SULTIKA KALUKU
C01418171
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. Atas berkat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Tugas individu trauma abdomen Kami berharap tugas ini
dapat memberi manfaat dan menambah wawasan kita. Kami menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Tuhan YME, begitu pula dalam
penyususunan tugas ini masih terdapat kesalahan yang jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik yang membangun untuk dijadikan sebagai perbaikan
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3.1 SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal penting dan
menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup deteksi dini dari
kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma
tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap berpotensi
mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa
yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status
hemodinamik penderita.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma. Cedera ini
dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma, terutama disebabkan oleh
pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam setelah cedera abdomen disebabkan oleh
sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian
yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur organ berongga
maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil
pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol,
penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai,
ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang,
maupun pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan
langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma
Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan trauma tembus
paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi pada trauma tumpul
menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim, sementara organ berongga dapat
kolaps dan menyerap gaya tersebut. Namun usus yang menempati sebagian besar rongga
abdomen terpajan cedera yang disebabkan oleh trauma tembus. Umumnya organ padat merespon
trauma dengan pendarahan. Organ berongga rupture dan mengeluarkan isinya ke dalam ruang
peritoneum yang menyebabkan peradangan dan infeksi. (Morton, P.G. et.al. 2008)
Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang
merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung
atau tidak langsung. Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting
kepada lien dari beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak
langsung yangKasus Serial Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen: Bagaimana Pendekatan
Diagnosis dan Penatalaksanaannya menyebabkan laserasi kapsul linealis dan avulsi pedikel lien
Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang
memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen pada kuadran atas kiri
dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma. Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada
trauma tumpul lien dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi karena
adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau adanya hematom subkapsuler yang
membesar secara lambat dan kemudian pecah. Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul maka
diperlukan anamnesis adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan ruptur lien (Lee
Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang
merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung
atau tidak langsung. Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting
kepada lien dari beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak
langsung yangKasus Serial Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen: menyebabkan laserasi kapsul
linealis dan avulsi pedikel lien sebagian atau menyeluruh (Lee et al, 2007; Stuhlfaut et al, 2007).
Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang
memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen pada kuadran atas kiri
dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma. Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada
trauma tumpul lien dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi karena
adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau adanya hematom subkapsuler yang
membesar secara lambat dan kemudian pecah. Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul maka
diperlukan anamnesis adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan ruptur lien (Lee
et al, 2007; Moore et al. 2008). Di rumah sakit yang besar dengan tenaga dan fasilitas yang baik
dianjurkan untuk memberikan pertolongan konservatif, bila dengan perawatan konservatif ini
dengan observasi yang ketat keadaan penderita memburuk maka segera dilakukan operatif.
Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan bahwa setiap ruptur lien harus dibuang telah
diubah. Pandangan sekarang bahwa sedapat mungkin lien harus dipertahankan, kecuali bila hal
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah
abdomen?
1.Mengetahui koagulopati dinisebagai faktor risiko mortalitas pada pasien Trauma Abdomen
1. Mengetahui pemanjangan PT> 14,4 detik merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma abdomen
trauma abdomen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks dan pelvis.
Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-
otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium. 5 Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di
abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang
bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi
dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan
horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista
iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga
1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra8
7) inguinalis dextra
8) pubica
9) inguinalis sinistra
1) Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu, sebagian
duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
2) epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian hepar. 3)
hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal pankreas, fleksura lienalis
4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan, sebagian
5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum, jejenum dan
ileum.
6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian jejenum
dan ileum.
7) Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter kanan.
8) Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9) Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Inervasi dinding abdomen oleh nervi (nn) torakalis ke-8 sampai dengan 12. Nervus (n)
torakalis ke-8 setinggi margo kostalis ke-10 setinggi umbilikus, n. torakalis ke-12 setinggi
suprainguinal. Peritoneum parietalis yang menutup dinding abdomen depan sangat kaya saraf
somatik sementara peritoneum yang menutup pelvis sangat sedikit saraf somatik sehingga iritasi
peritoneum pelvis pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis
disarafi nervi spinalis C5 mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma mempunyai nyeri alih di
bahu, yang disebut Kehr sign. 16 Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun
tidak disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma yang
didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi maupun fisiologi organ tubuh yang
metabolisme kelainan imunologi, dan gangguan faal berbagai organ. Penderita trauma berat
mengalami gangguan faal yang penting, seperti kegagalan fungsi membran sel, gangguan
integritas endotel, kelainan sistem imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.
Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda sehingga algoritma penanganannya
berbeda. Trauma abdomen dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga memerlukan
yaitu tenaga kompresi (hantaman), tenaga deselerasi dan akselerasi. Tenaga kompresi
(compression or concussive forces) dapat berupa hantaman langsung atau kompresi eksternal
terhadap objek yang terfiksasi. Misalnya hancur akibat kecelakaan, atau sabuk pengaman yang
salah (seat belt injury). Hal yang sering terjadi adalah hantaman, efeknya dapat menyebabkan
sobek dan hematom subkapsular pada organ padat visera. Hantaman juga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga dan menyebabkan ruptur. 1711
Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam kavum abdomen tanpa atau dengan
adanya tanda-tanda yang dapat diamati oleh pemeriksa, dan akhir-akhir ini kegagalan dalam
mengenali perdarahan intraabdominal adalah penyebab utama kematian dini pasca trauma.
Selain itu, sebagian besar cedera pada kavum abdomen bersifat operatif dan perlu tindakan
Trauma abdomen merupakan trauma yang terjadi pada regio abdomen dan dapat
diakibatkan oleh trauma tumpul maupun oleh trauma tajam yang dapat mengenai organ-organ
pada abdomen. Gejala utama yang dapat terjadi dapat berupa nyeri, tenderness, maupun adanya
jejas yang tampak pada abdomen. Trauma ini juga dapat mengakibatkan perdarahan dan infeksi.
(Legome, 2016) Regio abdomen dapat dibagi menjadi empat area utama yaitu abdomen
intrahroracic yang terletak pada abdomen bagian atas yang dilindungi oleh sangkar dari costae
sehingga daerah ini seringkali tidak dapat dievaluasi melalui palpasi dan pemeriksaan fisik
lengkap. Bagian kedua adalah bagian abdomen yang terletak pada area pelvis yang dikenal
sebagai suatu ‘bony pelvis’, bagian ini terdapat beberapa organ penting yaitu kandung kemih,
urethra, rektum, usus halus, tuba falopii dan uterus pada wanita. Cedera pada area ini sering
bersifat ekstraperitoneal dan sulit untuk didiagnosa. Bagian ketiga adalah abdomen yang terletak
retroperitoneal yang terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, pankreas, aorta dan vena
cava, cedera pada area ini sulit diketahui hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik. Bagian
terakhir dikenal sebagai area abdomen sejati, di mana di dalamnya terdapat beberapa organ yaitu
usus halus dan usus besar, uterus dalam keadaan gravida, kandung kemih ketika mengalami
distensi.
(Legome, 2016) Trauma tumpul abdomen merupakan salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas pada hampir semua usia, trauma yang terjadi pada beberapa kasus kadang tidak
menunjukkan manifestasi yang jelas hingga diagnosis ditegakkan dan terapi dijalankan.
Penegakan diagnosis awal pada trauma tumpul abdomen cukup sulit untuk dikerjakan dan
kadang tidak akurat, beberapa gejala yang harus dicurigai sebagai trauma tumpul abdomen di
antaranya adalah nyeri, tenderness, perdarahan gastrointestinal, hipovolemia, dan bukti adanya
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Simpulan Trauma abdomen adalah cedera yang terjadi pada organ di dalam perut, seperti
lambung, usus, hati, limpa, pankreas, empedu dan ginjal. Keluarnya usus halus dan omentum
melewati rongga abdomen melalui luka tusuk merupakan indikasi dilakukan eksplorasii
laparotomi. Pada kasus ini merupakan kasus yang terlambat datang kerumah sakit, karena telah
terjadi syok perdarahan derajat empat yang sudah lama, sehingga pasien tidak bisa di
selamatkan. Perdarahan masif yang bersumber dari arteri-arteri ileocaecal dan cabang-cabang
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
De Jong W, Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Townsend. 2001. Management of Spesific Injury, dalam: Sabiston
Textbook of Surgery 16th Edition, Philadelphia: W.B. Saunders Co.; h331-43
Tood SR. 2004. Critical Concepts in Abdominal Injury. Critical Care Clinics; 20(1).
Stuhlfaut, JW, Anderson, SW, & Soto, JA, 2007, Blunt abdominal trauma:
current imaging techniques and CT findings in patients with solid organ,
bowel, and mesenteric injury, Seminars in Ultrasound, CT and MRI, Vol. 28, Issue 2, pp.
115-129
Schroeppel, TTJ & Croce, MA 2007, Diagnosis and management of blunt abdominal
solid organ injuries, Current Opinion in Critical Care, Vol. 13, Issue 4, pp. 399-404.
Lee, BC, Ormsby, EL, McGahan, JP, Melendres, GM, & Richards, JR, 2007,
The utility of sonography for the triage of blunt abdominal trauma patients to exploratory
laparotomy, American Journal of Roentgenology, Vol. 188, Issue2.
Mackersie RC. 2001. Abdominal Trauma, dalam: Norton et al. Surgery:
Basic Science an Clinical Evidence. New York: Spriger-Verlang Inc.; h82545.