Anda di halaman 1dari 6

1.

Pancasila Sebagai Pengembangan Iptek


Perkembangan IPTEK yang semakin cepat bisa berpengaruh di segala
aspek kehidupan dan budaya. Bisa positif tetapi juga bisa berpengaruh
negatif.Apalagi di zaman modern ini masuknya IPTEK sengaja atau tidak, akan
membawa nilai-nilai asing yang dapat mempengaruhi gaya hidup, sikap hidup
maupun pikiran kita.
IPTEK dapat membantu manusia dan memudahkan kehidupan manusia.
Selain itu IPTEK penting bagi lembaga pendidikan. Sehingga IPTEK dengan
pendidikan memiliki hubungan yang erat. Karena pendidikan sangat dipengaruhi
oleh perkembangan IPTEK dan IPTEK merupakan salah satu materi pengajaran
sebagai bagian dari pendidikan. Oleh karena itu agar IPTEK bisa membantu untuk
memudahkan kebutuhan manusia maka dalam menggunakan IPTEK harus dengan
cara yang tepat dan baik.

IPTEK memang bisa mempengaruhi dalam hal positif dan negatif.


Sehingga dalam pengembangannya pun dibutuhkan suatu landasan agar tidak
merugikan manusia dan bisa mengurangi dampak negatif. Yaitu berlandasan pada
nilai-nilai pancasila karena setiap sila demi sila pada pancasila mengandung hal-
hal yang penting dalam pengembangan IPTEK dan menunjukkan sistem etika
dalam pengembangan IPTEK.

1. Sila ketuhanan Yang Maha Esa, Perkembngan IPTEK kita jadikan


sebagai bentuk syukur pemberian akal oleh Yang Maha Esa.
Sehingga IPTEK tidak dibuat untuk mencederai keyakinan umat
beragama.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa
dalam pengembangan IPTEK harus dengan cara-cara yang
berperikemanusiaan dan tidak merugikan manusia individual
maupun umat manusia yang sekarang maupun yang akan datang
agar bisa mensejahterakan manusia.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengigatkan kita untuk mengembangkan
IPTEK untuk seluruh tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu
memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia

1
akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan
kesatuan bangsa dapat terwujud, persaudaraan dan persahabatan
antar daerah dapat terjalin .
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan perwakilan, meminta kita membuka kesempatan
yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan IPTEK
dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan
masing-masing, sehingga tidak adanya monopoli IPTEK.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK
didasarkan pada keseimbngan keadilan dalam kehidupan manusia.

 Contoh Kasus Pancasila Sebagai Pengembangan Iptek :


IPTEK disalah gunakan kebanyakn oleh remaja, juga sering
dilakukan oleh para ilmuan. Contohnya saja adanya internet yang
mempermudahdalam pencarian informasi tetapi kebanyakan orang
menggunakannya untuk mencari dan melihat vidio porno. Karena
kondisi yang seperti itu maka perlu adanya landasan bagi
pengembangan IPTEK yaitu pancasila. Agar dalam pengembangan
IPTEK bisa berdampak positif dan bisa mensejahterakan manusia
serta tidak disalahgunakan.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek
atau pelaku politik bukan sekedar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat
manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai
subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan
adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang
sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan
otoriter.
Berdasarkan hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral dari pada sila-sila pada pancasila. Oleh karena

2
itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral
ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral
keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara mauapun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik
yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin
diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam pancasila. Pemahaman untuk
implementasinya dapat dilihat secara berurutan terbalik:
1. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan
politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam
pengambilan keputusan;
3. Melaksanakan keadilan sosial dan penetuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan persatuan;
4. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab;
5. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan,
dan kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada
nilai ketuhanan Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut


perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga yang mencakup
masyarakat tradisional (berbagai asal etnik,agama, dan golongan).dengan
demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat infornasi
adalah :

1. Nilai toleransi
2. Nilai transparansi hukum dan kelembagaan
3. Nilai kejujuran dan komitmen
4. Bermoral berdasarkan konsesus
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

3
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini
sebagaimana terdapatdidalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh
karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadikan manusia yang berbudaya dan beradab.
Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam,
brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia
yang adil dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik saja, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiannya. Dan manusia harus dapat mengembangkan
dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasarkan pada sila persatuan
Indonesia, bahwa pembangunan sosial budaya yang beragam diseluruh Wilayah
Indonesia menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Maka perlu adanya pengakuan dan adanya penghargaan terhadap budaya
dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka
merasa dihargai dan diterima sebagai bangsa Indonesia. Dengan
demikian,pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam
perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak
budaya komuniti yang terlibat, hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan hak asasi individu secara berimbang yang terdapat dalam (sila kedua).
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai pancasila itu memenuhi
kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, dan sebagai kerangka acuan bersama
bagi kebudayaan – kebudayaan daerah:
1. Sila pertama, yaitu menunjukkan tidak satupun suku bangsa atau
pun suatu golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang
tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila kedua, yaitu merupakan nilai budaya yang di junjung tinggi
oleh segenap warga negara Indonesia tanpa membedakan asal –
usul kesuku bangsaan, kedaerahan, maupun golongannya.

4
3. Sila ketiga, yaitu mencerminkan nilai budaya yang menjadi
kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk
mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat.
4. Sila keempat, yaitu merupakan nilai budaya yang luas
persebarannya dikalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk
melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat
relevan untuk mengendalikan nilai–nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan.
5. Sila kelima, yaitu nilai–nilai keadilan sosial itu menjadi landasan
untuk membangkitkan semangat perjuangan bangsa indonesia
dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada


sila keempat, sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan sistem ekonomi indonesia. Dengan demikian pada pembangunan
ekonomi kerakyatan, pembangunan demokrasi ekonomi, pembangunan sistem
ekonomi indonesia atau ekonomi pancasila.

Dalam ekonomi kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk


kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih adil bagi seluruh masyarakat (tidak lagi seperti orde baru yang telah
berpihak pada ekonomi besar). Politik ekonomi kerakyatan yang memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Membangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi ekonomi


kerakyatan akan mampu mengembangkan progam–progam kongkrit pemerintahan
daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan

5
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian ekonomi
kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah dalam berekonomi, sehingga
lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam ekonomi kerakyatan,
pemerintah pusat yang demokratis berperan memaksa peraturan – peraturan yang
bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum membangun
sistem ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai