Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TRAUMA ABDOMEN

SULTIKA KALUKU

C01418171

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. Atas berkat dan karunia-

Nya kami dapat menyelesaikan Tugas individu trauma abdomen Kami berharap tugas ini

dapat memberi manfaat dan menambah wawasan kita. Kami menyadari bahwa tidak ada

sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Tuhan YME, begitu pula dalam

penyususunan tugas ini masih terdapat kesalahan yang jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik yang membangun untuk dijadikan sebagai perbaikan

dari isi makalah ini.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Khusus

1.3.2 Tujuan Umum

1.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Abdomen

BAB III KESIMPULAN

3.1 SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma juga

mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang

bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.

Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal penting dan

menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup deteksi dini dari

kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma

tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap berpotensi

mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa

yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status

hemodinamik penderita.

Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma. Cedera ini

dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma, terutama disebabkan oleh

pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam setelah cedera abdomen disebabkan oleh

sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada

satu organ saja.

Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian

yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur organ berongga

maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil

pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol,

penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai,
ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang,

maupun pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan

langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma

visera atau trauma vaskuler abdomen.

Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan trauma tembus

paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi pada trauma tumpul

menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim, sementara organ berongga dapat

kolaps dan menyerap gaya tersebut. Namun usus yang menempati sebagian besar rongga

abdomen terpajan cedera yang disebabkan oleh trauma tembus. Umumnya organ padat merespon

trauma dengan pendarahan. Organ berongga rupture dan mengeluarkan isinya ke dalam ruang

peritoneum yang menyebabkan peradangan dan infeksi. (Morton, P.G. et.al. 2008)

Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang

merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung

atau tidak langsung. Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting

kepada lien dari beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak

langsung yangKasus Serial Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen: Bagaimana Pendekatan

Diagnosis dan Penatalaksanaannya menyebabkan laserasi kapsul linealis dan avulsi pedikel lien

sebagian atau menyeluruh (Lee et al, 2007; Stuhlfaut et al, 2007).

Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang

memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen pada kuadran atas kiri

dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma. Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada

trauma tumpul lien dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu

setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi karena
adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau adanya hematom subkapsuler yang

membesar secara lambat dan kemudian pecah. Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul maka

diperlukan anamnesis adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan ruptur lien (Lee

et al, 2007; Moore et al. 2008).

Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang

merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung

atau tidak langsung. Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting

kepada lien dari beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak

langsung yangKasus Serial Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen: menyebabkan laserasi kapsul

linealis dan avulsi pedikel lien sebagian atau menyeluruh (Lee et al, 2007; Stuhlfaut et al, 2007).

Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang

memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen pada kuadran atas kiri

dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma. Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada

trauma tumpul lien dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu

setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi karena

adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau adanya hematom subkapsuler yang

membesar secara lambat dan kemudian pecah. Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul maka

diperlukan anamnesis adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan ruptur lien (Lee

et al, 2007; Moore et al. 2008). Di rumah sakit yang besar dengan tenaga dan fasilitas yang baik

dianjurkan untuk memberikan pertolongan konservatif, bila dengan perawatan konservatif ini

dengan observasi yang ketat keadaan penderita memburuk maka segera dilakukan operatif.
Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan bahwa setiap ruptur lien harus dibuang telah

diubah. Pandangan sekarang bahwa sedapat mungkin lien harus dipertahankan, kecuali bila hal

tersebut tidak mungkin dilakukan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah koagulopati dini merupakan faktor-faktor risiko mortalitas pasien trauma

abdomen?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1.Mengetahui koagulopati dinisebagai faktor risiko mortalitas pada pasien Trauma Abdomen

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pemanjangan PT> 14,4 detik merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma abdomen

2. Mengetahui pemanjangan APTT> 36 detik merupakan faktor risiko mortalitas pasien


trauma abdomen

1.4 Manfaat penelitian

Merekomendasikan pemeriksaan PT dan APTT untuk memprediksi mortalitas pasien

trauma abdomen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Abdomen

Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks dan pelvis.

Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-

otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium. 5 Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di

abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang

bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi

dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan

horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista

iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga

kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale.5,13 Daerah-daerah itu adalah:

1) hypocondriaca dextra

2) epigastrica

3) hypocondriaca sinistra

4) lateralis dextra

5) umbilicalis

6) lateralis sinistra8

7) inguinalis dextra

8) pubica
9) inguinalis sinistra

Proyeksi letak organ abdomen yaitu:

1) Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu, sebagian

duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.

2) epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian hepar. 3)

hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal pankreas, fleksura lienalis

kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.

4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan, sebagian

duodenum dan jejenum.

5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum, jejenum dan

ileum.

6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian jejenum

dan ileum.

7) Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter kanan.

8) Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).

9) Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.

Inervasi dinding abdomen oleh nervi (nn) torakalis ke-8 sampai dengan 12. Nervus (n)

torakalis ke-8 setinggi margo kostalis ke-10 setinggi umbilikus, n. torakalis ke-12 setinggi

suprainguinal. Peritoneum parietalis yang menutup dinding abdomen depan sangat kaya saraf

somatik sementara peritoneum yang menutup pelvis sangat sedikit saraf somatik sehingga iritasi

peritoneum pelvis pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis
disarafi nervi spinalis C5 mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma mempunyai nyeri alih di

bahu, yang disebut Kehr sign. 16 Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun

tidak disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma yang

didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi maupun fisiologi organ tubuh yang

terkena. Trauma dapat menyebabkan 10 gangguan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme kelainan imunologi, dan gangguan faal berbagai organ. Penderita trauma berat

mengalami gangguan faal yang penting, seperti kegagalan fungsi membran sel, gangguan

integritas endotel, kelainan sistem imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular

menyeluruh (DIC = diseminated intravascular coagulation).

Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.

Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda sehingga algoritma penanganannya

berbeda. Trauma abdomen dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga memerlukan

tindakan pertolongan dan perbaikan pada organ yang mengalami kerusakan.

Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis:

a. Trauma penetrasi : Trauma Tembak, Trauma Tusuk

b. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul : diklasifikasikan ke dalam 3 mekanisme utama,

yaitu tenaga kompresi (hantaman), tenaga deselerasi dan akselerasi. Tenaga kompresi

(compression or concussive forces) dapat berupa hantaman langsung atau kompresi eksternal

terhadap objek yang terfiksasi. Misalnya hancur akibat kecelakaan, atau sabuk pengaman yang

salah (seat belt injury). Hal yang sering terjadi adalah hantaman, efeknya dapat menyebabkan

sobek dan hematom subkapsular pada organ padat visera. Hantaman juga dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga dan menyebabkan ruptur. 1711
Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam kavum abdomen tanpa atau dengan

adanya tanda-tanda yang dapat diamati oleh pemeriksa, dan akhir-akhir ini kegagalan dalam

mengenali perdarahan intraabdominal adalah penyebab utama kematian dini pasca trauma.

Selain itu, sebagian besar cedera pada kavum abdomen bersifat operatif dan perlu tindakan

segera dalam menegakan diagnosis dan mengirim pasien ke ruang operasi.

Trauma abdomen merupakan trauma yang terjadi pada regio abdomen dan dapat

diakibatkan oleh trauma tumpul maupun oleh trauma tajam yang dapat mengenai organ-organ

pada abdomen. Gejala utama yang dapat terjadi dapat berupa nyeri, tenderness, maupun adanya

jejas yang tampak pada abdomen. Trauma ini juga dapat mengakibatkan perdarahan dan infeksi.

(Legome, 2016) Regio abdomen dapat dibagi menjadi empat area utama yaitu abdomen

intrahroracic yang terletak pada abdomen bagian atas yang dilindungi oleh sangkar dari costae

sehingga daerah ini seringkali tidak dapat dievaluasi melalui palpasi dan pemeriksaan fisik

lengkap. Bagian kedua adalah bagian abdomen yang terletak pada area pelvis yang dikenal

sebagai suatu ‘bony pelvis’, bagian ini terdapat beberapa organ penting yaitu kandung kemih,

urethra, rektum, usus halus, tuba falopii dan uterus pada wanita. Cedera pada area ini sering

bersifat ekstraperitoneal dan sulit untuk didiagnosa. Bagian ketiga adalah abdomen yang terletak

retroperitoneal yang terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, pankreas, aorta dan vena

cava, cedera pada area ini sulit diketahui hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik. Bagian

terakhir dikenal sebagai area abdomen sejati, di mana di dalamnya terdapat beberapa organ yaitu

usus halus dan usus besar, uterus dalam keadaan gravida, kandung kemih ketika mengalami

distensi.

(Legome, 2016) Trauma tumpul abdomen merupakan salah satu penyebab mortalitas dan

morbiditas pada hampir semua usia, trauma yang terjadi pada beberapa kasus kadang tidak
menunjukkan manifestasi yang jelas hingga diagnosis ditegakkan dan terapi dijalankan.

Penegakan diagnosis awal pada trauma tumpul abdomen cukup sulit untuk dikerjakan dan

kadang tidak akurat, beberapa gejala yang harus dicurigai sebagai trauma tumpul abdomen di

antaranya adalah nyeri, tenderness, perdarahan gastrointestinal, hipovolemia, dan bukti adanya

iritasi pada peritoneum.


BAB III

KESIMPULAN
3.1 Simpulan

Simpulan Trauma abdomen adalah cedera yang terjadi pada organ di dalam perut, seperti

lambung, usus, hati, limpa, pankreas, empedu dan ginjal. Keluarnya usus halus dan omentum

melewati rongga abdomen melalui luka tusuk merupakan indikasi dilakukan eksplorasii

laparotomi. Pada kasus ini merupakan kasus yang terlambat datang kerumah sakit, karena telah

terjadi syok perdarahan derajat empat yang sudah lama, sehingga pasien tidak bisa di

selamatkan. Perdarahan masif yang bersumber dari arteri-arteri ileocaecal dan cabang-cabang

arteri colika menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik, seharusnya lebih cepat di tangani

sehingga tidak menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
De Jong W, Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Townsend. 2001. Management of Spesific Injury, dalam: Sabiston
Textbook of Surgery 16th Edition, Philadelphia: W.B. Saunders Co.; h331-43
Tood SR. 2004. Critical Concepts in Abdominal Injury. Critical Care Clinics; 20(1).
Stuhlfaut, JW, Anderson, SW, & Soto, JA, 2007, Blunt abdominal trauma:
current imaging techniques and CT findings in patients with solid organ,

bowel, and mesenteric injury, Seminars in Ultrasound, CT and MRI, Vol. 28, Issue 2, pp.
115-129
Schroeppel, TTJ & Croce, MA 2007, Diagnosis and management of blunt abdominal
solid organ injuries, Current Opinion in Critical Care, Vol. 13, Issue 4, pp. 399-404.
Lee, BC, Ormsby, EL, McGahan, JP, Melendres, GM, & Richards, JR, 2007,

The utility of sonography for the triage of blunt abdominal trauma patients to exploratory
laparotomy, American Journal of Roentgenology, Vol. 188, Issue2.
Mackersie RC. 2001. Abdominal Trauma, dalam: Norton et al. Surgery:
Basic Science an Clinical Evidence. New York: Spriger-Verlang Inc.; h82545.

Anda mungkin juga menyukai