Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah perawatan mesin
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat untuk sebagai tugas mata kuliah Perawatan Mesin
dengan judul “Failure Mode and Effect Analysis”.
Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam- dalamnya
saya sampaikan kepada dosen pengampu yang telah membimbing dan
memberikan masukan demi lancarnya tugas ini.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Daftar Gambar................................................................................................ iv
Daftar Tabel.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 1
1.3Ruang Lingkup.......................................................................... 1
1.4Metode Penyusunan.................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.7.1 Severity.................................................................................... 10
2.7.2 Occurence...............................................................................
15
ii
2.7.3 Detection................................................................................. 17
4.1 KESIMPULAN......................................................................... 30
4.2 SARAN...................................................................................... 30
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2. Grafik Pergerakan Defect Over dan Under Hardness Standard
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity of Effects
dalam FMEA Proses....................................................................................... 10
Tabel 3.2 Data Defect Over dan Under Hardness Standard Januari - Desember
tahun 2009................................................................................................. 24
v
BAB I
PENDAHULUAN
FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur
untuk mengidentifikasikan dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan
(failure mode). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan
akar penyebab dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja
yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas
spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang
menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu. Filosofi dasar dari FMEA
adalah “cegah sebelum terjadi”. FMEA baik sekali digunakan pada sistem
manajemen mutu untuk jenis industri manapun.
1.2 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Perawatan Mesin, dan untuk menambah wawasan kita terhadap pentingnya
kualitas suatu produk melalui metode salah satunya adalah failure mode and effect
analysis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sedangkan manfaat FMEA adalah sebagai berikut :
Hemat biaya. Karena sistematis maka penyelesaiannya tertuju pada
potensial causes (penyebab yang potensial) sebuah kegagalan atau kesalahan.
Hemat waktu, karena lebih tepat pada sasaran.
3
Para ahli memiliki beberapa definisi mengenai failure modes and effect
analysis, definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas dan apabila dievaluasi
lebih dalam memiliki arti yang serupa. Definisi failure modes and effect analysis
tersebut disampaikan oleh :
Menurut Roger D. Leitch, definisi dari failure modes and effect analysis
adalah analisa teknik yang apabila dilakukan dengan tepat dan waktu yang tepat
akan memberikan nilai yang besar dalam membantu proses pembuatan keputusan
dari engineer selama perancangandan pengembangan. Analisa tersebut biasa
disebut analisa “bottom up”, seperti dilakukan pemeriksaan pada proses produksi
tingkat awal dan mempertimbangkan kegagalan sistem yang merupakan hasil dari
keseluruhan bentuk kegagalan yang berbeda.
Menurut John Moubray, definisi dari failure modes and effect analysis adalah
metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang mungkin
menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh kegagalan
berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan.
4
2.5 Langkah Dasar FMEA
Terdapat langkah dasar dalam proses FMEA yang dilakukan oleh tim desain
for six sigma (DFSS) adalah :
1. Membangun batasan proses yang dibatasi oleh struktur proses.
2. Membangun proses pemetaan dari FMEA yang mendiskripsikan
proses produksi secara lengkap dan alat penghubung tingkat hirarki
dalam struktur proses dan ruang lingkup.
3. Melihat struktur proses pada seluruh tingkat hirarki dimana
masingmasing parameter rancangan didefinisikan.
4. Identifikasi kegagalan potensial pada masing-masing proses.
5. Mempelajari penyebab kegagalan dari pengaruhnya.
Pengaruh dari kegagalan adalah konsekuensi langsung dari bentuk kegagalan
pada tingkat proses berikutnya, dan puncaknya ke konsumen. Pengaruh biasanya
diperlihatkan oleh operator atau sistem pengawasan. Terdapat dua hal utama
penyebab pada keseluruhan tingkat, dengan diikuti oleh pertanyaan seperti :
5
7. Rancangan yang digunakan untuk mencegah penyebab atau bentuk
kegagalan dan pengaruhnya.
8. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendeteksi penyebab dalam
tindakan korektif.
9. Identifikasi saat mengukur tindakan korektif. Menurut nilai risk
priority number (RPN), tim melakukannya dengan :
Mentransfer resiko kegagalan pada sistem diluar ruang
lingkup pekerjaan.
Mencegah seluruh kegagalan.
Mengurangi severity.
Mengurangi occurance.
6
3. Penanggung Jawab Proses (Process Responsibility)
Adalah kode tahun pembuatan item, bentuk ini yang dapat berguna
terhadap analisa sistem ini.
6. Tanggal Berlaku (Key Date)
7
11. Efek Potensial dari Kegagalan (Potential Effect(s) of Failure)
Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan.
Dimana setiap perubahan dalam variabel yang mempengaruhi
proses akan menyebabkan proses itu menghasilkan produk diluar
batas-batas spesifikasi.
12. Tingkat Keparahan (Severity (S))
8
18. Nomor Prioritas Resiko (Risk Priority Number (RPN))
RPN = S * O * D
9
2.7 Menentukan Severity, Occurrence, dan Detection
Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan meka tim FMEA
harus mendefinisikan terlebih dahulu tentang Severity, Occurrence, Detection,
serta hasil akhirnya yang berupa Risk Priority Number.
2.7.1 Severity
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity of Effects
dalam FMEA Proses
10
Minor secara on- line ditempat 3
Fit & finish atau squeak & rattle
tidak sesuai
Sebagian pelanggan menyadari
defect tersebut
11
Produk dapat beroperasi,
performansinya berkurang
12
Tabel 2.2 Modifikasi Automotive Industry Action Group (AIAG) severity
rating
13
Gangguan minor pada lini produksi
Defect mempengaruhi terjadinya
Sedang defect atau mempengaruhi 1 - 2 6
proses berikutnya
Produk akan menjadi waste pada
proses berikutnya
14
2.7.2 Occurrence
Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi
dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk. Dengan
memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10. Pada tabel 2.3
berdasarkan standar AIAG mendeskripsikan proses sistem peringkat. Karena
peringkat kegagalan jatuh antara dua angka skala. Standar menilai dengan cara
interpolasi dan pembulatan nilai Occurrence.
Tabel 2. 3 Automotive Industry Action Group (AIAG) Occurrence rating
Umumnya berkaitan
dengan proses terdahulu
1 in 20 ≥ 0.67 7
yangkadang mengalami
Sedang: 1 in 80 ≥ 0.83 6
15
berkaitan proses serupa
Sangat rendah :
Hanya kegagalan
1 in 150,000 ≥ 1.50 2
terisolasi yang berkaitan
dengan proses hampir
identik
Remote:
Kegagalan mustahil. Tak
1 in 1,500,000 ≥ 1.67 1
pernah ada kegagalan
terjadi dalam proses yang
identik
2.7.3 Detection
Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection
adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan / mengontrol kegagalan
yang dapat terjadi. Proses penilaian ditunjukkan pada tabel 2.4 berdasarkan
standar AIAG adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Automotive Industry Action Group (AIAG) detection rating
Likelihood of % Repeatability
Detection % R &R
Detection Rank
% Reproducibility
16
saat ini sangat sulit
Sangat Jarang mendeteksi bentuk ≥ 80 % % Reproducibility 9
atau penyebab
kegagalan
17
Agak Tinggi Kemampuan alat ≥ 20 % 4
% Repeatability ≥
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
% Reproducibility
dan penyebab
kegagalan sedang
sampai tinggi
Tinggi Kemampuan alat ≥ 20 % 3
% Repeatability <
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
% Reproducibility
dan penyebab
kegagalan tinggi
Sangat Tinggi Kemampuan alat < 20 % 2
% Repeatability ≥
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
% Reproducibility
kegagalan sangat
tinggi
Hampir Pasti Kemampuan alat < 20 % 1
% Repeatability <
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
% Reproducibility
kegagalan hampir
pasti
18
RPN = S * O * D
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur yang dipakai
untuk mendeteksi terjadinya suatu kegagalan dalam proses. Dari perhitungan akan
didapatkan Gage repeatability, reproducibility, dan nilai number of distinct
category (n). Repeatability adalah variasi pengukuran yang didapat pada saat
operator menggunakan alat yang sama untuk mengukur dimensi yang sama
beberapa kali. Reproducibility merupakan variasi pengukuran antara satu operator
dengan operator yang lain. Number of distinct category untuk mengetahui
seberapa banyak / teliti alat ukur dapat membedakan. Perhitungan MSA ini dapat
dilakukan dengan software Minitab.
Diagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuknya
seperti ikan. Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa karena yang
menemukan adalah Prof. Ishikawa yang berasal dari Jepang. Diagram ini
digunakan untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh
secara signifikan dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja, mencari
penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Ada 5 faktor
penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan yaitu: metode kerja,
mesin / peralatan lain, bahan baku, dan pengukuran kerja.
19
Gambar 2.1 Fishbone Diagram (Ishikawa, 1989)
20
2.9.2 Pareto Diagram
BAB III
STUDI KASUS
21
persentase produk cacat masih tinggi dan sistem pengendalian kualitas yang
diterapkan hingga kini belum berjalan baik, sehingga perlu untuk menganalisa
permasalahan tersebut dengan menggunakan alat-alat pengendalian kualitas
dengan metode statistik.
Dari data diatas permasalahan yang sering terjadi yaitu pada proses heat
treatment antara lain : over hardness dan under hardness dari standar. Untuk
22
mengatasi permasalahan barang NG (No Good) yang tinggi dapat dilakukan
perbaikan dengan proses ulang pada proses heat treatment. Meskipun over
hardness dan under standard dapat diperbaiki dengan proses ulang pada proses
heat treatment, akan tetapi dengan tingginya jumlah part yang diperbaiki akan
berdampak pada naiknya biaya produksi dan juga berdampak pada turunnya
performance dan produktivitas. Berikut data Defect over dan under hardness
standard Januari - Desember tahun 2009.
Tabel 3.2 Data Defect Over dan Under Hardness Standard Januari - Desember
tahun 2009
23
Sumber : PT.mitsuba Indonesia
Gambar 3.2 Grafik Pergerakan Defect Over dan Under Hardness Standard
Dari data-data diketahui bahwa rata-rata jumlah defect tiap bulan adalah
0.85%, dengan aktual sampai dengan 7.57% pada bulan Desember. Batas limit
jumlah defect proses adalah 1%, sehingga jumlah defect harus dikurangi. Dengan
jumlah defect untuk NG under hardness dan over hardness yang telah melebihi
batas limit maka dipilih metode FMEA dengan tema Penurunan over hardness
dan under hardness standard, dan ditargetkan untuk menurunkan jumlah NG
Over Hardness dan Under hardness minimum 30% sesuai dengan kebijakan
perusahaan, target selanjutnya adalah melakukan penurunan biaya dikarenakan
proses repair.
24
3.2 Menganalisa Defect Report Dengan Metode CFME (Cause Failure Mode
Effect) dan Dengan Metode Diagram Sebab-Akibat (Fish Bone Diagram)
25
Gambar 3.3 CFME Over Hardness dan Under Hardness Standard
26
Jarak antara material beda heat number yang terlalu singkat
hanya 60 menit, akan berdampak pada material yang tidak ter-
heat treatment secara sempurna sehingga perubahan temperatu
Sebaran hasil kekerasan hardness pada bagian tengah atau core
terlalu tinggi dikarenakan settingan oil pressure terlalu besar
(standard setting 0,5 kg/cm2) sehingga jumlah buih yang
dihasilkan lebih banyak.
Temperatur zona hardening furnace turun sampai 840°C
dikarenakan belum ada standard loading material, pada saat
loading barang dengan temperatur lebih berat, kapasitas heater
tidak cukup kuat untuk menaikkan temperatur.
Setiap pergantian heat number, material mengalami hardness
over atau under standard sehingga harus dilakukan proses ulang
dikarenakan settingan temperatur tempering terlalu tinggi atau
terlalu rendah diseragamkan 620°C. saat material dengan karbon
(C) dan krom (Cr) lebih tinggi, hardness cenderung over
standard, sebaliknya saat material dengan kadar karbon (C) dan
krom (Cr) lebih rendah, hardness cenderung under standard.
Diagram sebab akibat ini digunakan untuk mencari semua unsur penyebab
yang diduga menimbulkan akibat sehingga timbul suatu masalah. Dengan
demikian diagram ini dapat juga digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan suatu karakteristik kualitas menyimpang dari spesifikasi yang sudah
ditetapkan. Diagram ini menunjukkan suatu hubungan antara sebab (faktor-faktor)
yang mengakibatkan sesuatu pada kualitas ( karakteristik kualitas ). Ada lima
faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mengenali faktor-faktor yang
berpengaruh atau berakibat pada kualitas, yaitu :
27
manusia
mesin/alat
material/bahan
lingkungan
28
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa metode Failure Modes and
Effect Analysis bermanfaat sekali bagi para engineer dalam menganalisa
permasalahan khususnya permasalahan dalam suatu perusahaan yang belum
dikenal seluk-beluknya.
Maka dari itu kita sebagai engineer wajib mengetahui metode-metode
tersebut karena hal tersebut dapat membantu kita dalam menganalisa dan
memecahkan permasalahan yang nantinya akan dihadapi di dunia industri.
Oleh karena itu, mudah-mudahan makalah ini bisa berguna bagi para
pembaca, dan dapat dipelajari dengan jelas untuk selanjutnya memperdalam
metode ini.
4.2 SARAN
29