Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Teknika Sains

Vol.05, No.01, 2020

ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO


PAY (WTP) KERETA BANDARA RADIN INTEN II
STASIUN TANJUNGKARANG

Diana Nur’Afni(1), Aleksander Purba(2), Chatarina Niken DWSBU(3)


Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Lampung
diana.nurafni@gmail.com, aleksander.purba@eng.unila.ac.id, chatarinaniken@yahoo.com

Abstract. To support the government goal to make Radin Inten II Airport as an international airport, the
arrangement of transportation mode to and from airport need a serious attention. The planning of making
airport train by route Tanjung Karang – Radin Inten II Airport and vice versa will be very important
considering the traffic density and the tarvel time to airport that is often unpredictable. The project of this
airport train should be a community choice mode and benefit to government. Considering the big cost of the
project if it is not able to be a choice it will be a loss. The research of this study uses questionnaries to know
and analyze the Ability To Pay (ATP) and Willingness to Pay (WTP) of respondents towards the Radin Inten
II Airport Train and to know the determination scenario of the train ticket rates based on the value of ATP
and WTP. Based on the calculation result dan data analysis, the average of Ability to Pay (ATP) of
respondents is Rp 87000. The average of train ticket rates which is expected by respondents is Rp 44000.
The determination scenario of the train ticket rates of Radin Inten II Airport – Bandar Lampung will be
maximal at Rp 30000 – Rp 60000 with ATP analysis 90 % and WTP analysis 60%.

Key words: Analysis Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP).

Abstrak. Untuk pendukung target pemerintah menjadikan Bandara Radin II sebagai bandara bertaraf
internasional, penataan moda transportasi menuju bandara dan sebaliknya harus serius diperhatikan. Rencana
pembangunan kereta bandara dengan rute stasiun Tanjung Karang – Bandara Radin Inten II dan sebaliknya
akan menjadi penting, mengingat kepadatan lalul intas dan waktu perjalanan menuju bandara sering kali
tidak dapat dipastikan. Pembanguna kereta bandara ini harus menjadi moda pilihan masyarakat dan menjadi
keuntungan bagi pemerintah. Mengingat biaya pembangunan yang besar bila tidak menjadi pilihan maka
akan menjadi kerugian. Penelitian yang dilakukan dalam studi ini berupa penyebaran kuisiner untuk
mengetahui dan menganalisis mengenai kemampuan membayar atau Ability To Pay (ATP) dan keinginan
membayar atau Willingness To Pay (WTP) responden terhadap kereta bandara Radin Inten II Lampung ,
serta Untuk mengetahui skenario penetapan tarif kereta bandara Radin Inten II Lampung berdasarkan nilai
ATP dan WTP . Berdasarkan hasil perhitungan, dan analisis data, nilai rata-rata kemampuan membayar atau
Ability To Pay (ATP) responden adalah sebesar Rp. 87.000,-. Harga tiket rata-rata kereta bandara Radin
Inten II – Bandar Lampung yang diharapkan oleh responden atau Willingness to Pay (WTP) responden
sebesar Rp. 44.000,-. Skenario penetapan tarif kereta bandara Radin Inten II – Bandar Lampung akan
maksimal pada tarif berkisar Rp.30.000-Rp.60.000 dengan hasil analisis ATP 90% dan WTP 60%.

Kata kunci: Analisis Ability To Pay (ATP) , Willingness To Pay (WTP).

I. PENDAHULUAN Radin Inten II adalah bandar udara yang


melayani kota Bandar Lampung di
Bandar udara merupakan prasarana Lampung dan di targetkan akan menjadi
penyelenggara penerbangan dalam bandar udara bertaraf internasional. Dari
menunjang aktifitas dan mendukung data BPS tahun 2018 jumlah penumpang
pertumbuhan suatu wilayah. Penataan pesawat udara yang berangkat dari Bandar
bandar udara perlu dilakukan agar sesuai Udara Radin Inten II dan sebaliknya terus
dengan tingkat kebutuhan termasuk meningkat dan akan menumbulkan
prasarana pendukungnya. Bandar Udara kepadatan dan permasalahan lalu lintas.

19
Diana Nur’Afni : Analisis Ability To Pay (Atp) Dan Willingness To Pay (Wtp) Kereta
Bandara Radin Inten II Stasiun Tanjungkarang

Pemerintah merencakanan keputusan dalam memilih barang atau jasa.


pembangunan kereta bandara dengan rute Dasar teori perilaku konsumen setiap
stasiun Tanjung Karang – Bandara Radin individu dalam memilih barang atau jasa
Inten II sebagai moda transportasi masal selalu berusaha memilih yang dianggapnya
menuju bandara dan sebaliknya. Dalam dapat memberikan kepuasan maksimal.
penelitian ini penyebaran kuisioner dan
analisa data dilakukan untuk mengetahui Kualitas Jasa dan Kepuasan Pelanggan
nilai ATP adan WTP Reseponden
mengetahui sekenario tarif kereta bandara. Kepuasan adalah perasaan senang atau
Tujuan dilakukannya penelitian adalah kecewa seseorang yang timbul setelah
untuk menganalisis kemampuan membayar membandingkan kinerja yang diharapkan
atau ATP dan keinginan membayar atau pelanggan (expected) dan yang diterima
WTP responden (pengguna angkutan udara) pelanggan (perceived). Apabila harapan
terhadap kereta bandara Radin Inten II lebih tinggi dari pada yang diterima maka
Lampung dan untuk mengetahui skenario kepuasan tidak tercapai. Apabila yang
penetapan tarif kereta bandara Radin Inten diterima lebih tinggi atau sama dengan
II berdasarkan nilai ATP dan WTP. yang diharapkan maka kepuasan tercapai
atau meningkat (Kotler dan Keller, 2009).
II. KAJIAN TEORI
Ability To Pay (ATP) dan Willingness To
Sistem Transportasi Pay (WTP)

Transportasi sebagai suatu bagian Ability to pay (ATP) adalah


integral dari fungsi masyarakat, karena kemampuan seseorang untuk membayar
menunjukkan hubungan yang erat dengan suatu jasa berdasarkan penghasilan yang
gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari didapat. Willingness To Pay (WTP) adalah
aktifitas produksi, hiburan, barang-barang, kesediaan pengguna untuk mengeluarkan
serta barang yang tersedia untuk konsumsi imbalan atas jasa yang diperolehnya. PT.
Morlok (1988). Dardela Yasa Guna Engineering Consultant
Pemilihan moda transportasi membahas mengenai nilai WTP dan ATP
sebagaimana dikutip dari Miro (2002), seringkali terjadi ketidak sinambungan.
yaitu suatu proses melakukan perjalanan di Hubungan antara ATP dan WTP yaitu
suatu titik ke titik yang lain, serta dalam menentukan tariff sering kali terjadi
mengetahui jumlah orang dan barang pada benturan antara besarnya ATP dan WTP.
berbagai pilihan moda transportasi yang Pada kondisi tersebut selanjutnya disajikan
tersedia dan untuk melayani suatu titik asal- secara ilustratif yang terdapat pada Gambar
tujuan tertentu, demi beberapa maksud 1. berikut:
perjalanan tertentu pula. Keuntungan yang
didapat adalah perjalanan menjadi lebih
cepat, bebas tidak tergantung waktu, dapat
membawa barang dan anak-anak dengan
lebih aman, bebas memilih rute sesuai
keinginan pengemudi (Warpani, 1990).
Perumusan model pemilihan moda
sebagai pemilihan diantara alternatif-
alternatif yang tersedia berkaitan dengan
perilaku individu/konsumen pengambilan Gambar 1. Ilustrasi ATP dan WTP

20
Jurnal Teknika Sains
Vol.05, No.01, 2020

Keterangan: 1. ATP merupakan fungsi dari


1. ATP > WTP kemampuan membayar, sehingga nilai
Kondisi ini menunjukkan bahwa tarif yang diberlakukan, sedapat
kemampuan membayar lebih besar dari mungkin tidak melebihi nilai ATP
pada keinginan membayar jasa kelompok masyarakat sasaran.
tersebut. Ini terjadi bila pengguna Intervensi/campur tangan pemerintah
mempunyai penghasilan yang relatif dalam bentuk subsidi langsung atau
tinggi tetapi utilitas terhadap jasa silang dibutuhkan pada kondisi, dimana
tersebut relatif rendah, pengguna pada nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP,
kondisi ini disebut choiced riders. sehingga didapat nilai tarif yang
besarnya sama dengan nilai ATP.
2. ATP < WTP
Kondisi ini merupakan kebalikan dari 2. WTP merupakan fungsi dari tingkat
kondisi di atas, dimana keinginan pelayanan angkutan umum, sehingga
pengguna untuk membayar jasa bila nilai WTP masih berada dibawah
tersebut lebih besar dari pada ATP maka masih dimungkinkan
kemampuan membayarnya. Hal ini melakukan peningkatan nilai tarif
memungkinkan terjadi bagi pengguna dengan perbaikan kinerja pelayanan.
yang mempunyai penghasilan yang
relatif rendah tetapi utilitas terhadap
jasa tersebut sangat tinggi, sehingga
keinginan pengguna untuk membayar
jasa tersebut cenderung lebih
dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi
ini pengguna disebut captive riders.

3. ATP sama dengan WTP


Kondisi ini menunjukan bahwa antara
kemampuan dan keinginan membayar
jasa yang dikonsumsi pengguna
tersebut sama, pada kondisi ini terjadi
keseimbangan utilitas pengguna
dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membayar jasa tersebut. Gambar 2. Proses ATP dan WTP
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat
ditinjau dari beberapa aspek utama dalam III. METODE PENELITIAN
sistem angkutan umum. Aspek-aspek
tersebut adalah: Metode penelitian dilakukan untuk
1. Pengguna (User)
mengetahui langkah-langkah yang harus
2. Operator
3. Pemerintah (Regulator). dilakukan dalam penelitian ini sehingga
mempermudah dalam pengumpulan data
Bila parameter ATP dan WTP yang dan pengolahan data yang dibutuhkan,
ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal mulai dari persiapan, identifikasi masalah,
ini dijadikan subyek yang menentukan nilai pengumpulan data pendukung dan literatur
tarif yang diberlakukan dengan prinsip terkait, serta penyebaran dan pengolahan
sebagai berikut: data kuisioner (120 kuisiner) dengan
menggunakan program PSPP.

21
Diana Nur’Afni : Analisis Ability To Pay (Atp) Dan Willingness To Pay (Wtp) Kereta
Bandara Radin Inten II Stasiun Tanjungkarang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN berprofesi sebagai PNS/TNI/Polri, 15


(12%) responden menjawab lainnya (seperti
Desktipsi responden berdasarkan usia, dokter, perawat, ibu rumah tangga, supir,
pendidikan, pekerjaan dan tujuan perjalanan PRT dll), 11 (9%) sebagai pelajar dan 9
ditunjukkan pada Gambar 3. (11%) responden berprofesi sebagai
wiraswasta/pedagang/petani.
Berdasarkan tujuan perjalanan,
responden yang menjawab untuk bekerja
atau urusan dinas sebesar 72 (60%), 20
(17%) untuk sekolah atau kuliah, 17 (14%)
kunjungan sosial, 8 (7%) untuk berekreasi,
3 (3%) menjawab lainnya seperti beribadah
umroh dan menjemput saudara, dan tidak
ada responden yang menjawab bertujuan
untuk berdagang.
Sebanyak 63 ( 52.5%) responden
Gambar 3. Desktipsi Responden menghapkan harga tiket kereta api Bandara
Radin Inten II berkisar Rp.26.000-
Dari hasil kuisioner diperoleh, Rp.50.000, 40 (33%) responden
berdasarkan usia pelaku perjalanan sebagai mengharapkan harga tiket kurang dari
berikut: 57 (47%) responden berusia antara Rp.25.000-, sedangkan 11 (9.5%)
26-35 tahun, 26 (22%) responden berusia responden mengharaapkan Rp.51.000-
36-45 tahun, 17 (14%) responden berusia Rp.75.000, 6 (5%) responden
antara 15-25 tahun, 15 (13%) responden mengharapkan harga tiket Rp.76.999 -
berusia antara 46-55 tahun, dan 5 (4%) Rp.100.000 dan tidak ada yang menjawab
responden yang berusia lebih dari 55 tahun. setuju dengan harga tiket lebih dari
Presentase paling tinggi adalah Rp.100.000. Dapat terlihat pada Gambar 4.
responden dengan pendidikan terakhir
Sarjana/Magister/Doktor sebesar 75 (62%) Harga Tiket yang diharapkan
responden, kemudian sebanyak 28 (23%) 60.0
responden berpendidikan terakhir 50.0
SLTA/MAN/SMK/SMA/Sederajat, 8 (7%) 40.0
responden dengan pendidikan terakhir 30.0
Akademi, 8 (7%) responden berpendidkan 20.0
terakhir SLTP/MTS/SMP/Sederajat dan 1 10.0
(1%) responden berpendidikan terakhir 0.0
Kurang dari (<) Rp. 25.000,-

Rp. 76.000,- s/d Rp. 100.000,-


Rp. 26.000,- s/d Rp. 50.000,-

Rp. 51000,- s/d Rp. 75.000,-

Lebih dari (>) Rp. 100.000,-

SD/MI/Sederajat. Sehingga dapat


simpulkan presentase tertinggi pendidikan
responden adalah berpendidikan terakhir
Sarjana/Magister/Doktor sebesar 75
responden atau 62% responden dari 120
responden.
Sebaran responden berdasarkan
pekerjaan berdasarkan hasil kuisioner,
memperlihatkan bahwa 50 (42%) Harga Tiket KeretaTanjung Karang – Bandara
responden berprofesi sebagai karyawan Radin Inten II
swasta/BUMN, 31 (26%) responden
Gambar 4. Harga Tiket yang Diharapkan

22
Jurnal Teknika Sains
Vol.05, No.01, 2020

Dari hasil analisis dan terlihat pada Analisis Kemampuan Membayar (Ability
Gambar di atas, harga tiket tertinggi yang to Pay)
diharapkan adalah 63 (52.5%) responden
yaitu harga tiket kereta Bandara Radin Hasil analisis nilai rata-rata ATP
Inten II berkisar Rp.26.000-Rp.50.000, responden adalah sebesar Rp. 87.000,
sedangkan berdasarkan tujuan perjalanan sedangkan apabila harga tiket kereta
responden yang menjawab untuk bekerja bandara ditetapkan berkisar antara Rp.
atau urusan dinas sebesar 72 (60%). Hal 60.000 – Rp. 90.000 maka kemampuan
ini dimungkinkan adanya faktor membayar responden sebesar 86 responden
kemungkinan responden akan melakukan (71.67%), namun jika harga tiket bandara
perjalanan dilain kesempatan dengan berkisar antara Rp. 90.000 – Rp. 120.000
kepentingan pribadi dan mengharapkan maka kemampuan membayar respoden
biaya yang dikeluarkan tidaklah terlalu akan menurun menjadi 37 responden
mahal, juga dari hasil wawancara (30.83%). Dapat terlihat pada Gambar 5.
sebelumnya kepada beberapa responden,
bahwa harapan responden yang
menginginkan Kereta Bandara Radin Inten
II menjadi moda transportasi milik
masyarakat luas dengan harga tiket yang
terjangkau agar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat umum dan menjadi moda
pilihan.
Sebanyak 72 (60%) responden
menjawab mungkin akan beralih
menggunakan moda transportasi kereta
bandara Radin Inten II jika harga tiket yang
Gambar 5. Analisis Kemampuan Membayar
ditawarkan berkisaran Rp. 65.000 - Rp. (Ability to Pay)
85.000, 22 (18%) responden menjawab Analisis Keinginan Membayar (Willingness
pasti akan beralih menggunakan kereta to Pay)
bandara, 13 (11%) responden menjawab
tidak akan memilih, 10 (8%) responden Dalam analisis WTP didapatkan bahwa
menjawab bimbang, dan 3 (3%) responden 109 (91%) responden mau membayar lebih
menjawan netral/tidak menjawab. dan 11 (9%) responden tidak bersedia
Pengujian validitas dilakukan dengan membayar lebih untuk program perbaikan
menggunakan korelasi Pearson Product peningkatan keselamatan kereta bandara
Moment. Hasil korelasi (r) Pearson Radin Inten II (dengan asumsi yang harus
digunakan untuk mendeteksi validitas dari dibayar responden sebesar 5% dari harga
masing-masing item pernyataan. Uji tiket yang diharapkan responden).
reliabilitas didasarkan pada nilai Alpha Besarnya kemauan membayar minimum
Cronbach (α), jika nilai Alpha Cronbach responden yaitu sebesar Rp. 0 dan
(α) lebih besar dari 0,60 maka data maksimum sebesar Rp. 3.750.
penelitian dianggap cukup baik dan reliable Harga tiket minimum kereta bandara
untuk digunakan sebagai input dalam yang diharapkan oleh responden minimum
proses penganalisaan data guna menguji sebesar Rp. 26.250, harga tiket maksimum
hipotesis penelitian. yang diharapkan sebesar Rp. 79.000 dan
rata-rata tarif yang diharapkan sebesar Rp.
44.000. Dalam hal ini berlaku hukum

23
Diana Nur’Afni : Analisis Ability To Pay (Atp) Dan Willingness To Pay (Wtp) Kereta
Bandara Radin Inten II Stasiun Tanjungkarang

permintaan (the law of demand), dimana


semakin murah harga tiket yang ditetapkan
maka akan semakin banyak responden yang
akan menggunakan kereta bandara,
sebaliknya semakin mahal harga yang
ditetapkan maka akan semakin sedikit
responden yang akan menggunakan kereta
bandara Radin Inten II. Dapat terlihat pada
Gambar 6.
Gambar 7. Perbandingan ATP dan WTP

Analisis ini menyerupai hasil studi


sebelumnya terhadap kereta bandara
Soekarno-Hatta dimana nilai ATP>WTP,
pada saat harga tiket bandara Soekarno-
Hatta ditetapkan Rp. 80.000 presentase
WTP menjadi 0 atau dengan kata lain tidak
ada responden yang mau membayar sebesar
tarif untuk kereta bandara soekarno-Hatta,
Gambar 6. Analisis Keinginan Membayar namun presentase ATP masih sebesar 40%.
(Willingness to Pay)
Pengguna pada kondisi ini disebut choiced
riders yaitu pengguna mempunyai
Tarif maksimal yang diharapkan penghasilan yang relatif lebih tinggi tetapi
responden dari hasil analisis yaitu sebesar utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah.
Rp. 79.000, sedangkan tarif untuk Hal ini terjadi dikarenakan oleh :
menggunakan taksi online dari stasiun - Utilitas terhadap jasa tersebut relatif
Tanjung Karang menuju bandara Radin
lebih rendah namun penghasilan
Inten II yaitu Rp. 81.000 (Grab-car) dan responden yang relative lebih besar.
Rp. 106.000 (Go-car) dengan demikin - Presepsi atau psikologi responden
responden mengharapkan harga tiket dapat tentang kereta api bandara masih
lebih rendah dari taksi online. dipengaruhi oleh anggapan bahwa
Dari hasil analisis, nilai ATP lebih kereta api bandara transportasi
besar dari nilai WTP (ATP>WTP) hal ini umum,sama seperti transportasi umum
menunjukkan bahwa kemampuan lainnya (DAMRI) sehingga tarif yang
membayar responden lebih besar dari diharapkan sama dengan transportasi
keinginan membayar terhadap moda
umum yang ada meskipun kemampuan
transportasi kereta bandara Radin Inten II. membayarnya tinggi.
Jika harga tiket bandara ditetapkkan Rp.
- Presepsi atau psikologi responden yang
60.000 – Rp. 90.000 presentase WTP hanya terbentuk masih menggambarkan
sebesar 8.33% dan ketika harga tiket
pelayanan jasa kereta api yang ada
dinaikan >Rp. 90.000 maka WTP reponden sekarang (karena responden belum
menjadi 0 sedangkan ATP masih bernilai
merasakan pelayanan yang diberikan
40.83% dengan katalain masih ada kereta bandara yang baru akan
kemampuan membayar dari responden
direncanakan), meskipun telah
namun tidak ada keinginan membayar dijelaskan kereta bandara akan berbeda
sesuai tarif seperti yang ditetapkan. Hal
dengan kereta api yang sudah ada
tersebut dapat terlihat pada Gambar 7. sekarang. (Permata R, 2012).

24
Jurnal Teknika Sains
Vol.05, No.01, 2020

Dari hasil wawancara kepada titik kordinat penjemputan yang sama dan
responden yang mau membayar harga tiket lokasi pengantaran yang sama yaitu dari
sebesar Rp. 80.000, diantaranya responden stasiun Tanjung Karang menuju Bandara
domisili asal Jakarta dan sedang melakukan Radin Inten II , kedua aplikasi ini memiliki
perjalanan dinas ke Bandar Lampung. harga yang berbeda yaitu Rp. 81.000 (grab-
Responden tersebu menyampaikan bahwa car) dan Rp. 106.000 (go-car).
apabila harga tiket yang ditetapkan sesuai Sebagai bahan pertimbangan dalam
dengan fasilitas yang ditawarkan maka menentukan tarif kereta bandara Radin
responden tersebut mau untuk membeli Inten II, berikut terdapat beberapa bandara
tiket dan menggunakan kereta bandara yang telah memiliki fasilitas kereta
Radin Inten II. Sedangkan dari wawancara bandara:
dan analisa data pula disimpulkan bahwa
mayoritas responden tidak mau Tabel 5. Kereta Bandara di Indonesia
menggunakan kereta bandara merupakan
responden asal domisili Bandar Lampung,
apabila ditetapkan dengan tiket sebesar Rp.
80.000 sebagian responden masih
beranggapan bahwa kereta bandara akan
sama fasilitasnya seperti kereta yang sudah
ada di Lampung semisal kereta dengan rute
Tanjung Karang – Palembang.
Penentu kebijakan dalam hal ini
Dari data Tabel 1. diatas kereta bandara
pemerintah, diharapkan mampu
di Indonesia seperti diatas terdapat
mempertimbangkan tarif kereta bandara
perbedaan harga yang signifikan cukup
Radin Inten II. Apabila harga tiket tidak
tinggi di antara ketiga kereta bandara yaitu
dapat terjangkau oleh masyarakat tentunya
Kereta Bandara Minangkabau yang hanya
tidak akan menjadi moda transportasi
Rp.10.000 dengan jarak tempuh 23 Km,
pilihan masyarakat. Dalam analisis data
waktu tempuh 40 menit dan kecepatan
didapatkan harga tiket akan maksimal pada
60km/jam. Untuk kereta Bandara
tarif berkisar Rp.30.000-Rp.60.000 dengan
Internasioinal Soekarno Hatta (Soetta)
hasil analisis ATP 90% dan WTP 60%.
dengan harga tiket Rp.70.000, jarak tempuh
Persamaan regresi linier willingness to
37.6 Km waktu tempuh 40 menit dan
pay (Pay) didatas dapat dianalisis bahwa
kecepatan 80 Km/jam. Untuk kereta
faktor yang dominan mempengaruhi ability
Bandara Kualamanu dengan harga tiket
to pay (ATP) dan willingness to pay (Pay)
Rp.100.000, jarak tempuh 29 Km, waktu
adalah X1 yaitu faktor pendapatan dalam
tempuh 40 menit dan kecepatan 60 km/jam
satu bulan, diikuti oleh X3 yaitu presentase
memiliki harga tiket relative lebih
penghasilan untuk transportasi dalam satu
mahaldibandingkan ketiganya.
bulan, kemudian X4 yaitu pelayanan moda
Karena dalam analisa yang telah
transportasi yang ada dan yang terakhir
dilakukan dalam penelitian ini Kereta
adalah X2 yaitu harga tiket yang
Bandara Radin Inten II mengacu pada
ditawarkan. Dari hasil perhitungan
kereta bandara yang ada di Jakarta yaitu
didapatkan nilai R2 = 0.9956.
Bandara Internasioinal Soekarno Hatta
Tarif merupakan daya tarik yang
(Soetta), maka asumsi kecepatan sama yaitu
ditawarkan oleh taksi online karena relatif
80 Km/jam, kapasitas 272 penumpang,
lebih murah dibandingkan dengan moda
sedangkan untuk jarak dari Stasiun Tanjung
konvensional. Dengan membandingkan
Karang menuju Bandara 23 Km dalam

25
Diana Nur’Afni : Analisis Ability To Pay (Atp) Dan Willingness To Pay (Wtp) Kereta
Bandara Radin Inten II Stasiun Tanjungkarang

waktu 20 menit dan harga tiket menurut DAFTAR PUSTAKA


analisis kemampuan membayar atau Ability
To Pay (ATP) rata-rata sebesar Rp.87.000. Ancok, Djamaludin. 1989. Tehnik Skala
Dengan analisis ini dapat menjadi Penyusunan Pengukur. Pusat
pertimbangan untuk rencana penetapan tarif penelitian kependudukan. Yogyakarta:
kereta bandara Radin inten II agar fasilitas UGM.
publik tersebut dapat dinikmati oleh
masyarakat banyak. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu pendekatan Praktek.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta: Rineka Cipta.

Kesimpulan Kotler and Keller. 2009. Manajemen


Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13
Dari hasil pengamatan dan perhitungan Jakarta: Erlangga.
stated preference rencana kereta bandara
Radin Inten II Lampung dapat disimpulkan Morlok, K. E. 1988. Pengantar Teknik dan
sebagai berikut : Perencanaan Transportasi. Jakarta:
1. Hasil analisis data nilai rata-rata Erlangga.
kemampuan membayar atau Ability To
Pay (ATP) responden adalah sebesar Miro, F. 2002. Perencanaan Transportasi.
Rp. 87.000,-. Harga tiket rata-rata Jakarta: Erlangga.
kereta bandara Radin Inten II – Bandar
Lampung yang diharapkan oleh Permata, R. 2012. Analisa Ability To Pay dan
responden atau Willingness to Willingness To Pay Pengguna Jasa
Pay (WTP) responden sebesar Rp. Kereta Api Bandara Soekarno Hatta -
44.000,-. Manggarai. Universitas Indonesia
Jakarta.
2. Skenario penetapan tarif kereta bandara
Radin Inten II – Bandar Lampung akan Warpani. 1990. Merencanakan Sistem
maksimal pada tarif berkisar Transportasi. Bandung: ITB.
Rp.30.000-Rp.60.000 dengan hasil
analisis ATP 90% dan WTP 60%.

Saran

Adapun saran yang diberikan adalah


sebagai berikut:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
terkait studi kelayakan mengenai kereta
bandara Radin Inten II – Bandar
Lampung.

2. Perlu adanya kajian mengenai failitas


pendung terutama tentang stasiun
eksisting yang dilewati kereta bandara
Radin Inten II – Bandar Lampung

26

Anda mungkin juga menyukai