PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
diantaranya sebagai sarana dan prasarana dalam bidang perindustrian, perumahan, dan
jalan. Tanah dapat juga dijadikan asset sebagai tabungan masa depan, tempat
pemukiman bagi umat manusia, disamping sebagai sumber penghidupan bagi manusia
yang mencari nafkah melalui usaha pertanian, perkebunan dan juga sebagai tempat
tinggal terakhir manusia setelah meninggalkan dunia ini 1. Disisi lain tanah harus
Tanah merupakan salah satu sarana kebutuhan yang amat penting dalam
pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidak mudah untuk dipecahkan masalah
derajat antar generasi, kesadaran akan hak dan kewajiban masyarakat, pencegahan
1
Abdurahmadn, Masalah Hak-hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, cet, 2, (Bandung :
Alumni, 1983) hlm. 1
2
Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang : Bayumedia
Publishing, 2007, 2007), hlm. 1
3
I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, CET,1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994) hal. 11
4
Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Berkelanjutan, (Medan : Pustaka Bangsa Press 2003), hlm. 1
pada setiap lapisan masyarakat5.
Sejalan dengan perkembangan dan pertambahan penduduk kota Padang, baik itu
yang disebabkan oleh pertumbuhan kelahiran dan adanya urbanisasi dari daerah-
sarana dan prasarana untuk kepentingan umum semakin besar. Terutama kebutuhan
akan sarana jalan untuk menunjang mobilitas orang dan aktifitas perekonomian yang
tanah yang cukup luas, sementara ketersediaan tanah yang semakin terbatas.
pembangunan kota yang tertuang dalam master plan kota Padang atau Rencana Induk
kota Padang tahun 1983-2003. Master plan atau Rencana Induk ini berisikan rencana-
rencana strategis dalam pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Padang. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa master plan tahun 1983-2003
Program pengembangan kota terdapat dalam master plan kota Padang tahun
Salah satu caranya adalah dengan membangun jalan Padang By Pass yang
dengan panjang 22,07 km, dengan perincian sepanjang 20,117 km di daerah kota
5
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press
1999) hlm. 18 - 19
6
Bambang Rudito,”Dampak Sosial dari Pembangunan Jalan Padang By Pass”, laporan Penelitian
(Padang, jurusan antropologi Fakultas Sastra Unand, 1991) hlm 2.
7
Nurmansyah, “Pembangunan Jalan Padang By Pass Dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat
Sekitar”, laporan penelitian , (Padang; Jurusan Fakultas Sastra Unand, 2011)
1. Koridor dan penentu arah pengembangan kota dengan menentukan daerah-
2. Untuk mengurangi volume lalu lintas kendaraan yang melewati pusat kota.
Sebenarnya Rencana pembangunan jalan Padang By Pass ini bukan hanya ada
pada Rencana Induk kota Padang tahun 1983-2003 saja, tapi rencana pembangunan
jalan ini sudah ada rencana Induk kota Padang tahun 19689. Proyek pembangunan
jalan belum bisa terlaksana karena wilayah yang menjadi daerah pembangunan jalan
wilayah Kabupaten Padang Pariaman ke dalam wilayah kota Padang pada tahun 1980.
dari kedua kota itu, maka menghasilkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
17 tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah kota Padang. Perubahan batas
wilayah kota Padang yang meliputi : a) Sebagian Kecamatan Koto Tangah yang
meliputi : Kampung Koto Tangah, Kampung Nanggalo. b). Kecamatan Pauh yang
meliputi : Kampung Pauh IX, Kampung Pauh V, Kampung Limau Manih. c).
Kecamatan Lubuk Begalung yang meliputi : Kampung nan XX, Kampung Lubuk
8
Pemrintah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang, “Rencana Umum Tata Ruang Kota Padang Tahun
1983-2003 (hasil Evaluasi dan Revisi Rencana Induk Kota Padang 1983/1984-2003/2004)”, (Padang :
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang), hlm II.43-II.45
9
Freek Colomijn, Paco-paco kota Padang, “Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada abad ke 20 dan
Penggunaan Ruang Kota, (Jakarta: Ombak, 2006), hlm 372.
Kilangan, Kampung Teluk Kabung10.
Dalam pembangunan jalan ini pemerintah kota Padang memerlukan tanah untuk
atau penyerahan hak atas tanah serta ganti rugi. Masalah ini timbul karena tanah yang
dibutuhkan pemerintah itu dalam penguasaan rakyat, sehingga disini menyangkut dua
rakyat.
mendapat pinjaman dana dari sebuah bank Korea, karena tidak mempunyai dana, tapi
dana tersebut cuma untuk pembangunan pisik jalan saja. Sedangkan ganti rugi tanah
pembebasan tanah, pemerintah kota Padang tidak melakukan ganti rugi, tapi dengan
melakukan sistem konsolidasi, karena Pemerintah kota tidak mempunyai dana untuk
dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Padang pada tahun 1989, yaitu SK Wako
penyelesaian masalah tanah, bangunan dan tanaman masyarakat yang terkena jalur
dan 6 kelurahan.
2. Tanah masyarakat yang terkena jalur konsolidasi By Pass ditata sesuai dengan
planing kota.
10
Peraturn Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 1980, tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah TK II Padang, hlm 3.
3. Pemilik/penguasa tanah yang ditata diwajibkan menyerahkan 30 persen
5. Bangunan dan tanaman masyarakat yang terkena jalur 40 diberikan ganti rugi
pembebasan tanah untuk pembangunan jalan Padang By Pass dengan cara /sistem
1986 telah dirubah dan menjadi Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Aturan hukum konsolidasi tanah di Indonesia tidak diatur secara tegas dalam
tetapi melalui penafsiran-penafsiran pasal 2, 6, dan 14. Pada pasal 6 UUPA dinyatakan
11
Pemerintah Kota Padang, “Padang By Pass Capacity Expension Project EDCF Loan No. INA-17”
PembebasanTanah Padang By Pass.
bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Penegasan fungsi sosial ini
ditafsirkan bahwa hak atas tanah pada dasarnya tidak menjadi penghalang bagi
tanah. Atas dasar penafsiran diatas yang tercantum dalam mengingat, ditetapkan
regulasi Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991, tanggal
7 Desember 1991 tentang konsolidasi tanah, dan Surat Edaran Kepala Badan
Tanah tanggal 7 Desember 1991. Regulasi ini dalam pasal-pasalnya menetapkan pula
Partisipasi masyarakat berwujud kesepakatan para pemegang hak atas tanah atau
penggarap tanah. Negara yang menjadi objek konsolidasi tanah, yang menjadi peserta
konsolidasi tanah untuk melepaskan hak atas tanah dan penguasaan pisik atas tanah-
tanah yang bersangkutan, yang sebagian ditata kembali menjadi satuan-satuan baru
yang akan dikembalikan kepada mereka dan sebagian lain merupakan sumbangan
pelaksanaan konsolidasi.
untuk menata letak dan bentuk tanah dari yang tidak teratur menjadi teratur melalui
yang diperlukan oleh pemilik tanah yang disesuaikan dengan Rencana Umum Tata
aktif masyarakat12.
kebijakan pertanahan di wilayah perkotaan ( urban ) dan pinggiran kota ( urban fringe
rencana tata ruang serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan
karena adanya kesepakatan para pemilik tanah. Kesepakatan para pemilik tanah dalam
konsolidasi tanah dijadikan dasar, karena sejak awal sudah melibatkan partisipasi
dan terutama kesediaan mereka menyerahkan sebagian dari tanahnya untuk keperluan
Tetapi proses pelaksanaan konsolidasi tanah yang dilakukan oleh pemerinah itu
menemui permasalahan, baik itu antara pemerintah dengan warga pemilik tanah,
maupun antara sesama warga. Permasalahan antara warga diantaranya pada proses
pemindahan lahan atau tanah masyarakat yang terkena konsolidasi. Dimana dalam hal
pemindahan lahan, muncul protes dari masyarakat terhadap tanah yang didapat
sebagai pengganti tidak sesubur tanah yang terkena konsolidasi. Sehingga masyarakat
jadi enggan untuk memberikan tanahnya, dan masyarakat tidak mau dipindahkan
12
Yudhi Setiawan, Instrumen Hukum Campuran (Gemeenschapelijkrechht) Dalam Konsolidasi Tanah,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada 2009), hlm.7
13
Oloan Sitorus, Keterbatasan Hukum Konsolidasi Tanah Perkotaan Sebagai Instrument Kebijakan
Pertanahan Partisipastif Dalam Penataan Ruang di Indonesia. (Yogyakarta : Mitra Kebijakan Tanah
Indonesia, 2006), hlm .1
hak adalah ketidak sanggupan pemerintah menyediakan tanah pengganti terhadap
Permasalahan ini terus berlansung sampai jalan Padang By Pass ini berfungsi
dengan munculnya permasalahan dalam hal setelah pemberian sertifikat gratis kepada
disekitar pembangunan jalan Padang By Pass. Karena harga tanah jadi melambung
tinggi seiring dengan dibuka akses jalan, sehingga kegiatan bisnis perekonomian
makin meningkat.
penyebab konsolidasi belum selesai ada disebabkan oleh beberapa hal, seperti
a. Sertifikat hak milik belum terbit karena masalah internal kaum, keberatan
c. SHM konsolidasi sudah terbit, tapi lokasi tidak bisa dikuasai yang
14
Padang By Pass Capacity Expension Project EDCF No. INA-17.
PADANG “
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
C. Keaslian Penelitian.
Sebelum ini pernah dilakukan oleh pihak lain untuk mendapatkan gelar
maupun pada Perguruan Tinggi lainnya, jika ada tulisan yang sama dengan yang
ditulis oleh penulis, sehingga diharapkan tulisan ini sebagai pelengkap dari tulisan
D. Tujuan Penelitian.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
berlaku.
2. Secara Praktis.
Secara praktis penulisan tesis ini diharapkan, hasil penelitian ini sebagai
1. Kerangka Teoritis
variabel konsep, asas, norma, temuan penelitian terdahulu yang saling berkaitan,
melakukan penelitian15.
Pemikiran yang ilmiah dituntut pada bagian ini, utamanya guna menyusun
Kata teori dalam teori hukum dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
spesifik atau proses tertentu terjadi, kemudian teori ini harus diuji dengan
sosiologi hukum atau dogmatik hukum harus dipandang sebagai ilmu empirik
Sejalan dengan hal diatas, maka terdapat beberapa teori yang akan
15
Suratman dan H. Phlipus, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta Bandung, 2014, hlm. 104
16
Tim Penyusun Pedoman Penyusunan Penelitian dan Penulisan Tesis dan Disertasi Program Pasca
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, UB Press Malang, 2010, hlm. 7
17
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 4
18
Otje Salman dan Anton F, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan, dan membuka kembali, Rafika
Aditama Press, Jakarta, 2004, hlm. 21
19
Salim HS dan Erlies Septiani Nurbaini, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan
Tesis, Rajawali Press, Jakarta 2014, hlm. 5
digunakan dalam tulisan ilmiah berupa tesis ini. Teori tersebut adalah :
A. Teori Kewenangan.
terlepas dari legalitas, karena asas legalitas merupakan dasar dalam setiap
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (
Menurut Urip Santoso, hak menguasai dari negara atas tanah bersumber pada
hak bangsa Indonesia atas tanah, yang hakikatnya merupakan penugasan pelaksanaan
tugas wewenang bangsa yang mengandung unsur hukum publik. Tugas mengelola
seluruh tanah bersama tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh seluruh bangsa
dan pengemban amanat tersebut, pada tingkatan tertinggi dikuasakan kepada Negara
kepastian hukum.
pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat dinikmati semua hak-hak
dengan bukunya yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia yaitu
Negara.25
landasan berpijaknya adalah Pancasila sebagai dasar ideologi dan dasar falsafah
negara. Pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dikatan
Perlindungan hukum merupakan unsur yang harus ada dalam suatu negara.
negaranya. Dalam suatu negara, pasti terjadi hubungan antara negara dengan warga
negaranya. Hubungan inilah yang melahirkan hak dan kewajiban. Disis lain
sebagai negara hukum yang tercantum didalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 1
perlindungan hukum menjadi unsur essensial serta menjadi konsekuensi dalam negara
hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat warga negaranya sebagai
manusia. Karena itu mempelajari teori perlindungan hukum menjadi sangat penting.
25
Philipus M. Hadjon, Perlindungan bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm.2.
Agraria Nomor 5 Tahun 1960 ( UUPA ). Pada pasal 2 ayat (2) menentukan bahwa hak
menguasai dari negara dimaksud adalah memberi wewenang untuk mengatur dan
dan kekayaan alam lainnya serta menentukan dan mengatur hubungan hukum, dan
dengan manusia pemiliknya. Hubungan hukum negara dengan tanah masuk kategori
benda atau tanah yang dipergunakan bagi umum ( res publicae ). Penyebutan secara
tegas kewenangan negara atas tanah dengan menguasai negara tetap lebih bersifat
positif, karena dengan penyebutan itu berarti dilakukan penegasan, bahwa hak
menguasai negara melekat pada seluruh tanah yang ada dalam lingkungan hukum
Sehubungan dengan hak menguasai negara atas tanah, maka Boedi Harsono
a. Sebutan isinya.
Hak menguasai negara adalah sebutan yang diberikan oleh UUPA kepada
lembaga hukum dan hubungan hukum kongkret antara negara dan tanah
Indonesia, sesuai dengan ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan ayat (3)
dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tidak perlu dan tidak tempatnya bahwa
bangsa Indonesia atau pun negara bertindak sebagai pemilik tanah. Oleh
26
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,
Isi dan Pelaksanaan, jilid 1,Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta, 1994, hlm 193.
bangsa tersebut bukan hanya penguasa legislatif dan eksekutif, tetapi juga
penguasa yudikatif.
b. Kekuasaan Legislatif.
c. Kekuasaan Eksekutif.
d. Kekuasaan Yudikatif.
diantara rakyat sendiri maupun antara rakyat dan pemerintah melalui badan
peradilan umum.
e. Pemegang Hak.
Subjek dari hak menguasai negara atas tanah adalah negara Republik
Indonesia, baik tanah-tanah yang belum maupun sudah yang dihaki dengan
alas hak perorangan yang oleh UUPA disebut tanah-tanah yang dikuasai
Hak menguasai negara tidak dapat dipindahkan kepada pihak lain akan
tetapi tanah negara dapat diberikan dengan sesuatu hak atas tanah kepada
pihak lain.
Hak menguasai negara tidak dapat dipindahkan kepada pihak lain, tetapi
hukum adat, sepanjang hak itu diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional.
Hak menguasai negara sebagai pelimpahan hak bangsa tidak akan hapus
selama Republik Indonesia masih ada sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
tanah mengatur dan sebagainya itu tidak lain dari pada kekusaan negara
terhadap segala sesuatu, dan tanah adalah suatu speciment, suatu hal khusus
saja ,jika didalam hal ini kita perlu memberi bentuk lain, maka sudah barang
sesuatu “.
2. Kerangka Konseptual.
yang akan digunakan sebagai dasar penelitian hukum.27 Adapun kerangka konseptual
27
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta :
Rajawali Press, cetakan ke 13, 2011) hlm 45.
a. Pengertian Pembangunan.
pembangunan adalah suatu proses, cara, menuju kearah yang lebih baik. Adapun
dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
Katz : “ Suatu proses perubahan pokok pada masyarakat dari suatu keadaan
“.
dikehendaki “.
perubahan kearah yang lebih baik melalui cara yang terencana untuk
28
https://arifincintaselvia.wordpress.com/kuliah/teori-pembangunan, diunduh tanggal 12 Desember
2016, pukul16:54 wib.
dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
dengan Rencana Tata Guna Tanah/Tata Ruang dan pengadaan tanah untuk
permukaan bumi sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) bahwa “atas dasar hak menguasai dari
macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan
mendirikan bangunan.
D. Pelepasan Hak.
kepentingan umum, harus dilakukan pelepasan hak bagi pemegang hak atas
29
Hasni, Hukum Penataan Ruang Dan Penataangunaan Tanah Dalam Konteks UUPA-UUPR-UUPLH,
PT. Rajagrafindo Persada, 2008, hlm 299.
hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada negara melalui Lembaga
Pertanahan Nasional.
Pelepasan hak atas tanah ini adalah cara terakhir untuk memperoleh
sekali.30
G. Metode Penelitian,
Metode adalah suatu cara untuk menemukan jawaban akan sesuatu hal. Cara
kembali, yang bernilai edukatif. Dengan demikian setiap penelitian berangkat dari
ketidaktahuan dan berakhir pada keraguan dan tahap selanjutnya berangkat dari
keraguan dan berakhir pada suatu hipotesis (jawaban yang dianggap, hingga dapat
dibuktikan sebaliknya31.
Untuk memperoleh data yang maksimal dan menunjukan hasil yang baik,
sehingga tulisan ini mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan judul yang telah
30
Ibid, Adrian Sutedi, hlm. 87
31
Amiruddin dan Zainal asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, hlm. 19
32
Bambang Sunggono, Metologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm 27
ditetapkan, maka penulis mengumpulkan dan memperoleh data dengan
1. Pendekatan Masalah
Soekanto pada penelitian hukum, maka yang diteliti terlebih dahulu adalah data
penelitian hukum dengan cara pendekatan fakta yang ada dengan jalan
Aspek yuridis digunakan sebagai dasar atau acuan dalam menilai atau
33
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 52.
34
Ronny Hanitjo Soemitro, Metode penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalmis Indonesia, Jakarta,1998,
hlm 52.
35
Ibid, Soejono Soekamto, hlm. 13 - 14
2. Sifat Penelitian
aktual pada saat sekarang, tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data,
tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data-data tersebut. Norma-
norma hukum tanah nasional digambarkan dalam kaitan terhadap teori hukum
kota Padang.
dalam penelitian ini diperoleh melalui Field Research, yaitu melalui penelitian
lapangan, yang kemudian ditambah dengan data yang diperoleh melalui Lybrary
Research.
pihak berwenang dan terkait serta berkompeten dalam bidang hukum agraria,
Dan Penetapan Ganti Rugi (Studi Kasus Pelebaran Jalan Padang By Pass
Padang.
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari :
Pokok Agraria.
Kepentingan Umum.
Kepentingan Umum.
a. Peraturan Perundang-Undangan.
c. Hasil-hasil Penelitian.
a. Kamus
b. Encyclopedia36
36
Ibid, Amiruddin dan Zainal Asikin, hlm. 32
4. Alat Pengumpul Data
A. Studi Dokumen.
Padang dan Pemerintahan kota Padang tim pengelola kegiatan dan tim
penilai harga dan dinas prasarana jalan tata ruang dan pemukiman
B. Wawancara.
Pengelola Kegiatan dan Tim Penilai Harga dan Kepala Dinas Prasarana
Kegiatan dan Tim Penilai Harga dan Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang
memilih dan menentukan beberapa orang dari populasi yang ada, dengan