Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SISTEM TRANSPORMASI MASAL

Dosen :Dr.Rudi S.Suyono,ST. MT

Nama : Valentin Uba Tuan


Nim : D1012161043
Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Pontianak
EVALUASI TARIF ANGKUTAN
UMUM BERDASARKAN ABIL-
ITY TO PAY (ATP) DAN WILL-
INGNESS TO PAY (WTP)
 Kajian Operasional Angkutan Umum

Pengoperasian angkutan umum biasanya saling terintegrasi dan


disesuaikan dengan fungsi jalan, jarak layan, dan jenis kendaraan.
Selain itu, topik penting lain dalam sistem operasi angkutan umum adalah permasalahan
trayek dan tarif. Trayek angkutan umum biasanya
disesuaikan dengan jenis kendaraannya. Selain itu, trayek juga tidak
boleh saling tumpang tindih antar jenis angkutan umum, karena hal ini
akan menyebabkan terjadinya pengurangan kinerja jalan
(seperti kemacetan) dan efek negatif lain, seperti pengurangan
pendapatan supir angkutan umum akibat kompetisi antar jenis angkutan
umum.

tarif angkutan umum bisa berupa tarif seragam (flat fares) ataupun tarif berdasarkan
jarak (distance base
(covering) dan menghubungkan tempat asal dan tujuan dengan menerapkan sistem
transportasi terpadu (KRL, transit dan paratransit)
KAJIAN DAYA BELI PENUMPANG (‘ABILITY TO PAY’ DAN
‘WILLINGNESS TO PAY’)
 Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa
pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal
Untuk dapat mengetahui ATP, variabel sosial-ekonomi yang harus diketahui
adalah ongkos perjalanan yang dibayarkan, besarnya penghasilan responden,
persentase biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan intensitas perjalanan.

 Untuk analisis WTP, variabel yang harus diketahui adalah persepsi


pengguna terhadap tarif angkutan umum yang berlaku. Persepsi WTP
dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang digunakan, sehingga
penggolongann atau pengkategorian Yang dilakukan juga didasarkan
pada jenis kendaraan.
PENENTUAN TARIK BERDASARKAN ATP & WTP
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam Sistem
angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Pengguna (User)
2. Operator
3. Pemerintah (Regulator)
Dalam hal ini pada kondisi tertentu, dimungkinkan perangkapan fungsi operator dan reg-
ulator, bila angkutan umum dikelola sendiri oleh pemerintah. Bila parameter ATP dan
WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subjek yang menen-
tukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:

ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar,


sehingga nilai tarif yang diberlakukan, tidak boleh WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angku-
melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran.
tan umum, sehingga bila nilai WTP masih berada
Intervensi atau campur tangan pemerintah dalam
dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan
bentuk subsidi langsung atau silang, kemudian
peningkatan nilai tarif dengan perbaikan tingkat
dibutuhkan pada kondisi dimana nilai tarif berlaku
pelayanan angkutan umum
lebih besar dari ATP, hingga didapat nilai tarif yang
sebesar- besarnya sama dengan nilai ATP
Zone Subsidi agar Tarif yang berlaku Maksimal = ATP
ATP
Zone Keleluasaan Penentuan Tarif
dengan Perbaikan Tingkat Pelayanan

Zone Keleluasaan Penentuan Tarif Ideal tanpa WTP


Perbaikan Tingkat Pelayanan sampai batas nilai WTP

Gambar 2: Ilustrasi Keluasan Penentuan Tarif


berdasarkan ATP-WTP
Ability To Pay (ATP) Pengguna Angkutan Umum
  Hasil kompilasi dan analisis terhadap data hasil survey ATP adalah:
ATP rata-rata per perjalanan untuk kategori pekerja adalah:
Pekerja Swasta = Rp 865,00
Pegawai Negeri & TNI/Polisi = Rp 905,00
Buruh, Supir, Petani, Penambang dll. = Rp 773,00
ATP rata-rata perperjalanan untuk kategori ibu rumah tangga = Rp 714,00
ATP rata-rata per perjalanan untuk kategori pelajar adalah = Rp 635,00
ATP rata-rata per perjalanan untuk seluruh kategori adalah = Rp 787,00

bervariasi namun merupakan fungsi yang berkorelasi positif dengan pendapatan


Analisis terhadap data tarif ratarata total per perjalanan (gambar 3) menunjukkan
bahwa nilai tarif yang diterapkan adalah lebih besar daripada nilai ATP rata-rata.
Secara umum hasil analisis tersebut menggambarkan kondisi riil lapangan, dimana
ATP setiap kategori adalah.
Gambar 3: Proposi Ratarata ATP VS Ratarata Tarif per
Perjalanan
Pendekatan perhitungan dengan memilah data berdasarkan kategori ini
dilakukan dengan mengacu pada teori dasar ATP, yang menyatakan bahwa
parameter ATP tidak tergantung/merupakan fungsi dari jenis kendaraan.
Tetapi untuk keperluan analisis lebih lanjut, perhitungan ATP juga dilakukan
berdasarkan jenis kendaraan.
Hasil dari perhitungan tersebut adalah:

Rata-rata per perjalanan untuk bus patas AC adalah:


ATP = Rp 2230,00 Tarif Resmi = Rp 2300,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus patas nonAC adalah:
ATP = Rp 695,00 Tarif Resmi = Rp 700,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus reguler adalah:
ATP = Rp 385,00 Tarif Resmi = Rp 300,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus sedang adalah:
ATP = Rp 471,00 Tarif Resmi = Rp 500,00
Rata-rata per perjalanan untuk mikrolet adalah:
ATP = Rp 589,00 Tarif Resmi = Rp 1000,00 (tarif terjauh rata-rata)
Willingness To Pay (WTP) Pengguna Angkutan Umum
Selanjutnya dari hasil kompilasi dan analisis terhadap data hasil survey WTP
tersebut, ditemukan beberapa indikasi, antara lain:
 Rata-rata per perjalanan untuk bus patas AC adalah:
WTP = Rp 1967,00 Tarif Resmi = Rp 2300,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus patas nonAC adalah:
WTP = Rp 640,00 Tarif Resmi = Rp 700,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus reguler adalah:
WTP = Rp 358,00 Tarif Resmi = Rp 300,00
Rata-rata per perjalanan untuk bus sedang adalah:
WTP = Rp 449,00 Tarif Resmi = Rp 500,00
Rata-rata per perjalanan untuk mikrolet adalah:
WTP= Rp 512,00 Tarif Resmi = Rp 1000,00 (tarif terjauh ratarata)
WTP rata-rata per perjalanan kendaraan lain-lain adalah:
WTP = Rp 572,00
Rata-rata per perjalanan untuk seluruh kategori adalah: WTP = Rp 691,00
SEKIAN TERIMAKASIH !

Anda mungkin juga menyukai