilakukan manusia membutuhkan dua hal yaitu konsentrasi dan
ketahanan emosi. Aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan ketahanan emosi ini
biasanya membutuhkan kemampuan yang khusus dan tertentu yang levelnya berbeda-
beda antara satu orang dengan orang yang lainnya yang kemudian menentukan
bagaimana kualitas hasil dari aktivitas yang dilakukan itu, misalnya aktivitas belajar.
Dalam melakukan aktivitas belajar kita akan butuh ketahanan emosi dan kesabaran
untuk bisa menguasai sebuah pengetahuan atau keterampilan. Untuk bisa menguasai
itu kita juga harus berkonsentrasi. Kualitas hasil dari belajar sangat ditentukan oleh
intelegensi kita. Jadi, kemampuan untuk berpikir dan beradaptasi dalam melakukan
berbagai macam aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan ketahanan emosi itu
merupakan definisi dari inteligensi.
Inteligensi seseorang tidak bisa diketahui dengan hanya bertemu maupun
berbicara dengan orang yang dimaksud. Intelegensi juga merupakan atribut yang tidak
bisa dilihat namun dia termanifestasi pada bagaimana seseorang itu melakukan
berbagai macam aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan ketahanan emosi. Ada
orang yang mudah untuk menguasai sebuah pengetahuan atau keterampilan dan ada
juga orang yang tampak sangat kesulitan untuk menguasai keterampilan yang sama.
Hal-hal semacam ini yang bisa membuat kita memprediksi sebenarnya orang ini taraf
inteligensi nya sejauh mana. Kita tidak bisa mengukur secara persis intelijen
seseorang tanpa menggunakan alat bantu ukur. Alat ukur intelegensi ini biasanya

4
berupa tes berupa serangkaian tes yang digunakan untuk memprediksi untuk
mengetahui seberapa jauh taraf intelegensi seseorang.
Pada akhir abad 20 muncul suatu teori yang memberikan warna baru pada
penelitian inteligensi. Inteligensi tidak hanya dipandang sebagai kemampuan kognitif,
tetapi juga kemampuan lainnya yang terkait bagi seseorang untuk memecahkan
masalah. Muncullah teori-teori emosional inteligensi, moral inteligensi, sosial
inteligensi, dan spiritual intelegensi.

2.2. Kelompok Intelegensi

Secara garis besar berbagai konsep atau definisi operasional mengenai


inteligensi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama
memandang Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956,
Wechsler, 1958, Sorenson, 1977). Tokoh yang tergabung dalam kelompok ini antara
lain Tyler (1956) mengkaitkan inteligensi dengan pengetahuan penalaran,
kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru dan kemampuan
mendapatkan dan memanfaatkan informasi tepat. Selanjutnya, Wechsler inteligensi
sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
bertujuan, berpikir secara rasional dan kemampuan menghadapi lingkungan yang
efektif. Menurut Sorenson (1977) mengatakan bahwa seorang inteligensinya tinggi
akan cepat mengerti dan memahami situasi yang dihadapi serta memiliki kecepatan
dalam berpikir.
Kelompok kedua memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar
(Freeman, 1971, Flynn, dalam Azwar 1996). Freeman (1971) menyatakan bahwa
inteligensi merupakan kemampuan untuk belajar. Flynn (dalam Azwar, 1996)
menyatakan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan
kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Kelompok ketiga memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir
abstrak (Mehrens, 1973., Terman dalam Crider dkk, 1983, Stoddard, dalam Azwar,
1996.) Mehrens (1973) menyatakan inteligensi sebagai kemampuan individu untuk
berpikir abstrak. Berpikir abstrak diartikan memahami simbol verbal, numerikal dan
matematika. Terman (dalam Crider dkk, 1983) mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak. Stoddard (dalam Azwar, 1996)
menyatakan inteligensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

5
memiliki karakteristik, yaitu memiliki kesulitan, Kompleks, abstrak, ekonomis,
terarah pada tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya.

2.3. Faktor Yang Memengaruhi Intelegensi

Faktor yang dapat memengaruhi intelegensi diantaranya :


1. Pembawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang
kurang pintar, sedikit pintar, dan pintar sekali meskipun mereka menerima
pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Kematangan
Kecerdasan tidak statis, tetapi mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap
organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika dia
telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak berumur 3
tahun belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas
empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
3. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Minat dan Pembawaa Yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,s ehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
5. Kebebasan

6
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor di atas saling memengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

2.4. Pengukuran Intelegensi

IQ ada kaitanya dengan taraf inteligensi. IQ adalah angka yang diperoleh dari
tes intelegensi. Untuk mendapatkan hasil IQ kita harus mengikuti dan melakukan tes
inteligensi menggunakan alat. Pengukuran intelegensi bisa dilakukan dengan
beberapa tes diantaranya :
1. Tes dari Francis Galton
2. Tes Binet Simon, Stanford Binet
3. Tes dari Wechsler
4. Tes TIKI
5. Tes CFIT
6. Tes CPMSPM,APM
Berikut adalah rentang nilai IQ :

IQ menggambarkan intelegensi seseorang, tetapi IQ tidak sama dengan


inteligensi. Kita tidak bisa menyamakannya begitu saja karena IQ berupa angka yang
diperoleh dari hasil tes inteligensi dan bisa jadi ada error dari alat tes itu yang
membuat definisi inteligensi itu tidak tercakup sepenuhnya pada alat tes IQ tersebut.
Jadi IQ sama kecerdasan itu berbeda. IQ adalah Angka yang diperoleh dari hasil tes

7
inteligensi sedangkan kecerdasan intelegensi itu adalah kecerdasan yang sifatnya laten
yang tidak semua orang bisa melihatnya tanpa alat tes inteligensi. Tetapi, tidak semua
alat tes inteligensi itu menghasilkan IQ. Contoh alat tes yang mengeluarkan IQ adalah
Tes Binet, WISC, WPPSI, IST, SPM, dll.
Banyak orang suka sekali jika hasil tes intelegensi nya itu menunjukkan IQ
yang tinggi. Mereka banyak beranggapan bahwa itu menunjukkan mereka adalah
orang yang sudah superior dan memiliki peluang untuk sukses yang besar dan dia
lebih dibandingkan yang lain. Padahal kenyataannya, orang-orang yang sukses itu
tidak selamanya memiliki IQ yang tinggi dan tidak selamanya memiliki tingkat
inteligensi yang tinggi. Masalahnya kecerdasan yang selama ini kita kenal dengan IQ
itu hanya mencakup kecerdasan yang berkaitan dengan bidang akademik padahal bisa
saja dalam bidang yang lain.

2.5. Kecerdasan Majemuk

Seorang ahli yang bernama Howard gardner dari Harvard University


menemukan bahwa sebenarnya kecerdasan manusia itu tidak tunggal tetapi Jamak dan
setiap bidang itu ada kecerdasan atau ada spesifikasi kecerdasanya sendiri-sendiri.
Jadi orang cerdas itu tidak selamanya yang bisa matematika, pintar bahasa, terus
pintar dalam membayangkan sesuatu dalam abstraksi sesuatu. Tetapi ada banyak
bidang lain yang yang bisa juga dianggap sebagai bidang yang memiliki jenis
kecerdasan yang spesifik kita akan bahas satu persatu.
Howard Gardner itu diantaranya merumuskan 9 kecerdasan majemuk atau
biasa dikenal dengan multiple intelegensi :
1. Kecerdasan Visual dan Spasial
Karakternya adalah lebih mudah menghafal wajah daripada nama, menyampaikan
sesuatu ide dengan sketsa kreatif imajiner dalam segala hal. Contohnya adalah
seorang arsitek, desain grafis, dan interior.
2. Kecerdasan Linguistik
Merupakan kecerdasan yang memiliki kepekaan terhadap kebermaknaan tata
bahasa. Meliputi tata bahasa, bunyi, fungsi dan permainan bahasa. Adapun ciri-
ciri orang yang memiliki kemampuan linguistik antara lain senang bercerita,
senang menulis, senang berpidato, senang dengan kegiatan literasi. Contohnya
adalah jurnalis, translator, dan penyiar radio.

8
3. Kecerdasan Logika-Matematika
Orang dengan kecerdasan ini menyukai kegiatan yang berhubungan dengan
angka-angka, menyukai puzzle, senang membaca grafik, diagram, tabel, suka
menganalisa menyukai permainan yang perlu butuhkan strategi dan lain
sebagainya. Contohnya adalah seorang programmer, akuntan, dan pedagang.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan gerak
fisiknya. Terutama atlet dan olahragawan. Ciri-ciri orang dengan kecerdasan ini
yaitu memiliki karakteristik aktif dalam kegiatan fisik, suka berolahraga, suka
menari, mampu menunjukkan gerakan-gerakan yang dilihatnya.
5. Kecerdasan Musikal
Kegiatan yang biasanya disenangi oleh orang pemilik kecerdasan musikal ini
adalah senang bernyanyi, senang memainkan alat musik, senang menulis lagu,
suka mendengarkan musik ketika melakukan aktivitas. Contohnya adalah
penyanyi, musisi, dan komposer.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Karakter pemilik kecerdasan ini adalah pandai dalam memahami dirinya sendiri.
Senang menyendiri, suka merenung, suka menulis Dairi selalu berpikir realistis
biasanya pemilik kecerdasan ini senang memikirkan masa depan dan cita-citanya.
Contohnya adalah dosen, guru, dan konselor.
7. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami serta membedakan
suasana hati, kehendak, motivasi, dan perasaan orang lain. Ciri orang dengan
kecerdasan interpersonal diantaranya adalah mampu berkomunikasi dengan baik,
dapat menyampaikan pendapat ,peka terhadap perasaan orang lain, cocok bekerja
dalam timbul atau tim kerja sama. Ciri anak dengan kecerdasan interpersonal
merupakan seorang pendengar yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi ,
seorang pemimpin yang baik, solidaritas yang tinggi, peka terhadap orang lain.
Contohnya adalah orang filsafat.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini dimiliki oleh seseorang yang menyukai hal-hal yang berbau alam.
Senang bercocok tanam, senang memelihara binatang, suka menonton film flora-
fauna, empati dan peduli lingkungan dan sebagainya. Contohnya adalah petani,
peternak, dan nelayan.

9
9. Kecerdasan Eksistensial
Kemampuan orang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang
keberadaan manusia. Misalnya pertanyaan tentang mengapa aku ada, mengapa
aku hidup, mengapa aku mati, bagaimana kita mencapai tujuan hidup dan
sebagainya. Adapun ciri-ciri orang dengan kecerdasan ini antara lain sering
mempertanyakan tentang hakikat sesuatu serta sering bertanya tentang banyak hal.
2.6. Konsep – konsep Kecerdasan Majemuk

1. Satu jenis kemampuan tidak cukup untuk menyelesaikan berbagai persoalan


manusia secara menyeluruh. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak harus
diperhatikan secara menyeluruh.
2. Setiap anak karakteristik kecerdasannya berbeda. Oleh karena itu setiap anak
harus memiliki perhatian dan pendampingan masing-masing.
3. Setiap anak memiliki kebebasan dalam cara belajarnya sesuai kemampuan
masing-masing.
4. Setiap anak memiliki lingkungan fasilitas untuk mengembangkan kecerdasan
majemuk yang dimiliki.
5. Dalam penilaian kecerdasan anak harus kontekstual dan tertekang pada tes tertulis
dengan standar normal.
6. Untuk proses belajar setiap anak tidak ada batasan dalam hal apapun.

2.7. Model Kecerdasan Majemuk

Howard Gardner sedang bekerja di Boston Veterans Administration Medical


Center ketika dia menyadari bahwa pasien dengan kerusakan otak kehilangan
kemampuan yang berbeda bergantung pada lokasi cederanya pada otak. Dalam
Premes of Mind, Gardner mengatakan “….ketidakmampuan berbahasa yang lebih
spesifik ternyata berhubungan dengan daerah tertentu di otak: ini termasuk kesulitan
dalam mengulang, menamai, membaca dan menulis “ (1983, h.51). Dia mencatat
bahwa beberapa orang mengalami aphasia (kehilangan kemampuan berbahasa) karena
kerusakan otak dapat mempertahankan kemampuan musical mereka, dan sebaliknya,
beberapa orang lainnya kehilangan kecakapan musical mereka tetapi masih mampu
berbahasa (h.118).
Bagi Gardner kehilangan yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa ada
dasar biologis untuk setiap kecerdasan tertentu. Berangkat dari definisi bahwa

10
kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan
sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya, Gardner mengembangkan seperangkat
kriteria untuk menentukan serangkaian kecakapan yang membangun kecerdasan.
Dia mengemukakan bahwa sebuah kemampuan dapat dianggap sebagai kecerdasan
jika memenuhi beberapa (tidak perlu semua) kriteria di bawah ini :
1. Memiliki potensi untuk terisolasikan karena kerusakan otak.
2. Ditunjukkan dengan keberadaan orang idiot-genius, berbakat, dan individu luar
biasa lainnya yang memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi pada satu bidang.
3. Memiliki operasi (proses) inti atau seperangkat operasi yang dapat dikenali.
4. Memiliki sejarah perkembangan yang berbeda, berikut serangkaian kinerja puncak
yan bias didefinisikan.
5. Memiliki sejarah evolusioner atau probabilitas evolusioner.
6. Didukung oleh uji psikologis.
7. Didukung oleh temuan – temuan psikometrik.
8. Memiliki kelemahan terhadap pengodean ke dalam system symbol.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Intelegensi didefinisikan sebagai suatu kemampuan berpikir atau beradaptasi


dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan
ketahanan emosi. Intelegensi juga merupakan atribut yang tidak bisa dilihat namun
dia termanifestasi pada bagaimana seseorang itu melakukan berbagai macam aktivitas
yang membutuhkan konsentrasi dan ketahanan emosi. Ada tiga kelompok intelegensi
secara garis besar atau definisi operasional. Intelegensi juga dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan
yang khas serta kebebasan. Intelegensi seseorang dapat diukur dengan berbagai
macam tes.
Kecerdasan majemuk dirumuskan menjadi Sembilan oleh Howard Gardner
yang biasa dikenal sebagai multiple intelegensi diantaranya yaitu kecerdasan visual
dan spasial, kecerdasan linguistic, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, dan
kecerdasan eksistensial.

3.2. Saran

Saran yang bisa kami berikan perlu adanya sosialisasi dan pengenalan lebih
lanjut akan pengukuran intelegensi pada seseorang dan pentingnya multiple
intelengensi sebagai salah satu upaya untuk mengetahui intelegensi seseorang untuk
memaksimalkan potensi generasi yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hoerr, R Thomas.2007.Multiple Intelligences. Bandung : Penerbit Kaifa

Jaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Purnomo, Halim. 2019. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:LP3M UMY

Sugihartono, Fathiyah, K. N., Harahap, F., Nurhayati, S. R., Setiawati, F. A. (2013).


Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

13

Anda mungkin juga menyukai