Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction
(PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini,
model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto,
2010:91).
3. Penyelidikan autentik.
5. Kolaborasi.
Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut.
Kelebihan:
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.
Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai
berikut:
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
b. Ciri-Ciri PMRI
Suryanto dan Sugiman (Supinah, 2008: 16) menyatakan bahwa Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
2) Menggunakan model
c. Prinsip PMRI
PMRI menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu karakteristik RME ada dalam PMRI. Ada tiga
prinsip kunci RME menurut Gravemeijer (Supinah, 2008: 16), yaitu Guided re-invention, Didactical
Phenomenology dan Self-delevoped Model.
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual
yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan
diperolehnya.
Gravemeijer (Supinah, 2008: 17) menyebutkan bahwa pada waktu siswa mengerjakan masalah
kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa,
baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa
untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan
munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.
d. Konsepsi PMRI
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya
sendiri; Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan,
kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan penolakan.
c) Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat
ragam pengalaman.
d) Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan
mengerjakan matematika.
c) Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil, dan
d) Guru tidak terpancang pada materi yang ada didalam kurikulum, tetapi aktif mengaitkan
kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.
a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang ’riil’ bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pembelajaran secara bermakna.
b) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut