Anda di halaman 1dari 15

.

1  Latar Belakang
Tubuh manusia bisa diibaratkan seperti mesin, dimana mesin memiliki bagian-bagian kecil
yang membentuk suatu sistem dan memiliki fungsi masing-masing. Untuk dapat
megoperasikannya dengan baik atau mengajarkan orang lain untuk mengoperasikannya,
sebaiknya kita tahu bagian-abgian mesin tersebut sehingga pada saat kita menemui hambatan
kita tahu pada bagian mana dari mesin tersebut yang rusak atau yang tidak menjalankan
fungsinya. Seperti halnya payudara, agar dapat menyusui dengan baik sebaiknya kita tahu
bagian-bagian dari payudara dan fungsinya masing-masing.Laktasi terjadi dibawah pengaruh
berbagai kelanjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan
ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Lakatasi mempunyai dua pengertian yaitu; (1)
Pembentukan produksi air susu (2) Pengeluaran air susu (Bobak, 2009).
Buah dada merupakan sumber air susu ibu (ASI) yang akan menjadi sumber nutrisi utama
bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dilakukan perawatan. Bra yang dugunakan
harus sesuai dengan pembesaran buah dada, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari
bawah bukan menekan dari depan.Pada usia kehamilan 2 bulan terakhir dilakukan pemijatan,
kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu kering dan
mudah pecah, maka puting susu (nipple) dan areola (bagian lingkaran hitam yang mengelilingi
puting) payudara dirawat baik-baik dengan dibersihkan menggunakan baby oil/biocream/air
sabun/sejenisnya. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-
narik puting ke arah luar (dilakukan minimal satu bulan sebelum melahirkan dan jika tidak ada
indikasi) (Bobak, 2009).

1.1 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan perawatan payudara pada ibu hamil?
1.2.2 Apa tujuan dan prinsip perawatan payudara?
1.2.3 Apa manfaat dari perawatan payudara?
1.2.4 Apa indikasi dari perawatan payudara?
1.2.5 Apa kontraindikasi dari perawatan payudara?
1.2.6 Kapan waktu perawatan payudara dilakukan?
1.2.7 SOP perawatan payudara

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah ini adalah memperoleh deskripsi tentang:
1.3.1 Perawatan payudara pada ibu hamil
1.3.2 Tujuan dan prinsip perawatan payudara
1.3.3 Manfaat dari perawatan payudara
1.3.4  Indikasi dari perawatan payudara
1.3.5 Kontraindikasi dari perawatan payudara
1.3.6 Waktu perawatan payudara dilakukan
1.3.7 SOP perawatan payudara

BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Anatomi Payudara


Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya
tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi (Syaifuddin, 2006).
1.      Struktur Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup
kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada
otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi
jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.
a.       Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus-lobus dikelilingi
jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat
fibrosa).
b.      Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian bercabang
menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
c.       Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm
untuk membentuk aerola.
2.      Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
a.       Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang arteri
subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari
payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.
b.      Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi
lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe
aksilar.

2.2 Fisiologi Payudara


Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan
pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas,
estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan
kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami
pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin
dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga
tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana
alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting payudara (Syaifuddin, 2006).
 
 
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Perawatan Payudara


Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan semasa ibu hamil usia 7-9 bulan.
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
kehamilan dan menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI. Selama kehamilan payudara
harus dipersiapkan untuk fungsi uniknya dalam menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera
setelah lahir. Karena payudara mungkin meningkat beratnya, BH yang dapat menyangga
payudara dengan baik digunakan untuk perlindungan sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi
perubahan pada payudara berupa pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan
tampak jelas gambaran pembuluh darah dipermukaan kulit bertambah serta melebar. Kelenjar-
kelenjar motgomer daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol (Saryono, 2009).
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini
karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang
baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Perawatan payudara saat hamil bisa
dilakukan dengan cara sederhana, dan dilakukan di rumah (Dyah, 2009)

3.2 Tujuan dan Prinsip Perawatan Payudara


Tujuan perawatan payudara:
1.      Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi
2.      Melenturkan dan menguatkan puting susu sehinggaputing tidak mudah lecet dan bayi mudah
menyusi
3.      Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam atau datar
4.      Mempersiapkan produksi ASI
Prinsip:
Dalam perawatan payudara harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1.      Dikerjakan dengan sistematis dan teratur
2.      Menjaga kebersihan sehari-hari
3.      Nutrisi harus lebih baik dari sebelum hamil
4.      Memakai bra yang bersih dan menopang payudara
5.      Dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 6 bulan

3.3 Manfaat Perawatan Payudara


Manfaat perawatan payudara saat hamil diantaranya adalah:
1.      Menjaga kebersihan terutama puting susu, sebagai jalur keluarnya ASI
2.      Mencegah berbagai penyakit, seperti infeksi dan kelainan payudara
3.      Memperkuat puting susu agar bayi mudah untuk menyusu
4.      Merangsang kelenjar-kelenjar air susu yang ada didalam payudara sehingga produksi ASI lebih
banyak dan lancar
5.      Mendeteksi apabila ada kelainan pada payudara secara dini dan melakukan pengobatan
secepatnya
6.      Mempersiapkan mental calon ibu untuk menyusui bayinya (Saryono, Dyah, 2008)

3.4 Indikasi Perawatan Payudara


            1. klien yang ukurn putting susunya kecil atau mendelep
            2. ASI lama keluar pada ibu nifas
            3. klien yang payudaranya kotor

3.5 Kontraindikasi Perawatan Payudara


            1. pembengkakan pada payudara
            2. payudara yang meradang
                      
3.6 Waktu dilakukannya perawatan payudara
    Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6 bulan. Sebab,
jika awal kehamilan sudah melakukan perangsangan putting akan menimbulkan kontraksi rahim.

3.7 SOP perawatan payudara


         Standart operasional prosdur pada payudara normal
a.       Persiapan alat
1.      Handuk besar 2 buah
2.      Waslap 2 buah
3.      2 wadah untuk air hangat dan air dingin
4.      Minyak kelapa/baby oil
b.      Tahap pre-interaksi
1.      Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2.      Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
3.      Cuci tangan
c.       Tahap orientasi
1.      Berikan salam, panggil nama klien
2.      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/hormone
d.      Tahap kerja
1.      Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2.      Anjurkan klien untuk duduk santai bersandar, dan kaki ditompang kursi kecil
3.      Anjurkan klien untuk membuka bra, dan letakkan handuk dibawah perut ibu
4.      Bahasi kassa/kapas dengan minyak kelapa, gunakan sebagai pembersih kotoran disekitar areola
dan putting susu
5.      Tuangkan sedikit minyak kelapa dikedua belah telapak tangan klien
6.      Lakukan gerakan melingkar dari dalam keluar payudara dengan menggunakan telapak tangan
sebanyak 15-20 kali (sekitar 5-10 menit) untuk masing-masing payudara
7.      Laukan gerakan menekan payudara secara perlahan dengan menggunakan sisi dalam telapak
tangan dari atas menuju arah putting susu untuk masing-masing payudara
8.      Pengetokan dengan kuku-kuku jari ke tangan kanan dengan cepat dan teratur
9.      Diteruskan dengan penyiraman, mula –mula disiram dengan air hangat, penyiraman dengan kain
atau kom kecilai atas kom air hangat itu, jadi air dapat ditampung kembali.
10.  Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai kurang lebih 10 kali, kemudian dengan cepat diganti
dengan penyiraman air dingin kurang lebih 10 kali, dengan cepat disiram lagi dengan air hangat,
begitu seterusnya bergantian hangat dan dingin dengan cepat, sampai air hangat turun suhunya.
Penyiraman terakhir adalah dengan air hangat.
11.  Keringkan payudara dengan menggunakan handuk dan rapikan kembali pakaian ibu
e.       Tahap terminasi
1.      Evaluasi perasaan klien
2.      Simpulkan hasil kegiatan
3.      Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4.      Bereskan alat-alat
5.      Cuci tangan
f.       Dokumentasi
1.      Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

         Standart operasional prosedur perawatan payudara dengan masalah


a.       Putting susu datar atau terbenam
1.      Memegang putting dengan ibu jari telunjuk dan dimana sebelumnya tangan telah dicuci,
kemudian gerakan ibu jari dan telunjuk berlawanan arah, sehingga seperti gerakan mencubit
2.      Melakukan gerakan Hoffman yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah
aerola, kemudian dilakukan pengurutan kearah yang berlawanan
3.      Menggunakan pompa putting susu atau spuit 10 cc yang sudah dimodifikasi setiap hari
TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

A.      Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu
(Prawirohardjo, 2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus
dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6 minggu berikutnya. (APN,
2008)
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan pulih seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
B.        Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1.      Pendarahan Post Partum
a.       Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1)      Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam
2 jam pertama.
2)      Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya
terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta
(Prawirohardjo, 2010)
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya di Negara berkembang.
Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
a.       Grandemultipara
b.      Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c.       Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
b.      Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawatdaruratan,
segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

2.      Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah
lebih banyak dari pengeluaran lender waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas
melekatnya plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
a.       Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium, selama dua hari pasca persalinan.
b.      Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.       Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.      Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
e.       Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk.
f.       Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.
a.    Tanda dan gejala
1)   Keluarnya cairan dari vagina
2)   Adanya bau yang menyengat dari vagina
3)   Disertai dengan demam > 38oC
b.    Penanganan
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan segeralah periksakan diri
anda ke fasilitas kesehatan.

3.      Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)


Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat
setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu
disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2008).
Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri
(Prawirohardjo, 2010).
a.       Tanda dan gejala
-          Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya
-          Fundus masih tinggi
-          Lochea banyak dan berbau
-          Pendarahan
b.      Penanganan
Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.

4.      Nyeri pada Perut dan Panggul


a.       Tanda dan gejala
Peritonitis: Peradangan pada peritoneum
1)      Demam
2)      Nyeri perut bagian bawah
3)      Suhu meningkat
4)      Nadi cepat dan kecil
5)      Nyeri tekan
6)      Pucat muka cekung, kulit dingin
7)      Anoreksia terkadang muntah
b.      Penanganan
Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke fasilitas kesehatan.

5.      Pusing dan Lemas yang Berlebihan


Menurut Manuaba (2008),  pusing dan lemas pada masa nifas dapat disebabkan karena tekanan darah rendah,
anemia, kurang istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a.       Tanda dan gejala
1)      Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala
2)      Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah
3)      Lemas
b.      Penanganan
-          Lakukan istirahat baring
-          Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
-          Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
-          Meminum tablet fe selama 40 hari
-          Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)

6.      Suhu Tubuh Ibu >38oC


Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi nifas.
a.    Tanda dan gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38 oC
b.    Penanganan
1)   Istirahat baring
2)   Kompres dengan air hangat
3)   Perbanyak minum
4)   Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

7.      Penyulit dalam Menyusui


Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal kehamilan dengan melakukan masase,
menghilangkan kerak pada putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.
Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu dapat menarik-narik putting susu
dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
putting harus kering saat menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui dan perawatan
payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa (Manuaba, 2008)
Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:
1.      Bendungan ASI
-          Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada
putting susu.
-          Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.
-          Penanganan
a)      Susukan payudara sesering mungkin
b)      Kedua payudara disusukan
c)      Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d)     Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui, sanggah payudara.
e)      Kompret dingin pada payudara diantara menyusui
f)       Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.
2.      Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah
satunya kuman yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah (Manuaba, 2008)
a.       Tanda dan gejala
-          Payudara membesar dan keras
-          Payudara nyeri, memerah dan membisul
-          Suhu tubuh meningkat dan menggigil
b.      Penanganan
-          Sanggah payudara
-          Kompres dingin
-          Susukan bayi sesering mungkin
-          Banyak minum dan istirahat yang cukup
3.      Abses payudara
Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera
diobati. Gejala sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus (nanah) (Manuaba,
2008).

Materi Penyuluhan
“Tekhnik  Menyusui yang Baik dan Benar”

A.      Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar


Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar  (Saminem,2009)
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi ibu
sekaligus  memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak dengan cara yang benar
(Yuliarti, 2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu dan memperkuat
refleks menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.

B.       Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar


Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar.
Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar
dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri
Sunarsih, 2011)

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah


Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan


C.      Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
Persiapan  mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1.      Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital yang lepas tidak
menumpuk.
2.      Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3.      Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

D.      Langkah –langkah menyusui yang benar


1.      Cuci tangan  dengan air bersih  dan menggunakan sabun.
2.      Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3.      Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu.  jangan hanya leher dan bahunya
saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan putting susu,  biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu
sampai terbuka lebar .
4.      Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak dibawah
puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu,
mulut bayi terbuka lebar dan bibir bayi  membuka lebar.
5.      Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah kanan sampai bayi
merasa kenyang.
6.      Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan lap bersih yang
telah direndam dengan air hangat.
7.      Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
8.      Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya ASI berhenti
keluar.

 Gambar 9. Cara meletakan bayi

 Gambar 10. Cara memegang payudara


Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

 Gambar 12. Perlekatan benar

 Gambar 13. Perlekatan salah

E.       Cara Pengamatan Tekhik Menyusui yang benar


Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan asi tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi  produksi ASI selanjut nya atau bayi
enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut:
1.      Bayi tampak tenang.
2.      Badan bayi menempel pada perut ibu.
3.      Mulut bayi terbuka lebar.
4.      Dagu bayi menemel pada payudar ibu.
5.      Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang masuk.
6.      Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7.      Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin  aerola ( tidak hanya putting saja),lingkar aerola atas
terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar aerola bawah.
8.      Lidah bayi  menopang putting dan aerola bagian bawah .
9.      Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10.  Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
11.  Puting susu tidak terasa nyeri.
12.  Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
13.  Kepala bayi agak menengadah.
14.  Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat.

F.     Lama dan Frekuensi Menyusui


     Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiyap bayi membutuhkan karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena
penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak
memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan  produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan
bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang  bekerja dianjurkan agar lebih
sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi
ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui
harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara
terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang
(bra) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat. 
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011).

Anda mungkin juga menyukai