Oleh
ARDAN RIFA’I
ABSTRAK
By
ARDAN RIFA’I
ABSTRACT
This study was conducted to determine whether economic growth, life expectancy,
literacy rate and public spending on health and education sector has an impact and
contribute significantly to the level of poverty in the province of Lampung. The data
used is the time series data of 2003-2012, using a multiple regression approach
Ordinary Least Square (OLS).
The results of this study showed that of the five independent variables above have
three variables that have a significant negative effect on the level of poverty is
economic growth,literacy rate, and government spending on education sectors,the two
variables does not affect the level of poverty that life expectancy and government
spending on health sector. In partial economic growth, life expectancy, literacy rate
and the government expenditures on health and education sector affect the level of
poverty in the province of Lampung. Based on the calculation, the regression
coefficient for Economic Growth of - 0,048, Literacy Rate of - 0,027 and
Government Education Sector of -1,075
Oleh
ARDAN RIFA’I
Skripsi
Pada
Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT sebagai rasa syukur atas ridho serta
sudah sangat membantuku baik dari dukungan moril dan spiritual, Adik-adikku
Adip Lutfi, Nurul Fabilla dan Nur Imani yang sangat aku sayangi, yang dengan
canda dan tawa mereka membuat warna tersendiri di dalam hidupku, terimakasih
Dosen dan sahabat yang selalu memberikan arahan dan dukungan agar saya
Terima Kasih
MOTO
“Kamu tidak harus memikirkan semuanya, Kamu cukup tau masalahmu, cukup
(Ardan Rifa’i)
(A. Hubard)
dengan memalukan”
(Akainu)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Asih Murwiati,
memberikan saran;
Varika, Beni Purnama, Devy Septi Heryani, Dede Saputra, Dimas Pajar
Utama, Dwi Adi Putra terimakasih untuk semangat dan segala bantuan yang
telah diberikan;
Wuri,Dicky, Sonia, Nova, Diah, Devi M, Damas, Dina, Devy, Enny, Desi,
Zulmi, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;
Dwi,Dina, Fadli, Roy, Nanda dan seluruh anggota yang tidak dapat
12. Kekasih tercinta Wiwin Wina Lestari yang selalu memberikan dukungan dan
14. Keluarga KKN Desa Labuhan Ratu 3 Kabupaten Lampung Timur, Clara,
15. Staf FEB dan EP, Ibu Hudaiyah, Ibu Yati, Pakde Koperasi Gedung C, Mas
16. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
Akhir kata, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk
semua. Aamiin.
Penulis,
Ardan Rifa’i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ . 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12
D. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 13
E. Hipotesis...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
A. Latar Belakang
orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.
Masalah kemiskinan sendiri merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi
pusat perhatian pemerintah di semua negara di dunia. Salah satu aspek penting untuk
yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan dapat digunakan untuk mengevaluasi
antar waktu dan daerah, serta berguna untuk menentukan target tingkat kemiskinan
tiap tahunnya dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka (BPS, 2008:1).
Provinsi Lampung tidak membuat Provinsi Lampung luput dari masalah kemiskinan.
Tingkat kemiskinan Provinsi Lampung pada saat ini masih lebih tinggi dibandingkan
dengan kemiskinan tingkat nasional yaitu dengan presentase sebesar 16,81 persen.
2
sembilan dari sebelumnya berada pada posisi tiga. Ini berarti Provinsi Lampung
mengalami penurunan pada tingkat kemiskinan meskipun hal ini tidak bisa di katakan
termiskin di Indonesia. Berikut adalah tabel jumlah dan presentase penduduk miskin
di Provinsi Lampung.
Lampung mengalami fluktuasi pada periode 2003 sampai 2007, kemudian terus
mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dengan jumlah 1.253.834
ribu penduduk.
Bagi Provinisi Lampung tingkat kemiskinan merupakan salah satu dari isu strategis
yang harus mendapat prioritas untuk penanganan dalam tiap tahapan pelaksanannya,
ini terkait dengan target tujuan pembangunan millennium pada tahun 2015,
menyikapi hal itu Provinsi Lampung harus bekerja keras untuk dapat mencapai target
kemiskinan yang dialami oleh seseorang atau kelompok. Indikator itu sendiri adalah
4
mutu pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok pangan yang
terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan buruknya status gizi
perempuan.
5
Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumber
daya alam, seperti daerah perdesaan, daerah pesisir, dan daerah pertambangan.
8. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidak
ekonomi.
Penelitian ini akan mengambil beberapa indikator kemiskinan yang disebutkan di atas
yang pertama adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengacu pada indikator
Lampung tiap tahun dimana PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan
6
bruto yang berada dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian
dengan cara meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat
daerah dan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya itu, kegiatan ekonomi juga akan
wilyah/negara.
Bank Dunia dalam Laporan Monitoring Global tahun 2005 menjelaskan bahwa
kemiskinan.
menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung pada tahun 2003
menggunakan angka harapan hidup yang merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
Masalah tingkat kesehatan ini harus mendapat prioritas khusus dari pemerintah
Provinsi Lampung karena kasus kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi masih
tahunnya terlihat kasus kematian ibu maupun bayi yang selalu meningkat. Pada kasus
kematian ibu di 2012 tercatat 175 kasus, hal itu meningkat cukup pesat dibanding
2011 dengan 152 kasus. Sementara di 2010 dan 2009 tercatat 142 kasus dan 144
kasus.
Berikut adalah data tentang rata-rata lamanya tingkat harapan hidup masyarakat di
Variabel ketiga diambil dari indikator tingkat pendidikan, dimana pendidikan adalah
hal yang sangat penting dalam pembangunan masa depan bangsa dan juga merupakan
salah satu cara untuk memecahkan masalah kemiskinan, jika pendidikan suatu negara
sudah tidak baik, maka kehancuran suatu negara tersebut tinggal menunggu waktu,
Karena itu penting bagi kita untuk memahami bahwa kebodohan merupakan faktor
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Sementara itu dalam UUD 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
nasional. Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang
mampu bersaing di era globalisasi bercirikan high competition, dan angka melek
huruf merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam sektor
pendidikan.
Data angka melek huruf di Provinsi Lampung dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
pendidikan dalam penelitian ini mengacu pada usaha pemerintah dalam merespon dua
sektor pendidikan.
10
Dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah mengeluarkan banyak kebijakan
mengharuskan agar mengalokasikan 20% untuk sektor pendidikan dan 10% untuk
sektor kesehatan dari total APBN maupun APBD sesuai UU No. 20 tahun 2003 Pasal
49 tentang pendidikan dan UU no.36 tahun 2009 pasal 171 tentang kesehatan. Hal ini
dirasa perlu karena mengingat sampai saat ini masih banyak sekali penduduk di
Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga sulit untuk mendapatkan
B. Rumusan Masalah
Selama beberapa tahun jumlah dan presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung
mengalami fluktuasi, dimulai dari tahun 2003 sebesar 1.568.000 jiwa (22,63 %) dan
terus mengalami lonjakan sampai dengan jumlah tertinggi pada tahun 2007 dengan
tingkat kemiskinan sebesar 1.661.700 jiwa (22,19 %), tetapi kemudian jumlah
tersebut terus turun dimulai pada tahun 2008 dengan tingkat kemiskinan 1.597.849
(20,98 %) jiwa, hingga pada tahun 2012 tingkat kemiskinan hanya menjadi sebesar
1.253.834 (16,81 %) jiwa. Kemiskinan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
Beberapa faktor tersebut antara lain adalah tingkat pendapatan, tingkat kesehatan dan
pendidikan.
ambil dari data PDRB, komponen indeks pembangunan manusia berupa angka
12
harapan hidup dan angka melek huruf serta pengeluaran pemerintah di sektor
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari
harapan hidup, melek huruf dan pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan
2. Dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan
D. Kerangka Pemikiran
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada standar hidup yang
Dari penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa PDRB, angka melek huruf dan
angka harapan hidup berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Samsubar Saleh 2002
sktor kesehatan dan pendidikan. Pengeluaran pemerintah pada kedua sektor ini
dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu layanan kesehatan dan
pendidikan. Melihat dari uraian tinjauan pustaka yaitu teori dan hasil analisis
Pertumbuhan ekonomi, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Pengeluaran
Pertumbuhan
ekonomi
Angka Harapan
Hidup
Tingkat kemiskinan
Angka Melek
Huruf
Sektor
Kesehatan
Sektor
Pendidikan
E. Hipotesis
mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan
tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir
ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Salah satu strategi dalam
pendidikan dan rasa aman. Seperti yang telah dibuktikan oleh Samsubar Saleh (2002 :
101 ) harapan hidup dan melek huruf berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
15
dilakukan pemerintah agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna
Melihat dari teori dan penelitian terdahulu, dapat ditulis hipotesa sebagai berikut:
Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung.
Lampung.
tingkat kemiskinan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Kemiskinan
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan; (3) rasa
aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; (4) hak untuk berpartisipasi
suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan
taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga,
dan Demokrasi-sosial. Dua paradigma ini memiliki perbedaan yang sangat jelas
berikut :
1. Paradigma Neo-Liberal
Pada paradigma ini individu dan mekanisme pasar bebas menjadi fokus
utama dalam melihat kemiskinan (Eni Febriana, 2010: 25). Pendekatan ini
pasar merupakan kunci utama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. Hal ini
dikarenakan kekuatan pasar yang diperluas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
kemiskinan bersifat sementara dan peran negara sangat minimum. Peran negara
menangani kemiskinan.
18
Paradima neo-liberal ini digerakan oleh Bank Dunia dan telah menjadi
produksi merupakan dasar teori-teori dari paradigma ini. Salah satu indikatornya
adalah pendapatan nasional (GNP), yang sejak tahun 1950-an mulai dijadikan
2. Paradigma Demokrasi-Sosial
Belgrave dalam Eni Febriana, 2010 : 29). Ketidakadilan dan ketimpangan dalam
namun tidak memandang sistem kapitalis sebagai sistem yang harus dihapuskan,
efektif.
Pendekatan ini juga menekankan pada kesetaraan sebagai prasyarat penting dalam
tercapai jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber bagi
potensi dirinya, seperti pendidikan, kesehatan yang baik dan pendapatan yang
cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari pengaruh luar namun bebas
Disinilah peran negara diperlukan untuk bisa memberikan jaminan bagi setiap
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Peran negara dalam pendekatan ini cukup penting terutama dalam merumuskan
sosial. Salah satu contohnya adalah pemberian tunjangan pendapatan atau dana
mengukur kemiskinan yang dialami oleh seseorang atau kelompok. Indikator itu
sendiri adalah indikator kemiskinan yang digunakan oleh Bappenas (Eni Febriana,
mutu pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok pangan yang
terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan buruknya status gizi
perempuan.
Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumber
pertambangan.
8. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidak
ekonomi.
dunia ketiga adalah kondisi yang disebut memiskinkan. Kondisi yang sebagian
daya beli seseorang atau sekelompok orang terutama untuk memenuhi kebutuhan
1. Ketersediaan pangan tidak sesuai atau tidak mencukupi standar gizi yang
tinggal atau mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kondisi ini akan
standar pendidikan.
(morbiditas) atau berada dalam kondisi gizi rendah. Kondisi seperti ini sangat
rentan terhadap serangan penyakit dan kekurangan gizi yang selanjutnya disertai
rendah akan berdampak pada partisipasi sosial yang rendah, kecerdasan yang
konsep yang relatif, bagaimana cara kita mengukurnya secara obyektif dan
bagaimana cara kita memastikan bahwa ukuran kita dapat diterapkan dengan
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan dalam Foster
dkk (dalam Tambunan 2003: 96) yang sering digunakan di dalam banyak studi
empiris. Pertama, the incidence of poverty : persentase dari populasi yang hidup
kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK),
atau dikenal dengan sebutan poverty gap index. Ketiga, the severity of poverty
yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK). Secara umum ada dua
macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif.
1. Kemiskinan Absolut
dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau
layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang
merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering
24
2004:238).
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah
2. Kemiskinan Relatif
pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih jauh
tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Hal ini terjadi karena kemiskinan
lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya daripada lingkungan orang yang
Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu
persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan
miskin.
25
1. Head Count Index , menghitung presentase orang yang ada di bawah garis
perekonomian (n) dikalikan dengan nilai garis kemiskinan, dengan ukuran ini,
turun lebih cepat bila orang-orang yang dientaskan adalah rumah tangga yang
Ada berbagai macam kriteria yang digunakan untuk mengukur kemiskinan, salah
dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah pendapatan keluarga yang
disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada saat itu dan rata anggota
tiap rumah (lima orang) Berdasarkan kriteria tersebut, Sayogyo (1978 : 34)
1. Sangat Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya dibawah
setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun penduduk yang tinggal
diperkotaan.
2. Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang berpendapatan setara
dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk penduduk yang
tinggal didesa, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk tinggal
diperkotaan.
3. Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara
dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang
tinggal dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk yang
tinggal diperkotaan.
27
Sedangkan kreteria penduduk miskin Badan Pusat Statistik (BPS), rumah tangga
8. Pendapatan (total pendapatan per bulan) kurang dari atau sama dengan
Rp 350.000,-
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan jasa, dan
pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara dalam periode tertentu.
Menurut Todaro dan Smith dikutip oleh Merna Kumalasari (2006: 85) ada tiga faktor
Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di
infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas
sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap
angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya
perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumber daya
hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force)
secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-
a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang
dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama.
b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) atau hemat
modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan
Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi kita dapat menggunakan jumlah PDRB tiap
tahun sebagai indikatornya. Pengertian PDRB sendiri menurut Badan Pusat Statistik
(2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha
dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Dimana PDRB merupakan data
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau
PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan
apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin
terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah
Menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W (2008:34) dari hasil penelitian
tersebut menunjukan hasil yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan penurunan
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar
bagi produktifitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang
sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif dan
yang sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja
secara manual. Indonesia sebagai contoh tenaga kerja laki-laki yang menderita
anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
31
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya anak yang sehat akan mempunyai
kemampuan belajar yang lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih
terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan cenderung tidak akan terputus jika
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
Angka Harapan Hidup (AHH), dijadikan indikator dalam mengukur tingkat kesehatan
suatu individu di suatu daerah. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun
hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu (BPS,
Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program
sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat
individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis
32
mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia
angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi. Beberapa alasan meningkatnya
beban penyakit pada penduduk miskin adalah: pertama, penduduk miskin lebih rentan
terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta
petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh dalam
kemiskinan dan jika bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan
Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh
yang merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal
sebagai kunci dari pembangunan, tetapi belum dihargai betapa pentingnya kesehatan
dalam pencapai hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara lagsung menurunkan
potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit
Hal ini sependapat dengan penelitian Bimo Rizki dan Samsubar Saleh (2007: 98)
konsep pembangunan manusia juga merupakan konsep ekonomi, karena salah satu
yang berkualitas sehingga angka melek huruf akan semakin meningkat. Sebaliknya
negara-negara yang kemiskinannya masih tinggi akan selaras dengan sumber daya
seseorang maka akan semakin meningkat produktifitas orang tersebut sehingga akan
dari kemiskinan.
Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan secara sistematis. Karena
itu, menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa
memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan. Karena
yang harus kalah dari urusan yang lebih strategis yaitu politik. Bahkan pendidikan
dijadikan jargon politik untuk menuju kekuasaan agar bisa menarik simpati di mata
rakyat.
Kedua, penjajahan terselubung. Pada era globalisasi dan kapitalisme ini, ada sebuah
penjajahan terselubung yang dilakukan oleh negara-negara maju dari segi kapital dan
berkembang. Umumnya, penjajahan ini tentu tidak terlepas dari unsur ekonomi.
Dengan hutang negara yang semakin meningkat, beban atau organisasi donor pun
bangsa. Akibatnya terjadilah privatisas disegala bidang. Bahkan pendidikan pun tidak
luput dari usaha privatisasi ini, dari sini pendidikan semakin mahal yang tentu tidak
bisa dijangkau oleh rakyat. Akhirnya rakyat tidak bisa lagi mengenyam pendidikan
35
tinggi dan itu berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Sehingga tidak heran jika tenaga kerja di Indonesia bayak yang berada disektor
informal akibat kualitas sumberdaya manusia yang rendah, dan disalah satunya
Ketiga adalah kondisi masyarakat sendiri yang memang tidak bisa mengadaptasikan
diri dengan lingkungan yang ada. Tentu hal ini tidak terlepas dari kondisi bangsa
yang tengah dilanda krisis multidimensi sehingga harapan rakyat akan kehidupannya
menjadi rendah. Hal ini akan berdampak pada kekurangannya respek terhadap
terhadap dunia pendidikan, karena lebih mementingkan urusan perut dari pada
bahwa bagi sebagian besar bangsa Indonesia pendidikan masih merupakan barang
mewah. Diatas pendidikan bangsa Indonesia ini masih pusing memikirkan kesulitan
hidup, terutama ekonomi. Selain karena faktor ekonomi yang belum aman, sekolah
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga masih rendah, hal ini
menjadi kaya. Tampaknya kesan masyarakat terhadap kesuksesan dan kekayaan tidak
berpandangan bahwa untuk menjadi kaya tidak perlu berpendidikan tinggi melainkan
bekerja keras dan keuletan dalam berdagang. Hal ini merupakan salah satu penyebab
masih rendahnya Angka Melek Huruf di Indonesia. Melek huruf merupakan salah
terhadap pendidikan yang berkualitas sehingga angka melek huruf akan semakin
dibuktikan dalam penelitian Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008 : 23-40)
penelitian yang dilakukan oleh Rasidin K Sitepu dan Bonar M Sinaga (2005 : 117-
merupakan salah satu pihak yang memiliki peran sentral dalam upaya untuk
Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) melalui pos pengeluaran untuk Program
sumber daya manusia dan pemenuhan sarana maupun pra sarana fisik. Kedua bentuk
pelaksanaan dalam APBN ini disebut juga investasi pemerintah untuk sumber daya
kemiskinan.
39
Investasi pemerintah di bidang fisik atau disebut juga investasi fisik pemerintah
pengeluaran untuk investasi fisik pemerintah ini adalah keseluruhan pos pengeluaran
kedua sektor ini dilakukan pemerintah dalam merespon dua indikator kemiskinan
mana hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber
daya manusia yang berkualitas nantinya akan mampu bersaing dan membawa
kemiskinan.
B. Tinjauan Empiris
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga (2005)
Metode untuk menjawab tujuan penelitian ini disebut sebagai metode ad-hoc,
yaitu solusi dari suatu pendekatan merupakan input bagi pendekatan lainnya,
equilibrium model (CGE) yang diadopsi dari model INDOF (Oktaviani, 2000).
Penulisan notasi dalam model ini mengikuti sistem model ORANI-F (Horridge et
al., 1993) dan INDOF (Oktaviani, 2000), yang dituliskan dalam istilah perubahan
industri beroperasi pada pasar dengan kondisi competitive baik di pasar input
maupun di pasar output. Hal ini mengimplikasikan bahwa tidak ada pelaku
ekonomi yang dapat mengatur pasar sehingga seluruh sektor dalam ekonomi
harga yang dibayar oleh konsumen sama dengan marginal cost dari memproduksi
barang. Hal yang sama, input dibayar sesuai dengan nilai produk marginalnya.
dari tahun ke tahun dapat tertangkap dari model. Dalam kajian ini simulasi
terhadp fasilitas kesehatan, populasi penduduk tanpa akses terhadap air bersih,
dan krisis ekonomi. Beberapa implikasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah
Ketiga, investasi fisik dilakukan secara merata dengan prioritas pada kawasan-
deskriptif dan ekonomertika menggunakan data panel yaitu data time series dari
atas 20 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jumlah penduduk
jumlah penduduk miskin walaupun dengan magnitude yang relatif kecil, seperti
inflasi, populasi penduduk, share sektor pertanian, dan sektor industri. Namun
variabel yang signifikan dan relatif besar pengaruhnya terhadap penurunan jumlah
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) runtun
waktu yaitu sejak 2003 sampai dengan 2012. Data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain tingkat kemiskinan, PDRB Provinsi Lampung, Angka Harapan Hidup,
Angka Melek Huruf dan Pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan.
2. Sumber Data
3. Buku yang menjadi rujukan relevan untuk penelitan, dokumen serta arsip.
Pengolahan data sekunder menggunakan metode studi pustaka dimana data dan
informasi di dapat dari buku-buku, tulisan ilmiah dan internet dengan cara browsing
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung. Data kemudian diolah sesuai dengan
tujuan penelitian.
C. Alat Analisis
Microsoft Excel dan SAS 9.1. Hasil pengolahan data disajikan pada bagian lampiran.
Untuk penjelasan hasil analisis, dikutip beberapa bagian dari olahan dan
D. Interpolasi Data
Interpolasi adalah suatu cara untuk mencari nilai diantara beberapa titik data yang
telah lebih dahulu diketahui. Didalam penelitian ini data yang akan di hitung adalah
data yang sudah di interpolasi berbentuk empat bulanan untuk setiap tahunnya,
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sekaligus sebagai alat estimasi. Alat
45
analisis ini merupakan salah satu metode yang sangat popular dalam mengukur
Ordinary Least Squares (OLS). Model ini memperlihatkan pengaruh dan hubungan
antara variabel bebas dalam hal ini Pertumbuhan Ekonomi (PE), Angka Harapan
terikat yaitu Tingkat Kemiskinan (POV). Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis berganda. Adapun model persamaan yang digunakan adalah model
POV = β0 . PEβ1. AHH β2. AMH β3. PPK β4. PPP β5. eεt
Dimana :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang layak untuk membuktikan
Dari berbagai macam cara uji normalitas yang dapat dipakai, dalam penelitian ini uji
yang akan dipakai untuk mendeteksi normalitas distribusi data adalah menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Heterokedastisitas
untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
maka kesalahan juga akan bertambah (Gujarati, 1988: 401). Dalam penelitian ini, uji
2) Lakukan regresi auxailiary yaitu regresi auxailiary tanpa perkalian antara variabel
independen (no cors term) dan juga regresi auxailiary dengan perkalian antara
3) Hipotesis nol dalam uji adalah tidak adanya heterokedastisitas. Uji white didasarkan
pada sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-square
regresi auxailiary.
H0 ditolak dan Ha diterima: jika chi-square hitung (n.R2) lebih besar daripada
H0 diterima dan Ha ditolak: jika chi-square hitung lebih kecil dari chi-square
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila error term (t) di suatu periode memliki kolerasi dengan
error term (t -1) di periode sebelumnya. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter
yang diamati menjadi bias dan variansnya tidak minimum. Prasyarat yang harus
terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian
yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
du < DW <4-du <4-dl berarti DW adalah tidak bermakna (tidak signifikan) dan
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung
4. Uji Multikolineritas
Multikolinieritas adalah sebuah masalah yang muncul dalam regresi linear klasik
sebagai akibat adanya hubungan antara variabel-variabel penjelas dalam model terlalu
erat (bahkan sempurna). Salah satu asumsi model regresi klasik adalah tidak terdapat
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dengan variabel terikat
49
1. Nilai R2 yang terlampau tinggi, (lebih dari 0,8) tetapi tidak ada atau sedikit t-
3. Nilai koefisien variabel tidak sesuai dengan hipotesis, misalnya variabel yang
dengan prosedur first difference dan penambahan data baru (Gujarati 2003:364-369),
pada kondisi data dan penelitian, contohnya, memlih menghubungkan data cross
sectional dan time series, prosedur first difference dan penambahan data baru hanya
sedangkan prosedur lain seperti mengeluarkan satu atau beberapa variabel bebas yang
berkolinear akan membuat banyak peneliti merasa keberatan karena prosedur tersebut
regresion.
Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas
melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama
variabel asal.
G. Uji Hipotesis
1. Uji T-Statistik
Jika H0 ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata secara statistik
terhadap variabel terikat. Jika H0 diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak
2. Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan jika H0 ditolak, berarti variabel bebas
yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika H0 diterima berarti
variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
1. Geografis
Daerah Provinsi Lampung meliuputi areal daratan seluas 35.288,35 Km2 termasuk
pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau sumatera,
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari
kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan
kedudukan :
Timur - Barat berada antara : 103˚ 40’ - 105˚ 50’ Bujur timur
2. Administrasi Pemerintahan
berdasarkan peraturan daerah nomor 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi
A. Simpulan
Dari hasil analisis penghitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
Provinsi Lampung, maka pemerintah Provinsi Lampung harus lebih lagi dalam
manusia agar dapat mengelola sumber daya alam dengan lebih baik lagi dan
ekonomi yang terus meingkat dan tingkat pendidikan yang baik adalah salah satu
menunjukkan bahwa banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang dalam hidup
tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan pada tingkat makro apabila tidak
disertai dengan pendidikan yang layak dan produktifitas kerja yang tinggi.
74
B. Saran
meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengelola sumber daya alam
dengan lebih baik lagi dan menggalakan masyarakat untuk berwirausaha guna
penurunan tingkat kemsikinan di Provinsi Lampung. Maka hal ini harus terus
pemerintah tetap menjaga agar hal ini terus berjalan dan lebih menambah jumlah
belanja selanjutnya. Tentunya di sertai pengawasan yang lebih, agar dana tidak
digunakan dengan cara yang salah dan dapat sampai ke tangan msyarakat yang
membutuhkan.
daerah perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kemampuan pada masing-
masing daerah.
mencakup berbagai bidang. Oleh karena itu, diperlukan monitoring dan evaluasi
Badan Pusat Statistik. 2003. Lampung Dalam Angka 2003. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2004. Lampung Dalam Angka 2004. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2005. Lampung Dalam Angka 2005. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2006. Lampung Dalam Angka 2006. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2007. Lampung Dalam Angka 2007. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2009. Lampung Dalam Angka 2009. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2010. Lampung Dalam Angka 2010. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2011. Lampung Dalam Angka 2011. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka 2012. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2013. Lampung Dalam Angka 2013. BPS. Jakarta
Sitepu, Rasidin K dan Bonar M. Sinaga. 2005. Dampak Investasi Sumber Daya
ManusiaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di
Indonesia : Pendekatan Model Computable General Equilibrium.
Laporan Penelitian Sekolah PaskaSarjana Institut Pertanian Bogor.