Oleh Kelompok I :
TAHUN AJARAN
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Makalah Konsep Dasar Imunisasi”.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Sejarah Imunisasi di Indonesia..................................................................4
2.2. Pengertian Imunisasi.................................................................................6
2.3. Tujuan dan Sasaran Imunisasi.................................................................10
2.4. Jenis Imunisasi........................................................................................11
2.5. Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................20
2.6. Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi.......................................22
BAB III..................................................................................................................28
PENUTUP..............................................................................................................28
3.1. Kesimpulan..............................................................................................28
3.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam
tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila
antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti
memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama
kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit
kuman ganas.
ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup
tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibodi, tubuh anak dengan kekuatan zat
antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah
menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang
1
terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini, tubuh anak memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan
kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar
dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti
dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar
tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai konsep
2
1.3. Tujuan Masalah
atas, yaitu:
imunisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
dimulai tahun 1956 dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak
bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Perkembangan baru dirasakan
penyakit tuberculosis lalu disusul imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di
tahun 1974. Kemudian imuniasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi
pneumonia.
ini:
4
TAHUN PERKEMBANGAN IMUNISASI
1956 Imunisasi Cacar
1973 Imunisasi BCG
programnya adalah tetanus maternal dan neonatal serta campak. Untuk tetanus
dan RECAM juga meruakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua
negara di dunia. Selain itu, dunia juga menaruh pelayanana terhadap mutu
limbah medis tajam yang aman (safe wase disposal management), bagi
5
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi
Dari uraian di atas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan
yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian
dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi
penyakit tertentu saja, sehingga untuk terhidar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.
polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu
6
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan
anak dengan cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar
tubuh terlindung dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak
penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
timbul. Dengan adanya vaksin, maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
7
pertussis, dan tetanus, Polio untuk mencegah penyakit poliomilitis,
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif
ialah:
1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh
harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih
lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
bulan.
a. Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
b. Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak
8
memperoleh kekebalan yang lama, saat itu juga sebaiknya mulai
umumnya hanya terjadi pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang
sekali pada penyakit yang berat. Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak
tergolong penyakit berat. Tanpa disadari seorang anak dapat menjadi kebal
tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dari makanan yang
kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi kekebalan yang diperoleh
secara alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya jumlah kuman tifus
yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak, maka penting pula untuk
penyakit difteria yang diderita oleh anak yang telah mendapat imunisasi akan
imunisasi cacar, saat ini telah dikembangkan menjadi 8 (delapan) jenis vaksin
yaitu BCG, Campak, OPV/IPV, DPT-HB, DT, Td, TT dan Hepatitis B untuk
bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan pelayanan imunisasi dengan baik,
9
karakteristik vaksin harus kita ketahui secara benar meliputi komposisi,
bisa terajadi.
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. Pada keadaan tertentu, lama
pegamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi
pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta
vaksinasi campak, dan polio paralitik serta inveksi virus polio vaccine-strain
polio).
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
a. Tujuan Umum
10
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
b. Tujuan Khusus
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
management).
A. Imunisasi Wajib
1. Imunisasi Rutin
11
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
bulan. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml
anjuran WHO, tidak di tempat lain mial bokong, paha (Ranuh dkk,
2014).
2010)
12
daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah menjadi vesikel
parut dengan diameter 2-10 mm. Jarang sekali nodus atau ulkus
b. Imunisasi Hepatitis B
13
Hepatitis B pada bayi yang menderita infeksi berat yang disertai
c. Imunisasi DPT-HB-Hib
14
otak pada bayi baru lahir atau kelainan syaraf serius lainnya
B dan Hib yang diberikan secara terpisah. Untuk DPT, reaksi lokal
d. Imunisasi Polio
Vaksin IPV dapat diberikan pada anak yang sehat maupun anak
15
bersamaan dengan vaksin DPT-HB-Hib, secara terpisah atau
2,3,4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan. Interval antara dua
16
bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa
bertahan satu atau dua hari. Kejadian dan tingkat keparahan dari
e. Imunisasi MR
17
diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
B. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita),
18
campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari pemberian
(campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas 5 (Td) (Kemenkes RI, 2018).
tetanus toksoid difteri (Td) yang berada pada kelompok usia 15-39
tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil (Kemenkes RI,
2018).
C. Imunisasi Tambahan
D. Imunisasi Khusus
19
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri
tidak boleh diberikan. Perhatian khusus pada imunisasi adalah keadaan yang
berlaku untuk semua vaksin atau hanya untuk vaksin tertentu. Pada dasarnya
B. indikasi kontra terhadap imunisasi untuk penyakit akut yang berat dengan
adalah riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin atau konstituen vaksin.
vaksinansi. Peringatan yang tertulis dalam label vaksin terkadang oleh petugas
20
ditafsirkan sebagai kontra indikasi mutlak. Hal ini dapat menyebabkan
21
timbul akibat pemberian polio
pada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita
diare, maka dosis ulangan dapat
diberikan setelah sembuh.
IPV Untuk pencegahan Sedang menderita demam,
poliomyelitis pada penyakit akut atau penyakit
bayi dan anak kronis progresif.
immunocompromised, Hipersensitif pada saat
kontak di lingkungan pemberian vaksin ini
keluarga dan pada sebelumnya.
individu di mana Penyakit demam akibat
vaksin polio oral infeksi akut: tunggu sampai
menjadi kontra sembuh.
indikasi. Alergi terhadap Streptomycin
Campak Pemberian kekebalan Individu yang mengidap
aktif terhadap
penyakit immune deficiency atau
penyakit campak
individu yang diduga menderita
leukemia, limfoma.
DT Pemberian kekebalan Hipersensitif terhadap komponen
simultan terhadap dari vaksin
difteri dan tetanus
pada anak-anak.
Td Imunisasi ulangan Individu yang menderita reaksi
terhadap tetanus dan berat terhadap dosis sebelumnya
difteri pada individu
mulai usia 7 tahun
22
2.6. Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi
23
gejala
berhenti
menetek
(sucking)
antara 3
sampai
dengan 28
hari setelah
lahir.
Gejala
berikutnya
kejang yang
hebat dan
tubuh
menjadi
kaku.
Tuberculos Penyakit yang Melalui Gejala awal: Kelemahan dan
is (TBC) disebabkan pernafasa lemah badan, kematian.
oleh n penurunan
Mycobacteriu Lewat berat badan,
m tuberculosa bersin demam, dan
disebut juga atau batuk keluar
batuk darah. keringat pada
malam hari.
Gejala
selanjutnya:
batuk terus-
menerus,
nyeri dada
dan
(mungkin)
batuk darah.
Gejala lain:
tergantung
pada organ
yang
diserang.
Campak Penyakit yang Melalui udara Gejala awal: Diare hebat
disebabkan (percikan demam, Peradangan
oleh virus ludah) dari bercak pada telinga
myxovirus bersin atau kemerahan, Infeksi
viridae batuk batuk, pilek, saluran napas
measles. penderita konjunctivitis (pneumonia)
(mata merah)
dan koplik
spots
24
Selanjutnya
timbul ruam
pada muka
dan leher,
kemudian
menyebar ke
tubuh dan
tangan serta
kaki.
Poliomielit Penyakit pada Melalui Demam Bisa
is susunan saraf kotoran Nyeri otot menyebabkan
pusat yang manusia dan kematian jika
disebabkan (tinja) yang kelumpuhan otot pernafasan
oleh virus terkontamina terjadi pada terinfeksi dan
polio tipe 1, 2, si minggu tidak segera
atau 3. Secara pertama ditangani.
klinis
menyerang
anak di bawah
umur 15 tahun
dan menderita
lumpuh layu
akut (acute
flaccid
paralysis =
AFP).
Hepatitis B Penyakit yang Penularan Merasa Penyakit ini bisa
disebabkan secara lemah menjadi kronis
oleh virus horizontal: Gangguan yang
hepatitis B dari darah perut menimbulkan
yang merusak dan Gejala lain pengerasan hati
hati (penyakit produknya seperti flu, (Cirrhosis
kuning). Suntikan urin menjadi Hepatis), kanker
yang tidak kuning, hati (Hepato
aman kotoran Cellular
Transfusi menjadi Carsinoma) dan
darah pucat menimbulkan
Melalui Warna kematian.
hubungan kuning bisa
seksual terlihat pada
Penularan mata ataupun
secara kulit.
vertical:
Dari ibu
ke bayi
selama
25
proses
persalinan
Hemofilus Salah satu Droplet Pada selaput
Influenza bakteri yang melalui otak akan
tipe b dapat nasofaring timbul gejala
(Hib) menyebabkan menigitis
infeksi (demam, kaku
dibeberapa kuduk,
organ, seperti kehilangan
meningitis, kesadaran),
epiglotitis, Pada paru
pneumonia, menyebabkan
artritis, dan pneumonia
selulitis. (demam,
Banyak sesak, retraksi
menyerang otot
anak di bawah pernafasan),
usia 5 tahun, terkadang
terutama pada menimbulkan
usia 6 bulan–1 gejala sisa
tahun. berupa
kerusakan alat
pendengaran
HPV Virus yang Penularan Beberapa
(Human menyerang melalui menyebabkan
papiloma kulit dan hubungan kutil, sedangkan
Virus) membran kulit ke kulit, lainnya dapat
mukosa HPV menular menyebabkan
manusia dan dengan infeksi yang
hewan. mudah. menimbulkan
munculnya lesi,
ca servik juga
disebabkan oleh
virus HPV
melalui
hubungan seks.
Hepatitis A Suatu Disebarkan Kelelahan
penyakit yang oleh kotoran/ Mual dan
disebabkan tinja muntah
oleh virus penderita; Nyeri perut
biasanya atau rasa tidak
melalui nyaman,
makanan terutama di
(fecaloral). daerah hati
Kehilangan
nafsu makan
26
Demam
Urin berwarna
gelap
Nyeri otot
Menguningny
a kulit dan
mata
(jaundice).
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indonesia dimulai tahun 1956 diawali dengan imunisasi cacar, dan semakin
kekebalan tubuh dengan memasukkan vaksin yakni virus atau bakteri yang
telah dimodifikasi ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk
dijelaskan ada beberapa jenis imunisasi, penyakit yang dapat divaksinasi, cara
tersebut.
28
3.2 Saran
imunisasi dan hal-hal yang berkaitan sehingga masyarakat tidak perlu takut
Bagi setiap ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus
penyakit.
29
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, dan Yulianti. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: TIM
safety-training.org/contraindications.html.
30