Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Postpartum blues adalah suatu sindroma gangguan efek ringan

yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, yang berkaitan dengan bayinya.

Menurut Irawati (2015) penyebab baby blues syndrome diantaranya adalah

factor umur yang beresiko mengalami komplikasi kehamilan yaitu umur

dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, psikologis ibu, pengetahuan ibu

tentang baby blues syndrom, sedangkan status perkawinan tidak

berpengaruh terhadap kejadian baby blues syndrome. Apabila postpartum

blues tidak tertangani dengan baik maka akhirnya dapat menjadi masalah

yang menyulitkan bagi ibu dan bayi, masalah ini dapat menimbulkan

perasaan tidak menyenangkan bagi ibu, dan bahkan gangguan ini dapat

berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi yang

mempunyai dampak lebih buruk (Padila, 2015).

Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga

dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu

melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi

postpartum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara

perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat. Usia

mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang

kemungkinan tidak berisiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan

yaitu usia 20-35 tahun, karena pada saat tersebut rahim sudah siap

menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat

1
2

bayi dan dirinya. Jika seorang wanita memutuskan untuk hamil diluar

yang berisiko tinggi (Lubis, 2015).

Usia ibu pada penelitian ini dimaksudkan usia ibu ketika

melahirkan bayinya. Wanita usia subur adalah wanita berumur 20−35

tahun yang organ reproduksinya berfungsi dengan baik. Puncak kesuburan

ada pada rentang usia 20−29 tahun. Usia ideal bagi seorang wanita hamil

dan melahirkan adalah antara usia 20-30 tahun karena dalam periode

kehidupan ini, risiko wanita menghadapi komplikasi medis ketika hamil

dan melahirkan tergolong yang paling rendah. Sedangkan pada usia <20

tahun dan >35 tahun merupakan usia yang berisiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa usia ibu

pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas

ibu maupun anak yang dilahirkan (Padila, 2015).

Cepat tersinggung pasca persalinannya. Perubahan emosi pasca

persalinan dapat dicegah dan diatasi dengan menerapkan gaya hidup dan

polamakan yang benar, dengan mengantisipasi perubahan hormonal yang

sering terjadi pada wanita setelah melahirkan bayinya (Uzzi Reiss, 2008).

Gangguan mood postpartum bukan persoalan sepele, masalah yang

dialami oleh ibu setelah melahirkan pun muncul baik masalah biologis dan

psikologis. Masalah biologis terdiri dari anemia, perubahan bentuk fisik,

perut menjadi kempis, leher rahim, pendarahan, pengeluaran urin yang

berlebihan, pengeluaran cairan lokhea, dan infeksi nifas, sedangkan

masalah psikologis meliputi baby blues, depresi masa nifas, dan

postpartum blues (Janiwarty, 2013).


3

Indonesia termasuk negara dengan prosentase pernikahan usia

muda tertinggi di dunia (ranking 37) dan tertinggi kedua di ASEAN

minimum menikah adalah 18 tahun keatas, dan di Indonesia masih di luar

itu (BKKBN, 2012). Data di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) angka

Usia Kawin Pertama (UKP) wanita yang menikah pada usia kurang dari

sama dengan 15 tahun adalah 3,78%, sedangkan wanita yang menikah

pada usia 16-18 tahun sebanyak 22,37% (BKKBN, 2012). Kejadian

persalinan di bawah umur 20 tahun secara keseluruhan terjadi ditiap-tiap

provinsi yang ada di Indonesia, begitu pula dengan Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) yang terkenal sebagai kota pelajar dan kota budaya juga

tidak terhindar dari kejadian persalinan dibawah umur 20 tahun BKKBN

(2013).

Di Indonesia angka kejadian postpartum blues antara 50-70% dari

wanita pasca persalinan. Secara tidak kita sadari ternyata gangguan ini

mulai menunjukkan presentase yang cukup besar, penelitian yang

dilakukan pun masih jarang, sehingga perlu dilakukan penelitian-penelitian

yang berkaitan dengan postpartum blues. Wanita pada masa postpartum

dianggap kebal terhadap syndrome baby blues. Fenomena depresi

postpartum merupakan masalah kesehatan wanita yang terus meningkat.

Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat

bervariasi antara 26-85% (Fatma, 2012), sedangkan di Indonesia angka

kejadian postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.

Hampir 80% wanita mengalami perubahan emosi setelah melahirkan anak.

Terkadang wanita merasa sedih dan menurut hasil penelitian yang


4

dilakukan di Indonesia yaitu di Jakarta yang dilakukan oleh dr.

IrawatiSp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami

sindroma ini. Dan dari beberapa penelitian yang telahdilakukan di Jakarta,

Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadian syndrome

baby bluest terdapat 11-30% in imerupakan jumlah yang tidak sedikit dan

tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Nisa, 2013).Data penelitian di

berbagai belahan dunia secara tegas menunjukkan 2/3 atau sekitar 50-75%

wanita mengalami baby blues syndrome.

Menurut Istiani Nur Chasanah (2016) dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa Kehamilan dan persalinan pada remaja menjadi salah

satu factor pendukung terjadinya postpartum blues, melahirkan di bawah

usia 20 tahun menyebabkan kurangnya kematangan dalam berpikir,

sehingga akan menyebabkan kurang siapnya mental seseorang dalam

mengurus anak dan rumah tangga. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal

bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35tahun.

Menurut Sri Wahyuni (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ibu

yang tidak bekerja berisiko terjadinya depresi postpartum sebesar 10.7 kali

dibanding ibu yang bekerja dan dukungan keluarga yang kurang baik, ibu

dengan dukungan keluarga yang kurang baik berisiko terjadi depresi

postpartum sebesar 15.9 kali dibanding ibu dengan dukungan keluarga

yang baik, dan faktor yang terbukti berpengaruh terhadap depresi

postpartum adalah pekerjaan dan dukungan keluarga. Menurut Lina

Wahyu Susanti (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Terdapat

hubungan antara kesiapan ibu dengan baby blues syndrome karena


5

didapatkan nilai siginifikan kesiapan ibu. Menurut Dila Okta putrining,

Susandi C (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

antara dukungan sosial dan kepuasan pernikahan terhadap kecenderungan

postpartum blues pada ibu primipara suami agar memberikan dukungan

fisik maupun psikis terhadap ibu yang baru melahirkan sehingga ibu

mampu beradaptasi dengan fase-fase perubahan peran yang dialami,

sehingga terhindari dari munculnya postpartum blues atau masalah

kejiwaan lainnya. Menurut Istiani Nur Chasanah (2016) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa ibu yang mengalami postpartum blues

sebagian besar mengalami keletihan dalam mengurus anaknya, serta

mengalami cemas dalam mengurus anaknya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penelitidi

Rumah sakit Permata bunda kota Malang didapat kan jumlah persalinan

pada tanggal 9 Oktober tahun 2018 berjumlah 65 persalinan. Sementara itu

dengan menggunakan metode observasi dan wawancara diperoleh 7 dari

10 orang dalam rentang usia <20 dan >35 tahun terlihat tidak antusias akan

kelahiran anaknya saat diobservasi, ketika dilakukan wawancara ibu

mentup diri dan tidak kooperatif serta sungkan bercerita. Berdasarkan

uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

“Hubungan umur ibu nifas dengan kejadian postpartum Blues di Rumah

sakit Permata bunda kota Malang”.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan

permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah” Adakah hubungan


6

umur ibu nifas dengan kejadian postpartum blues di Rumah sakit Permata

bunda kota Malang?”.

1.3. TujuanPenelitian

1.3.1. TujuanUmum

Untuk mengetahui Hubungan umur ibu nifas dengan kejadian postpartum

blues di Rumah sakit Permata bunda kota Malang.

1.3.2. TujuanKhusus

1. Mengidentifikasi umur ibu nifas di Rumah sakit Permata bunda kota

Malang

2. Mengidentifikasi postpartum blues di Rumah sakit Permata bunda

kota Malang

3. Menganalisis hubungan umur ibu nifas dengan kejadian postpartum

blues di Rumah sakit Permata bunda kota Malang

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan peneliti dapat memberikan inforamasi

tentang bagaimana hubungan umur ibu nifas dengan kejadian postpartum

blues di Rumah sakit Permata bunda kota Malang.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkankan dapat sebagai konstribusi untuk

pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan asuhan

keperawatan mengenai kejadian post partum blues pada ibu paska

melahirkan.
7

2. Bagi Responden

Dapat sebagai tolak ukur untuk memahami kejadian partum sehingga

kejadian post partum blues dapat diminimalisasi

1.5 Keaslian penelitian

NO Tahun Nama Penulis Metode Perbedaan


/ Judul dan Hasil dengan
Variabel penelitian ini
1. 2016 Istiani Nur Penelitian Kehamilan dan Variabel
Chasanah/ observasio persalinan pada yang di teliti,
Hubungan nal dengan remaja menjadi salah tempat
Usia Ibu mennguna satu faktor penelitian di
Hamil kan studi pendukung Malang
Trisemester 3 pendekata terjadinya Populasi
Dengan n cross postpartum blues yang
Kecemasan sectional melahirkan dibawah digunakan
Menghadapi Data usia 20 tahun dalam
Persalinan dianalisis menyebabkan penelitian ini
Pada untuk kurangnya ibu
Primigravida mencari kematangan dalam primigravida
Di Wilayah hubungan berpikir, sehingga post partum
Kerja antara dua akan menyebabkan umur <20
Puskesmas variabel kurang siapnya dan >35
yaitu seseorang dalam tahun
variabel mengurus anak dan
bebas rumah tangga.
maupun Dalam kurun
variabel reproduksi sehat
terikat dikenal bahwa usia
dengan aman untuk
mengguna kehamilan dan
kan uji persalinan 20-30
korelasi tahun
Spearman

2. 2014 Sri Wahyuni Mengguna Penelitian Variabel


/ Faktor kan menunjukan yang di teliti
internal dan metode menunjukkan bahwa tempat
eksternal penelitian ibu yang tidak penelitian di
yang survey bekerja berisiko Malang
mempengaru analitik terjadinya depresi Populasi
hi depresi dengan postpartum sebesar yang
postpartum pendekata 10.7 kali dibanding digunakan
n crosss ibu yang bekerja dan dalam
sectional dukungan keluarga penelitian ini
8

teknik yang kurang baik, ibu


pengambil ibu dengan primigravida
an sampel dukungan keluarga post partum
purposive yang kurang baik umur <20
sampling berisiko terjadi dan >35
depresi postpartum tahun
sebesar 15.9 kali
dibanding ibu
dengan dukungan
keluarga yang baik,
dan faktor yang
terbukti berpengaruh
terhadap depresi
postpartum adalah
pekerjaan dan
dukungan keluarga
3. 2017 Lina Wahyu Merupaka Hasil penelitian Populasi
Susanti / n menunjukan berbeda
Analisis penelitian Terdapat hubungan dengan
faktor – analitik antara kesiapan ibu penelitian ini
factor observasio dengan babu blues karena
penyebab nal syndrome karena penelitian ini
terjadinya korelasion didapatkan nilai menggunaka
baby blues al dengan signifikan kesiapan n dukungan
syndrom pendekata ibu suami dan
pada ibu n cross kesiapan
nifas sectional kehamilan
serta tempat
penelitian
sudah
berbeda
4. 2017 DilaOktaputri Penelitian penelitiannya Variabel
ning, Susandi ini menunjukkan bahwa yang di teliti
C/ mengguna ada hubungan antara dan tempat
PostPartum kan dukungan sosial dan penelitian
Blues: metode kepuasan pernikahan berbeda
Pentingnya deskriptif terhadap
Dukungan peneliti kecenderungan
Sosial Dan mengguna postpartum blues
Kepuasan kan teknik pada ibu primipara
Pernikahan total Suami agar
Pada Ibu sampling memberikan
Primipara dukungan fisik
maupun psikis
terhadap ibu yang
baru melahirkan
sehingga ibu mampu
beradaptasi dengan
9

fase-fase perubahan
peran yang dialami,
sehingga terhindari
dari munculnya
postpartum blues
atau masalah
kejiwaan lainnya.
5. 2016 Istiani Nur bahwa Ibu yang
Chasanah / mengalami
Postpartum postpartum blues
blues pada sebagian besar
persalinan di mengalami keletihan
bawah usia dalam mengurus
dua puluh anaknya, serta
tahun mengalami cemas
dalam mengurus
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai