Anda di halaman 1dari 5

2.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction
(PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini,
model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto,
2010:91).

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

3. Penyelidikan autentik.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya.

5. Kolaborasi.

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

1.Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut.

Kelebihan:

1. Realistik dengan kehidupan siswa;

2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;

3. Memupuk sifat inquiry siswa;

4. Retensi konsep jadi kuat;

5. Memupuk kemampuan Problem Solving.


Kekurangan:

1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;

2. Sulitnya mencari problem yang relevan;

3. Sering terjadi miss-konsepsi;

4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai
berikut:

1. Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa untuk


mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.

3. Model Pembelaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

a. Definisi Pendekatan PMRI


Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk
memahamkan persoalan matematika. (Depdiknas, 2010: 7). Anwar (2010) menyatakan bahwa PMRI
adalah satu pendekatan pembelajaran matematika yang coba menggunakan pengalaman dan
lingkungan siswa sebagai alat bantu mengajar primer.

b. Ciri-Ciri PMRI

Suryanto dan Sugiman (Supinah, 2008: 16) menyatakan bahwa Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Menggunakan masalah konstektual

2) Menggunakan model

3) Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri

4) Pembelajaran terfokus pada siswa

5) Terjadi interaksi antara murid dan guru

c. Prinsip PMRI

PMRI menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu karakteristik RME ada dalam PMRI. Ada tiga
prinsip kunci RME menurut Gravemeijer (Supinah, 2008: 16), yaitu Guided re-invention, Didactical
Phenomenology dan Self-delevoped Model.

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang.

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual
yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan
diperolehnya.

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik.

Pembelajaran matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau


memberitahu siswa dan memakai matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah,
diubah dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga
memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya.

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa.

Gravemeijer (Supinah, 2008: 17) menyebutkan bahwa pada waktu siswa mengerjakan masalah
kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa,
baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa
untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan
munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.

d. Konsepsi PMRI

1) Konsepsi PMRI tentang siswa adalah sebagai berikut.


a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang
mempengaruhi belajar selanjutnya.

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya
sendiri; Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan,
kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan penolakan.

c) Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat
ragam pengalaman.

d) Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan
mengerjakan matematika.

2) Konsepsi PMRI tentang guru adalah sebagai berikut :

a) Guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran

b) Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif

c) Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil, dan

d) Guru tidak terpancang pada materi yang ada didalam kurikulum, tetapi aktif mengaitkan
kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.

3) Konsepsi PMRI tentang pembelajaran Matematika

a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang ’riil’ bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pembelajaran secara bermakna.

b) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut

c) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap


persoalan/permasalahan yang diajukan
d) Pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap
jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan
melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil.

Anda mungkin juga menyukai