Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL BUS TRAYEK TERBOYO –

MANGKANG BERDASARKAN BIAYA OPERASI KENDARAAN


(STUDI KASUS : PERUM DAMRI UABK SEMARANG)
Sriyanto, Pentika Pulung Sari
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudarto, SH., Semarang
sriyanto@industri.ft.undip.ac.id

Abstrak

Perum DAMRI adalah institusi publik yang memberikan fasilitas transportasi. Selama enam
tahun terakhir, penjadwalan bus dipegang oleh DAMRI, beberapa kali mengalami pergantian sistem,
yaitu penggunaan sistem plafon (oleh observasi rit) dan sistem timetabled (oleh tiket). Penggantian
sistem disebabkan meningkatnya biaya operasi jika menggunakan sistem sebelumnya. Tetapi pada waktu
itu, DAMRI tidak melakukan evaluasi biaya operasi yang jelas. Evaluasi komponen sebagai bagian dari
biaya operasi diperlukan. Selain itu juga diperlukan penelitian ekspektasi dari semua stakeholder untuk
pilihan sistem.
Hasil menunjukkan biaya operasi dari setiap bus-km yang diperlukan oleh Perum DAMRI lebih
besar untuk penjadwalan sistem timetabled Rp 3.338,58 / bus-km dibandingkan dengan penjadwalan
sistem plafon Rp 3.336,73 / bus-km untuk plafon. Perbedaan ini tergantung pada komponen biaya tidak
langsung yaitu biaya petugas kru bus. Walaupun dalam kalkulasi biaya tidak ada perbedaan, tetapi
secara operasional, hasil kuesioner merekomendasikan penggunaan sistem plafon yang dipilih oleh
64,29% kru bus, 53,33% staf DAMRI, dan 69% penumpang.

Kata kunci : penjadwalan bus, biaya operasi, plafon, timetabled

Abstract

Perum DAMRI is the public institution which facilitate people transportation. During the last
sixth year, bus scheduling embraced by DAMRI, several times experience of the system commutation, that
is use of plafond system (by rit observation) and timetabled system (by ticket). The system replacement
because of increasing operating expenses if remain to the previous system. But during the time, in
DAMRI itself there are no clear evaluation of the operating expenses. Evaluation to component
representing the part of operating expenses is needed. Others, also need research of expectation of all
stakeholder for the system choice.
The result shows that, operating expenses of per bus-km released by Perum DAMRI is bigger for
timetabled system scheduling compared to plafond system scheduling, that is Rp 3.338,58 / bus-km for
timetabled and Rp 3.336,73 / bus-km for plafond. This difference relied on component of indirect
expenses that is officer expense besides bus crew. Although in expense calculation there no difference, but
operationally, the result from questionair recommended to used the plafond system which choosed by
64,29% of bus crew, 53,33% of DAMRI staff, and 69% of passenger.

Keyword : bus scheduling, operating expenses, plafond, timetabled

PENDAHULUAN yaitu menyediakan bus untuk transportasi


Perum DAMRI merupakan Badan perkotaan. Selama kurang lebih enam tahun
Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bertugas memfasilitasi transportasi rakyat, terakhir, penjadwalan bus yang dianut
Perum DAMRI beberapa kali mengalami
J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008
96
pergantian sistem, yaitu penggunaan sistem 1. Mengetahui harapan semua
Plafon (sistem pengawasan rit) dan sistem stakeholder yang terlibat terhadap
timetabled/sistem pengkarcisan. Sistem sistem penjadwalan yang diberlakukan
Plafon diberlakukan pada tahun 2001, 2002 Perum DAMRI UABK Semarang.
dan 2006 sedangkan tahun 2003 hingga 2. Mengevaluasi komponen biaya dari
2005 memakai sistem timetabled/sistem sistem penjadwalan plafon maupun
pengkarcisan (Perum DAMRI, 2006). timetabled.
Penjadwalan ini dipergunakan sebagai 3. Memperkirakan besarnya biaya
patokan dalam hal operasional DAMRI. operasional baik untuk penjadwalan
Awak kendaraan yang merasa terbebani timetabled maupun plafon pada tahun
dalam hal operasional karena merasa berikutnya.
diawasi saat sistem timetabled Untuk menghindari penelitian yang
diberlakukan, dan mengakibatkan terlalu luas dan untuk memberikan arah
pendapatan yang disetorkan tidak sesuai lebih baik serta memudahkan penyelesaian
dengan hasil realnya merupakan salah satu diperlukan pembatasan masalah sebagai
faktor yang mempengaruhi penggantian berikut :
sistem penjadwalan (Perum DAMRI, 1. Obyek yang diteliti adalah trayek milik
2006). Selain itu bus pesaing yang DAMRI jurusan Terboyo – Mangkang.
berkesempatan lebih leluasa karena jumlah 2. Penelitian jumlah penumpang hanya
bus DAMRI yang semakin menurun akibat dilakukan pada hari efektif (Senin
umur operasional yang semakin tua sampai dengan Jumat).
membuat headway bus menjadi terlalu jauh Asumsi–asumsi yang digunakan
juga merupakan faktor lain yang adalah :
menyebabkan penggantian sistem 1. Setiap bus memiliki biaya
penjadwalan (Perum DAMRI, 2006). operasional yang sama.
Namun, faktor yang signifikan 2. Kendaraan yang beroperasi dalam
terhadap penggantian sistem penjadwalan kondisi baik dan tidak dalam kondisi
ini disebabkan adanya kenaikan biaya overhaul.
operasional jika tetap memberlakukan
sistem penjadwalan sebelumnya (Perum TINJAUAN PUSTAKA
DAMRI, 2006). Kenaikan biaya Transportasi
operasional ini, diduga dikarenakan adanya Transportasi adalah kegiatan
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pemindahan penumpang dan barang dari
(BBM), yang mempengaruhi kenaikan gaji satu tempat ke tempat lain. Dalam
pegawai dan harga bahan teknik. Saat ini, transportasi terdapat unsur pergerakan
biaya BBM telah mencapai 50% dari (movement), dan secara fisik terjadi
pendapatan, dan biaya pegawai mencapai perpindahan tempat atas barang atau
47% dari pendapatan (Perum DAMRI, penumpang dengan atau tanpa alat angkut
2006). Hal ini membuat kemampuan ke tempat lain. [Hadihardjaja, 1997:2].
pengelolaan keuangan menjadi sangat sulit. Untuk mengetahui berapa jumlah
Bahkan sampai saat ini belum ada evaluasi permintaan akan jasa angkutan sebenarnya
biaya yang jelas terhadap kenaikan biaya (actual demand) perlu dianalisis permintaan
operasional tersebut selama penggantian akan jasa–jasa transportasi sebagai berikut
sistem penjadwalan. [Salim, 2002:15-17] :
Berdasarkan latar belakang yang 1. Pertumbuhan penduduk
telah disebutkan di atas, dapat diketahui 2. Pembangunan wilayah dan daerah
bahwa belum ada evaluasi biaya yang jelas 3. Perdagangan Ekspor dan Impor
terhadap kenaikan biaya operasional baik merupakan satu segi yang menentukan
pada saat sistem penjadwalan timetabled berapa jumlah
maupun plafon. 4. Industrialisasi
Tujuan penelitian yang dilakukan 5. Transmigrasi dan penyebaran
adalah : penduduk
J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008
97
6. Analisis dan proyeksi akan permintaan Mereka ini adalah kelompok orang yang
jasa transportasi tidak terlibat secara langsung dalam
kegiatan transportasi tetapi turut
Transportasi di Semarang merasakan dampak dari kegiatan
Dalam konteks transportasi transportasi, seperti dampak pencemaran
perkotaan, masyarakat perkotaan dapat lingkungan, dampak sosial dan dampak
dibedakan dalam dua kelompok [Widodo ekonomi yang timbul akibat adanya
dan Wicaksono, 2005:1]: konsumsi berbagai sumber daya untuk
1. Kelompok pertama adalah kelompok kegiatan transportasi.
masyarakat yang mempunyai
kemampuan untuk memilih apakah Sistem Penjadwalan Timetabled
akan menggunakan kendaraan pribadi Sistem penjadwalan timetabled atau
atau menggunakan angkutan umum awak kendaraan menyebutnya sebagai
dalam melakukan perjalanan (Choice sistem timbangan merupakan sistem
Users). penugasan kendaraan berdasarkan dengan
2. Kelompok kedua adalah kelompok timetabled atau jadwal yang telah
masyarakat yang karena alasan tertentu ditetapkan. Di mana waktu keberangkatan
hanya tergantung kepada sarana dan kepulangan telah ditetapkan terlebih
angkutan umum untuk melakukan dahulu. Sistem penjadwalan timetabled
perjalanan (Captive Users). dapat dikatakan sebagai sistem
pengkarcisan karena adanya pembagian
Performansi Sistem Transportasi karcis sebagai bukti pembayaran. Sistem ini
Menurut Manheim [1979:171] dari dapat dijalankan jika asumsi tidak macet
Widodo dan Wicaksono [2005:2], kegiatan sepanjang perjalanan, tidak adanya armada
transportasi melibatkan berbagai pihak yang dalam kendaraan overhaul serta crew
mempunyai kepentingan yang berbeda. mematuhi jadwal yang telah ditetapkan.
Masing-masing pihak mempunyai Pendapatan perusahaan yang didapatkan
pandangan tersendiri mengenai performansi langsung diambil oleh petugas lapangan
transportasi kota. Dalam konteks ini, dimana dalam hal ini adalah petugas PA
performansi sistem transportasi dapat dilihat (Pengawas Angkutan) (Perum DAMRI,
dari beberapa sudut pandang (perspektif), 2006).
yaitu :
a. Dari sudut pandang pengguna jasa Sistem Penjadwalan Plafon
(users) Sistem penjadwalan Plafon atau
Atribut tingkat pelayanan yang biasanya pengawasan rit merupakan sistem
menjadi indikator penilaian adalah total penjadwalan dimana dalam satu hari
waktu perjalanan, total waktu armada yang beroperasi harus mencapai
menunggu, total ongkos, probabilitas target operasi yang telah ditentukan.
kerusakan atau kehilangan barang dan Biasanya di titik-titik tertentu terdapat
jarak berjalan kaki untuk menjangkau seorang crew yang bertugas mengawasi
kendaraan disamping aspek kenyamanan jalannnya rit dari kendaraan yang
dalam kendaraan beroperasi. Sistem penjadwalan ini
b. Dari sudut pandang penyedia jasa diberlakukan mulai awal tahun 2006.
(operator) Kepala Bagian Operasional DAMRI
Pada umumnya operator memandang mengatakan sistem penjadwalan ini lebih
performansi berdasarkan dimensi baik dibandingkan dengan sistem
finansial dari sub sistem yang mereka penjadwalan terdahulu, yaitu timetabled.
tangani, yaitu performansi dari sarana, Hal ini dikarenakan sistem penjadwalan
tenaga kerja dan fasilitas operasi yang timetabled lebih banyak memperkerjakan
digunakan. crew sebagai pengawas (PA) lapangan
c. Dari sudut pandang pihak lain untuk mencatat jumlah penumpang yang
(selain operator dan users) telah terangkut. Dalam hal tanggung jawab
J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008
98
pendapatan perusahaan langsung sebuah alat ukur ditentukan oleh kualitas
dibebankan kepada awak kendaraan (Perum item-itemnya. Sebuah alat ukur yang berisi
DAMRI, 2006). item berkualitas tinggi walaupun dalam
jumlah yang sedikit akan jauh lebih
Biaya berguna daripada sebuah alat ukur yang
Berdasarkan pengelompokkan biaya itu, berisi puluhan item berkualitas rendah
struktur perhitungan biaya jasa angkutan [Umar, 2002:92].
adalah sebagai berikut : Pada dasarnya penggunaan
a. Biaya langsung probability sampling penting sekali apabila
Yaitu kelompok biaya yang secara kita akan membuat analisis statistik yang
langsung dapat dihitung per km mendalam, misalnya ingin membuat
kendaraan, tetapi ada sebagian biaya perkiraan interval (interval estimate) atau
lagi yang dihitung per km kendaraan pengujian hipotesis (testing hypothesis)
setelah dihitung biaya per tahun. atau hasil penelitian tersebut. Kalau soalnya
Pedoman perhitungan komponen- hanya ingin membuat perkiraan tunggal
komponen biaya langsung adalah (point estimate) misalnya rata-rata,
sebagai berikut : prosentase, maka cukup dengan
1. Biaya penyusutan kendaran nonprobability sampling [Supranto,
produktif 1997:71].
2. Biaya bunga modal kendaraan Setelah menentukan teknik
produktif sampling, langkah selanjutnya adalah
3. Awak bus menentukan ukuran sampel yang
4. Bahan bakar minyak diperlukan. Roscoe (1975) dalam Uma
5. Ban Sekaran [1992:252] memberikan pedoman
6. Servis kecil penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
7. Servis besar
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30
8. Pemeriksaan
s/d 500 elemen.
9. Penambahan oli
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam
10. Suku cadang dan bodi
subsampel (laki/perempuan,
11. Cuci bus
SD/SLTP/SMU, dsb), jumlah
12. Retribusi terminal
minimum subsampel harus 30.
13. STNK/Pajak kendaraan
3. Pada penelitian multivariate (termasuk
14. Kir
analisis regresi multivariate) ukuran
15. Asuransi
sampel harus beberapa kali lebih besar
b. Biaya tidak langsung
(10 kali) dari jumlah variable yang
Yaitu kelompok biaya yang secara
akan dianalisis.
tidak langsung mempengaruhi produksi
4. Untuk penelitian eksperimen yang
jasa angkutan umum. Komponen biaya
sederhana, dengan pengendalian yang
tidak langsung dapat dibagi menjadi 2
ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d
yaitu :
20 elemen.
1. Biaya pegawai selain awak
kendaraan
2. Biaya pengelolaan

Instrumen Penelitian
Kuesioner adalah sebuah alat
pengumpulan data yang nantinya akan
diolah untuk menghasilkan informasi
tertentu. Kuesioner dikatakan berhasil
menjalankan fungsi ukurnya apabila dapat
menunjukkan hasil ukurnya dengan cermat
dan akurat. Dengan demikian kualitas
J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008
99
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai

Studi Pendahuluan
Sering bergantinya sistem penjadwalan yang dianut Perum DAMRI dikarenakan adanya kenaikan
biaya operasional akibat kenaikan biaya BBM dan biaya pegawai yang telah mencapai 50% dan
47% dari pendapatan, sehingga pengelolaan keuangan menjadi sangat sulit.

Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah


Belum ada evaluasi yang jelas terhadap komponen biaya operasional baik
pada saat pemberlakuan sistem timetabled maupun plafon.

Penentuan Tujuan Penelitian


1. Mengetahui harapan semua stakeholder
2. Mengevaluasi komponen biaya sistem penjadwalan bus
3. Memperkirakan besarnya biaya operasional tahun berikutnya

Studi Pustaka

Pengumpulan Data
- Harga bahan teknik
- Data komponen biaya
- Jumlah penumpang setiap ritnya
- Data kuesioner

Pengolahan Data
- Pengolahan data kuesioner
- Perhitungan biaya operasional kendaraan pada tahun berikutnya
- Perhitungan tarif

Pembahasan
- Pembahasan mengenai hasil kuesioner yang dibagikan pada awak kendaraan, staf Perum
DAMRI UABK Semarang dan penumpang bus DAMRI.
- Analisis perhitungan biaya operasional baik saat sistem diberlakukannya sistem timetabled
maupun plafon

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1 Metodologi Penelitian

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


100
HASIL DAN PEMBAHASAN pemilihan sistem penjadwalan yang dianut
Pengumpulan Data Kuesioner Awak oleh Perum DAMRI UABK Semarang baik
Kendaraan sistem timetabled maupun sistem plafon.
Kuesioner yang dibagikan kepada Kuesioner yang disebarkan
awak kendaraan berisi data umum awak sebanyak 39 buah. Pembagian kuesioner ini
kendaraan dan penilaian awak kendaraan sesuai dengan jumlah penumpang yang
terhadap sistem penjadwalan yang selama terangkut selama satu rit, pada jam 10.14
ini dianut oleh Perum DAMRI. Penyebaran WIB – 11.51 WIB.
kuesioner dilakukan dalam satu hari dengan
membagikannya di teminal Mangkang. Data Biaya Langsung
Karena terminal Mangkang merupakan Komponen data biaya operasional,
tempat persinggahan pada saat pergantian khususnya biaya langsung yang digunakan
awak kendaraan dari shift 1 ke shift 2 yaitu dalam perhitungan dapat dilihat pada tabel
antara jam 12.00 – 13.00 WIB. Jumlah 1.
kuesioner yang dibagikan sebesar 28
kuesioner. Tabel 1 Data Komponen Biaya Langsung

Pengumpulan Data Kuesioner Staf


Perum DAMRI
Pengumpulan data dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner kepada staf
Perum DAMRI UABK Semarang.
Kuesioner ini disusun berdasarkan hasil
referensi dari Ditjend Perhubungan Darat
dan hasil wawancara dengan bagian teknik,
keuangan serta operasional Perum DAMRI
UABK Semarang. Kuesioner yang
diberikan kepada staf Perum DAMRI,
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian 1 berisi
data umum responden, bagian 2 mengenai
pengetahuan tentang komponen biaya
operasional saat sistem timetabled
diberlakukan dan bagian 3 mengenai
pengetahuan tentang komponen biaya
operasional saat sistem plafon
diberlakukan.
Selanjutnya kuesioner disebarkan
sebanyak 20 buah. Hal ini sesuai dengan
jumlah staf Perum DAMRI yang sering
aktif yaitu 20 orang dari populasi sebanyak
23 pegawai. Dan dari 20 kuesioner yang
disebarkan, semua kuesioner dapat diolah.

Pengumpulan Data Kuesioner


Penumpang Bus DAMRI
Kuesioner dibagikan kepada
penumpang di sepanjang trayek Terboyo –
Mangkang. Kuesioner ini disusun
berdasarkan hasil referensi dari Manheim
[1979:171], yaitu mengenai karakteristik
responden, dan pelayanan jasa transportasi
angkutan umum penumpang. Sebenarnya
kuesioner ini diperlukan untuk mendukung

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


101
Tabel 1. Data Komponen Biaya Langsung Kuesioner Awak Kendaraan
(Lanjutan) Hasil pengolahan data kuesioner
untuk awak kendaraan mengenai
karakteristik dan pemilihan sistem
penjadwalan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 2. Karakteristik Responden

Kuesioner Staf/Karyawan
Hasil pengolahan data kuesioner
untuk staf Perum DAMRI UABK
Semarang mengenai karakteristik dapat
dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Responden

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


102
Kuesioner Penumpang
Hasil pengolahan data kuesioner Perhitungan Biaya
untuk penumpang bus DAMRI UABK Rekapitulasi perhitungan biaya
Semarang trayek Terboyo - Mangkang operasional dapat dilihat pada tabel 5.
mengenai karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik dan Keinginan Responden

N
Data Karakteristik Frekuensi Prosentase
o
1 Usia Kurang dari 20 tahun 8 20,51%
Antara 20 - 30 tahun 10 25,64%
Antara 31 - 40 tahun 9 23,08%
Antara 41 - 50 tahun 8 20,51%
Antara 51 - 60 tahun 4 10,26%
2 Status pekerjaan Siswa/mahasiswa 13 33,33%
Karyawan pemerintahan 4 10,26%
Pedagang/wiraswasta 9 23,08%
Ibu rumah tangga 10 25,64%
Lainnya 3 7,69%
3 Tujuan/maksud Bekerja 16 41,03%
Melakukan perjalanan Belajar 9 23,08%
Belanja 9 23,08%
Lainnya 5 12,82%
4 Pemilihan kendaraan umum Bus yang sering lewat tetapi tidak dapat
27 69,23%
ditentukan waktu datangnya
Bus yang tidak sering lewat/lewatnya
lama tetapi waktu datangnya 12 30,77%
dapat diketahui
5 Pemilihan kendaraan umum Bus yang sering lewat/jarak antar kendaraan
23 58,97%
dekat tetapi mahal tarifnya
Bus yang tidak sering lewat/jarak
antar kendaraan jauh tetapi 16 41,03%
murah tarifnya
6 Jika bus DAMRI tidak tersedia Menunggu bus DAMRI sebagai alat
8 20,51%
transportasi
Berpindah menggunakan bus swasta
31 79,49%
sebagai alat transportasi

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


103
Tabel 5. Biaya Operasional

Penjadwalan Timetabled Penjadwalan Plafon


Biaya Langsung
Penyusutan = Rp 335,29/bus-km = Rp 335,29/bus-km
Gaji dan tunjangan awak bus = Rp 978,19/bus-km = Rp 978,19/bus-km
Bahan bakar minyak (BBM) = Rp 1.433,25/bus-km = Rp 1.433,25/bus-km
Ban = Rp 242,86/bus-km = Rp 242,86/bus-km
Servis kecil = Rp 40,77/bus-km = Rp 40,77/bus-km
Servis besar = Rp 71,61/bus-km = Rp 71,61/bus-km
Penambahan oli = Rp 19,28/bus-km = Rp 19,28/bus-km
Cuci bus = Rp 22,98/bus-km = Rp 22,98/bus-km
Pemeliharaan dan reparasi bus = Rp 104,78/bus-km = Rp 104,78/bus-km
Retribusi terminal = Rp 17,23/bus-km = Rp 17,23/bus-km
STNK/pajak kendaraan = Rp 14,36 /bus-km = Rp 14,36 /bus-km
Kir = Rp 5,74/bus-km = Rp 5,74/bus-km
Biaya Tidak Langsung
Biaya pegawai selain awak bus Rp 29.094.000,00/tahun Rp 23.499.000,00/tahun
Biaya pengelolaan Rp 129.134.150,74/tahun Rp 129.134.150,74/tahun

Tabel 6. Rekapitulasi Biaya Operasional


Analisis Kuesioner Awak Kendaraan
Penjadwalan Penjadwalan Bus DAMRI Semarang
Biaya
Timetabled Plafon Dari pengolahan data hasil
kuesioner yang dibagikan kepada awak
Rp Rp
Biaya kendaraan sejumlah 28 orang, diperoleh
3.286,34/bus- 3.286,34/bus- hasil sebagai berikut :
Langsung
km km a. Usia
Responden sebagian besar berusia
Biaya antara 41-50 tahun (53,57%), dimana
Rp Rp
Tidak sebagian besar awak kendaraan telah
52,24/bus-km 50,39/bus-km bekerja untuk Perum DAMRI lebih
Langsung
dari 15 tahun.
Rp Rp b. Lama bekerja
Jumlah 3.338,58/bus- 3.336,73/bus- Sebagian besar responden telah
bekerja selama lebih dari 15 tahun
km km
(50%), sehingga diharapkan responden
memiliki pengetahuan tentang sistem
Perhitungan Tarif penjadwalan timetabled maupun
Tarif (timetabled) plafon dengan baik.
= (Tarif pokok x jarak rata-rata) + 10% c. Pengetahuan tentang sistem timetabled
= Rp 1.637,74/pnp + Rp 1.637,74/pnp x 10% dan plafon
= Rp 1.801,51/pnp Semua responden mengetahui tentang
sistem sistem penjadwalan timetabled
Tarif (plafon) maupun plafon. Sehingga diharapkan
= (Tarif pokok x jarak rata-rata) + 10% mampu memilih sistem mana yang
= Rp 1.636,96/pnp + Rp 1.636,96/pnp x 10%
menurut mereka adalah sistem yang
= Rp 1.800,66/pnp
baik.

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


108
d. Pemilihan sistem timetabled / plafon
64,29% responden memilih sistem Kuesioner Penumpang Bus DAMRI
plafon dibandingkan dengan sistem Semarang
timetabled yang hanya 35,71%, Dari pengolahan data hasil
dengan alasan semangat, ketenangan kuesioner yang dibagikan kepada
dan tidak terbebani dalam bekerja, penumpang, diperoleh hasil sebagai berikut
karena adanya target operasi yang a. Usia
harus dipenuhi, lebih jujur dan tidak Responden sebagian besar berusia
adanya pengawasan oleh petugas antara 20 - 30 tahun (25,64%), antara
lapangan. 31 - 40 tahun (23,08%), antara 41 - 50
tahun (20,51%) dan kurang dari 20
Kuesioner Staf Perum DAMRI UABK tahun (20,51%) dimana usia tersebut
Semarang merupakan usia produktif untuk bekerja
Dari hasil pengolahan data dan belajar.
responden pada bab sebelumnya diperoleh b. Status pekerjaan
hasil sebagai berikut : Sebagian besar responden (33,33%)
a. Usia merupakan siswa/mahasiswa, 25,64%
Responden sebagian besar berusia ibu rumah tangga, 23,08%
antara 41-50 tahun (45%) dan antara pedagang/wiraswasta sesuai dengan
31-40 tahun (35%), dimana sebagian hasil pada karakteristik usia, yaitu usia
besar staf Perum DAMRI UABK produktif dalam bekerja dan belajar.
Semarang telah bekerja lebih dari 15 c. Maksud melakukan perjalanan
tahun. Selain itu antara 31-40 tahun 41,03% responden memiliki tujuan
merupakan usia produktif dalam perjalanan untuk bekerja, sesuai dengan
bekerja. hasil pada karakteristik usia, yaitu usia
b. Lama bekerja produktif dalam bekerja. Dan sesuai
Sebagian besar responden telah dengan status pekerjaan dimana
bekerja selama lebih dari 15 tahun didominasi oleh pedagang/wiraswasta
(70%), sehingga diharapkan responden (23,08%), karyawan pemerintah
memiliki pengetahuan tentang sistem (10,26%) dan lainnnya (karyawan
penjadwalan timetabled maupun swasta, 7,69) jika dijumlahkan maka
plafon dengan baik. menjadi 41,03%.
c. Pengetahuan tentang sistem timetabled d. Pemilihan kendaraan umum
dan plafon Sebagian besar responden (69,23% dan
75% responden mengetahui tentang 58,97%) lebih memilih bus yang sering
sistem sistem penjadwalan timetabled lewat tetapi tidak dapat ditentukan
maupun plafon. Sehingga diharapkan waktu datangnya dengan resiko tarif
mampu memilih sistem mana yang yang diberlakukan mahal. Hal ini
menurut mereka adalah sistem yang dikarenakan responden didominasi oleh
baik. siswa yang membutuhkan ketepatan
d. Pemilihan sistem timetabled/plafon dan kecepatan waktu. Selain itu juga
53,33% dari responden yang memiliki terdapat karyawan pemerintah maupun
pengetahuan tentang sistem timetabled swasta yang juga dikejar oleh jam
maupun plafon memilih sistem plafon masuk kantor.
dibandingkan dengan sistem e. Jika bus DAMRI tidak tersedia
timetabled yang hanya 46,67%, 79,49% responden lebih memilih
dengan alasan target operasi atau berpindah menggunakan bus swasta
pendapatan yang diterima per hari sebagai alat transportasi dibandingkan
dapat menutup biaya operasional, menunggu bus DAMRI dikarenakan
pendapatan yang diterima sesuai jumlah bus DAMRI yang sedikit dan
dengan target operasi dan dengan jumlah bus swasta yang lebih banyak
plafon target operasi bisa diprediksi. membuat headway menjadi pendek dan
cepat tersedia/gampang didapat

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


108
.
Rekapitulasi Biaya Operasional DAFTAR PUSTAKA
Sekarang ini, yaitu saat 1. Ditjen Perhubungan Darat, (1996),
diberlakukannya sistem plafon, petugas Pedoman Teknis Penyelenggaraan
PPA yang dulunya bekerja sebagai pencatat Angkutan Penumpang Umum di
penumpang, sebagian ada yang telah Wilayah Perkotaan dalam Trayek
pensiun dan sebagian ada yang bekerja Tetap dan Teratur, tidak diterbitkan,
sebagai staf menggantikan staf yang telah Jakarta.
pensiun pula. 2. Hadihardjaja, Joetata, (1997), Sistem
Dari segi biaya operasional, selisih Transportasi, Gunadarma, Jakarta.
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,85, 3. Mujihartono, Eko, (2002), Materi Ajar
jadi dapat disimpulkan tidak ada perbedaan Dasar-dasar Rekayasa Transportasi,
besarnya biaya baik saat diberlakukannya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
sistem timetabled maupun plafon. Universitas Diponegoro, Semarang.
4. Salim, Abbas, (2002), Manajemen
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Transportasi, PT. Rajasa Grafindo
Penjadwalan Persada, Jakarta.
Kelebihan dan kelemahan masing- 5. Sekaran Uma, (1992), Research
masing metode penjadwalan dapat dilihat Method for Business A Skill Building
pada lampiran. Approach. John Wiley and Sons, Inc.
New York.
Analisis Tarif 6. Supranto, J, (2003), Metode Riset
Dari hasil perhitungan, besarnya Aplikasi Dalam Pemasaran, Rineka
tarif bus kota untuk trayek Terboyo– Cipta, Jakarta.
Mangkang adalah Rp 1.800,66/pnp. 7. Umar, Husein, (2002), Metode Riset
Sedangkan tarif yang berlaku saat ini Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama,
sebesar Rp 2.000,00. Dalam hal ini peran Jakarta.
pemerintah sebagai regulator adil dalam 8. Widodo, Tri dan Wicaksono, (2005),
penentuan tarif bus kota milik DAMRI. Pengaruh Permintaan terhadap
Karena tarif yang dihitung mendekati nilai Pelayanan Angkutan Umum Bis
tarif yang dihitung oleh DAMRI. Sedang di Kota Semarang pada
Seminar Manajemen Angkutan Umum
KESIMPULAN DAN SARAN Penumpang Kota Semarang Tanggal
Besarnya biaya operasional per 19 Mei 2005, tidak diterbitkan,
bus-km yang dikeluarkan oleh Perum Semarang.
DAMRI jika diberlakukan sistem
penjadwalan timetabled lebih besar
dibandingkan jika menggunakan sistem
penjadwalan plafon, yaitu Rp 3.338,58/bus-
km untuk penjadwalan timetabled dan Rp
3.336,73/bus-km untuk penjadwalan plafon.
Hasil kuesioner menunjukkan
bahwa 64,29% awak kendaraan, 53,33%
staf Perum DAMRI UABK Semarang dan
69% penumpang bus DAMRI lebih
memilih sistem plafon dibandingkan
dengan sistem timetabled.
Meskipun dalam perhitungan biaya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan,
namun secara operasional
direkomendasikan sistem plafon.

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


109
LAMPIRAN

Tabel Kelebihan Masing-masing Penjadwalan

Timetabled Plafon
 Pendapatan dapat diketahui dengan  Pendapatan dapat diketahui dengan adanya target
banyaknya karcis yang dibagikan. operasi/plafon. Dengan plafon, sopir dapat mengetahui
pendapatan per harinya.
 Awak kendaraan menjadi lebih tenang  Awak kendaraan menjadi lebih tenang dalam bekerja
dalam bekerja dikarenakan tidak adanya dikarenakan tidak adanya pengawasan dan lebih jujur.
target operasi.
 Dengan timetabled, sistem menjadi lebih  Dengan plafon/pengawasan rit, petugas lapangan
teratur, karena waktu tempuh, waktu hanya bertugas sebagai pengawas rit saja, tidak ada
keberangkatan dan kedatangan dapat petugas lapangan yang mencatat jumlah penumpang.
diketahui. Keberangkatan bus DAMRI dari Sehingga dalam sistem plafon tidak membutuhkan
terminal menjadi lebih tertib, tidak sumber daya yang banyak.
semrawut.
 Crew dan awak kendaraan lebih disiplin  Awak kendaraan menjadi semangat dalam bekerja,
dikarenakan adanya waktu yang ditetapkan. karena adanya target operasi.
 Pengangkutan penumpang baik jarak dekat ataupun
jarak jauh tetap dilakukan, karena adanya target
operasi per ritnya yang mencapai Rp 60.000,00.
 Tidak adanya perselisihan antara kru dan awak
kendaraan tentang pengangkutan penumpang dan
pendapatan.

Tabel Kelemahan Masing-masing Penjadwalan

Timetabled Plafon
 Perilaku awak kendaraan dalam  Perilaku awak kendaraan dalam operasionalnya
operasionalnya yang dianggap sebagai kelemahan yang dianggap sebagai kelemahan sistem plafon,
sistem timetabled, diantaranya : diantaranya :
o Pengangkutan penumpang tidak ditentukan, o Karena khawatir target tidak terpenuhi maka awak
dan pilih-pilih penumpang. Karena tarif yang kendaraan biasanya susah untuk berangkat dari
dibayarkan oleh penumpang harus sesuai terminal secepatnya, sebelum ada penumpang yang
dengan yang telah diberlakukan baik jarak naik.
tempuh pendek atau panjang. Jadi umumnya o Dengan sistem plafon, awak kendaraan sulit untuk
awak kendaraan hanya mengangkut diperintah ke jalur lain yang ditetapkan oleh
penumpang yang akan bepergian jauh. petugas order/petugas lapangan.
o Pendapatan dapat diketahui dengan banyaknya o Crew dan awak kendaraan kurang disiplin
karcis yang dibagikan. Namun sistem ini dikarenakan tidak adanya waktu yang ditetapkan.
umumnya membuat awak kendaraan menjadi o Banyak kekurangan setor/akibat tidak tercapai
tidak jujur karena jumlah karcis yang tidak plafon dan kekurangan setor tidak dapat
sesuai dengan jumlah penumpang yang dipertanggungjawabkan.
terangkut.
o Adanya perselisihan antara petugas lapangan
dengan kru bus DAMRI masalah penumpang
yang terangkut dan pendapatan.

J@TI Undip, Vol III, No 2, Mei2008


97

Anda mungkin juga menyukai