id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Manajemen dari usaha angkutan menghadapi pilihan yang sangat luas dalam hal
penentuan harga dan rencana operasi,walaupun sering pilihan-pilihan ini dibatasi oleh
peraturan pemerintah. Pilihan-pilihan ini antara lain ialah operasi pada rute yang tetap
atau tidak, operasi dengan penjadwalan yang tetap atau tergantung pada kebutuhan,
ukuran kendaraan yang akan dioperasikan, jenis lalu-lintas yang akan dilayani
(terutama dalam transport muatan barang), dan harga atau tarif yang akan ditarik
(Morlok, 1998).
Khisty, C. Jotin & B. Kent Hill (2003), menyatakan bahwa pelayanan angkutan
umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis rute dan
perjalanan yang dilayaninya:
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
Setyanto (2002), melakukan penelitian tentang Analisis Biaya dan Tarif Angkutan
Umum Paska Kenaikan Bahan Bakar (Studi Kasus pada Angkutan Umum di Wilayah
Surakarta). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tarif yang
semestinya berlaku terhadap Biaya Operasional Kendaraan (BOK) saat harga
premium Rp. 700, Rp. 1.100, dan Rp. 1.450 (tarif yang berlaku saat penelitian), yang
berkesimpulan bahwa BOK pada kondisi break even point sebesar Rp. 625,
berdasarkan daya beli penumpang sebesar Rp. 912,33, dan sebesar Rp. 1.142,12
apabila fasilitas ditingkatkan. Tarif yang berlaku sebesar Rp. 900,-, sehingga tarif
yang berlaku masih sesuai dengan rentangan tarif sebesar Rp.625,- Rp. 912,33,- dan
masih dimungkinkan menaikkan tarif hingga batas daya beli penumpang. Sedangkan
pada penelitian ini akan mengkaji tentang tarif angkutan umum berdasarkan dari
profesi seseorang dalam menggunakan moda transportasi tersebut dengan
memperhatikan kawasan dan profesi dengan menggunakan metode ATP, dan WTP.
Saputra (2015), dalam jurnalnya melakukan penelitian tentang Analisis Tarif dan
Penambahan Demand Batik Solo Trans Koridor 2 Berdasarkan Estimasi Penambahan
Demand Mahasiswa UNS Menggunakan Metode Ability to Pay (ATP), Willingness to
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
Penelitian yang akan dilaksanakan memiliki kesamaan dari metode yang akan
digunakan dalam menganalisis penambahan demand dan analisis Ability To Pay
(ATP) dan Willingness To Pay (WTP) dari penelitian sebelumnya. Sedangkan,
perbedaan penelitian terdapat pada kawasan yang ditinjau sebagai lokasi untuk
pengambilan data. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, data yang di peroleh
adalah data dari kawasan pemukiman yang masuk dalam radius rute pelayanan BST
koridor 2.
commit to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Aditya Krisnanda Analisis Tarif dan Ability To Pay (ATP) -Potensi penambahan
Bagus S. (2015) Penambahan Potensi & Willingness To Pay demand mahasiswa
Demand Batik Solo (WTP) dan Biaya UNS terhadap koridor
Trans Koridor 2 Khusus Operasional 2 sebesar 9.554
Mahasiswa Universitas Kendaraan (BOK) perjalanan selama 5
Sebelas Maret hari kerja.
Menggunakan Metode -ATP
Ability To Pay, Rp. 2.850
Willingness To Pay dan -WTP
BOK Rp. 2.500
Reza alviano (2015) Menganaisis potensi Ability To Pay (ATP) Penambahan potensi
demand, kemapuan dan & Willingness To Pay demand mahasiswa
kemauan civititas (WTP) dan Biaya UNS terhadap koridor
akademika UNS dalam Operasional 1 adalah 21 rit perhari
membayar tiket BST Kendaraan (BOK)
koridor 1
commit to user
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
menaiki angkutan umum asal mampu membayar ongkos sesuai rute yang ditempuh
ke tempat yang dituju.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa, angkutan umum
merupakan seluruh alat transportasi saat berpergian tidak menggunakan kendaraan
pribadi yang dimanfaatkan untuk mengangkut barang atau orang dari satu tempat ke
tempat lain, baik disediakan oleh pribadi, swasta, atau pemerintah, yang dapat
digunakan oleh siapa saja dengan cara membayar atau sewa. Keberadaan angkutan
umum ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya bagi golongan masyarakat
yang tidak dapat memfasilitasi pergerakannya dengan angkutan pribadi agar dapat
mempermudah melakukan aktivitas berpindah tempat.
a. Transit
Angkutan umum dengan daya angkut menengah dan besar, dengan jadwal
serta rute yang pasti. Contoh dari jenis ini adalah bus regular, bus patas, trolly
bus, dan busway.
b. Paratransit
Paratransit atau sering kita sebut transportasi informal merupakan moda
transportasi yang pelayanannya disediakan oleh operator dan dapat digunakan
oleh setiap orang dengan kesepakatan diantara penumpang dan pengendara,
dengan menyesuaikan keinginan dari pengguna. Pergerakan moda Paratransit
memiliki rute dan jadwal yang dapat dirubah sesuai pengguna perorangan
lebih tertuju sebagai demand responsive. Contohnya seperti : taxi, becak, ojek,
dll.
commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Batik Solo Trans (BST) memiliki sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang
mulai beroperasi di Surakarta pada Bulan September 2010. Adapun tujuan
pengoperasian BST adalah:
2.2.3. Koridor
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Bab I
Ketentuan Umum mendefinisikan bahwa koridor adalah lintasan kendaraan umum
atau rute untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai
asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan terjadwal.
commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
2. Koridor 2 (Kartasura-Palur)
Terminal Kartasaura – Pabelan – Jalan Slamet Riyadi – Lapangan Kota Barat –
Monumen Pers – Stasiun Balapan – SMAN 1 Surakarta – RSUD Moewardi –
Kampus UNS – Palur.
3. Koridor 3 (Palur-Kartasura) via Pasar Klewer
Terminal Palur – Taman Jurug – Belakang Kampus UNS – RSUD Moewardi –
Pasar Gede – Gladag – Klewer – Coyudan – Jongke – Makam Haji – Terminal
Kartasura.
4. Koridor 4 (Kartasura-Solo Baru)
Terminal Kartasura – Colomadu – Manahan – Mall Paragon – Monumen Pers –
Novotel – Tipes – Gemblegan – Gading – Joyotakan – Bundaran Solo Baru –
Grogol – Gading – Gemblegan – Nonongan – Gladag – Mangkunegaran – RS
PKU – Mall Paragon – Manahan – Colomadu – Terminal Kartasura.
5. Koridor 5 (Mojosongo-Solo Baru)
Mojosongo – RS Dr Oen Kandang Sapi – Pasar Gede – Pusat Grosir Solo – Jalan
Kapten Mulyadi – Gading – Gemblegan – Bundaran Solo Baru – Gemblegan –
Gading – Jalan Kapten Mulyadi – Loji Wetan – Telkom – Balai Kota Solo –
Pasar Gede – RS Dr Oen Kandang Sapi – Mojosongo.
6. Koridor 6 (Kadipiro-Semanggi)
Subterminal Kadipiro – Jalan Kolonel Sugiono – Terminal Tirtonadi – Gilingan–
Stasiun Balapan – Monumen Pers – Novotel – Tipes – Gemblegan – Gading –
Jalan Kyai Mojo – Subterminal Semanggi – Jalan Kyai Mojo – Gading –
Gemblegan – Tipes – Jalan Honggowongso – Jalan Dr Rajiman – Bundaran
Baron – Sriwedari – Novotel – Monumen Pers – Stasiun Balapan – Gilingan
Tirtonadi – Jalan Kolonel Sugiono – Subterminal Kadipiro.
7. Koridor 7 (Palur-Solo Baru)
Terminal Palur – Kampus UNS – Perempatan Sekarpace – Jagalan – Warung
Pelem – Gladag – Kampung Baru – Nonongan – Gemblegan – Gading –
Joyotakan – Bundaran Solo Baru – Joyotakan – Gading – Gemblegan –
commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
2.2.4. Demand
Saputra, Aditya Krisnanda Bagus (2015), Demand atau dalam Bahasa Indonesia
disebut permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang dibeli pada suatu harga dan
waktu tertentu. Demand berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang
atau jasa yang ingin dipenuhi.
Dalam transportasi juga dikenal istilah demand atau permintaan transportasi. Demand
transportasi adalah besarnya jumlah jasa transportasi yang dibutuhkan untuk
mengangkut manusia atau barang dari dan ke suatu lokasi/wilayah. Untuk mengetahui
berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan yang sebenarnya (actual demand),
perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk suatu daerah akan membawa pengaruh terhadapjumlah
yang dibutuhkan.
2. Pembangunan wilayah dan daerah
commit to user
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Permintaan sejumlah barang atau jasa yang di beli pada harga dan waktu tertentu
dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus yang memiliki asal dan tujuan
lokasi yang tetap dan memperhitungkan waktu perjalanan yang terjadwal dan
memiliki jarak pelayanan rute yaitu 400 meter di kanan dan 400 meter di kiri ruas
jalan. Jarak terjauh yang mampu di lalui oleh seorang pejalan kaki untuk mencapai
sebuah halte adalah 400 meter. Hal ini sesuai dengan standar kualitas pelayanan jalan
(Dinas Perhubungan, 1996), di mana jarak standar yang ditetapkan adalah 300 m –
500 m.
Gambar 2.1 Area Survei 400 m di Kiri dan Kanan Ruas Jalan
Survei asal tujuan atau dalam bahasa Inggris disebut Origin-destination survey adalah
survei yang mempelajari pola perjalanan dengan mempelajari asal dan tujuan
perjalanan yang digunakan sebagai sumber informasi utama dalam
proses perencanaan transportasi. Ada 2 metode dalam melakukan survei asal tujuan,
yaitu:
commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan
yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal (O.Z. Tamin, 1999).
Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk
transportasi dan intensitas perjalanan pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran
untuk transportasi dengan intensitas perjalanan. Besaran ini menunjukkan
kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah :
3. Intensitas perjalanan
Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang pula
jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin banyak alokasi
dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.
commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Penghasilan
keluarga per bulan
Alokasi biaya
transportasi
ABILITY TO PAY
Intensitas (ATP)
perjalanan
Jumlah anggota
keluarga
Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu pertimbangan masyarakat
dalam memilih moda angkutan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tarif yang harus
dibayar mempunyai proporsi yang besar dari tingkat pendapatannya maka masyarakat
akan memilih moda yang lebih murah, tetapi jika tidak ada pilihan lain maka ia akan
menggunakan moda tersebut secara terpaksa. Secara eksplisit tampak bahwa
pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi daya beli atas jasa pelayanan
angkutan umum. Selanjutnya diperhitungkan persentase alokasi dana untuk
transportasi untuk setiap keluarga dari total pendapatannya. Setelah dilakukan
commit to user
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan metode household budget dapat dicari besaran ATP. Ada dua
besaran ATP yaitu :
𝐼𝑡.𝑃𝑝 .𝑃𝑡
𝐴𝑇𝑃𝑈𝑚𝑢𝑚 = (2 – 2)
𝑇𝑡
Dimana :
It = Total pendapatan keluarga per bulan (Rp/Kel/Bulan)
Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi perbulan dari total pendapatan
keluarga
Pt = Persentase untuk angkutan dari Pendapatan transportasi keluarga per bulan
Dimana :
ATPresp = ATP responden berdasarkan jenis pekerjaan (Rp/Resp/Trip)
Irs = Pendapatan responden per bulan (Rp/bulan)
Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari Pendapatan
responden
Pt = Persentase untuk angkutan dari Pendapatan untuk transportasi
Trs = Total panjang perjalanan per bulan per trip (Trip/Resp/bulan)
Dengan menggunakan metode travel cost individual ATP yang dapat diterima oleh
pengguna jasa, adalah :
𝐼𝑐.%𝑇𝐶
𝐴𝑇𝑃𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = (2 – 4)
𝐷
Dimana :
Ic = Penghasilan
%TC = Persentase dari penghasilan untuk travel cost
commit to user
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
D = Frekuensi perjalanan
4. Penghasilan pengguna
Apabila seseorang mempunyai penghasilan yang besar maka tentunya kemauan
membayar tarif perjalanannya semakin besar hal ini disebabkan oleh alokasi biaya
perjalanannya lebih besar, sehingga akan memberikan kemampuan dan kemauan
membayar tarif perjalanannya semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Willingness to Pay dijelaskan pada Gambar 2.4.
commit to user
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Produk yang di
tawarkan
Penghasilan keluarga
per bulan
1
𝑀𝑊𝑇𝑃 = 𝑛 𝑖=1 𝑛 𝑊𝑇𝑃𝑖 (2 – 5)
Dimana :
MWTP = Rata-rata WTP
n = Ukuran sampel
WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke i
commit to user
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan dalam menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya ATP dan
WTP, kondisi tersebut dapat berupa:
commit to user
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam
sistem angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Pengguna (User);
2. Operator;
3. Pemerintah (Regulator)
1. Karena WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, bila nilai
WTP masih dibawah ATP, maka masih dimungkinkan menaikkan nilai tarif
dengan perbaikan tingkat pelayanan angkutan umum.
2. Karena ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, maka besaran tarif
angkutan umum yang diberlakukan tidak boleh melebihi nilai ATP kelompok
sasaran.
Sampel adalah sekumpulan unit yang merupakan bagian dari populasi dan dipilih
untuk merepresentasikan seluruh populasi. Pengambilan sampel membantu
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Desain tersebut bertujuan untuk
memperoleh data yang representatif/mewakili populasi, di mana hal ini mendukung
penentuan besar sampel. Tujuan tahap desain sampel adalah menentukan spesifikasi
kualitatif dan kuantitatif dari tata cara cara pengambilan sampel pada saat survei
dilaksanakan. Sasaran terakhir tahapan desain sampel adalah teknik pengambilan
sampel dan besar sampel. Tahap pengambilan sampel antara lain:
commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
a. Target Populasi
Target populasi adalah kumpulan objek yang dilengkapi tempat informasi atau
data yang akan dikumpulkan. Dalam hal ini elemen-elemen dasar dari kumpulan
objek yang dimaksud dapat saja berupa orang, kendaraan, daerah geografis,
ataupun objek-objek lainnya. Target populasi ditentukan berdasarkan tujuan
survei.
b. Unit Sampling
Unit sampling adalah suatu unit yang akan digunakan sebagai dasar bagi
penentuan besar sampel. Suatu populasi pada dasarnya terbentuk dari
sekumpulan elemen-elemen individu yang membentuknya. Unit sampel pada
umumnya merupakan pengelompokan dari elemen populasi.
c. Metode Penarikan Sampel
Tujuan penarikan sampel adalah mendapatkan sampel dari populasi agar sampel
tersebut representatif atau mewakili populasi. Atas pertimbangan bahwa sampel
yang diambil digunakan untuk merepresentasikan seluruh populasi, maka
penentuan cara yang tepat dalam menarik sampel menjadi penting. Ditinjau dari
metode penarikan sampel dari suatu populasi dikenal beberapa cara yaitu:
- Pengambilan Sampel Acak
Pada sampel acak, pengambilan sampel dilakukan secara acak (dengan
metode angka acak tertentu) dari seluruh populasi yang ada.
Ciri utama sampling ini adalah setiap unsur dari keseluruhan populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.
- Pengambilan Sampel Acak Berstrata
Pada sampel acak berstrata pengambilan sampel berdasarkan informasi awal
berkaitan dengan sertifikasi dari populasi. Dalam hal ini pengambilan sampel
pada setiap sertifikasi dilakukan secara acak, sama halnya seperti yang
dilakukan pada pengambilan sampel acak. Teknik ini digunakan apabila
populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat,
misalnya menurut usia, pendidikan, penghasilan.
commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Supaya hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan
sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan
nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.Menentukan ukuran sampel
menurut Slovin (Riduwan, 2005):
𝑁
𝑛 = 1+𝑁𝑒 2 (2 - 6)
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir sampai 10 %.
commit to user