Anda di halaman 1dari 40

Berbicara mengenai bahaya lisan memang tidak ada habisnya.

Lisan, hanya
ada satu di tubuh, tapi betapa besar bahaya yang ditimbulkan olehnya jika sang
pemilik tak bisa menjaganya dengan baik. Ada pepatah yang
mengatakan “mulutmu adalah harimaumu”, ini menunjukkan betapa bahayanya
lisan ketika kita tidak menjaganya, sedangkan pepatah jawa
mengatakan ajining diri ono ing lati, yang maknanya bahwa nilai seseorang ada
pada lisannya, nilainya akan baik jika lisannya baik, atau sebaliknya.

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada


seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin
Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara
kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya
(kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Al-Bukhari)

Salah satu bentuk kejahatan lisan adalah namimah (adu domba). Kata adu


domba identik dengan kebencian dan permusuhan. Sebagian dari kita yang
mengetahui bahaya namimah mungkin akan mengatakan, “Ah, saya tidak
mungkin berbuat demikian…” Tapi jika kita tak benar-benar menjaganya ia bisa
mudah tergelincir. Apalagi ketika rasa benci dan hasad (dengki) telah
memenuhi hati. Atau meski bisa menjaga lisan dari namimah, akan tetapi tidak
kita sadari bahwa terkadang kita terpengaruh oleh namimah yang dilakukan
seseorang. Oleh karena itu kita benar-benar harus mengenal apakah
itu namimah.

Definisi Namimah

Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu


perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si
pembicara. Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
Asqalaani rahimahullah  mengatakan bahwa namimah tidak khusus itu saja.
Namun intinya adalah membeberkan sesuatu yang tidak suka untuk
dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak
yang menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa
perkataan maupun perbuatan. Baik berupa aib ataupun bukan.

Hukum dan Ancaman Syariat Terhadap Pelaku Namimah

Namimah hukumnya haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.


Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan haramnya namimah  dari Al Qur’an,
As Sunnah dan Ijma’. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Dan
janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang
banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam: 10-11)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu
domba).” (HR. Al Bukhari)

Ibnu Katsir menjelaskan, “Al qattat adalah orang yang menguping (mencuri


dengar pembicaraan) tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa
pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba.”

Perkataan “Tidak akan masuk surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist


di atas bukan berarti bahwa pelaku namimah  itu kekal di neraka. Maksudnya
adalah ia tidak bisa langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal
Jama’ah untuk tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa besar yang
dilakukannya selama ia tidak menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut
berstatus kufur akbar semisal mempraktekkan sihir -ed).

Pelaku namimah juga diancam dengan adzab di alam kubur. Ibnu Abbas
meriwayatkan, “(suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati
dua kuburan lalu berkata, lalu bersabda, “Sesungguhnya penghuni kedua kubur
ini sedang diadzab. Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang
berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air
kencingnya. Sedang yang kedua, berjalan kesana kemari menyebarkan
namimah.” (HR. Al-Bukhari)
Sikap Terhadap Pelaku Namimah

Imam An-Nawawi berkata, “Dan setiap orang yang disampaikan kepadanya


perkataan namimah, dikatakan kepadanya: “Fulan telah berkata tentangmu
begini begini. Atau melakukan ini dan ini terhadapmu,” maka hendaklah ia
melakukan enam perkara berikut:

1. Tidak membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adalah


orang fasik.
2. Mencegahnya dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela
perbuatannya.
3. Membencinya karena Allah, karena ia adalah orang yang dibenci di sisi
Allah. Maka wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.
4. Tidak berprasangka buruk kepada saudaranya yang dikomentari negatif
oleh pelaku namimah.
5. Tidak memata-matai atau mencari-cari aib saudaranya
dikarenakan namimah yang didengarnya.
6. Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah  tersebut, sedangkan
dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan
namimah itu dengan mengatakan, “Fulan telah menyampaikan padaku
begini dan begini.” Dengan begitu ia telah menjadi
tukang namimah karena ia telah melakukan perkara yang dilarang
tersebut.”.

Bukan Termasuk Namimah

Apakah semua bentuk berita tentang perkataan/perbuatan orang dikatakan


namimah? Jawabannya, tidak. Bukan termasuk namimah  seseorang yang
mengabari orang lain tentang apa yang dikatakan tentang dirinya apabila ada
unsur maslahat di dalamnya. Hukumnya bisa sunnat atau bahkan wajib
bergantung pada situasi dan kondisi. Misalnya, melaporkan pada pemerintah
tentang orang yang mau berbuat kerusakan, orang yang mau berbuat aniaya
terhadap orang lain, dan lain-lain. An-Nawawi rahimahullah berkata, “Jika ada
kepentingan menyampaikan namimah, maka tidak ada halangan
menyampaikannya. Misalnya jika ia menyampaikan kepada seseorang bahwa
ada orang yang ingin mencelakakannya, atau keluarga atau hartanya.”

Pada kondisi seperti apa menyebarkan berita menjadi tercela? Yaitu ketika ia
bertujuan untuk merusak. Adapun bila tujuannya adalah untuk memberi
nasehat, mencari kebenaran dan menjauhi/mencegah gangguan maka tidak
mengapa. Akan tetapi terkadang sangat sulit untuk membedakan keduanya.
Bahkan, meskipun sudah berhati-hati, ada kala niat dalam hati berubah ketika
kita melakukannya. Sehingga, bagi yang khawatir adalah lebih baik untuk
menahan diri dari menyebarkan berita.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Seseorang selayaknya memikirkan


apa yang hendak diucapkannya. Dan hendaklah dia membayangkan akibatnya.
Jika tampak baginya bahwa ucapannya akan benar-benar mendatangkan
kebaikan tanpa menimbulkan unsur kerusakan serta tidak menjerumuskan ke
dalam larangan, maka dia boleh mengucapkannya. Jika sebaliknya, maka lebih
baik dia diam.”

Bagaimana Melepaskan Diri dari Perbuatan Namimah

Ya ukhty, janganlah rasa tidak suka atau hasad kita pada seseorang
menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil kepadanya, termasuk dalam hal ini
adalah namimah. Karena betapa banyak perbuatan namimah  yang terjadi
karena timbulnya hasad di hati. Lebih dari itu, hendaknya kita tidak memendam
hasad (kedengkian) kepada saudara kita sesama muslim. Hasad
serta namimah  adalah akhlaq tercela yang dibenci Allah karena dapat
menimbulkan permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar kaum
muslimin bersaudara dan bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling


mendengki, saling membenci, saling bermusuhan, dan janganlah kamu menjual
barang serupa yang sedang ditawarkan saudaramu kepada orang lain, dan
jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)

Berusaha dan bersungguh-sungguhlah untuk menjaga lisan dan menahannya


dari perkataan yang tidak berguna, apalagi dari perkataan yang karenanya
saudara kita tersakiti dan terdzalimi. Bukankah mulut seorang mukmin tidak
akan berkata kecuali yang baik.

Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi kita dari kejahatan lisan kita dan tidak
memasukkan kita ke dalam golongan manusia yang merugi di akhirat
dikarenakan lisan yang tidak terjaga, “Allahumma inni a’uudzubika min syarri
sam’ii wa min syarri bashori wa min syarri lisaanii wa min syarri maniyyii.” (Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kejahatan pendengaranku,
penglihatanku, lisanku, hatiku dan kejahatan maniku.)

Tiap hari kita,  caci maki, kata-kata kasar, menuduh, stigmatisasi sesat dan
sejenisnya masih terus meluncur dari mulut ke mulut dan berhamburan dari
mimbar ke mimbar,  seakan-akan tak bisa berhenti atau dihentikan bagai busur
(anak panah) yang dilepaskan ke arah sasarannya.
Banyak hati yang terus membara, mendidih dan menyala-nyala, seakan
terlampau sulit untuk padam.  Di antara mereka ada yang seperti amat senang
memprovokasi, mengadudomba dan menyulut api permusuhan antar umat
seagama atau berbeda agama atau antar warga negara.
Akal intelektual sebagai unsur khas manusia yang karena itu ia menjadi
terhormat, tak lagi digunakan. Ia telah disingkirkan dari ruang percakapan
sosial. Yang menguasai diri adalah emosi yang siap membuncah dan meledak-
ledak.
Tetapi satu hal yang sungguh tidak dapat dimengerti adalah bahwa mereka yang
terlibat dalam pusaran saling mengumbar marah dan menghasut itu
menganggap diri paling mengerti tentang agamanya sambil membodoh-
bodohkan lawannya.
Situasi kejiwaan ini mengingatkan kita pada hadits Nabi :
ْ ‫ وما تَنا َك َر منها‬،‫َعارفَ منها ا ْئتلَف‬
 “ َ‫اختَلَف‬ َ ‫ فما ت‬،ٌ‫”األرْ وا ُح ُجنُو ٌد ُم َجنَّدة‬.
“Ruh-ruh (jiwa-jiwa) bagaikan prajurit-prajurit yang siap (untuk damai atau
untuk perang). Jiwa-jiwa yang saling mengenal akan bersatu saling mengasihi.
Dan jiwa-jiwa yang saling mengingkari, akan bertengkar (bermusuhan)”.
Aku pikir hadits ini agaknya ingin mengatakan dan mengusik kesadaran kita: jika
(jiwa) kalian saling mengenal, kalian akan damai. Tetapi jika kalian saling
mengingkari (tak mau saling mengenal), kalian akan bermusuhan. Nah, jadinya 
tergantung pada pilihan kita.
“Sekarang kita kembali ke atas. Jadi kita harus bagaimana? Bagaimana sejatinya
kata al-Qur’an dan kata Nabi?. Begitu tanya seseorang. Aku bilang seharusnya
kita atau mereka segera menyadari bahwa tindakan mengadudomba, menghasut
atau memfitnah merupakan kejahatan moral, perilaku tercela, (al-akhlaq al-
madzmumah) yang akan menghancurkan diri sendiri dan kehidupan bersama. Ia
masuk dalam katagori dosa besar. Al-Qur’an sudah mengatakan :
‫از َم َّشا ٍء بِنَ ِم ٍيم‬ ٍ َّ‫َواَل تُ ِط ْع ُك َّل َحال‬
ٍ ‫ هَ َّم‬, ‫ف َم ِهي ٍن‬
“Dan janganlah kamu ikuti siapapun yang mengobral sumpah lagi berkarakter
rendah, yang suka mencela yang senang mengadudomba (memfitnah)”.(Q.S. Al-
Qalam, 10-11).
Nabi Muhammad Saw bersabda :
‫ أخرجه‬.“ ‫ البَا ُغون الب َُرآ َء العنت‬،‫ المفسدون بين األحبة‬،‫” الم َّشا ُؤون بالنميمة‬:‫ قال‬.‫ بلى‬:‫ قالوا‬.”‫أال أخبركم بشراركم؟‬
‫البخاري في األدب المفرد‬
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang paling buruk di antara
kalian. Yaitu orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang
gemar menceraiberaikan orang-orang yang saling mengasihi/bersahabat, dan
yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa.” (HR.Al-
Bukhari).
Nabi juga bersabda bahwa para penghasut tidak akan masuk surga:
َ‫ يَقُو ُل « الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫ال ُح َذ ْيفَةُ َس ِمع‬
َ ‫ْت َرس‬ َ ‫ع َْن ُح َذ ْيفَةَ أَنَّهُ بَلَ َغهُ أَ َّن َر ُجالً يَنِ ُّم ْال َح ِد‬
َ َ‫يث فَق‬
‫» نَ َّما ٌم‬.
“Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang
suka melakukan namimah maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar
Rasulullah bersabda, “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga” (HR Muslim
no.  303).
‫ وأنها من أعظم الذنوب عند هللا‬،‫قال الحافظ المنذري أجمعت األمة على تحريم النميمة‬
Al-Hafizh (Ahli hadits besar), Ibn Mundzir mengatakan : Ulama sepakat
(ijma’/konsensus) bahwa menghasut atau mengadu domba antar manusia adalah
haram dan ia termasuk dosa besar dalam pandangan Allah”

Namimah atau mengadu domba adalah perbuatan yang paling buruk di antara perbuatan-perbuatan buruk,
namun paling banyak terjadi di antara sesama manusia hingga tidak ada orang bisa terhindar dari perbuatan itu
kecuali sedikit sekali.

Kaum muslimin telah bersepakat menyatakan bahwa mengadu domba itu adalah perbuatan yang diharamkan,
karena banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan An-Sunnah yang secara tegas menyatakan bahwa perbuatan itu
adalah haram.

Namimah diharamkan karena dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin.

Faktor yang Mendorong Seseorang Berbuat Namimah

Sesungguhnya ada beberapa factor yang mendorong seseorang mengadu domba antar sesamanya, antara lain:

1. Melampiaskan apa yang ada di dalam hati yang berupa iri dan dengki, yaitu dengan
mengadu domba di tengah-tengah kaum Muslimin dan berusaha untuk merendahkan orang yang
dibenci itu di hadapan orang lain.
2. Mencari simpati dari rekan-rekan sepergaulan dan berusaha untuk mengadakan pendekatan
kepada mereka sehingga menjadi pusat perhatian (cari perhatian).
3. Adanya keinginan untuk menimbulkan keburukan terhadap orang lain, atau karena adanya
keinginan untuk mendatangkan marabahaya terhadap orang yang dibencinya dengan berbagai
macam cara.
4. Seolah menampakkan kecintaan dan berusaha mengadakan pendekatan kepada orang
yang diajak bicara dengan berusaha seakan-akan ia adalah salah satu di antara orang-orang
yang mencintainya sehingga tidak ridha dengan perkataan orang lain tentangnya, untuk itu
disampaikan kepadanya semua ucapan tentangnya, bahkan mungkin dengan menambah-
nambahinya agar ia lebih dicintai oleh orang yang diajak bicaranya itu.

Bagaimana Menyikapi Pelaku Namimah?

Setiap orang yang menerima berita tentang dirinya bahwa “Fulan berkata tentangmu begini dan begitu“, atau
“Fulan telah memperlakukan terhadap hakmu dengan begini dan begitu”, atau “Fulan telah merencanakan
sesuatu untuk merusak urusanmu atau untuk menjelekkanmu”, atau ungkapan-ungkapan serupa lainnya, maka
untuk mengatasi hal semacam itu hendaklah ia melakukan enam hal berikut:

 Tidak percaya kepadanya, karena orang yang suka mengadu domba adalah seorang yang
fasik dan kesaksiannya tidak dapat diterima, Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

‫يَا أَ ُّيهَا الَّذِينَ آ َم ُنوا إِنْ جَ ا َء ُك ْم َفاسِ ٌق ِب َنبَإٍ َف َت َب َّي ُنوا أَنْ ُتصِ يبُوا َق ْومًا ِبجَ هَالَة‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya.” (Al-Hujurat: 6).

 Melarangnya melakukan hal itu, menasihatinya dan mengatakan kepadanya bahwa


perbuatannya itu adalah perbuatan buruk. Allah berfirman:

‫َو ْأمُرْ ِب ْال َمعْ رُوفِ َوا ْن َه عَ ِن ْال ُم ْن َكر‬

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar.” (Luqman: 17).

 Hendaklah ia marah kepada orang tersebut karena Allah, sebab orang yang berbuat
demikian adalah orang yang dimurkai di sisi Allah, maka wajib marah kepada siapa yang dimurkai
Allah.
 Jangan berburuk sangka kepada sesama Muslim yang tidak ada di hadapan anda,
berdasarkan firman Allah:
‫الظنِّ إِ ْثم‬
َّ َ‫الظنِّ إِنَّ َبعْ ض‬
َّ َ‫اجْ َت ِنبُوا َكثِيرً ا مِن‬

“Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (Al-Hujurat:
12).

 Jangan sampai khabar yang anda terima itu mendorong anda untuk mencari-cari dan
memastikan kesalahan orang lain, hal ini berdasarkan firman Allah:

‫َوال َتجَ َّسسُوا‬

“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12).

 Janganlah anda merasa puas diri karena anda berhasil mencegah seseorang untuk
mengadu domba, dan jangan sekali-kali anda menceritakan itu kepada orang lain dengan
mengatakan, bahwa “Fulan berkata kepadaku begini dan begitu.”

Ancaman bagi Pelaku Namimah

Menghasut dan mengadu domba adalah perkara yang sangat dibenci Allah dan RasulNya, sampai-sampai
Allah Ta’ala menyinggung perbuatan tersebut dalam surat Al-Qalam ayat 11:

‫از َم َّشا ٍء بِنَ ِميم‬


ٍ ‫هَ َّم‬

“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam: 11).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala juga mengutuk orang yang suka menggunjing saudaranya sesama Muslim.

‫َو ْي ٌل لِ ُكلِّ هُ َم َز ٍة لُ َم َز ٍة‬

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Al-Humazah: 1).

Tak hanya itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, bahwa orang yang suka menebar desas-
desus demi memecah belah dan mengadu domba kaum Muslimin adalah seburuk-buruk manusia.

ُ ُ
ِ ‫ار ُك ْم قَالُوا بَلَى يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل الَّ ِذينَ إِ َذا ُرؤُوا ُذ ِك َر هَّللا ُ تَ َعالَى ثُ َّم قَا َل أَالَ أ ْخبِ ُر ُك ْم بِ ِش َر‬
‫ار ُك ُم‬ ِ َ‫ى صلى هللا عليه وسلم قَا َل أَالَ أ ْخبِ ُر ُك ْم بِ ِخي‬ َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬
َ‫ْال َم َّشاءُونَ ِبالنَّ ِمي َم ِة ْال ُم ْف ِس ُدونَ بَ ْينَ األَ ِحبَّ ِة ْالبَا ُغونَ ْللبُ َرآ ِء ْال َعنَت‬

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah kalian aku beritahu siapa orang-orang
terbaik diantara kalian?” Para Sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu
orang-orang yang jika mereka terlihat maka nama Allah pasti disebut-sebut.” Beliau melanjutkan, “Maukah
kalian aku beritahu siapa orang-orang terburuk diantara kalian? Yaitu orang-orang yang suka kesana-kemari
menebarkan desas-desus, merusak (hubungan) diantara orang-orang yang saling mencintai, dan berusaha
menimbulkan kerusakan serta dosa di tengah-tengah orang yang bersih.” (Hadits hasan, riwayat Ahmad).

Dalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa orang yang suka mengadu
domba tidak akan masuk Surga, jika ia tidak masuk Surga maka tidak ada tempat baginya di akhirat kecuali di
Neraka.

‫الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ نَ َّما ٌم‬.

“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).

Bahkan, ketika di liang kubur, orang yang suka menghasut dan adu domba akan mendapatkan siksa kubur.

‫ أَ َّما أَ َح ُدهُ َما فَ َكانَ يَ ْم ِش ْي بِالنَّ ِم ْي َم ِة َوأَ َّما ْاآل َخ ُر فَ َكانَ الَ يَ ْستَتِ ُر ِم ْن بَوْ لِ ِه‬،ٌ‫ بَلَى ِإنَّهُ َكبِ ْير‬،‫ان فِ ْي َكبِي ٍْر‬
ِ َ‫ان َو َما يُ َع َّذب‬
ِ َ‫إِنَّهُ َما لَيُ َع َّذب‬

“Sesungguhnya kedua penghuni kubur itu sedang disiksa, keduanya tidak disiksa karena dosa besar, namun
sesungguhnya itu adalah dosa besar, salah satu di antara keduanya disiksa karena ia berjalan kesana dan
kemari untuk menebar fitnah, sedangkan yang kedua disiksa karena tidak sempurna bersuci saat buang air
kecil”. (HR. Bukhari-Muslim).

Oleh sebab itu, maka wajib bagi orang yang pernah melakukan namimah; menghasut dan mengadu domba
untuk bertaubat kepada Allah sebelum ajal menjemput.

Kemudian, lakukanlah langkah-langkah positif yang diridhoi Allah, dengan meminta maaf dan memperbaiki
kembali hubungan persaudaraan antar sesama Muslim.

‫ (( أال أخبركم بأفضل من درجة الصيام والصالة والصدقة ؟ )) قالوا‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ قال رسول هللا‬: ‫عن أبي الدردا̃ء رضي هللا عنه قال‬
˜‫ أخرجه أبو الداود والترمذي‬. )) ‫ وفساد ذات البين الحالقة‬، ‫ (( إصالح ذات البين‬: ‫ قال‬، ‫بلى‬

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”
Maukah aku beritahukan kalian suatu amalan yang lebih baik dari pada derajat puasa, shalat dan sedekah ?
mereka berkata : tentu . beliau bersabda: “Meperbaiki hubungan orang yang berselisih dan menjauhi
merusak hubungan antar sesama muslim.“ (Shahih Sunan Abu Dawud no: 4111 dan Tirmizi no hadist :
2509). Wallahu a’lam bishshawab. [AW/dbs]

Adu domba atau namimah merupakan sebuah perbuatan yang sangat tercela karena tujuan
daripada adu domba itu ialah menyebarluaskan berita yang tidak benar (fitnah) agar antar
individu atau masyarakat muslim tidak saling menyukai satu sama lain dan akhirnya terjadi
pertikaian dan peperangan. Dengan kata lain, adu domba merupakan suatu perbuatan rekayasa
yang sengaja dilakukan untuk merusak, memfitnah, atau menghancurkan orang lain serta
merupakan pemicu terjadinya permusuhan. Hal ini sangat bertentangan dengan syari’at Islam,
dimana tujuan bermasyarakt di dalam Islam ialah membangun individu dan masyarakat yang
berlandaskan iman dan taqwa serta pribadi yang shahih yang tersambung dalam jalinan cinta dan
kasih sayang serta keramahan antara sesama.
ads

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman;

َ‫صيبُوا قَوْ ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَى َمافَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين‬ ُُ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِن َجآ َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أَن ت‬

Artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q. S.
Al-Hujurat : 6).

Dalam Islam, hukum namimah atau adu domba ialah haram. Salah satu dalillnya ialah firman
Allah SWT yang artinya;

”Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam : 10-11).

Oleh karena itu, siapa saja yang melakukan adu domba, berarti ia telah melakukan apa yang telah
dilarang oleh Allah SWT dan telah berbuat dosa, maka nerakalah baginya sebagai balasan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya;“Tidak akan masuk surga bagi Al
Qattat (tukang adu domba).” (H. R. Al Bukhari). Oleh Ibnu Katsir kemudian dijelaskan bahwa
mereka yang disebut sebagai Al-Qattat ialah orang-orang yang senang mencuri dengan
pembicaraan orang lain tanpa sepengetahuan oleh mereka yang didengarkan olehnya akan
perbincangannya, kemudian olehnya disebar luaskanlah pembicaraan tersebut kepada orang lain
atau ke masyarakat akan tetapi dengan tujuan untuk mengadu domba orang tersebut. Dengan
kata lain, apa yang kemudian disampaikan kepada masyarakat bisa saja sama seperti apa yang
dibicarakan tetapi ditambah-tambahi dengan sesuatu yang menjelekkan atau berbeda sama sekali
hingga benar-benar menjadi sebuah fitnah yang sangat merugikan. Oleh sebab itu, adu domba
juga merupakan pemicu hilangnya rasa kepercayaan terutama pada korbannya.

Untuk lebih jelasnya, yang dimaksud dengan perilaku adu domba ialah sebagai berikut:

1. Orang yang sedang mengadu domba pasti memiliki niat atau maksud dan tujuan yang
tidak baik terhadap korbannya (orang yang diadu), misalnya agar orang lain dibenci atau dipecat
dari pekerjaannya.
2. Seorang pengadu domba ialah mereka yang senang sekali menyebabkan pertikaian atau
menjadi provokatornya. Hal paling mendasar dan yang paling sering menjadi penyebabnya ialah
perasaan iri terhadap seseorang sampai muncul keinginan untuk membuat buruk atau
menghancurkan orang tersebut. Cara paling mudah ialah dengan menyebarkan berita palsu atau
memfitnah sehingga orang lain juga turut membenci orang yang ia benci.
3. Orang yang suka mengadu domba biasanya juga merupakan orang yang munafik atau
bermuka dua, sehingga dihadapan orang yang ia adu domba ia akan tetap terlihat baik padahal
dibelakangnya tanpa sepengetahuan orang itu, ia bersikap jahat dengan menjelek-jelekkan orang
yang ia adu domba.

Bahaya Namimah (Adu Domba)
Bahaya adu domba dalam islam sangat besar. Bukan tidak ada alasan mengapa Islam
mengharamkan perbuatannamimah atau ado domba. Selain merupakan perbuatan tercela yang
berujung dosa, adu domba juga memiliki berbagai bahaya jika perbuatan itu tidak dihentikan.
Adapun bahaya adu domba dalam Islam ialah sebagai berikut:

1. Adu domba merupakan perbuatan dosa yang mana surga diharamkan baginya, dengan
kata lain neraka adalah balasan daripadanya.
2. Bahaya utama daripada adu domba ialah dapat menyebabkan terjadinya kebencian dan
permusuhan dan sesama muslim.
3. Adu domba merupakan pemicu terputusnya tali silaturrahmi dan tali persaudaraan.
4. Terjadi keresahan dan mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat karena tidak
jarang adu domba berujung pada terjadinya pertingkaian fisik seperti perkelahian yang
memberikan kerugian baik fisik maupun materi. Akibat daripada perkahian itu bisa
menghancurkan berbagai fasilitas atau sarana prasaran serta menyakiti fisik mereka sendiri.
Bahkan bisa sampai menyebabkan seseorang kehilangan nyawa.
5. Kehilangan kepercayaan karena setelah perbuatan adu domba itu terbongkar orang lain
justru akan berbalik menjadi tidak menyukai si pelaku penyebar adu domba tersebut sehingga
sebenarnya adu domba itu sendiri tidak hanya menyebabkan kerugian bagi mereka yang menjadi
korban adu domba tetapi juga paling buruk adalah kerugian bagi pelakunya sendiri.

Lantas, bagaimana kita sebagai muslim untuk menghindari perilaku adu domba tersebut? Berikut
beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari perbuatan tercela namimah, yakni;

1. Meningkatkan taqwa kepada Allah SWT


2. Mulai dari diri sendiri untuk menyadari bahwa adu domba merupakan perbuatan tercela
yang berakibat dosa serta dampak yang disebabkannya tidaklah main-main sehingga harus
dijauhi.
3. Menghindar daripada hal-hal yang bisa menyebabkan adu domba seperti begosip.
4. Menjalin silaturrahmi yang baik terhadapa sesama muslim.
5. Biasakan diri bersikap ramah dan jujur.

Selalu meminta perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar daripada pebuatan keji dan munkar.
Kemudian, apabila suatu ketika kita mendapati seorang yang memberikan berita fitnah atau berniat
menyebar luaskan adu domba kepada kita, maka seperti yang disampaikan oleh Imam An-Nawawi; “Dan
setiap orang yang disampaikan kepadanya perkataan namimah (adu domba), dikatakan kepadanya:
“Fulan telah berkata tentangmu begini begini. Atau melakukan ini dan ini terhadapmu,” maka lakukanlah
perkara berikut ini;

1. Jangan pernah membenarkan perkataan daripada mereka yang berniat untuk mengadu domba.
2. Berikan nasihat agar ia tersadar bahwa perbuatan adu domba yang ia lakukan adalah salah.
3. Orang yang melakukan adu domba adalah orang yang dibenci Allah SWT jadi sebagai hamba
Allah yang beriman dan bertaqwa kita juga membenci orang yang berbuat dosa tersebut (ialah membenci
karena Allah SWT).
4. Jangan berprasangka buruk pada orang yang menjadi korban adu domba.
5. Jangan mencurigai, memata-matai, maupun mencari-cari aib daripada orang yang menjadi
korban adu domba.
6. Jangan ikut-ikutan melakukan adu domba.

Semoga 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa fitnah artinya perkataan bohong atau tanpa
berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. Kata fitnah berasal dari
bahasa Arab (ُ‫ )الفِ ْتنَة‬yang bermakna ujian dan cobaan.

ads

Di dalam Al-Qur’an dan hadist sendiri ada banyak makna tentang fitnah, seperti fitnah bermaksud  Syirik
Dalam Islam, berpaling dari jalan yang benar, sesat, pembunuhan dan kebinasaan, perselisihan dan
peperangan, kemungkaran dan kemaksiatan. Termasuk adalah menyebar berita dusta atau bohong atau
mengada-ngada yang kemudian merugikan orang lain juga termasuk dalam fitnah. padahal Bahaya
Berbohong Dan Hukumnya Dalam Islam sudah jelas termasuk Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-
hari

Hukum Fitnah
Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak
terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah
adalah haram.
Allah SWT berfirman yang artinya;

“Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga kamu tidak menyangka
sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah
sebagian kamu menggunjing setengahnya yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan
daging saudaranya yang telah mati? ( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik
kepadanya. (Jadi patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujarat : 12).

Seorang Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah;


“Wahai Rasulullah, apakah ghibah itu? Lalu Rasulullah menjawab; ‘Menyebut sesuatu yang tidak disukai
saudaramu di belakangnya.’ Kemudian Sahabat kembali bertanta; ‘Bagaimana jika apa yang disebutkan
itu benar?’ Rasulullah kemudian menjawab; ‘kalau sekiranya yang disebutkan itu benar, maka itulah
ghibah. Tetapi jika hal itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (kebohongan besar).” (H. R.
Muslin, Abu Daud, dan At-Tirmidzi).

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Maka nyatalah bahwa tidak ada yang lebih zhalim dari orang yang mereka-reka perkara-perkara yang
dusta terhadap Allah, dan mendustakan sebaik-baik saja kebenaran itu disampaikan kepadanya.
Bukankah (telah diketahui bahwa) dalam neraka jahanam tersedia tempat tinggal bagi orang2 kafir?”  (Q.
S. Az-Zumar : 32).

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapakah syaitan-syaitan itu selalu turun? Mereka turun ke
tiap-tiap pendusta yang berdosa, yang mendengar sungguh-sungguh (apa yang disampaikan oleh
syaitan-syaitan itu) sedangkan kebanyakan beritanya adalah dusta.”  (Q. S. Asy-Syuras : 221-223).

“Fitnah itu besar (dahsyat) dari melakukan pembunuhan.” (Q. S. Al-Baqarah : 217).

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Hudzaifah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;  “Tidak
akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah.”

Macam – macam Fitnah


Ada dua macam fitnah, yakni fitnah syubhat dan fitnah syahwat.

1. Fitnah Syubhat

Syubhat  berarti samar-samar atau tidak jelas. Dalam fiitnah syubhat, seseorang menjadi rusak ilmu dan
keyakinannya sehingga menjadikan perkaran ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran, sementara
kemungkaran sendiri tidak ia hindari (dikerjakan). Fitnah syubhat merupakan fitnah paling berbahaya
oleh karena kurangnya ilmu dan lemahnyabashirah, ketika diiringi dengan niat buruk dan hawa nafsu
maka timbullah fitnah besar dan keji.

Rasulullah SAW  sangat mengkahwatirkan fitnah syubhat, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh
Abu Barzah Al-Aslamy, beliau bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut
kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.” (H. R. Ahmad).

YangTermasuk dalam fitnah syubhat adalah;

 Kekafiran
Allah SWT berfirman yang artinya;

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. mereka itu orang-orang yang
telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka
hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada hari kiamat.  (Q. S. Al Kahfi 18: 103-105).

 Kemunafikan

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta. dan bila dikatakan kepada mereka: ’Janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi.’ Mereka menjawab: “Sesungguhnya Kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”  (Q.
S. Al Baqarah 2: 10-11).

 Bid’ah penyebab perpecahan

Sebuah hadist dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA,

“Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah SAW berdiri kepada kami, lalu bersabda: Ketahuilah,
sesungguhnya Ahlul Kitab sebelum kamu telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya
agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi 73 agama. 72 di dalam neraka, dan sati di dalam sorga,
yaitu Al-Jama’ah.”

“Dan sesungguhnya akan muncul beberapa kaum dari kalangan umatku yang hawa-nafsu menjalar pada
mereka sebagaimana virus rabies menjalar pada tubuh penderitanya. Tidak tersisa satu urat dan
persendian kecuali sudah dijalarinya.” (H. R. Abu Dawud, Ahmad, Al-Hakim).

2. Fitnah Syahwat

Fitnah syahwat merupakan segala perbuatan yang dapat melemahkan dan mengikis iman seseorang
disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu. Mereka yang terkena fitnah syahwat biasanya malas beribadah
serta tidak segan melanggar perintah Allah dan mengerjakan apa yang dilarang. Hal ini disebabkan oleh
hawa nafsu beserta andil dari iblis yang senantiasa mengiringi dan membuat iman semakin lemah.
Umumnya, fitnah syahwat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia, kesenangan, dan
yang membangkitkan hawa nafsu.Allah SWT berfirman yang artinya;

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini) berupa wanita, anak-
anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga) .”
(Q. S. Al-Imran : 14).

Bahaya Fitnah
Allah SWT berfirman yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.  (Q. S. Al Hujurat :
6).

Apapun yang kita dengar dari orang lain, segala ucapan itu kita terima dengan telinga, bukan dengan
lidah (ucapan). Berita-berita itu menyebar luas dari telinga ke telinga seolah keluar dari mulut ke mulut.
Hati adalah yang menentukan apakah semua berita yang di dengar itu adalah benar atau salah. Allah
SWT berfirman yang artinya;

“Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”  (Q. S. An Nur : 15).

Selanjutnya, firman Allah SWT mengenai pertanggung jawaban panca indera kita di akhirat;

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar, pada hari
(ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka
kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan
tahulah mereka, bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat
yang sebenarnya).” (Q. S. An Nur : 23-25).

Fitnah itu hukumnya sangat berat, lebih berat daripada ketidaktaatan atau dosa besar. Sebab fitnah itu
sendiri berbahaya;

1. Menimbulkan kesengsaraan

Oleh sebab berita yang disebarkan tidaklah benar, fitnah sangat merugikan terutama bagi orang yang
difitnah dan bisa jadi harga dirinya hancur di mata masyarakat dan menjadi bahan cemoohan.
Sedangkan bagi yang memfitnah sendiri tidak akan lagi bisa dipercaya dan setiap orang pasti akan
menjauhinya.

2. Menimbulkan keresehan

Oleh sebab fitnah yang disebarkan masyarkat jadi tidak tenang karena takut. Misalnya, ada yang difitnah
menjadi pencuri, pastinya orang akan takut jika suatu saat mereka akan jadi korban.

3. Memecah kebersamaan dan tali silaturrahmi

Satu fitnah bisa menghancurkan satu bangsa karena satu fitnah saja bisa menimbulkan berbagai
masalah yang akhirnya bisa menjadi seperti lingkaran setan (masalah yang tiada akhir).
Padahal Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi dalam Islam sangatlah besar.

4. Dapat mencelakai orang lain

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, pada kenyataannya itu memang benar. Fitnah umumnya
dilatarbelakangi ketidaksukaan atau kebenciaan terhadap orang lain, tidak menutup kemungkinan turut
membangkitkan niatan jahat berbuat kriminal yang dapat mencelakai orang lain.

5. Fitnah merugikan orang lain

Sudah sangat jelas bahwa fitnah banyak memberikan korbannya kerugian, mulai dari fisik, psikis, sampai
harta benda dan keluarga. Yang paling menyakitkan adalah hancurnya harga diri karena pada dasarnya
setiap manusia pasti ingin dihargai di mata manusia lainnya.

6. Tanda orang munafik

Ciri-ciri orang munafik yakni; bicaranya dusta, ketika diberi kepercayaan (amanah) justru
mengkhianatinya, dan melanggar janji.

7. Masuk neraka

Fitnah merupakan salah satu dosa besar yang menjadi penghalang seorang Muslim masuk surga. Akibat
dari perbuatan fitnah sendiri akan menjadi tanggungannya seumur hidup yang apabila tidak segera
bertaubat maka neraka lah ancamannya.
Ghibah dan fitnah adalah hal yang sering kali dilakukan tanpa sadar oleh semua orang. Gihbah dan fitnah
sering kali dilakukan ketika manusia satu berkumpul dengan manusia lainnya dan kurang bisa menjaga
pembicaraan untuk sesuatu yang baik. Padahal, Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa lebih
baik kita diam ketika tidak mampu membicarakan kebaikan.

ads

Seringkah kita melakukan ghibah dan fitnah? Jangan sampai pahala kebaikan kita rusak karena kita
melakukan ghibah dan fitnah. Sama hal nya seperti kita membakar diri kita sendiri. Tentu merugi dan
sangat besar dosanya.

Perbedaan Ghibah dan Fitnah

Berikut beberapa pemahaman terkait perbedaan ghibah dan fitnah, diantaranya:

Pengertian Ghibah
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah
engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau
menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya,
“Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika
sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah
memfitnahnya.” (HR. Muslim)

Di dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang. Ghibah sendiri berarti
kita membicarakan dan menyebutkan kejelekan orang lain yang padahal seharusnya tidak perlu dibuka
atau yang ia tidak sukai. Tentu tidak ada satu orang pun yang suka dighibahi oleh orang orang yang lain,
karena seperti menusuk dari belakang.

Orang yang ghibah sendiri tentu bukan berniat untuk mencari kebenaran atau memecahkan suatu
permasalahan, akan tetapi hanya untuk sekedar melampiaskan dan memuaskan hawa nafsu untuk
membicarakan kejelekan orang lain. Tentu saja hal ini harus diwaspadai karena walaupun kejelekan
tersebut adalah sebagai fakta atau kenyataan, akan tetapi hal ini sangat berpotensi bergeser menjadi
fitnah yang lebih besar.

Baca juga:

 Ghibah Dalam Islam


 Manfaat Menghindari Ghibah
 Cara Menghindari Ghibah
Penyebab Ghibah
Penyebab ghibah biasanya terjadi karena beberapa hal. Diantaranya adalah :

 Adanya kebencian atau sakit hati terhadap orang tertentu.


 Tidak ada aktivitas yang produktif sehingga membicarakan orang lain.
 Menjadi kenikmatan tersendiri.
 Tidak suka mencari kebenaran.
 Dorongan pergaulan atau pengondisian lingkungan.

Untuk itu, jangan sampai umat islam terjebak oleh masalah gibah. Sebaiknya penyebab tersebut dihindari
dan carilah aktivitas produktif yang lebih baik lagi dan bermanfaat untuk diri kita atau orang lain di sekitar.

Baca juga:

 Fitnah Dalam Islam


 Bahaya Adu Domba Dalam Islam
 Tanda-tanda Akhir Zaman
 Bahaya Berbohong Dan Hukumnya Dalam Islam
 Ciri-ciri Akhir Zaman

Pengertian Fitnah

Fitnah berbeda dengan ghibah. Fitnah sendiri dalam islam seperti memakan bangkai saudaranya sendiri.
Artinya, berita yang disampaikan dari fitnah adalah berita yang palsu atau salah, tidak sesuai dengan
kebenarannya. Untuk itu, berita fitnah tidak bisa dibenarkan dan memberikan pengaruh yang buruk bagi
nama baik seseorang.

Fitnah sendiri, tentu saja menyebabkan konflik dan perpecahan pada satu orang dengan orang yang lain.
Bahkan, fitnah sendiri sangat sulit untuk dibenahi. Persepsi seseorang bisa berubah akan sebuat berita
yang sudah tersebar dan diyakini terlebih dahulu. Untuk itu, jangan sampai membuat persepsi tersebut
terus tumbuh semakin banyak orang dengan berita yang tidak benar.

Penyebab fitnah biasanya terjadi karena beberapa hal. Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Tidak melakukan koreksi dan analisa data.


 Terlalu cepat menyimpulkan.
 Adanya kebencian.
 Tidak bisa membedakan benar dan salah.
 Subjektifitas.
 Kurangnya ilmu atau kebenaran.
Pada dasarnya antara ghibah dan fitnah memiliki perbedaan pada informasi dan kualitas data yang
disampaikan. Ghibah belum tentu salah beritanya, karena ghibah bisa jadi adalah kebenaran. Akan tetapi
fitnah sudah pasti jelas-jelas salah karena ia adalah data yang keliru dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Bagaimanapun ilmu pengetahuan penting untuk mencapai  kesuksesan hidup
di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam,dengan Cara
Sukses Menurut Islam.

Cara Menghindari Ghibah dan Fitnah

Karena perbuatan ghibah dan fitnah adalah sesuatu yang berdosa, maka hal tersebut harus dihilangkan
dan jangan sampai ada pada diri umat islam. Untuk itu, sesuatu yang dosa maka harus ditinggalkan dan
jangan sampai terulang kembali. Berikut adalah cara agar terhindar dari pembicaraan yang ghibah dan
fitnah.

1. Menghindari Membicarakan Orang Lain

Ketika membicarakan seseorang, maka saat itu berhati-hatilah. Membicarkaan kebaikannya akan
membawakan hikmah dan inspirasi yang banyak. Akan tetapi, jika membicarakan kejelekan-kejelekannya
biasanya manusia cenderung tidak akan pernah berhenti dan asik untuk mengungkapkan berbagai hal
tersebut.

Ketika sudah ada pembicaraan tentang orang lain, maka kita harus waspada jangan sampai masuk
kepada membicarakan juga kejelekannya dan segala aib-aibnya. Tidak ada manusia yang sempurna dan
terbebebas dari dosa. Manusia manapun akan mendapatkan dosa dan kesahalah walau berbeda-beda.

Untuk itu, tutupilah aib saudara, karena kita pun memiliki aib yang sama. Bagaimanapun persaudaraan
islam harus dijaga karena ini sesuai dengan Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan
Wathaniyah yang diajarkan Rasulullah SAW.

2. Tidak Ikut-Ikutan dalam Pergaulan yang Sering Berghibah

Agar terhindari dari ghibah dan fitnah, maka carilah pergaulan yang juga luas dan menghindari ghibah itu
sendiri. Ikutilah lingkungan yang baik dan menghindari untuk membicarakan segala aib atau berita yang
keliru. Pergaulan yang baik akan membicarakan kebaikan diiringi dengan saling menyemangati untuk
berbuat kebaikan, bukan berbuat kerusakan.

3. Melakukan Aktivitas Produktif


Menghindari ghibah dan fitnah bisa kita lakukan dengan melakukan aktivitas produktif. Aktivitas produktif
menjauhkan kita dari perilaku membicarakan keburukan orang lain atau hal-hal yang sia-sia. Dengan
melakukan aktivitas produktif, pikiran dan apa yang kita lakukan akan mengarah pada hal yang lebih
bermanfaat bukan pada hal yang sia-sia.

Contoh perilaku produktif misalnya saja : menulis, membaca hal yang bermanfaat, melakukan olahraga,
mengikuti majelis ilmu, atau bisa juga bersilahturahmi namun dengan niat kebaikan bukan untuk
membicarakan orang lain.

4. Memperbanyak Ilmu dan Wawasan yang Luas

Ilmu dan wawasan yang luas menjauhkan seseorang dari berita jahat atau berita yang tidak benar. Ilmu
dan wawasan yang luas membuat pikiran kita tidak sempit dan hanya dalam satu sudut pandang atau
frame yang sempit saja. Untuk itu, luaskanlah dan perbanyaklah imu kita agar kita bisa memecahkan
banyak persoalan dan menghindari pembicaraan yang sesat.

Ilmu yang dipelajari misalnya mengenai Islam dan Ilmu Pengetahuan, Ilmu Tasawuf Modern dalam
Islam, Ilmu Tauhid Islam,

5. Tidak asal bicara

Jika memang tidak tahu, maka katakanlah tidak tahu. Jika memang kita tidak memiliki data maka
ucapkanlah memang kita tidak memiliki data. Tentu umat islam tidka boleh asal bicara karena setiap apa
yang kita bicarakan akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah SWT. Bicarakanlah yang baik
dan ingatlah akan landasan islam yaitu Rukun Islam, Rukun Iman, Fungsi Agama, Akhlak Dalam
Islam, dan Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan.

Mengadu Domba Adalah Perbuatan Tercela


 

Mengadu domba adalah perbuatan tercela, karena salah satu tujuan besar yang
hendak dicapai oleh syari’at Islam ialah membangun pribadi yang shahih dan
membentuk masyarakat muslim yang ideal. Yakni sebuah masyarakat yang
warganya disambung dengan jembatan cinta, kasih sayang dan kelembutan 
‫اهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر أَْن ُف ِسنَا‬ ‫هلل نَ ْحم ُدهُ ونَستَ ِع ْينُهُ ونَسَتغْ ِفرهُ و َنعوذُ بِ ِ‬
‫َ ْ ُ َ ُْ‬ ‫َ َ ْ‬
‫إِ َّن الْحم َد ِ‬
‫َْ‬
‫ي لَهُ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن‬ ‫ضلِل فَالَ َه ِ‬
‫اد‬ ‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ل‬
‫َّ‬ ‫ض‬‫ات أَ ْعمالِنَا من ي ْه ِد ِه اهلل فَالَ م ِ‬ ‫وسيِّئَ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ ْ ُ ْ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َ َْ َ‬ ‫ََ‬
‫َن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ‬ ‫‪.‬الَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬
‫آمنُواْ َّات ُقواْ اللّهَ َح َّق ُت َقاتِِه َوالَ تَ ُموتُ َّن إِالَّ َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمو َن“‬ ‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫‪”.‬يَا أ َُّي َها الذ َ‬
‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها“‬ ‫سو ِ‬
‫َ‬ ‫ٍ‬ ‫ف‬
‫ْ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫ِّ‬ ‫م‬ ‫ك‬
‫ُ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫خ‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫يا أ َُّيها النَّاس َّات ُقواْ ربَّ ُكم الَّ ِ‬
‫ذ‬ ‫َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َساء َو َّات ُقواْ اللّهَ الَّ ِذي تَ َساءلُو َن بِ ِه َواألَ ْر َح َام إِ َّن‬ ‫َوبَ َّ‬
‫‪”.‬اللّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيباً‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم“‬ ‫ِ‬
‫آمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َوقُولُوا َق ْوالً َسديداً ‪ .‬يُ ْ‬ ‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫يَا أ َُّي َها الذ َ‬
‫”و َيغْ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َمن يُ ِط ْع اللَّهَ َو َر ُسولَهُ َف َق ْد فَ َاز َف ْوزاً َع ِظيماً‬ ‫َ‬
‫أما بعد‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫‪Amma ba’du :‬‬


‫‪Ibadallah ! Saya berwasiat kepada anda agar senantiasa bertakwa kepada Allah‬‬
‫‪Subhanahu wa Ta’ala. Karena takwa adalah bekal utama dalam menghadapi‬‬
‫‪kesulitan dan kemakmuran. Takwa adalah tabungan untuk menghadapi suka dan‬‬
‫‪duka. Takwa dapat melenyapkan kesedihan, menghilangkan keresahan,‬‬
‫‪mendatangkan rizki, dan memudahkan urusan, dengan izin Allah Subhanahu wa‬‬
‫‪Ta’ala.‬‬

‫ب‬ ‫ِ‬ ‫َو َمن َيت َِّق اهللَ يَ ْج َعل لَّهُ َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُزقْهُ ِم ْن َح ْي ُ‬
‫ث الَيَ ْحتَس ُ‬
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-
sangkanya. (QS. Ath-Thalaq :2-3)

َ‫َنزلَهُ إِلَْي ُك ْم َو َمن َيت َِّق اهلل‬


ِ َ ِ‫َو َمن َيت َِّق اهللَ يَ ْج َعل لَّهُ ِم ْن أ َْم ِر ِه يُ ْس ًرا ذَل‬
َ ‫ك أ َْم ُر اهلل أ‬
ِ ِ
ْ ‫يُ َك ِّف ْر َع ْنهُ َسيِّئَاتِه َو ُي ْعظ ْم لَهُ أ‬
‫َج ًرا‬

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan


baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-
Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia
akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala
baginya“. (QS. Ath-Thalaq :4-5)

Ayyuhal Muslimun ! Salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at
Islam ialah membangun pribadi yang shahih dan membentuk masyarakat
muslim yang ideal. Yakni sebuah masyarakat yang warganya disambung dengan
jembatan cinta, kasih sayang dan kelembutan. Anak-anaknya dapat menjalin
hubungan persaudaraan, kerjasama dan kesetiaan. Masyarakat yang penuh
dengan cinta, kasih sayang, tolong-menolong, kerukunan, persahabatan dan
kesentosaan. Masyarakat yang berdiri di atas dasar tolong-menolong dan saling
mencintai. Masyarakat yang dibangun di atas dasar hubungan yang lembut dan
saling menghargai. Maka tidak ada tempat bagi egoisme, ingin menang sendiri
dan mementingkan diri sendiri.

Hati para warganya dipenuhi dengan cinta pada saudaranya. Lidah mereka
gemar menyebut kebaikan dan keutamaan saudaranya. Tidak suka
mencemarkan nama baiknya, menyudutkannya, melukai hati dan merusak
kehormatannya. Juga tidak menyimpan dendam dan tidak suka menyebarkan
kebohongan. Mereka hidup saling mencintai di dalam bangunan yang
menjulang, tubuh yang utuh, dan gedung yang kokoh. Mereka ibarat mata rantai
yang kuat, untaian permata yang cemerlang, dan mutiara yang gemerlap dalam
untaian indah yang tidak terpisahkan. Masyarakat Islam adalah benteng kokoh
yang tidak bisa disusupi oleh unsur-unsur yang merusak dan meruntuhkannya.

Ikhwatal iman ! Islam meminta para pemeluknya yang mengemban misinya


agar menjaga hak keimanan dan persaudaraan, serta mendamaikan orang-orang
yang bersengketa. Islam juga meminta mereka agar menangkal segala macam
kejahatan yang merusak dan penyakit-penyakit sosial yang ganas dan dapat
menyerang bangunan masyarakat dari pondasinya, yang dapat mengubahnya
menjadi masyarakat yang selalu bertikai, berpecah belah, saling mendendam
dan saling memusuhi. Islam mengajak umatnya untuk menjaga perdamaian,
keamanan dan stabilitas masyarakat untuk menghadapi hempasan badai dan
hantaman ombak. Sehingga haluan kapal masyarakat tidak berubah dan tidak
terjadi kerusakan di salah satu bagiannya. Karena jika hal ini terjadi maka kapal
itu akan semakin jauh dari pulau keamanan dan pantai keselamatan.

Sebuah masyarakat akan senantiasa baik sepanjang warganya mengetahui hak


dan kewajiban masing-masing terhadap warga lainnya, budi pekerti menguasai
hubungan mereka, dan sepi dari sifat-sifat tercela dan prilaku yang rendah.

Saudara-saudara sekalian ! Salah satu sifat terpuji yang paling perlu


dikembangkan di tengah masyarakat ialah berbaik sangka kepada sesama dan
menyaring setiap kabar yang beredar. Islam mendidik umatnya bersikap seperti
itu dalam rangka menjaga keutuhan masyarakat dan kebahagiaan hubungan
antar warganya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫صيبُوا َق ْو ًما بِ َج َهالَ ٍة‬ َ َ


ِ َ‫ياأ َُّيها الَّ ِذين ءامنُوا إِن جآء ُكم ف‬
ِ ُ‫اس ُُق بِنَبٍإ َفتَبَّينُوا أَن ت‬
ْ َ َ ََ َ َ َ
‫ين‬ ِِ ِ ْ ُ‫َفت‬
َ ‫صب ُحوا َعلَى َما َف َعلْتُ ْم نَادم‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat :6)

Hamzah dan Al-Kasa’i membaca : Fatastabbatu (periksalah kebenarannya).

Allah Juga berfirman :

ِ َّ‫ياأ َُّيها ال‬


َ ‫اجتَنِبُوا َكثِ ًيرا ِّم َن الظَّ ِّن إِ َّن َب ْع‬
‫ض الظَّ ِّن إِثْ ٌم‬ ْ ‫ين َء َامنُوا‬
َ ‫ذ‬ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (QS.Al-Hujurat :12)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Hindarilah perasangka ! karena sesungguhnya prasangka adalah cerita yang


paling dusta.” (HR.Al-Bukhari, 6066 dan Muslim, 2563 )

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :


“Seseorang sudah cukup berdusta manakala ia menceritakan semua yang ia
dengar.” (HR.Muslim,5 )

Ahibbati Fillah ! Seorang Muslim yang sadar tidak akan mau menerima begitu
saja kabar yang didengarnya tanpa menyaring dan meneliti. Karena boleh jadi
orang yang membawa kabar itu adalah seorang pengadu domba yang ingin
mengeruk keuntungan, menghindari keraguan, atau mencari kedudukan. Di
alam tumbuhan ada yang disebut benalu atau parasit yang menempel pada
batang tumbuhan yang sehat untuk menghambat pertumbuhannya.

Di dunia manusia juga ada yang seperti itu. Yaitu orang-orang yang mendekati
warga masyarakat untuk membakar api amarah di dalam dada dan
membangkitkan kejahatan. Sehingga terjadilah perpecahan, perseteruan,
permusuhan dan pertengkaran antar sesama muslim. Dan buruk sangka pun
merajalela di antara mereka yang kemudian menghabisi rasa persahabatan dan
sisa-sisa kejernihan.

Orang-orang semacam itu sangat berbahaya bagi umat dan mereka cukup
banyak. Mudah-mudahan Allah tidak memperbanyak lagi jumlah mereka.
Karena mereka telah banyak menciptakan kerenggangan di antara sesama umat
Islam, juga banyak membuat orang-orang yang tidak bersalah menjadi kambing
hitam, banyak mengobarkan api fitnah dan permusuhan di antara orang-orang
yang saling mencintai dan berhati bersih. Inilah yang membuat umat Islam
harus waspada terhadap mereka dan jangan sampai percaya pada ucapan
mereka. Itulah prinsip Islam yang harus dipelihara untuk jaga diri dari para
pengadu dan provokator. Di samping untuk mencegah aksi yang dilakukan oleh
para penyebar isu, gosip, dan kabar-kabar yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.

Al-Bukhari di dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad meriwayatkan dari Asma’ binti


Yazid radiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“ Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling buruk


di antara kalian. Yaitu orang-orang yang suka berjalan ke sana kemari untuk
menyebar fitnah (mengadu domba), yang suka memisahkan orang-orang yang
saling mencintai, yang suka mencari kekurangan pada orang-orang yang tidak
berdosa.” (HR.Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, 323 dan Ahmad,
6/459 )

Sementara Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallambersabda :

“Sesungguhnya salah satu jenis riba yang paling keji ialah mencemarkan nama
baik seorang muslim tanpa hak.” (Al-Musnad,1/190 dan Sunan Abi Daud,
4976 )

Dulu, Abdullah bin Ubay, dedengkot kaum munafik membuat kebohongan


terbesar untuk mencemarkan nama baik wanita suci dan bersih dari dosa,
Ummul Mukminin Aisyah radiyallahu ‘anha. Allah Subahanahu wa Ta’ala
memberikan panduan mengenai apa yang harus dilakukan dalam situasi yang
memalukan seperti itu dengan firman-Nya :
ُ َ‫لَّ ْوآل إِ ْذ َس ِم ْعتُ ُموهُ ظَ َّن ال ُْم ْؤ ِمنُو َن َوال ُْم ْو ِمن‬
ٌ ْ‫ات بِأَن ُف ِس ِه ْم َخ ْي ًرا َوقَالُوا َه َذآ إِف‬
‫ك‬
ٌ ِ‫ُّمب‬
‫ين‬

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin


dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan
(mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang nyata“. (QS.
An-Nur :12)

Sampai firman Allah :

‫يم‬ ِ َ َ‫َولَ ْوآل إِ ْذ َس ِم ْعتُ ُموهُ ُقلْتُم َّمايَ ُكو ُن لَنَآ أَن َّنتَ َكلَّ َم بِ َه َذا ُس ْب َحان‬
ٌ ‫ك َه َذا ُب ْهتَا ٌن َعظ‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫ي ِعظُ ُكم اهلل أَن َتع‬
َ ‫ودوا لمثْله أَبَ ًدا إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن‬
‫ين‬ ُ ُ ُ َ
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong
itu:”Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini.Maha Suci
Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan
kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika
kamu orang-orang yang beriman, (QS.An-Nur :17)

Ini adalah cara hidup yang baku yang harus diikuti ketika seorang muslim
mendengar isu atau gosip. Sehingga kita tidak menyesal di kemudian hari
karena telah bersikap buruk kepada sesama muslim dan mensyiarkan berita
yang tidak sesuai dengan fakta yang ada padanya. Atau berdusta atas namanya
dan menyebarluaskan ucapan yang tidak pernah diucapkannya dengan label
“kata orang”. Ini ,merupakan salah satu bentuk upaya membuat kerusakan di
muka bumi. Sedangkan Allah tidak menyukai orang-orang yang suka membuat
kerusakan. Dan hal ini juga merupakan salah satu tindakan yang menyakiti
orang-orang beriman dengan menyiarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta
yang ada padanya. Sedangkan Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman :

ِ ِ َ‫والَّ ِذين ي ْؤذُو َن الْم ْؤ ِمنِين والْم ْؤ ِمن‬


ْ ‫ات بِغَْي ِر َماا ْكتَ َسبُوا َف َقد‬
‫احتَ َملُوا ُب ْهتَانًا َوإِثْ ًما‬ ُ ََ ُ َُ َ
‫ُّمبِينًا‬

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa


kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata. (QS.Al-Ahzab :58)

Ma’syiral muslimin rahimahumullah ! Di Antara penyakit-penyakit sosial yang


berbahaya ada suatu penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Ia merupakan
prilaku yang tercela dan perangai yang tidak terpuji. Penyakit apakah itu ?

Penyakit itu bernama namimah (adu domba). Penyakit ini timbul akibat
lemahnya iman, kotornya hati dan lidah yang tidak terkontrol dan terkendali.
Namimah ialah membawa omongan dari seseoarang kepada orang lain untuk
merusak hubungan mereka berdua.

Pelaku namimah (pengadu domba/ provokator) memiliki watak yang buruk,


jiwa sosial yang jelek, cita-cita yang rendah, dan kurang menghargai adab-adab
yang benar. Ia berlumuran kehinaan, kenistaan, kotoran dan kerendahan.
Batinnya telah dirasuki rasa dendam. Maka ia tidak akan puas sebelum
melakukan provokasi, melakukan perusakan dan menyakiti sesama. Betapa
banyak orang yang dipisahkannya dari kekasihnya dan dijauhkan dari
saudaranya. Betapa banyak tali persaudaraan yang dia putuskan, hubungan yang
dia rusak, ikatan yang dia lepaskan, fitnah yang dihembuskannya, dendam yang
dia kobarkan, rasa permusuhan yang dia timbulkan, suami istri yang
diceraikannya, dan barisan yang dia bubarkan. Bahkan betapa banyak rumah
tangga yang dia hancurkan, masyarakat yang dia binasakan, dan peradaban yang
dia lenyapkan. Bahkan tidak jarang perang besar terjadi akibat perbuatan ini.
Wal iyadzubillah !

Seorang provokator adalah organ tubuh yang beracun. Ia selalu menyebabkan


putusnya hubungan dan merusak keharmonisan. Ia suka berbicara di balik layar.
Ia bisa berubah-ubah warna seperti bunglon. Ia bisa menyemburkan racun
seperti ular berbisa. Gaya hidupnya adalah membuat kerusakan dan kasak-
kusuk. Kebiasaannya adalah berbicara kotor dan jorok.

Prilakunya buruk dan sinis. Hobinya adalah memancing masalah dan memanas-
manasi situasi. Kesenangannya menyebarkan isu dan provokasi. Ia tidak lega
bila tidak mengada-ada dan mengaku-ngaku. Ia tidak bisa merasa tenang,
hatinya tidak bisa tenteram sebelum berhasil merusak hubungan persahabatan
dan persaudaraan. Dan betapa banyak kejahatan yang menimpa orang-orang
yang terhormat dan mumpuni akibat laporan yang mengada-ada.

Oleh karena itu Islam memperingatkan hal tersebut agar diwaspadai dan tidak
dilakukan. AllahSubahanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َويْ ٌل لِّ ُك ِّل ُه َم َز ٍة لُّ َم َز ٍة‬

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (QS. Al-Humazh :1)


‫از َّم َّشآ ٍء بِنَ ِم ٍيم‬
ٍ ‫ين هَ َّم‬ ٍ َّ‫َوالَتُ ِط ْع ُك َّل َحال‬
ٍ ‫ف َّم ِه‬

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. Al-Qalam :10-11)

Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda :

“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Shahih Muslim,
105)
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan:

“Tidak akan Masuk Surga orang yang suka menyebar fitnah.” (Shahih Bukhari,
6056)

Menurut An-Nawawi keduanya memiliki makna yang sama. Al-Hafidz Ibnu


Hajar berkata : “Ada yang berpendapat bahwa perbedaannya ialah bahwa
nammam adalah orang yang mengetahui kisah secara langsung, lalu
menceritakannya kepada orang lain. Sedangkan fattat adalah orang yang
mencuri dengar tanpa dia ketahui keberadaannya, lalu menceritakan apa yang
dia dengar kepada orang lain.”

Menurut Adz-Dzahabi, ada ijma’ yang mengharamkan namimah. Dan ia


menyebutkan bahwa namimah termasuk dosa besar. Di dalam Shahih Al-
Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Ibnu Abbas radiyallahu
‘anhuma berkata : “Rasulullah pernah melewati dua buah kuburan lalu bersabda
:
“Sesungguhnya mereka berdua benar-benar sedang disiksa, dan mereka tidak
disiksa dalam perkara yang besar. Salah satu dari mereka dahulu tidak menutup
diri dari air kencing. Sedangkan yang lain dahulu suka mengadu domba.”
(Shahih Al-Bukhari,218 dan Shahih Muslim,292)

Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallambersabda :

“Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang apa itu kebohongan besar ? Yaitu
namimah; banyak bicara di antara manusia.” (HR.Muslim,2606 )

Ibadallah ! Apakah setelah mengetahui ancaman keras yang menggetarkan


persendian ini masih ada orang Islam yang rela menempuh jalur yang tercela
ini, membuka rahasia, menyingkap tabir, mencari-cari kesalahan, menelusuri
kekeliruan, dan membesar-besarkan kekurangan ?! Banyak kata yang mati
seketika tanpa pernah beranjak dari tempatnya. Dan banyak pula kata yang
berubah menjadi percikan api, lalu berkobar menjadi api yang besar dan
melahap apa saja.

Ada ungkapan yang mengatakan:”Seorang pengadu domba (Provokator) dalam


tempo sekejap dapat merusak sesuatu yang tidak bisa dirusak oleh seorang
penyihir dalam tempo setahun.”
Cara hidup yang diikuti oleh generasi sahabat ialah menutupi dan menasehati,
bukan menyebarkan dan membuka kepada umat. Umar radiyallahu ‘anhu
pernah berkata : “Jangan pernah berburuk sangka terhadap kata-kata yang
keluar dari mulut seorang muslim, sementara kamu dapat memahaminya dengan
makna yang baik.”
Adalah jantan dan berani bila anda menghadapi saudara anda dengan apa
adanya. Dan adalah pengecut, lancing, hina dan rendah bila anda menampilkan
rasa simpati padanya dan berkata: “Kamu hebat! Kamu luar biasa !” tetapi di
belakangnya anda berbalik 180 derajat; anda membeberkan aibnya, menjelek-
jelekkannya dan berkata : “Dia begini ! Dia begini! Demi Allah, ini adalah
prilaku orang-orang yang hina, rendah, nista dan tidak bermartabat. Dalam
sebuah Hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Engkau akan menemukan manusia yang paling jahat adalah orang yang
bermuka dua; yaitu orang yang datang kepada (di sini) mereka dengan satu
wajah dan kepada (di sana) mereka dengan wajah yang lain.” (Shahih Al-
Bukhari,3494 dan Shahih Muslim,2526)

Begitu juga dengan orang yang lidahnya bercabang dua; manis di depan anda,
pahit di belakang Anda.

Yang lebih mengherankan adalah orang yang mau menyerahkan akal sehatnya
kepada para provokator. Ia mempercai apa saja yang mereka katakan tanpa
penyaringan dan penyelidikan yang teliti.

Al-Ghazali rahimahullah berkata: “Setiap orang yang didatangi seorang


provokator dan diberitahu : “Si fulan bilang bahwa kamu begini dan begini.
Atau dia berbuat begini dan begini terhadap hak-hakmu. Atau dia bersekongkol
dengan musuhmu. Atau dia menjelek-jelekkan keadaanmu. Atau ucapan-ucapan
lain yang senada, maka ia harus memegang teguh enam hal berikut ini:
1. Tidak mempercai ucapanya. Karena seorang provokator (pengadu domba)
adalah orang fasik. Sedangkan orang fasik itu tidak bisa diterima kesaksiannya
menurut nash Alquran.

2.Melarang si provokator melakukan aksinya, menasehatinya dan memberikan


teguran kepadanya.

3. Membenci orang tersebut karena Allah. Karena orang semacam itu dibenci
oleh Allah. Dan kita wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.

4. Tidak berburuk sangka kepada saudaranya yang jauh darinya. Karena Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman: “Jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan),
karena sebagian dari perasangka itu dosa.” (Qs.Al-Hujurat:12)

5. Apa yang diceritakan itu tidak boleh mendorongnya untuk memata-matai dan
mencari-cari kesalahannya. Karena Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang mencari-cari kekurangan saudaranya sesama muslim, Allah


pasti akan mencari-cari kekurangannya. Dan barangsiapa yang dicari-cari
kesalahannya oleh Allah, pasti kesalahannya akan diberikan di depan umum,
kendati ada di dalam rumahnya.” (HR.Tirmidzi, 2032 )

6. Tidak meniru perbuatan si provokator dan tidak menceritakan provokasinya


kepada orang lain.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah didatangi seorang yang kemudian


menyampaikan sesuatu tentang orang lain. Lalu Umar berkata : “Hai Bung!
Kalau kami mau, kami bisa meneliti laporanmu. Lalu jika kamu berdusta, kamu
akan termasuk golongan yang dimaksud di dalam ayat: “Jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka priksalah dengan teliti…” (QS. Al-
Hujurat:6) jika kamu benar, kamu akan termasuk golongan yang dimaksud di
dalam ayat: “Yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah.”
(QS.Al-Qalam:11). Dan kalau kamu mau, kami bisa mengampunimu. Lalu
kamu tidak boleh mengulangi perbuatanmu ?” Laki-laki itu langsung berkata:
“Ampunilah aku, Ya Amirul Mukminin ! Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Wahai umat Islam ! Kita benar-benar perlu mengadu kepada Allah tentang
maraknya kejadian ini di masyarakat muslim dewasa ini. Marilah kita bertakwa
kepada Allah dan waspada terhadap prilaku yang tercela ini. Hendaknya para
pejabat dan pihak-pihak yang berwenang senantiasa bertakwa kepada Allah.
Karena golongan ini sangat laku di lingkungan mereka. Lalu kaum wanita
sebaiknya juga bertakwa kepada Allah, karena peredaran namimah di tengah-
tengah mereka sangat cepat. Kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.

Bagi para konsultan, jurnalis dan pembuat kebijakan semoga lebih bertakwa
kepada Allah. Sehingga mereka tidak membuat konspirasi untuk menjatuhkan
orang-orang bersih yang tidak bersalah dan tidak berburuk sangka kepada umat
Islam. Terutama kepada orang-orang shalih. Para muballigh dan para pelaku
amar makruf dan nahi munkar.

Tidak ketinggalan, para penuntut ilmu harus selalu bertakwa kepada Allah.
Sehingga perbedaan yang terjadi mengenai masalah-masalah yang harus dikaji
tidak mendorong mereka untuk menyudutkan rekan-rekannya dan berburuk
sangka kepada mereka.
Dan hendaknya orang-orang yang suka menjajakan dagangan yang merugikan
ini bertakwa kepada Allah. Mereka menghentikan perilaku tercela dan
perbuatan yang tidak terpuji. Hendaknya mereka segera bertaubat, sebelum
mereka dikejutkan oleh maut yang tiba-tiba menjemput. Dan bila itu terjadi,
penyesalan tidak berguna lagi.

Kita memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati dan perbuatan
kita, menunjukkan kita ke jalan keselamatan dan melindungi kita dari kejahatan
setiap pendengki dan pengadu domba. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik dzat
yang dimintai. Dan Dialah dzat yang paling bisa diharapkan karuniaNya.

ِ ‫ و َن َفعنِي وإِيَّا ُكم بِما فِ ْي ِه ِمن اآْل ي‬،‫آن الْ َك ِري ِم‬
‫ات‬ ِ ‫بار َك اهلل لِي ولَ ُكم فِي الْ ُقر‬
َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ
‫َسَتغْ ِف ُر اهللَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫أ‬ ‫و‬ ‫هذا‬ ‫ي‬ ِ‫ أَ ُقو ُل َقول‬.‫الذ ْك ِر الْح ِكي ِم‬
ِّ ‫َو‬
ْ َ ْ ْ ْ ْ َ
Khutbah Kedua :

ِ ‫ضلِ ِه‬ ِ ،‫اح ِد ال َق َّها ِر‬ ِ ‫اَلحم ُد لِلّ ِه الو‬


،‫الم ْد َرا ِر‬ ْ َ‫َح َم ُدهُ َت َعالَى َعلَى ف‬ْ ‫ أ‬،‫الرح ْي ِم الغَ َّفا ِر‬ َ َ َْ
‫الع ِز ْي ُز‬ ِ ‫وأَ ْش ُكرهُ َعلَى نِع ِم ِه‬
َ ْ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن اَّل إِلَهَ إِاَّل اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬،‫الغ َزا ِر‬
َ ُ‫ك لَه‬ َ ُ َ
ُ‫صلَّى اهلل‬ َ ،‫الم ْختَار‬ ِ َّ ‫ وأَ ْش َه ُد أ‬،‫الجبَّار‬
ُ ‫صطََفى‬ ْ ‫الم‬
ُ ُ‫َن نَبَّينَا ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ َ ُ َ
ِ ِِ ِ
ْ ‫ َوأ‬،‫ َوإِ ْخ َونِه األَْب َرا ِر‬،‫َعلَْيه َو َعلَى آله الطَيِّبِْي َن األَط َْهار‬
‫ َو َم ْن‬،‫َص َحابُهُ األَ ْخيَا ِر‬
ِ ٍ ِ ِ
‫َّهار‬َ ‫ب اللَْي َل َوالن‬ ُ ‫تَب َع ُه ْم بِإ ْح َسان َما ُت َعاق‬
Amma ba’du :
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Damaikanlah
orang-orang yang berseteru. Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika anda
adalah orang-orang yang beriman.

Ibadallah ! Kalau dicari unsur dan tujuan yang mendorong munculnya penyakit
namimah yang sangat berbahaya ini, maka yang tampak jelas adalah lemahnya
iman, buruknya pendidikan, salah pergaulan, kecenderungan hati untuk dendam,
dengki, sombong dan angkuh. Di samping itu banyaknya waktu yang dimiliki
oleh sebagian pelakunya. Faktor lainnya adalah keinginan untuk memuaskan
pihak lain, hawa nafsu dan ketidaktahuan akan akibat dari penyakit yang akut
ini.

Penyakit ini bisa diobati melalui penguatan iman, pendidikan yang bagus,
pergaulan yang baik, pengisian waktu luang dengan ilmu yang bermanfaat, amal
shalih, kebersihan hati, dan sibuk dengan sendiri sehingga tidak sempat

mengurus aib orang lain.


Hendaknya orang-orang yang suka melakukan hal ini ingat akan masa depannya
kelak di dalam kubur. Karena perbuatan ini termasuk salah satu penyebab
datangnya siksa kubur dan penicu masuknya seseorang ke dalam api Neraka.
Wal iyadzubillah ! Ia juga harus ingat nasibnya ketika kelak berdiri di hadapan
Tuhan. Hendaknya ia menjaga lidahnya dan menyibukkannya dengan kebajikan,
dzikir, dan bacaan-bacaan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Sahabat-sahabatnya
melaporkan ucapan atau perbuatan seseorang yang bisa menyakiti hati beliau.
Abu Daud dan lain-lain meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :

“Hendaknya tidak ada seorangpun yang menyampaikan sesuatu kepadaku


tntang salah seorang Sahabatku. Karena sesungguhnya aku ingin menemui
mereka dengan dada yang bersih.” (HR. Abu Daud, 4860 dan At-
Tirmidzi,3896 )

Jadi, kita semua harus berusaha memperbaiki, memadukan dan mendekatkan,


bukan menjauhi, memusuhi dan merusak. Abu Daud dan At-Tirmidzi
meriwayatkan bahwasanya Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sesuatu yang lebih utama daripada
derajat puasa, shalat dan sedekah ?” Mereka menjawab: “Ya tentu wahai
Rasulullah.” Beliau lantas bersabda: “Mendamaikan orang-orang yang
berseteru, karena rusaknya orang-orang yang berseteru adalah pencukur.” (HR.
Abu Daud, 4919 dan At-Tirmidzi, 2509 )

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda :
“Itu adalah pencukur. Aku tidak mengatakan bahwa ia mencukur rambut, tetapi
mencukur agama.” (HR. At-Tirmidzi,2510 )

Jangan sekali-kali berusaha menyenangkan hati setan yang sudah frustrasi untuk
mengadu domba mereka. Marilah kita meniru Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang pernah dikomentari oleh beliau dengan sabdannya : “Seorang
ahli Surga akan datang kepada kalian, sekarang juga.” Padahal orang itu tidak
banyak melaksanakan puasa maupun shalat. Hanya, seperti yang
disampaikannya kepada Abdullah bin Amr bin Ash radiyallahu ‘anhu : “Hanya,
aku pernah memendam niat untuk menipu seorang mulim. Dan aku tidak pernah
merasa iri kepada siapa pun yang mendapatkan anugerah dari Allah.” Lalu
Abdullah radiyallahu ‘anhu berkata: “Inilah yang membuatmu sampai pada
derajat itu.” Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ِ ِ ِ ِ ‫ر َّبنَا ا ْغ ِفر لَنَا و ِإل ْخوانِنَا الَّ ِذين سب ُقونَا بِاْ ِإل‬
َ ‫يمان َوالَتَ ْج َع ْل في ُقلُوبنَا غالًّ لِّلَّذ‬
‫ين‬ َ ََ َ َ َ ْ َ
ِ ٌ ‫ك رء‬
‫يم‬
ٌ ‫وف َّرح‬ ُ َ َ َّ‫َء َامنُوا َر َّبنَآ إِن‬
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang“. (QS.Al-
Hasyr :10)

‫صلُّوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُموا‬


َ ‫ين َء َامنُوا‬
ِ َّ ِ
َ ‫صلُّو َن َعلَى النَّب ِّي يَآأ َُّي َها الذ‬
ِ
َ ُ‫إِ َّن اهللَ َو َمالَئ َكتَهُ ي‬
‫يما‬ ِ‫تَسل‬
ً ْ
‫ت َعلَى إِ ْب َر ِاه ْي َم‪َ ،‬و َعلَى‬ ‫صلَّْي َ‬ ‫ٍ‬
‫آل ُم َح َّمد‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‪ ،‬و َعلَى ِ‬
‫َ‬ ‫اللهم َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد‪،‬‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اللهم بَا ِر ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد‪ ،‬و َعلَى ِ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫آل إِبر ِ‬
‫اه‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫َْ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫آل إِ ْب َر ِاه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ت َعلَى إِ ْبر ِاه ْيم‪ ،‬و َعلَى ِ‬
‫َ َ َ‬ ‫َك َما بَ َار ْك َ‬
‫ات‪َ ،‬ر َّبنَا ظَلَ ْمنَا أَْن ُف َسنَا َوإِ ْن لَ ْم َتغْ ِـف ْـر لَنَا‬ ‫اللهم ا ْغ ِـفـر لِلْمسلِ ِم ْين والْمسلِم ِ‬
‫ْ ُْ ََ ُْ َ‬
‫الد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً‬ ‫اس ِريْ َن‪َ ،‬ر َّبنَا آتِنَا فِي ُّ‬‫وَترحمنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن الْ َخ ِ‬
‫َ‬ ‫َ ْ َْ‬
‫اب النَّار‬ ‫ِ‬
‫َوقنَا َع َذ َ‬
‫‪[Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama,‬‬
‫]‪ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky‬‬

‫‪ ‬‬

Anda mungkin juga menyukai