Anda di halaman 1dari 4

2.

Perkirakan seperti apa tantangan public health kedepan


Beberapa tantangan kesehatan menurut WHO dan beberapa sumber lain yaitu :
1) Peningkatan krisis kesehatan di tengah krisis iklim
WHO menyatakan bahwa krisis iklim adalah krisis kesehatan. Polusi udara
membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. WHO juga menyatakan bahwa
perubahan iklim membuat peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, memperburuk
kekurangan gizi, hingga memicu penyebaran penyakit menular seperti malaria. Emisi
yang sama yang menyebabkan pemanasan global bertanggung jawab atas lebih dari
seperempat kematian akibat serangan jantung, strok, kanker paru, dan penyakit
pernapasan kronis. Sehingga, para pemimpin baik di sektor publik dan swasta harus
bekerja sama untuk membersihkan udara dan mengurangi dampak kesehatan dari
perubahan iklim.
2) Pelayanan kesehatan di tengah konflik dan krisis
WHO melihat bahwa di 2019, banyak penyakit yang membutuhkan respons cepat di
negara-negara dengan konflik berkepanjangan. Petugas dan fasilitas kesehatan juga
jadi sasaran.WHO mencatat 978 serangan terhadap perawatan kesehatan di 11 negara
tahun lalu, dengan 193 kematian."Selain itu, konflik membuat warga keluar dari
rumahnya sendiri dan membuat puluhan juta orang kesulitan mengakses perawatan
kesehatan.
3) Kesenjangan kualitas kesehatan masyarakat
WHO menyatakan kesenjangan sosial dan ekonomi menghasilkan perbedaan besar
dalam kualitas kesehatan masyarakat. Sementara, terjadi peningkatan global pada
penyakit tidak menular. Cara terbaik untuk mengurangi kesenjangan menurut WHO
adalah lewat perawatan kesehatan primer yang menjawab sebagian besar kebutuhan
kesehatan. Mereka menyerukan pada semua negara untuk mengalokasikan 1 persen
lebih banyak dari Produk Domestik Bruto untuk meningkatkan layanan kesehatan
primer.
4) Terbatasnya akses obat-obatan
WHO menyatakan bahwa akses yang rendah ke produk kesehatan berkualitas
mengancam kesehatan dan kehidupan, yang dapat membahayakan pasien dan memicu
resistensi obat. Resistensi anti-mikroba mengancam dunia kembali ke era sebelum
kemunculan antibiotik. Munculnya resistensi anti-mikroba berasal dari berbagai
faktor yang datang bersama-sama, untuk menciptakan kombinasi yang mengerikan,
termasuk resep dan penggunaan antibiotik yang tidak diatur, kurangnya akses ke obat
berkualitas dan terjangkau, serta kurangnya air bersih, sanitasi, kebersihan, dan
pencegahan serta pengendalian infeksi.
5) Menghentikan penyakit menular
WHO memperkirakan pada tahun 2020, HIV, tuberkulosis, hepatitis, malaria, dan
penyakit tropis yang diabaikan lain bisa membunuh sekitar 4 juta orang. Kebanyakan
dari mereka yang rentan adalah warga miskin.Selain itu, penyakit yang bisa dicegah
dengan vaksin seperti campak dan polio masih mengancam. Akar penyebabnya
adalah tingkat pembiayaan yang tidak mencukupi serta kelemahan sistem kesehatan di
negara-negara endemik dan kurangnya komitmen pada negara kaya.
6) Meningkatnya penyakit Zoonosis dan persiapan Hadapi Epidemi
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan hewan kepada manusia. WHO
menyatakan bahwa setiap tahunnya, dunia menghabiskan lebih banyak biaya dalam
menanggapi wabah penyakit, bencana alam, dan darurat kesehatan lain daripada
mempersiapkan dan mencegahnya Ini bukan masalah apakah pandemi lain akan
menyerang, tetapi kapan, dan kapan pandemi itu menyebar dengan cepat serta
berpotensi mengancam jutaan nyawa.
7) Perlindungan dari Produk Berbahaya
Makanan yang tidak aman dan diet yang tidak sehat bertanggung jawab atas sekitar
sepertiga dari beban penyakit global saat ini. Belum lagi, kelaparan masih menjadi
masalah. "Pada saat yang sama, orang mengonsumsi makanan dan minuman yang
tinggi gula, lemak jenuh, lemak trans dan garam."Kelebihan berat badan, obesitas dan
penyakit yang berhubungan dengan diet juga meningkat secara global. Selain itu,
tidak semua negara memperlihatkan penurunan penggunaan produk tembakau. Rokok
elektrik juga mulai menunjukkan bukti-bukti dari bahaya yang bisa muncul.
8) Kebutuhan investasi pada Tenaga Kesehatan
WHO menilai, kurangnya investasi dalam pendidikan dan pekerjaan tenaga
kesehatan, serta kualitas upah menyebabkan kekurangan tenaga kesehatan di seluruh
dunia. Dunia akan membutuhkan 18 juta tenaga kesehatan tambahan pada tahun 2030,
terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk 9 juta
perawat dan bidan.
9) Menjaga Keamanan Remaja
Lebih dari 1 juta remaja usia 10 sampai 19 tahun meninggal setiap tahunnya.
Penyebabnya mulai dari kecelakaan, HIV, bunuh diri, infeksi saluran pernapasan,
hingga kekerasan. Penggunaan tembakau, tembakau, narkoba yang berbahaya,
kurangnya aktivitas fisik, hubungan seks tidak aman, dan paparan terhadap
penganiayaan anak semuanay meningkatkan risiko penyebab kematian ini," WHO
menjelaskan.
10) Mendapatkan Kepercayaan Publik
Kepercayaan membentuk pasien ketika mengandalkan layanan kesehatan dan
mengikuti saran petugas seputar vaksinasi, minum obat, hingga penggunaan kondom.
Kesehatan masyarakat dikompromikan oleh penyebaran informasi yang salah di
media sosial, serta melalui terkikisnya kepercayaan pada lembaga-lembaga publik.
Karena itu, penguatan layanan kesehatan primer penting sehingga orang mampu
mengakses layanan lebih efektif serta mampu mengenal para tenaga kesehatan dalam
komunitasnya. Selain itu, perusahaan media sosial juga harus memastikan bahwa
informasi kesehatan yang diberikan bisa dipercaya.
11) Pemanfaatan Teknologi Baru di Era Digital 4.0
Teknologi baru merevolusi kemampuan dalam pencegahan, diagnosis, hingga
pengobatan. Meski begitu, ini juga berpotensi menimbulkan pertanyaan dan tantangan
baru seputar pemantauan dan regulasi. Tanpa pemahaman yang lebih dalam tentang
implikasi etis dan sosialnya, teknologi-teknologi baru ini, yang mencakup kapasitas
dan menciptakan organisme baru, dapat membahayakan orang-orang yang seharusnya
mereka bantu.
Teknologi baru akan memunculkan tantangan dan masalah baru. Tenaga kesehatan
harus disiapkan untuk menghadapinya. Karena, secanggih  apapun teknologi yang
mengendalikan adalah manusia dan juga  setiap masalah yang berbea beda akan lebih
membutuhkan peran manusia yang berbeda pula termasuk peran tenaga kesehatan
dalam menghadapinya.
12) Kebebasan informasi di era digital
Era informasi digital ini juga sering disebut sebagai era disruptif, yaitu era dimana
teknologi dan masyarakat dapat berkembang secara dinamis dalam waktu yang sangat
cepat, baik dalam hal positif maupun negatif dan dapat menjadi viral hanya dalam
hitungan detik. Dalam bidang kesehatan, informasi yang beredar bebas sering kali
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menjadi hoaks yang
menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di era ini dituntut untuk
dapat berinovasi dalam promosi kesehatan digital untuk mengatasi tantangan tersebut.
Promosi kesehatan digital merupakan peluang dalam meningkatkan literasi kesehatan
masyarakat mengingat sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan smartphone,
dapat mengakses internet, dan memiliki media sosial.
13) Menjaga Kebersihan di Layanan Kesehatan
Menurut WHO, satu dari empat fasilitas kesehatan di dunia kekurangan layanan air
bersih. Padahal, hal tersebut bersama sanitasi dan kebersihan sangat penting dalam
sistem kesehatan. Kurangnya dasar-dasar ini di fasilitas kesehatan mengarah pada
perawatan berkualitas rendah dan peningkatan kesempatan infeksi bagi pasien dan
petugas kesehatan.

Daftar Pustaka
Febrinastri, Fabiola. Revolusi Industri 4.0, Layanan Kesehatan Masyarakat Hadapi Banyak
Tantangan. https://www.suara.com/news/2019/09/19/121922/revolusi-industri-40-
layanan-kesehatan-masyarakat-hadapi-banyak-tantangan?page=all. Diakses 2
November 2021.

FK-KMK UGM. “Merespon Tantangan Kesehatan di Era 4.0”.


https://fkkmk.ugm.ac.id/merespon-tantangan-promosi-kesehatan-di-era-4-0/. Diakses 2
November 2021.

Prasasti, Giovani Dio. 2020. WHO: 13 Tantangan Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan.
https://www.liputan6.com/health/read/4156886/who-13-tantangan-kesehatan-dunia-satu-
dekade-ke-depan-1. Diakses 2 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai