Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KEGIATAN SURVEILANS KESEHATAN HAJI TAHUN 2013DI

EMBARKASI HAJI ANTARA PALANGKARAYA


Evaluation of health surveillance activities of hajj 2013 in the hajj embarkation Palangkaraya

Elvan Virgo Hoesea


Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangkaraya, evir1974@yahoo.co.id
Alamat Korespondensi: Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III, Jl. Adonis Samad Palangkaraya
Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit meningitis meningokokus dan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV)
merupakan penyakit yang diwaspadai dapat menular kepada jamaah haji mengingat tingginya kasus kedua
penyakit tersebut di daerah Timur Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan surveilans
yang dilakukan di embarkasi haji antara Palangkaraya tahun 2013 dan menilai kegiatan surveilans
berdasarkan atribut surveilans dan hambatan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan. Penelitian dilaksanakan
dengan rancangan deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuesioner dilakukan pada 6 orang
pelaksana kegiatan surveilans. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang
diteliti meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi, diseminasi informasi dan
atribut surveilans berupa kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, sensitifitas, nilai prediksi positif,
representatip, ketepatan waktu, kualitas data, stabilitas data. Pelaksanaan surveilans kesehatan di embarkasi
haji antara Palangkaraya tahun 2013 menunjukkan seluruh tahapan kegiatan surveilans telah dilakukan
sesuai dengan prosedur, dapat dinilai, kecuali sensitivitas dan nilai prediksi positif karena tidak ditemukan
kasus meningitis meningokokus. Kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan surveilans kesehatan haji sudah
berjalan cukup baik berdasarkan pendekatan kegiatan surveilans dan atribut surveilans. Laporan kegiatan
sudah dimanfaatkan oleh instansi terkait dengan kegiatan embarkasi haji.

Kata kunci: penularan penyakit, surveilans kesehatan haji, penilaian atribut, jamaah haji

ABSTRACT
Meningococcal meningitis and Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) is a disease
that can be transmitted to a weary hajj pilgrims considering the high incidence of both diseases in the
Middle East region. This study was conducted to evaluate the surveillance activities conducted at
embarkation Palangkaraya pilgrimage between 2013 and assess the surveillance activities based on the
attributes of surveillance and barriers that occur in the implementation of activities. The experiment was
conducted with a descriptive design using a quantitative approach. Questionnaires were completed at 6
implementing surveillance activities. Interviews were conducted to obtain information about the variables
under study includes data collection, processing, analysis and interpretation, dissemination of information,
and surveillance attributes such as simplicity, flexibility, acceptability, sensitivity, positive predictive value,
representative, timeliness, data quality, and data stability. Implementation of health surveillance in the hajj
embarkation Palangkaraya in 2013 showed all stages of the surveillance activities have been conducted in
accordance with the procedures as well as evaluating surveillance activities unless the sensitivity and
positive predictive value because no cases of meningococcal meningitis. The conclusion that the
implementation of health surveillance activities Hajj has been running quite a well-based approach to
surveillance and surveillance attributes. The report has been used by the agency activities related to the
activities of hajj embarkation.

Keywords: disease transmission, hajj health surveillance, assessment attributes, hajj pilgrims

PENDAHULUAN melakukan tindakan penanggulangan secara efektif


dan efisien melalui proses pengumpulan data,
Surveilans epidemiologi kesehatan haji yang pengolahan, dan analisis serta penyebaran
merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan informasi epidemiologi kepada penyelenggara
terus menerus terhadap penyakit atau masalah- program kesehatan haji (Depkes RI, 2009).
masalah kesehatan jamaah haji yang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai
mempengaruhi kondisi jamaah, agar dapat salah satu instansi pemerintah yang merupakan
206
Elvan Virgo H., Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan… 207

unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen ibadah haji sebanyak 164.000 orang dan 1.096 orang
Kesehatan dan berada di bawah serta bertanggung diantaranya berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah
jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian dan jumlah jemaah haji yang akan berkumpul
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan juga memiliki di Arab Saudi lebih dari 2 (dua) juta orang dari
tugas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan haji berbagai negara termasuk dari negara endemis
pada pemeriksaan kesehatan akhir di embarkasi dan Meningitis meningokokus, kondisi ini merupakan
debarkasi (Depkes RI, 2008). faktor risiko terjadinya penularan penyakit
Penyakit yang menjadi perhatian utama yang Meningitis meningokokus apabila jemaah haji
berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji tidak diberikan vansinasi Meningitis meningokokus
adalah Meningitis meningokokus yang merupakan sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji,
penyakit pada manusia yang menyerang lapisan adanya kejadian wanita usia subur yang hamil
selaput otak atau meninges yang disebabkan oleh sudah sampai diembarkasi dan sudah divaksinasi
bakteri Neisseria Meningitidis, penyakit ini dapat Meningitis meningokokus dan adanya jamaah haji
menyerang semua umur dari bayi sampai lanjut usia, risiko tinggi yang ditunda keberangkatnnya pada
meningitis bakterial terjadi pada kira-kira 3 kasus saat pesawat transit menandakan bahwa pengawasan
per 100.000 orang, data dari WHO menyebutkan terhadap jamaah yang akan berangkat kurang yang
di tahun 2012 terdapat 5.300 terduga meningitis akan berpengaruh pada hasil kegiatan surveilans.
dan 530 kematian akibat penyakit meningitis Pada tahun 2010–2013 tidak terdapat jemaah haji
meningokokus di Burkina Faso yang merupakan asal Provinsi Kalimantan Tengah yang diduga
daerah endemis Meningitis Meningokokus yang menderita penyakit Meningitis meningokokus dan
dikenal dengan sebutan “Sabuk Meningitis” (WHO, penyakit menular potensial wabah lainnya setelah
2013). menjalani ibadah haji atau umroh, tidak adanya kasus
Masalah kesehatan lain yang dihadapi adalah dapat terjadi karena jenis vaksin yang digunakan
terjadinya kasus Corona virus pada April 2012, saat ini (Menveo ACWY) memang tepat untuk
corona virus menyebabkan penyakit pernafasan yang pencegahan penyakit Meningitis meningokokus dan
dilaporkan Arab Saudi sehingga disebut MERS CoV vaksin lainnya untuk penyakit menular potensial
(Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus). wabah atau dapat juga terjadi karena adanya under
Data dari WHO menyebutkan bahwa sejak April reporting pencatatan dan pelaporan terduga atau
2012 sampai 8 Mei 2014 terdapat 536 konfirmasi kasus Meningitis meningokokus dan penyakit
laboratorium kasus infeksi pada manusia dengan potensial wabah yang merupakan bagian dari
Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus sistem surveilans. Sistem surveilans kesehatan haji
(MERS-CoV) termasuk 145 orang meninggal dan diperlukan untuk memantau tren penyakit khususnya
penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara penyakit Meningitis meningokokus dan penyakit
selain negara-negara di Timur Tengah seperti menular potensial wabah berdasarkan orang, tempat
Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris, Amerika dan waktu menggunakan data prevalensi serta
Serikat, Philipina dan Malaysia dengan masing- menyediakan informasi untuk tindakan perencanaan
masing 1 konfirmasi laboratorium kasus MERS-CoV pelayanan kesehatan dan pencegahan, sehingga
(WHO, 2013). sistem surveilans merupakan unsur penting dalam
Salah satu kegiatan surveilans yang dilakukan pencegahan penularan penyakit sebagai bagian dari
pada saat jamaah haji datang setelah melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD).
ibadah haji adalah pemeriksaan suhu tubuh Jamaah Tujuan umum penelitian adalah mengevaluasi
Haji ketika tiba di tanah air sebagai upaya identifikasi kegiatan surveilans kesehatan haji di embarkasi haji
gejala awal penyakit meningitis meningokokus antara Palangkaraya tahun 2013. Tujuan khusus
maupun MERS-CoV sehingga penyebaran lebih luas mengevaluasi pelaksanaan kegiatan surveilans
dapat dicegah. Masalah kesehatan lainnya adalah kesehatan haji berdasarkan tahapan kegiatan
jumlah jamaah haji yang berangkat dengan risiko surveilans oleh KKP kelas III Palangkaraya,
tinggi sebanyak 519 orang atau 48% dari total 1.096 mengevaluasi kegiatan surveilans kesehatan haji
jamaah haji Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 berdasarkan atribut sistem surveilans oleh KKP kelas
(KKP Kelas III Palangkaraya, 2013). III Palangkaraya, mengetahui hambatan pelaksanaan
Adapun identifikasi masalah pada kegiatan kegiatan surveilans kesehatan haji oleh KKP kelas
kegiatan surveilans kesehatan haji tahun 2013 adalah III Palangkaraya.
jumlah jemaah haji Indonesia yang melaksanakan
208 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 206–215

METODE agar dapat diketahui apakah kegiatan tersebut


Jenis penelitian ini adalah evaluatif. Rancang memenuhi persyaratan atribut surveilans.
bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang bertujuan menggambarkan dan menjelaskan HASIL
secara sistematis fakta-fakta, sifat serta hubungan
Surveilans kesehatan haji di embarkasi haji
antar fenomena yang diselidiki.
antara Palangkaraya tahun 2013 dilakukan melalui
Penelitian ini menggunakan pendekatan
tahapan pengumpulan data, pengolahan data, analisis
kuantitatif untuk mendapatkan informasi mendalam
dan interpretasi data dan diseminasi informasi.
dari informan/ sumber data tentang kegiatan yang
Uraian mengenai tahapan tersebut disajikan pada
sudah dilakukan, sehingga penelitian ini mampu
bagian berikut ini:
menggambarkan keadaan yang sebenarnya di
lapangan dengan variabel berupa tahapan pada Pengumpulan Data
kegiatan surveilans yaitu:
Pengumpulan data merupakan tahap Dari kegiatan pengumpulan data penelitian
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk didapatkan hasil sumber daya yang tersedia pada
menilai kegiatan yang meliputi data pemeriksaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangkaraya
kesehatan jemaah, pemeriksaan dan pengawasan sebagai penanggung jawab kegiatan surveilans
pemberian vaksinasi Meningitis Meningokokus kesehatan haji dapat dilihat pada tabel berikut :
pada jemaah, pemeriksaan dan legalisasi dokumen
kesehatan berupa International Certificate of Tabel 1. Ketersediaan Sumber Daya
Vaccination (ICV) serta pengawasan kesehatan Jumlah Kecukupan
jemaah haji setelah pulang kembali ke daerah Jenis Sumber Daya Standar
yang Ada Ya Tidak
masing-masing. Petugas
Pengolahan Data merupakan proses untuk Tenaga epid ahli(S2) 2 2 V -
mengolah data yang telah dikumpulkan dengan Tenaga epid ahli (S1) 2 4 - V
Tenaga epid terampil 2 4 - V
tahapan editing, koding data, pemasukan data ke Tenaga dokter umum 0 1 - V
komputer, pembersihan data, transformasi data. Sarana
Analisis dan Interpretasi Data merupakan Komputer/ Laptop 1 1 V -
tahapan untuk menganalisa data yang telah diolah Form laporan 1 1 V -
dan telah dikelompokkan sesuai dengan data yang Telepon/ Faximili 1 1 V -
Aplikasi siskohat 1 1 V -
dibutuhkan lalu dilakukan interpretasi data yaitu Transportasi
memberikan makna pada hasil analisis data apakah Mobil 1 1 V -
data yang diperoleh dapat memperlihatkan analisis Sepeda motor 3 1 V -
kecenderungan, analisis perbandingan dan analisis
faktor risiko. Ketersediaan sumber daya tenaga berupa
Diseminasi Data merupakan proses penyebaran tenaga epidemiologi ahli (S2), tenaga epidemiologi
data yang sudah diberikan makna dan sudah disetujui ahli (S1), Tenaga epidemiologi terampil dan
oleh pengambil keputusan sebagai suatu informasi tenaga dokter umum semuanya tidak mencukupi.
epidemiologi untuk disebarkan kepada yang ketersediaan sumber daya sarana mencukupi,
berkepentingan dalam bentuk buletin atau laporan ketersediaan sumber daya transportasi mencukupi.
untuk tindakan pencegahan dan pengendalian. Jenis kelamin jamaah haji yang terbanyak
Atribut Surveilans adalah atribut dalam melakukan ibadah haji adalah laki-laki sebanyak
pelaksanaan kegiatan surveilans kesehatan haji 621 orang (56,7%).
berupa kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, Kelompok umur jamaah yang berangkat
sensitivitas, nilai prediksi positif, kerepresentatifan, ibadah haji terbanyak adalah 41–50 tahun sebanyak
ketepatan waktu, kualitas data dan stabilitas dengan 361 orang (33%).
menilai seluruh pelaksanaan kegiatan dengan cara Tingkat pendidikan jamaah yang berangkat
membandingkan proses pelaksanaan kegiatan ibadah haji terbanyak adalah SD sebanyak 430 orang
surveilans kesehatan haji dengan atribut surveilans (39%).
Elvan Virgo H., Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan… 209

Tabel 2. Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan 299 orang (57,7%) dan jamaah laki-laki 220 orang
Risiko Tinggi Sesuai Klasifikasi ICD-X (42,3%). Sedangkan kasus kematian pada kegiatan
embarkasi tidak ada.
Jumlah
Deskripsi Penyakit
Penderita
Essential (primary) hypertension 258 Tabel 5. Tabel Data Kesakitan dan Kematian
Senility 107 Debarkasi
Non-insulin-dependent diabetes mellitus 81 Jumlah Status
Disorders of lipoprotein metabolism and 58 Kloter Sakit Mati
Jamaah Imunisasi
other lipidemias 1 (10) 324 4 0 lengkap
Asthma 15 2 (11) 322 22 0 lengkap
Pure hypercholesterolaemia 11 3 (12) 323 15 0 lengkap
Insulin-dependent diabetes mellitus 9 4 (13) 127 11 0 lengkap
Iron deficiency anaemia 8 1.096 52 0
Other rheumatoid arthritis 8
Cardiomegaly 7
Jumlah kasus penyakit bukan Meningitis
meningokokus pada kegiatan Debarkasi terbanyak
Jumlah penyakit yang diderita jamaah haji bisa
pada jamaah laki-laki yaitu 27 orang (55,1%) dan
lebih dari satu penyakit, jenis penyakit Risiko Tinggi
jamaah perempuan 22 orang (44,9%).Sedangkan
yang diderita jamaah haji terbanyak adalah Essential
kasus kematian pada kegiatan debarkasi tidak ada.
(primary) hypertension 258 kasus (23,5%), Senility
Hasil pemeriksaan laboratorium pada Wanita
Usia Subur (WUS) berupa tes kehamilan dari
Tabel 3. Kelengkapan Data Vaksinasi dan K3JH 374 WUS yang diperiksa semuanya (100%) dalam
Jumlah Jamaah keadaan tidak hamil.
Jumlah
Klt Vaksinasi K3JH Hasil pemeriksaan laboratorium jamaah yang
Jamaah
MM flu memiliki riwayat penyakit TBC berupa tes sputu/
10 (1) 324 324 324 321 dahak dari 7 jamaah yang diperiksa semuanya
11 (2) 322 322 322 321 (100%) dalam keadaan negatif basil tuberkulosis.
12 (3) 323 323 323 323
13 (4) 127 127 127 127 Pengolahan Data

Kelengkapan data vaksin berupa vaksinasi Data dikumpulkan setiap hari selama kegiatan
Meningitis meningokokus dan influenza seluruh embarkasi dan debarkasi Haji Antara Palangkaraya
jamaah haji berjumlah 1.096 orang (100%) telah tahun 2013 lalu data dikelompokkan secara manual
mendapatkan vaksinasi meningitis meningokokus dan menggunakan komputer dengan program Excel
dan influenza sebelum berangkat menunaikan dicek apabila ada data yang kurang lalu data diolah
ibadah haji, sedangkan kelengkapan dokumen K3JH sehingga menghasilkan Data Embarkasi berupa data
dari 1.096 jamaah terdapat 4 (0,4%) jamaah yang kelengkapan vaksin dan Buku Kesehatan Jamaah
tidak memiliki dokumen K3JH pada saat kegiatan Haji (BKJH) serta data Data Debarkasi berupa
debarkasi. data.

Analisis dan Interpretasi Data


Tabel 4. Tabel Data Risiko Tinggi dan Kematian
Embarkasi Data yang telah diolah berdasarkan faktor
risiko dilakukan analisis deskriptif atas kelengkapan
Jumlah Risiko Status
Kloter Mati vaksinasi dan dokumen BKJH pada saat embarkasi
Jamaah Tinggi vaksin
dan analisis dokumen K3JH pada saat debarkasi
1 (10) 324 144 0 lengkap
2 (11) 322 176 0 lengkap untuk memastikan bahwa jamaah haji yang datang
3 (12) 323 136 0 lengkap dalam keadaan sehat tanpa membawa penyakit.
4 (13) 127 63 0 lengkap
1.096 519 0 Diseminasi Informasi
Informasi hasil pengamatan dan analisis
Jumlah kasus risiko tinggi pada kegiatan data surveilans kesehatan haji setiap hari selama
embarkasi terbanyak pada jamaah perempuan yaitu embarkasi dan pada akhir debarkasi disampaikan
210 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 206–215

dalam bentuk laporan SISKOHATKES harian Atribut Surveilans Akseptabel


disampaikan ke Direktur Jenderal PP & PL
Data hasil kegiatan surveilans kesehatan haji
Kementerian Kesehatan RI, laporan Evaluasi
berupa laporan evaluasi embarkasi dan debarkasi
Embarkasi dan Debarkasi KKP disampaikan ke
Haji Antara Palangkaraya tahun 2013 dimanfaatkan
Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota se
oleh Dinas Kesehatan, Kementerian Agama, Rumah
Kalimantan Tengah, Kementerian Agama Propinsi
Sakit untuk kegiatan perencanaan pengadaan
Kalimantan Tengah. laporan Evaluasi embarkasi dan
vaksin, dokumen BKJH, kegiatan rujukan serta
debarkasi Propinsi Kalimantan Tengah disampaikan
untuk pengambilan keputusan sesuai dengan Surat
ke Kementerian Kesehatan RI, laporan Pertemuan
Keputusan Bersama No. 458 tentang calon jamaah
Evaluasi Internal KKP, pembuatan majalah dinding
haji wanita hamil dan penentuan kriteria jamaah
sebagai media informasi bagi pengunjung KKP
dengan risiko tinggi yang dapat berangkat.
Kelas III Palangkaraya.
Atribut Surveilans Sensitifitas
Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan Haji
di Embarkasi Haji Antara Palangkaraya Sesuai dengan laporan SISKOHATKES
Berdasarkan Atribut embarkasi dan debarkasi Haji Antara Palangkaraya
tahun 2013 tidak terdapat kasus meningitis
Atribut Surveilans Kesederhanaan
meningokokus pada jamaah haji Provinsi Kalimantan
Penilaian atribut surveilans pada kegiatan Tengah
surveilans kesehatan haji pada Embarkasi Haji Antara
Palangkaraya tahun 2013 dilakukan oleh 6 (enam) Atribut Surveilans Nilai Prediksi Positif
orang sumber data/informan. Format pelaporan yang Penentuan adanya kasus meningitis
digunakan sangat sederhana karena berupa aplikasi meningokokus didasarkan pada konfirmasi kasus
standar dari Kementerian Kesehatan RI berupa dengan melihat hasil laboratorium dan melihat ada
aplikasi SISKOHATKES. Prosedur penyampaian atau tidak adanya instruksi dari Direktorat Jenderal
laporan dalam bentuk aplikasi SISKOHATKES PP & PL Kementerian Kesehatan RI dan informasi
dilakukan dengan mudah, langsung cepat dan tidak dari SISKOHATKES. Pada kegiatan Embarkasi
berbelit karena disampaikan langsung ke Direktur dan Debarkasi Haji Antara Palangkaraya tahun
Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI 2013 Nilai Prediksi Positip tidak dapat dihitung
melalui email dan faximilli, demikian juga apabila karena tidak ada terduga atau kasus meningitis
ada respon balik atas laporan yang disampaikan akan meningokokus yang ditemukan.
dikirim melalui email dan faximilli sehingga upaya
tindakan selanjutnya dapat cepat dilaksanakan. Atribut Surveilans Representatif
Penerapan definisi operasional meningitis
Laporan kegiatan surveilans kesehatan haji
meningokokus didasarkan atas gejala spesifik
dan karakteristik jamaah haji sudah sesuai dengan
meliputi Gejala klinis yang ditemui seperti gejala
keadaan pada jamaah haji dengan menggambarkan
flu pada umumnya, yaitu; demam ≥ 39°C, sakit
orang, tempat, waktu dan faktor risiko pada
kepala, ruam merah/ungu pada kulit anggota badan
jamaah haji, juga dapat menggambarkan secara
bagian bawah dan konjungtiva, kaku leher, fotofobia,
akurat ada atau tidak adanya kejadian meningitis
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
meningokokus pada jamaah haji pada periode
Atribut Surveilans Flexibilitas debarkasi.

Kegiatan surveilans kesehatan haji dapat Atribut Surveilans Ketepatan Waktu


menerima perubahan informasi tentang penyakit
Hasil laporan masuk dan dilaporkan oleh
dengan data laboratorium untuk dapat membedakan
petugas lapangan diterima dan diolah oleh petugas
kasus penyakit menular dan tidak menular lainnya
SISKOHATKES dan dilaporkan tiap hari ke
dengan kasus yang memiliki gejala hampir mirip
Direktur Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan
dengan penyakit meningitis meningokokus, seperti
RI sebelum pukul 24.00 WIB setiap harinya,
influenza. Bila terdapat kasus dapat menggunakan
dan ketepatan waktu pelaporan SISKOHATKES
format tambahan mengenai data laboratorium dan
embarkasi dan debarkasi Haji Antara Palangkaraya
karakteristik pasien untuk dilampirkan di laporan
2013 sebesar 100%.
SISKOHATKES.
Elvan Virgo H., Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan… 211

Atribut Surveilans Kualitas Data dokter umum tidak ada, ketersediaan sumber daya
petugas ini tidak sesuai bila dibandingkan dengan
Kualitas data yang masuk lengkap dan terjamin
Indikator Penyelenggaraan Sistem Surveilans
kualitasnya karena dapat menggambarkan kejadian
Epidemiologi Kesehatan yang harus dimiliki Kantor
pada jamaah haji selama kegiatan embarkasi dan
Kesehatan Pelabuhan berdasarkan Keputusan
debarkasi, laporan data dalam bentuk online dan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/MENKES/
dilaporkan setiap hari.
SK/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Atribut Surveilans Stabilitas Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan yang
mensyaratkan ketersediaan tenaga epidemiologi
Alat yang digunakan untuk pengumpulan dan ahli (S2) 2 orang, epidemiologi ahli (S1) 4 orang,
pengolahan data berupa komputer/laptop yang epidemiologi terampil 4 orang dan tenaga dokter
memiliki koneksi internet untuk mengirim laporan umum 1 orang untuk UPT Kementerian Kesehatan
SISKOHATKES. Waktu yang diperlukan untuk termasuk Kantor Kesehatan Pelabuhan, sehingga
mengumpulkan dan menerima data, pengaturan, perlu adanya perhatian dari pihak Kementerian
memasukkan, mengedit dan menyimpan data Kesehatan RI untuk dapat menambah jumlah
surveilans paling lama 12 jam dan waktu yang tenaga pelaksana baik dari aspek kuantitas maupun
diperlukan untuk mencetak atau menghasilkan kualitas.
suatu data SISKOHATKES selama 5–10 menit dan Sumber daya sarana yang terdapat pada KKP
untuk dapat melaksanakan semua tahapan dalam Kelas III Palangkaraya yang digunakan dalam
aplikasi SISKOHATKES petugas KKP Kelas III pelaksanaan Kegiatan Embarkasi dan Debarkasi
Palangkaraya sudah mendapatkan pelatihan tentang Haji Antara tahun 2013 Palangkaraya secara umum
aplikasi SISKOHATKES. sumber daya sarana yang dimiliki oleh KKP Kelas
Sistem dan perangkat pengolahan yang dipakai III Palangkaraya telah sesuai dengan Indikator
untuk menjalankan aplikasi SISKOHATKES dapat Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
menjamin ketersediaan data dan mempunyai sifat Kesehatan yang harus dimiliki Kantor Kesehatan
reliabilitas tinggi yaitu terkumpul, terkelola, tersaji, Pelabuhan berdasarkan Keputusan Menteri
tersimpan dengan baik dan availabilitas tinggi Kesehatan RI Nomor 1116/MENKES/SK/2003
yaitu mudah diperoleh dan dioperasikan apabila tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
dibutuhkan dan selama pelaksanaan kegiatan Epidemiologi Kesehatan.
surveilans kesehatan haji tidak pernah terjadi Sumber daya transportasi yang dimiliki KKP
kerusakan dan kehilangan Kelas III Palangkaraya yang digunakan dalam
Penilaian kegiatan surveilans kesehatan pelaksanaan Kegiatan Embarkasi dan Debarkasi
haji dengan menggunakan atribut surveilans Haji Antara tahun 2013 Palangkaraya sesuai dengan
menunjukkan bahwa atribut surveilans Indikator Penyelenggaraan Sistem Surveilans
kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, Epidemiologi Kesehatan yang harus dimiliki Kantor
kerepresentatipan, ketepatan waktu, kualitas data Kesehatan Pelabuhan berdasarkan Keputusan
dan stabilitas dapat menilai kegiatan surveilans Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/MENKES/
sedangkan atribut sensitivitas dan nilai prediksi SK/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
positif tidak dapat dinilai karena tidak adanya Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
terduga atau kasus meningitis meningkokokus yang Kegiatan pengumpulan data pada kegiatan
ditemukan pada kegiatan embarkasi dan debarkasi surveilans kesehatan haji yang dilakukan oleh
haji tahun 2013. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangkaraya
yaitu surveilans aktif dan pasif pada saat embarkasi
PEMBAHASAN dan saat debarkasi berupa data karakteristik
jamaah berdasarkan jenis kelamin, kategori umur,
Pengumpulan Data pendidikan, data risiko tinggi
Pada pelaksanaan Embarkasi dan Debarkasi Jenis data berupa data kelengkapan vaksin dan
Antara Palangkaraya tahun 2013 sumber daya kartu kewaspadaan kesehatan jamaah haji (K3JH),
petugas yang tersedia di KKP Kelas II Palangkaraya data risiko tinggi, Kesakitan dan Kematian, data
hanya terdiri dari Tenaga Epidemiologi Ahli (S2) Laboratorium serta frekuensi pengumpulan data
2 orang dan Tenaga Epidemiologi Terampil 2 orang, yang dilakukan oleh KKP Kelas III Palangkaraya
tenaga epidemiologi ahli (S1) 2 orang dan tenaga yaitu setiap hari yaitu 10 hari periode embarkasi
212 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 206–215

dan 10 hari periode debarkasi merupakan kegiatan pengamatan dan analisis data surveilans kesehatan
yang sesuai dengan Pedoman Surveilans Kesehatan haji setiap hari selama embarkasi dan pada akhir
Haji tentang pengumpulan data yang dilakukan debarkasi mengenai ada atau tidak adanya kasus
pada kegiatan surveilans kesehatan haji (Depkes RI, meningitis meningkokokus, adanya Risiko Tinggi
2009), karena data surveilans kesehatan haji bersifat , adanya kematian, adanya jamaah rawat inap di
zero reporting yaitu dilaporkan walaupun tidak ada Arab Saudi pada jamaah haji Propinsi Kalimantan
kasus, segera, harian dan mingguan. Tengah telah disampaikan oleh KKP Kelas III
Dalam proses pengumpulan data yang Palangkaraya dalam bentuk laporan SISKOHATKES
dilakukan oleh KKP Kelas III Palangkaraya selama harian disampaikan ke Direktur Jenderal PP & PL
ini sudah disesuaikan dengan data yang ada pada Kementerian Kesehatan RI. Laporan pertemuan
format SISKOHATKES. Kegiatan pengumpulan evaluasi internal KKP. Laporan evaluasi embarkasi
data ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan dan debarkasi KKP disampaikan ke Dinas Kesehatan
di embarkasi dan debarkasi haji dan telah sesuai Propinsi/Kabupaten/Kota se Kalimantan Tengah,
dengan Pedoman Surveilans Kesehatan Haji tentang Kementerian Agama Propinsi Kalimantan Tengah.
pengumpulan data yang dilakukan pada kegiatan Laporan evaluasi embarkasi dan debarkasi Propinsi
surveilans kesehatan haji (Depkes RI, 2009). Kalimantan Tengah disampaikan ke Kementerian
Kesehatan RI. Kegiatan penyebarluasan hasil
Pengolahan Data surveilans kesehatan haji ini telah sesuai dengan
Kegiatan pengolahan data surveilans kesehatan Pedoman Surveilans Kesehatan Haji tentang
haji yang dilakukan oleh KKP Kelas III Palangkaraya penyebarluasan hasil surveilans kegiatan haji kepada
telah menggunakan cara manual dengan Excell pengambil keputusan dan stakeholder (Depkes RI,
dicek apabila ada data yang kurang lalu data diolah 2009).
sehingga menghasilkan Data Embarkasi berupa data
Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan Haji
kelengkapan vaksin dan Buku Kesehatan Jamaah
di Embarkasi Haji Antara Palangkaraya
Haji (BKJH) serta data Data Debarkasi berupa
Berdasarkan Atribut
data kelengkapan dokumen Kartu Kewaspadaan
Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) dan data kasus bila Atribut Surveilans Kesederhanaan
terdapat kasus meningitis meningokokus selama
Suatu sistem surveilans akan berguna bila dapat
pelaksanaan ibadah haji pada jamaah haji asal
membantu untuk menentukan dan menjelaskan suatu
Propinsi Kalimantan Tengah maupun pada saat
penyakit/peristiwa kesehatan yang sebelumnya
debarkasi dan 14 hari pasca kedatangan kembali
tampak kurang penting menjadi peristiwa
dari Arab Saudi.
kesehatan yang sangat penting menurut Nur Nasry
Noor,(2008).
Analisis dan Interpretasi Data
Definisi operasional surveilans kesehatan
Kegiatan analisis dan interpretasi data surveilans haji pada kegiatan embarkasi dan debarkasi
kesehatan haji yang dilaksanakan oleh KKP Kelas sudah sederhana dan mudah diterapkan sehingga
III Palangkaraya dilakukan dengan memperhatikan petugas dapat melakukan kegiatan surveilans
faktor risiko dari data yang telah dikumpul, sesuai dengan format data yang diperlukan
dikompilasi dan diolah berdasarkan faktor risiko dari SISKOHATKES, kegiatan yang dilakukan sesuai
kelengkapan vaksinasi dan dokumen BKJH pada dengan kesederhanaan tersebut mendukung kegiatan
saat embarkasi dan analisis dokumen K3JH pada surveilans mengingat singkatnya waktu jamaah di
saat debarkasi untuk mengetahui tren dari masalah asrama haji sehingga mudah dilakukan, langsung
kesehatan atau faktor risiko yang diamati, kegiatan dan tidak berbelit. Kesederhanaan dalam surveilans
ini sesuai dengan Pedoman Surveilans Kesehatan dirancang dengan sederhana apabila sistem tersebut
Haji tentang pengumpulan data yang dilakukan memiliki definisi operasional yang mudah diterapkan
pada kegiatan surveilans kesehatan haji (Depkes dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh
RI, 2009). pelaksana kegiatan surveilans. Format pelaporan
yang digunakan sangat sederhana karena berupa
Diseminasi Informasi aplikasi standar dari Kementerian Kesehatan RI
Pada Kegiatan Embarkasi dan Debarkasi Haji berupa Aplikasi SISKOHATKES.
Antara Palangkaraya tahun 2013 Informasi hasil
Elvan Virgo H., Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan… 213

Prosedur penyampaian laporan dalam bentuk Atribut Surveilans Sensitivitas


aplikasi SISKOHATKES dilakukan dengan
Untuk dapat mengetahui sensitivitas perlu
mudah, langsung cepat dan tidak berbelit karena
dilakukan kegiatan surveilans terintergrasi yang
disampaikan langsung ke Direktur Jenderal PP
dilaksanakan oleh KKP Kelas III Palangkaraya
& PL Kementerian Kesehatan RI melalui email
dan Dirjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI
dan faximilli, demikian juga apabila ada respon
beserta tim surveilans epidemiologi di Arab Saudi
balik atas laporan yang disampaikan akan dikirim
sehingga dapat diketahui adanya terduga dan kasus
melalui email dan faximilli sehingga upaya tindakan
meningitis meningokokus selama jamaah haji di
selanjutnya dapat cepat dilaksanakan.
Arab saudi, penerbangan dan periode debarkasi
dan 14 hari pasca haji kembali ke daerah masing-
Atribut Surveilans Flexibilitas
masing. Penilaian sensitivitas dapat dilakukan
Kegiatan surveilans kesehatan haji dapat dengan pengumpulan data, proporsi kasus, inspeksi
menerima perubahan informasi tentang penyakit langsung pada jamaah yang datang, pengecekan
dengan data laboratorium untuk dapat membedakan K3JH, sedangkan deteksi melalui tes laboratorium
kasus penyakit menular dan tidak menular lainnya dan menggunakan thermal scanner tidak dilakukan
dengan kasus yang memiliki gejala hampir mirip karena rusak. Kasus meningitis meningokokus yang
dengan penyakit meningitis meningokokus, seperti telah terdeteksi oleh KKP Kelas III Palangkaraya
influenza. Bila terdapat kasus dapat menggunakan Nihil.
format tambahan mengenai data laboratorium dan
karakteristik pasien untuk dilampirkan di laporan Atribut Surveilans Nilai Prediksi Positif
SISKOHATKES. Bila ada terduga atau kasus
Nilai prediksi positif adalah proporsi populasi
berdasarkan informasi SISKOHATKES dan instruksi
yang diidentifikasi sebagai kasus oleh suatu sistem
Dirjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI maka
surveilans dan kenyataannya memang kasus. Nilai
akan berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan
prediksi positif menggambarkan sensitivitas dan
dan laboratorium kesehatan daerah serta petugas
spesifisitas dari definisi kasus dan prevalensi dari
surveilans melakukan pengamatan langsung terhadap
suatu keadaan yang terjadi dalam masyarakat, nilai
jamaah tentang adanya gejala klinis meningitis
prediksi positif akan meningkat seiring dengan
meningokokus. Selama kegiatan debarkasi dan
meningkatnya spesifisitas dan prevalensi. Pada
laporan data poliklinik debarkasi haji, laporan K3JH,
kegiatan Embarkasi dan Debarkasi Haji Antara
informasi Dirjen PP & PL Kementerian Kesehatan
Palangkaraya tahun 2013 Nilai Prediksi Positif tidak
RI tidak ditemukan terduga dan kasus meningitis
dapat dihitung karena tidak ada terduga atau kasus
meningokokus, hal ini dapat terjadi karena
meningitis meningokokus yang ditemukan.
efektivitas vaksin menveo yang baik, jamaah haji
memperoleh vaksinasi meningitis meningokokus Atribut Surveilans Representatif
lebih dari 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi sehingga antibodi yang terbentuk sudah baik. Kegiatan surveilans kesehatan haji dan
karakteristik jamaah haji sudah sesuai dengan
Atribut Surveilans Akseptabel keadaan pada jamaah haji dengan menggambarkan
orang, tempat, waktu jamaah haji, juga dapat
Data hasil kegiatan surveilans kesehatan haji
menggambarkan secara akurat ada atau tidak
berupa laporan evaluasi embarkasi dan debarkasi
adanya kejadian meningitis meningokokus pada
Haji Antara Palangkaraya tahun 2013 sudah
jamaah haji pada periode debarkasi. Pada kegiatan
akseptabel karena sudah dimanfaatkan oleh Dinas
Embarkasi dan Debarkasi Haji Antara Palangkaraya
Kesehatan, Kementerian Agama, Rumah Sakit untuk
tahun 2013 tidak ada terduga atau kasus meningitis
kegiatan perencanaan pengadaan vaksin, dokumen
meningokokus yang ditemukan.
BKJH, kegiatan rujukan serta untuk pengambilan
keputusan sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Atribut Surveilans Ketepatan Waktu
No. 458 tentang calon jamaah haji wanita hamil dan
penentuan kriteria jamaah dengan risiko tinggi yang Hasil laporan masuk dan dilaporkan oleh
dapat berangkat. petugas lapangan diterima dan diolah oleh petugas
214 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 206–215

SISKOHATKES dan dilaporkan tiap hari ke tinggi, agar dapat disiapkan sarana untuk mendukung
Direktur Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan pemeriksaan terhadap jamaah risiko tinggi tersebut.
RI sebelum pukul 24.00 WIB setiap harinya, Diadakannya sosialisasi tentang pengisian Buku
dan ketepatan waktu pelaporan SISKOHATKES Kesehatan Jamaah Haji dengan benar sesuai standar
embarkasi dan debarkasi Haji Antara Palangkaraya ICD- X update dan pentingnya informasi kesehatan
2013 sebesar 100%. diisi lengkap khususnya jamaah risiko tinggi.
Adanya sosialisasi tentang aturan yang
Atribut Surveilans Kualitas Data mewajibkan jamaah dan petugas kesehatan yang
Kualitas data dari kegiatan surveilans dapat akan berangkat melakukan pemeriksaan kesehatan
dilihat dari kelengkapan dan validitas data pertama dan kedua sesuai jadwal. Adanya
yang tercatat pada sistem surveilans kesehatan pemeriksaan kesehatan rutin pada jeda waktu
masyarakat, dengan adanya kualitas data yang baik pemeriksaan pertama dan kedua bagi jamaah risiko
maka dapat diketahui perkembangan dari penyakit tinggi agar keadaan kesehatan dan risiko tinggi
yang ditularkan oleh jamaah haji ke jamaah haji yang dimiliki dapat terkontrol serta bagi WUS tidak
lainnya baik dalam satu kloter maupun satu regu dan terjadi kehamilan saat jeda pemeriksaan pertama dan
pondokan walaupun tidak diketahui secara langsung kedua yang dapat mengakibatkan batalnya jamaah
karena masa inkubasi dari penyakit rata-rata 3–4 berangkat.
hari. Kualitas data yang masuk lengkap dan terjamin
kualitasnya karena dapat menggambarkan kejadian KESIMPULAN DAN SARAN
pada jamaah haji selama kegiatan embarkasi dan
Kesimpulan
debarkasi, laporan data dalam bentuk aplikasi
SISKOHATKES secara online dan dilaporkan setiap Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan
hari. kegiatan surveilans kesehatan haji di Embarkasi
dan Debarkasi Haji Antara Palangkaraya tahun
Atribut Surveilans Stabilitas 2013 berjalan baik. Surveilans kesehatan haji telah
memenuhi atribut kesederhanaan, fleksibilitas,
Alat yang digunakan untuk pengumpulan dan
akseptabilitas, representatif, ketepatan waktu,
pengolahan data berupa komputer/ laptop yang
kualitas data dan stabilitas sedangkan atribut
memiliki koneksi internet untuk mengirim laporan.
sensitivitas dan nilai prediksi positif tidak dapat
Sistem dan perangkat pengolahan yang dipakai
dibuktikan karena tidak ditemukan kasus.
untuk menjalankan aplikasi SISKOHATKES dapat
Hambatan dan kelemahan dalam pelaksanaan
menjamin ketersediaan data dan mempunyai sifat
kegiatan surveilans kesehatan haji adalah kurangnya
reliabilitas tinggi yaitu terkumpul, terkelola, tersaji,
tenaga pelaksana surveilans yang terlatih sehingga
tersimpan dengan baik dan availabilitas tinggi
beban kerja melebihi kapasitas mengingat lamanya
yaitu mudah diperoleh dan dioperasikan apabila
periode embarkasi haji berlangsung 10 hari dan
dibutuhkan dan selama pelaksanaan kegiatan
periode debarkasi haji berlangsung selama 10 hari,
surveilans kesehatan haji tidak pernah terjadi
sulitnya melakukan pemantauan secara langsung
kerusakan dan kehilangan data yang mengakibatkan
pada saat embarkasi dan debarkasi karena singkatnya
ketersediaan data terganggu. Stabilitas data
waktu berada di asrama haji dan mobilitas yang
yang sudah tercapai dapat membantu segera
tinggi dari jamaah setelah periode debarkasi, tidak
penanggulangan KLB penyakit secepatnya dapat
lengkapnya pengisian Buku Kesehatan Jamaah Haji
diketahui sehingga peningkatan insiden ataupun
(BKJH) sehingga sulit mengidentifikasi jamaah
perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah.
dengan risiko tinggi, adanya jamaah risiko tinggi
Pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang sakit pada saat periode embarkasi karena
surveilans kesehatan haji pada waktu antara pemeriksaan pertama dan kedua
tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin
Menambah jumlah tenaga khususnya tenaga mengingat jarak antara pemeriksaan pertama dan
surveilans yang berbasis pendidikan keperawatan kedua mencapai 1 bulan lebih, kurangnya sarana
dan mengikuti pelatihan surveilans dengan usulan alat komunikasi berupa handy talky, kurangnya
ke Kementerian Kesehatan RI. Perlunya data dana pelaksanaan khususnya untuk kegiatan pra
pendahuluan mengenai keadaan jamaah sebelum embarkasi.
masuk asrama embarkasi khususnya jamaah risiko
Elvan Virgo H., Evaluasi Kegiatan Surveilans Kesehatan… 215

Saran REFERENSI
Penambahan jumlah tenaga surveilans dan DEPKES RI. 2003. KEPMEKES 1116/MENKE/SK/
mengikuti pelatihan surveilans epidemiologi VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
serta dilengkapinya literatur tentang surveilans Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
epidemiologi khususnya tentang jamaah haji dan Jakarta.
Pengadaan sarana komunikasi handy talky, laptop DEPKES RI. 2008. PERMENKES 356/MENKES/
dan faximilli serta sarana transportasi ambulan PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
evakuasi untuk mendukung kegiatan operasional Kantor Kesehatan. Jakarta.
selama periode embarkasi dan debarkasi haji. DEPKES RI. 2009. KEPMENKES 442/MENKES/
Perlunya data pendahuluan mengenai keadaan SK/VI/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
jamaah sebelum masuk asrama embarkasi khususnya Kesehatan Haji Indonesia. Jakarta.
jamaah risiko tinggi, agar dapat disiapkan sarana DEPKES RI. 2009. Pedoman Surveilans Kesehatan
untuk mendukung pemeriksaan terhadap jamaah Haji. Jakarta.
risiko tinggi tersebut. DEPKES RI. 2010. KEPMENKES 612/MENKES/
Adanya sosialisasi tentang pengisian Buku SK/V/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Jamaah Haji dengan benar sesuai standar Karantina Kesehatan pada Penanggulangan
ICD- X update dan pentingnya informasi kesehatan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
diisi lengkap khususnya jamaah risiko tinggi. meresahkan Dunia. Jakarta.
Adanya pemeriksaan kesehatan rutin pada jeda KKP Kelas III Palangkaraya. 2013. laporan
waktu pemeriksaan pertama dan kedua bagi jamaah Penyelenggaraan Kesehatan Embarkasi/Debarkasi
risiko tinggi agar keadaan kesehatan dan risiko Haji Antara Palangkaraya Tahun 1434 H/2013.
tinggi dan WUS dapat terkontrol. Noor NN. 2008. Epidemiologi, Jakarta, Rineka
Perlunya perencanaan anggaran sehingga Cipta.
seluruh tahapan kegiatan dapat dilakukan dan WHO. 2013. Weekly Epidemiological Record; http;/
menghasilkan laporan kegiatan sesuai aturan www.who.ith/wer/ (sitasi tanggal 5 Mei 2014.
Kementerian Kesehatan. jam 16.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai