Oleh :
Ir. Nuril Mahda Rangkuti, MT
A. Ruang Lingkup
Manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan
sistem jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan
tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan infrastuktur baru (Fachrurrozy,
2000). Manajemen lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian
(Malkhamah, 1995) yaitu:
1. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara
fisik, seperti: perubahan pada lay out pertemuan jalan, pengaturan
kecepatan lalu lintas dengan pengasaran permukaan jalan, pemasangan
lampu lalu lintas, dan sebagainya.
2. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara
non fisik, seperti: pengaturan dengan lampu lalu lintas, penerapan
sistem jalan satu arah, pengaturan waktu dan tempat untuk parkir, dan
sebagainya.
3. Penyediaan informasi bagi pemakai jalan, seperti informasi mengenai
arah, marka pembagian badan jalan, pemberian nama jalan, informasi
trayek angkutan umum, dan sebagainya.
4. Penetapan tarif untuk pemakai prasarana lalu lintas, misalnya
pemberlakuan tarif parkir sesuai waktunya ( jam sibuk atau di luar jam
sibuk), tarif angkutan umum, road pricing, dan sebagainya.
Manajemen lalu lintas (traffic management) lebih efektif diaplikasikan pada
kondisi lalu lintas belum mengalami kemacetan yang parah. Manajemen lalu
lintas menghindari pendekatan ke arah pembuatan jalan/pelebaran jalan karena
selain menimbulkan dampak sosial (penggusuran, dan sebagainya), juga terbukti
tidak efektif dalam menangani kemacetan di daerah perkotaan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam manajemen lalu lintas meliputi:
1. Manajemen Kapasitas
2. Manajemen Prioritas
3. Manajemen Demand (Transport Demand Management)
B. Manajemen Kapasitas
Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas adalah membuat
penggunaan kapasitas ruas jalan maupun simpang seefektif mungkin sehingga
pergerakan kendaraan lalu lintas menjadi lancar. Beberapa penerapan dari
manajemen kapasitas seperti perbaikan persimpangan melalui alat kontrol
(traffic signal) maupun geometriknya, manajemen parkir di tepi jalan (on street
parking), pemisahan tipe kendaraan di ruas jalan, jalan satu arah, dan
sebagainya.
C. Manajemen Prioritas
Manajemen prioritas lebih diutamakan bagi kendaraan angkutan umum
melalui penerapan jalur khusus bus (buslane), jalan khusus bus (busway),
maupun prioritas bagi kendaraan tak bermotor seperti jalur khusus sepeda,
prioritas bagi pejalan kaki, dan sebagainya.
TDM perlu dikembangkan terus mengingat kondisi lalu lintas saat ini, lebih
besar volume kendaraannya (aktivitas) dibandingkan dengan ketersediaan
prasarana (transport system) sebagaimana tampak pada gambar berikut:
Note: A0 – Activities at the base situation
Oleh karena itu diperlukan paradigma mendasar agar persoalan lalu lintas dapat
diatasi dengan baik. Paradigma yang sedang dikembangkan tampak pada skema
di bawah ini:
Menurut Tamin (2008), TDM dapat dilakukan pada Sistem Kegiatan, Sistem
Jaringan, dan Sistem Pergerakan. Berikut diuraikan satu demi satu.