Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI PASCA PARTUM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK V

1. MUHAMMAD IZZI
2. RIMAYAZUL AINI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
Makalah dengan judul INFEKSI PASCA PARTUM . Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kuliah Maternitas serta membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap materi Infeksi Pasca Partum. Pemahaman tersebut
dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis
kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun makalah ini,
kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu
Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk mengetahui
dan menambah wawasan walau makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Mataram 18 Juni 2019

Penulis

Kelompok V

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………..
2.1 Definisi infeksi pasca partum……………………………………………………………………
2.2 penyebab pasca partum…………………………………………………………………………..
2.3 Resiko kejadian……………………………………………………………………………………….
2.4 Angka kejadian di indonesi dan NTB…………………………………………………………
2.5 anatomi…………………………………………………………………………………………………….
2.6 Patofisiologi dan pathway…………………………………………………………………………
2.7 Tanda dan gejala…………………………………………………………………………………………..
2.8 Penatalaksanaan………………………………………………………………………………………
2.9 Pencegahan…………………………………………………………………………………………………..
2.10 Asuhan keperawatan pada infeksi pasca partum…………………………………………
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………..
3.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan yang setelah kelahiran
plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas
ini yaitu 6-8 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 ®C atau
lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan diukur peroralsetidaknya empat
kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi
nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak, namun
dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi
nifas, pencegahan dan penemuan obat-obata baru dari itulah dapat diminimalisir
terjadinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu
infeksi nifas, bagaimana penyebabnya infeksi, pencegahannya dan asuhan nifas yang
higenis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian infeksi pasca partum ?
2. Apa peneybab dari infeksi pasca partum ?
3. Resiko kejadian dari infeksi pasca partum ?
4. Angka kejadian di indonesi dan NTB infeksi pasca partum ?
5. Anatomi dari infeksi pasca partum ?
6. Patofisiologi dan pathway dari infeksi pasca partum ?
7. Tanda dan gejala dari infeksi pasca partum ?
8. Penatalaksanaan dari infeksi pasca partum ?
9. Pencegahan dari infeksi pasca partum ?
10. Asuhan keperawatan pada infeksi pasca partum ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi pasca partum
2. Untuk mengetahui penyebab dari infeksi pasca partum
3. Untuk mengetahui resiko kejadian pada infeksi pasca partum
4. Untuk mengetahui angka kejadian di indinesi dan NTB infeksi pasca partum
5. Untuk mengetahui anatomi dari infeksi pasca partum
6. Untuk mengetaui patofisiologi dan pathway dari infeksi pasca partum
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari infeksi pasca partum
8. Untuk mengetahui penataksanaan dari infeksi pasca partum
9. Untuk mengetahui pencegahan dari infeksi pasca partum
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada infekis pasca partum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
ditandai peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan dua kali pemeriksaan, selang waktu 6
jam dan 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronchitis), maka dikatakan bahwa
telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan
proses persalinan adalah infeksi pada Rahim, daerah sekitar Rahim, atau vagina. Infeksi
ginjal juga terjadi segera setelah persalinan.
Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada
vagina berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban
pecah, persalinan lama, operasi Caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam Rahim,
dan terjadi perdarahan hebat setelah persalinan. Gejalanya natara lain menggigil, sakit
kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel
darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar dari Rahim
berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling Rahim, maka nyeri dan
demamnya hebat.
Perdarahan pasca persalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita
yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan
pasca persalinan yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan pasca persalinan
meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang kehamilan lebih dari 1 kali
atau yang termasuk multi gravida mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya
perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi
reproduksinya mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pasca
persalinan menjadi lebih besar.

2.2 Penyebab
 Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya kurang bersih
atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari petugas ruang bersalin.
 Ibu dengan proses persalinan yang lama atau mendadak sehingga tidak tertangani
dengan baik.
 Luka guntingan atau robekan dalam proses persalinan.
 Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau darah yang membeku di dalam
Rahim.
 Kondisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti malnutrisi, perdarahan,
kelelahan dan pre-eklamsia.
 Kebersihan daerah perineum kurang terjaga. Misalnya, karena tidak segera
mengganti pembalut bila sudah penuh cairan lokia. Atau, setelah dibasahi, daerah
perineum tidak dikengkang.

2.2 Resiko Kejadian


Ada beberapa factor tambahan yang meningkatkan resiko wanita terkena infeksi,
yaitu :
 Anemia
 Obesitas
 Infeksi menular seksual
 Memiliki sisa plasenta pada Rahim setelah persalinan
 Perdarahan berlebihan setelah persalinan
 Usia muda

2.4 Angka kejadian di Indonesia dan NTB


Menurut data hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti (2016) di RSUD
Provinsi NTB bahwa jumlah kejadian perdarahan post partum pada tahun 2014 sebanyak
29 kasus (1,96%) dari 1476 persalinan dan pada tahun 2015 jumlah kejadian perdarahan
post partum sebanyak 64 kasus (3,92%) dari 1636 persalinan, artinya terjadi peningkatan
jumlah kasus perdarahan post partum di RSUD Provinsi NTB. Berdasarkan standar
dalam menetapkan pencapaian di fasilitas kesehatan, ditetapkan insiden perdarahan post
partum adalah sebesar 10% dari populasi, namun meningkatnya kejadian perdarahan post
partum tersebut menunjukkan bahwa kejadian perdarahan post partum di RSUD Provinsi
NTB sampai saat ini masih merupakan permasalahan yang perlu mendpat perhatian
serius.

2.5 Anatomi

Anatomi Organ Reproduksi Wanita


a) Organ Generatif Interna
Gambar 1. Organ Reproduksi Interna Pada Wanita (Sumber: Wiknjo Sastro, 2002).
Keterangan:

1) Vagina
Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang
memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan
rectum di posterior.
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian
tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi
perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada
persalinan serta mengendalikan pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu
bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian
bawah berbentuk silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran
ovum atau tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada
pertemuan batas superior dan lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus
disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh
peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu
serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.
Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelum
pubertas panjangnya bervariasi antara 2,53,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa
panjangnya antara 68 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita
yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah
melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih
setengah panjang serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama.
Sedangkan pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga
panjang total organ ini.
Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan kanalis
servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu
ostium interna dan ostium eksterna. Setelah menopouse uterus mengecil sebagai akibat
atropi miometrium dan endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk
pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika
mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.
Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri
uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar
ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi
menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi
bagian atas serviks dan bagian atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah
serviks dan korpus uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam
ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian
atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang
didalam ligamentum latum, membentuk pleksus pampiniformis yang berukuran besar,
pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena
cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri.
Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari
sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus,
vesika urinaria serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa
myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat pelvis
yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum
kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum uterosarkum.
Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum merupakan ligamentum
yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum
kardinale mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum
uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum rotundum
menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah
ingunal kiri dan kanan.
a. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas
serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada
kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu
portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan
setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang.
Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan kolagen,
jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama
kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat
pemecahan kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan endometrium.
Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran
basalis yang tipis.
b. Korpus Uteri
Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan
peritoneum.
1. Endometrium
Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang
melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran
tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan
terlihat ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal
endometrium 0,55 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan
jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah.
Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari
sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi
menjaga rongga uterus tetap lembab.
2. Miometrium
Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler.
Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot
polos yang disatukan jaringan ikat dengan
banyak serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan miometrium membesar namun
tidak terjadi perubahan berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot
yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique media, sirkularis
interna dan sedikit jaringan fibrosa.
3. Peritonium
Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum
melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana
peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.
b). Organ Generatif Eksterna

Gambar 2: Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita ( Sumber: Wiknjo Sastro, 2002)
Keterangan :
1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas
simfisis,sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak
serupa dengan yang ada di mons veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.
3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan
kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan
dibawah klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat
mengembang.

4) Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans klitoridis
,korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans
klitoridis terdiri atasjaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.
5) Vulva
lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh klitoris,
kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai
sinus urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra
eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang
kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan
bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm
yang bermuara di vulva.Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.
6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra
Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2
cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus
iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik
ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering
mengalami cedera dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.
7) Introitus Vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen
mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang
berlubang- lubang atau yang ada pemisahnya(septum);konsistensinya dari yang kaku
sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang
seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh 2 jari.Umumnya himen robek pada
koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput
dara.Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.
8) Perineum
Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

2.6 Patofisiologi dan Pathway


2.7 Tanda dan Gejala
 Timbul rasa panas dan pering pada tempat yang terinfeksi
 Perih saat baung air kecil
 Demam
 Keluar cairan seperti keputihan dan berbau
2.8 Penatalaksanaan
 Jangan menggaruk-garuk perineum maupun vagina
 Jangan mencoba mengobati sendiri, misalnya dengan cairan pembersih
kewanitaan karena melihat adanya keputihan.
 Segera hubungi dokter kandungan anda. Selain memberi anda antibiotic, dokter
akan menganjurkan anda merawat luka dengan bath seat, yakni berjongkok atau
duduk, kemudian membasuh bekas luka denga cairan antiseptic.
 Jaga kondisi kesehatan selama hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang
bersih dan memenuhi pola diet saat berimbang, serta minum air dalam jumlah
yang cukup.
 Menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka bekas episiotomy (prosedur
bedah untuk melebarkan jalan lahir), terutama setelah buang air kecil dan buang
air besar. Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh area genetalia dan anus,
basuhlah dengan gerakan dari arah depan ke belakang.
 Pastikan kepada dokter dan petugas ruang bersalin agar alat-alat persalinan dan
juga ruangan bersalin terjaga kesterilannya.

2.9 Pencegahan
 Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic
 Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
 Penderita dengan infeksi nifas sebaikknya di isolasi dalam ruang khusus, tidak
bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
 Membatasi tamu yang berkunjung
 Mobilisasi dini
A. Pengkajian

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab

a. Identitas klien

Nama : Ny. T

Umur : 33 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Menoreh Raya XII no. 21


Sampangan- Semarang.
Diagnosa Medik : Partus spontan dgn episiotomi hari ke II,PIII
A0 Tanggal Masuk : 8 Mei 2007, Jam 13.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2007, jam : 14.30 WIB
b. Identitas Penanggung

Jawab Nama : Tn. G

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : STM

Hubungan dgn Klien :

Suami

2. Riwayat kesehatan klien


a. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum akibat
episiotomi. Seperti kesemutan, cekit- cekit dan perih. Skala
nyeri 8.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien hamil 38 minggu, G III PII A0, mengeluh kenceng-
kenceng, keluar darah berwarna coklat, flek-flek, kemudian
klien pergi ke rumah Bidan dan memeriksakannya, lalu oleh
Bidan klien di sarankan untuk ke Rumah Sakit Dr. Karyadi.
Jam 07.10 WIB klien ke Rumah Sakit Dr. Karyadi (RSDK) di
bagian UGD lalu dipindah ke ruang B3-OBS, tanggal 8 Mei
2007 jam 09.10 WIB di ruang VK klien melahirkan anak laki-
laki, Apgar score: 10, BB: 3,1 kg, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD:32
cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 6 jam 25 menit, kala I : 03.00-
09.00, kala II : 09.00-09.10, kala III : 09.10- 09.25.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat asma (-), hipertensi (-), demam berdarah (-), penyakit
jantung (-).

d. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma,
hipertensi, demam berdarah, penyakit jantung, riwayat
gamelli tidak dikaji.

e. Riwayat kehamilan
G III PII A0, HPHT tanggal 16/08/2006, taksiran persalinan 23
Mei 2007. klien mengatakan rajin untuk memeriksakan
kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu
ke-5 dan tiap bulan periksa ke Bidan. Pada waktu kehamilan
klien 8mengeluh mual-mual (nyidam).
f. Riwayat persalinan
Klien telah memiliki 2 orang anak, yaitu :

1) Laki-laki dengan Berat Badan Lahir : 3.000 gr, aterm,


spontan dirumah persalinan Salatiga dan sekarang berusia
13 tahun, persalinannya.tidak dengan episiotomi
2) Perempuan dengan BBL : 3.500 gr, usia 37 minggu, spontan
di Bidan terdekat, sekarang berusia 7 tahun, persalinan
dengan episiotomi.

g. Riwayat haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada
keluhan ketika haid.

3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional


a. Persepsi terhadap kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk
klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan untuk
mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli
obat sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. T langsung
berangkat periksa ke Bidan terdekat / dokter.

b. Pola aktivitas dan latihan


Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ke tiga, klien tidak
ada keluhan begitu juga saat kehamilan ketiga ini. Klien hanya
mengeluh aktivitasnya sedikit. Dirumah sakit juga tidak leluasa
bergerak karena merasa nyeri, klien terlihat lemas dan sedikit
aktivitas.

c. Pola istirahat tidur


Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat karena tidak
nyaman dengan posisi tidurnya, sehingga klien hanya tidur
malam 21.00-04.00 WIB, sedangkan tidur siang klien jarang-
jarang. Ketika dirumah sakit klien susah tidur. Klien tidur malam
dari jam 21.00-05.00 WIB. Klien sering terbangun pada malam
hari karena adanya luka post episiotomi pada perineum.

d. Pola nutrisi dan Metabolik


Sebelum sakit klien makan 1/4 porsi dari makanan yang disediakan
malah kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien nyidam rujak
dan lebih makan-makanan rujak. Saat dirumah sakit klien makan 1/2
porsi – 1 porsimakan. Klien minum ± 500 – 600 cc/ hari

e. Pola Eliminasi (BAB dan BAK)


Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar 1 kali / hari dan
ketika dirumah sakit klien belum buang air besar karena merasakan
sedikit nyeri dengan skala 2-3. sebelum masuk Rumah Sakit, klien
buang air kecil ± 4-5 x/ hari, begitu juga saat klien di Rumah Sakit

f. Pola Kognitif
Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh.
Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien bergerak
dan nyeri hilang saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian
perineum, nyeri hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan perih.

g. Pola Konsep Diri


Identitas diri : klien mengatakan tetap percaya diri dan menyukai
bentuk tubuhnya.Peran : klien sebagai seorang Ibu yang mempunyai 3
orang anak.

h. Pola Koping
Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien
membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan
teman dan tetangganya baik-baik saja.

i. Pola Seksual- Reproduksi


Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola seksualnya.
Sehingga klien jarang melakukan hubungan seksual dengan Suaminya.

j. Pola Hubungan Sosial


Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti kegiatan
PKK dan pengajian, atau kegiatan POSYANDU 1 bulan sekali. Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah sakit klien
merasa tidak leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu

4. Pemeriksaan fisik pada ibu


a. Kepala : Mesochepal
1) Rambut : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus
2) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor
3) Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung
4) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada sekret
5) Mulut : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)
b. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
tonsil, trakhea ditengah, tidak ada distensi vena jugularis
c. Dada : Mammae simetris, berisi, hangat, areola berpigmentasi,
nipple menonjol, ekspansi paru simetris
d. Abdomen : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada massa
pada abdomen, bising usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm dibawah
umbilikus.
e. Perineum : Keluar darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi masih
basah, kemerahan,tidak ada oedema, ada bintik kebiruan, tidak
ada nanah dan tidak ada perdarahan, jenis jahitan jelujur.,

f. Anus : Tidak ada hemoroid


g. Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem,
Homan’s sign tidak dikaji.
h. Tanda-TandaVital : TD : 120/ 80 mmHg
S : 36,5ºC

RR : 24x / menit
N : 82x / menit
5. Data penunjang
a. Hematology
Tanggal 8 Mei 2007, jam 07.54 WIB

1) Analyzer Hema Nilai Nilai Normal

hemoglobin 11,80gr% (12,00-15,00 gr%)


hematokrit 34,70 % (35,0-47,0 %)
Eritrosit 3,50 % (3,90-5,60 %)
MCH 33,80 % (27,00-32,00 %)
MCV 99,20 % (76,00-96,00 %)
MCHC 34,10 % (29,00-36,00 %)
Leukosit 16,90 rb/mmk (4,00-11,00rb/mmk)
trombosit 195,0 rb/mmk (150,0-400,rb/mmk)

2) Kimia klinik
Elektrolit Nilai Normal
Nilai

Na 138 mmol/L (136-145mmol/L)


K 4,9 mmol/L (3,5-5,1mmol/L)
Cl 111 mmol/L (98-107 mmol/L)
Cal 2,42 (2,12-2,52
mmol/L mmol/L)
b. Terapy pengobatan
dilakukan tanggal 8 Mei 2007, jam 07.54 WIB Di berikan:

Amoxicylin 3 x 500 mg
Methergin 3 x1 ampul
Vitamin BC / C / SF 2 x 1

c. Diit biasa : nasi, lauk dan sayur.


d. Rawat luka area perineum akibat luka episiotomi dengan betadin
B. Pengelompokan data
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi
skala 8, ketika bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih.
b) Klien mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan payudara
c) Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
seperti menstruasi.
2). Data Objektif
a) Klien tampak kesakitan
b) Klien sering bertanya bagaimana melakukan perawatan payudara.
c) Adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum
d) Terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar rubra ± 40
cc.

C. Analisa data
No Data Problem Etiologi

S : klien tampak klien mengatakan nyeri


1. pada perineum akibat episiotomi Gangguan Terputusnya
skala 8, ketika bergerak nyerinya rasa nyeri jaringan
seperti cekit-cekit dan perih. sekunder
O : klien tampak meringis kesakitan terhadap luka
episiotomi

2. S : klien mengatakan masih keluar darah Trauma


dari jalan lahir seperti menstruasi jaringan
O : • adanya kemerahan dan nyeri tekan Resiko / kerusakan
pada perineum infeksi fisik
• terdapat luka episiotomi, keadaan
vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40
cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80
gr%,
suhu: 36,5ºC.
3. Kurangnya Minimnya
S : klien mengatakan tidak tahu pengetahuan informasi
bagaimana melakukan perawatan tentang tentang
payudara “Breast perawatan
O : Klien sering bertanya bagaimana Care”. payudara
melakukan perawatan payudara.

D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala 8 ketika
bergerak nyerinya cekit- cekit dan perih, klien tampak meringis
kesakitan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan
kulit ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan
jalan seperti menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada
perineum, terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar
lochea rubra ± 40 cc.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya
informasi tentang Breast care ditandai dengan klien mengatakan
tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien
sering bertanya-tanya bagaimana cara melakukan perawatan
payudara
E. Implementasi keperawatan
Dx. 1 →Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai
dengan klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi,
skala 8 ketika bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih, klien tampak
meringis kesakitan.

1. Tujuan :Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.


2. Kriteria
a) Nyeri berkurang atau hilang.
b) Ekspresi wajah rileks.
c) Pasien mampu melakukan tindakan dan
mengungkapkan intervensi untuk mengatasi nyeri
dengan cepat.
d) Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm
Hg. Nadi 80- 88 x/ menit)
3. Intervensi
a) Tentukan lokasi dan sifat nyeri.
Rasional : mengidentifikasikan kebutuhan-
kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat

b) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy


Rasional : dapat menunjukkan trauma berlebihan pada
jaringan perineal dan atau terjadinya komplikasi yang
memerlukan evaluasi atau intervensi lebih lanjut.

c) Ajarkan klien untuk duduk dengan mengkonstraksikan otot


gluteal.
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk
dapat menurunkan strees dan tekanan lansung pada
perineum

d) Berikan informasi tentang berbagai startegi untuk


menurunkan nyeri, misalnya teknik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : membantu memberikan rasa nyaman.

e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik


Rasional: memberikan kenyamanan sehingga klien
dapat memfokuskan pada perawatan sendiri dan
bayinya.
Dx. 2 → Resiko infeksi berhubungan dengan
traumajaringan/kerusakan kulit ditandai dengan klien
mengatakan masih keluar darah dan jalan seperti menstruasi,
adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum, terdapat
luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40
cc.

1. Tujuan :Infeksi tidak terjadi.


2. Kriteria :
a) Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak
ada tanda-tanda infeksi (color, tumor, dolor, dan
fungsio laesa)
b) Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik
untuk meningkatkan penyembuhan.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal, terutama
suhu (36-37º C)Nutrisi terpenuhi (adekuat)
3. Intervensi :
a) kaji adanya perubahan suhu
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-
10 hari setelah melahirkan sangat
menandakaninfeksi.

b) Observasi kondisi episiotomi seperti adanya


kemerahan, nyeri tekan yang berlebihan dan eksudat
yang berlebihan.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan
pada jaringan parenial dan atau terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi intervensi
lebih lanjut.

c) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan


sebelum dan sesudah menyentuh genital.
Rasional : membantu mencegah/ menghalangi
penyebaran infeksi.

d) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang


abnormal.
Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea
yang purulen dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi.

e) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum


dengan menggunakan sabun dari depan kebelakang
dan untuk mengganti pembalut sedikitnya setiap 4
jam atau jika pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal
memasuki vagina atau uretra

f) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka


perineum.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang
perawatan vulva.

g) Kolaborasi untuk pemberian anti biotic


Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran
kejaringan sekitar.
Dx. 3 → Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
minimnya informasi tentang perawatan payudara ditandai
dengan klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara
melakukan perawatan payudara, klien sering bertanya-tanya
bagaimana cara melakukan perawatan payudara.

1. Tujuan :
Agar ASI lancar, sekitar areola dan puting tidak kotor, payudara
tidak bengkak

2. Kriteria :
a) klien dapat mengerti tentang cara perawatan payudara.
b) Klien mampu melakukan cara perawatan payudara.
3. Intervensi :
a) Lakukan Breast care pada klien
Rasional : menggali seberapa banyak pengetahuan dan
pemahaman yang diterima pasien

b) Ajarkan breast care pada Ibu


Rasional : agar payudara tidak bengkak dan ASI lancer

c) Kaji pengetahuan klien tentang perawatan payudara


Rasional : Menggali seberapa banyak pengetahuan yang
diterima klien

d) Kaji produksi ASI pada klien


Rasional : Untuk mengetahui seberapa banyak produksi ASI

e) Anjurkan pada Ibu untuk melakukan perawatan


payudara tiap pagi hari
Rasional: Agar ASI keluar dengan lancar
F. Implementasi
No Waktu IMPLEMENTASI RESPON KLIEN Paraf
.
Dx
Rabu, 9 1. Mengkaji k S : Pasien mengatakan
e nyeri pada daerah
l luka jahitan terutama
u saat bergerak, skala
h nyeri 8
a O : Pasien tampak
n meringis menahan
Mei pasien
nyeri saat klien
2007
Jam menggeserkan
14.30 tubuhnya untuk
duduk,
terdapat 1 jahitan
jelujur pada perineum
14.40 2. Memberikan S:−
penjelasan kepada klien O : Klien lebih tenang dan
bahwa rasa cemas berkurang
nyeri hal yang wajar
S : Klien menyatakan
14.50 3. v lebih nyaman
u
Melakukan setelah
l
dibersihkan
v
a daerah vulvanya.
hygiene d
O :Pasien tampak bersih,
a
lochea rubra ± 40 cc,
n
mengobservasi l tak ada oedem, ada

u kemerahan,ada

k bintik- bintik

a kebiruan pada
episiotomi d
e perineum,ada nyeri
n tekan pada perineum.
g
a
n
REEDA

15.20 4. Menganjurkan S : Pasien mengatakan


pasien untuk relaksasi nyeri berkurang dan
tarik nafas panjang merasa nyaman.
dalam Skala nyeri 4-5
setelah melakukan
nafas panjang dalam.
O : Pasien tampak rileks
dan tenang, ekspresi
wajah tidak tegang.
I, 15.30 5. Mengukur tanda- S:−
II tanda vital O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, S :
36C
RR : 24 x/ menit.
15.45 6. Menganjurkan pasien S : Klien mengatakan
untuk duduk d
dapat mengontrol
e
nyerinya secara
n
minimal.
g
a
n
mengontraksika o
n t
o
t
gluteal
O : Klien tampak rileks
dan menjawab

akan
mengkontraksikan
otot gluteal saat
buang air
besar.
17.00 9. Memberikan obat S : −
peroral 1 tablet O : Obat diminum pasien
amoxicillin dan 1 tablet melalui oral, tidak
vitamin BC ada mual muntah
21.00 11.Menciptakan S:−
lingkungan yang O: Suasana ruangan
tenang dan nyaman tampak terang, pasien
tampak rileks dan
tiduran diatas
tempat tidur.
Kamis,
10 Mei
2007,
jam 1. Mengkaji S : klien mengatakan
08.0 keluhan pasien dapat mengontrol
0 nyerinya .
O : Pasien tampak tenang,
rileks, ekspresi wajah
tidak tegang
S:−
08.15 2. Melakukan vulva O : Vulva sudah bersih,
Hygiene dan tidak ada oedem pada
mengobservasi luka perineum, tidak ada
episiotomi kemerahan, tidak ada
bintik kebiruan pada
perineum, nyeri tekan
perineum masih,
lochea rubra ± 30 cc.
08.30 3. menganjurkan S : Pasien mengatakan
pasien untuk memegang genital
mencuci tangan jika mau BAK saja
sebelum dan O : Pasien menjawab
sesudah memegang akan selalu mencuci
genital tangan baik sebelum/
sesudah
memegang
genitalianya
08.45 4. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan klien paham
tentang perawatan
tentang perawatan
payudara
payudara
O : Klien tampak
mengerti
09.00 5. Melakukan Breast S : Klien mengatakan
care pada klien lebih nyaman, enak
setelah
dilakukan breast care
O : Pasien tampak senang,
payudara tidak
bengkak
I, 11.30 6. Mengukur TTV S:−
II O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/ menit,
S : 36C,
RR:24x/menit
I, 12.30 7. Memberikan obat S:−
II peroral 1 tablet O : Obat diminum
amoxicylin dan 1 melalui oral, tidak
tablet ada mual muntah
vitamin BC
Jumat,
11 Mei
2007
I 07.30 1.mengkaji keluhan S : klien mengatakan
pasien nyeri berkurang,dapat
berjalan kekamar
mandi
O : pasien tampak rileks
dan tenang, terlihat
sedang duduk,
ekspresi wajah tidak

menahan
nyeri,tampak
tersenyum
III 08.00 2.Mengajarkan perawatan S : Klien
payudara pada pasien. mendemontrasikan
cara
perawatan payudara
dengan baik
O : Klien tampak
kooperatif
III 08.30 3. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan klien paham dan mengerti
tentang perawatan tentang
payudara
perawatan payudara
O : Klien tampak gembira
II 09.00 4. Mengajarkan pada S : Klien mengatakan
klien tentang cara- sudah mengetahui
cara perawatan
cara perawatan
perineum
perineum
O : Klien mampu
menyebukan ulang
cara- cara

perawatan
perineum
II 09.30 5. Mengobservasi S:-
luka episiotomi O : lochea rubra ± 20 cc,
tidak ada oedem,
tidak ada kemerahan,
jahitan tidak tampak,
perineum kembali
seperti biasa, nyeri
tekan masih.
II 10.30 6. Menganjurkan
pasien untuk S : klien menyatakan
mencuci perineum lebih nyaman dan
dengan sabun dari lebih keset
depan ke belakang O : Pasien menjawab
dan untuk akan melakukannya
mengganti secara rutin untuk
pembalut jika menjaga kebersihan
sudah basah atau genetalianya
sedikitnya tiap 4 jam.
III 11.00 7. Mengkaji produksi S:-
ASI pada klien O : setelah dilakukan
breast care, ASI
keluar lancar,
payudara tidak
bengkak.
III 11.15 8. menganjurkan ibu S : Klien mengatakan
untuk melakukan akan melakukan
perawatan payudara perawatan payudara
tiap pagi hari. tiap pagi hari
O:-
I, 11.30 9. Mengukur TTV S :-
II O : TD : 120/80 mmHg,
N: 84 x/menit, Suhu
36,5ºC, RR : 22 x/menit
G. Evaluasi

No Waktu EVALUAS Paraf


. I
Dx
Jumat
I. , 11 S : Klien mengatakan skala nyeri berkurang
Mei yaitu 2. O : Klien terlihat rileks dan tidak
200 lemas
7 TD : 120/80 mmHg, S : 36,5  C, N : 84 x/
!2.30 menit, RR : 22x/ menit
A : masalah teratasi
sebagian P : lanjutkan
intervensi
 kaji karakteristik / skala nyeri
 Anjurkan pasien untuk mobilitas dini /
teknik relaksasi.
II. 12.45 S:–
O :● Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
jahitan pada perineum
●TD : 120/80 mmHg, N : 84x/menit, S :
36,5 C RR : 22 x/ menit
● Tidak ada kemerahan, tidak ada oedem,
tidak ada perdarahan/ nanah pada luka
jahitan
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Lakukan perawatan vulva hygiene
dengan teknik steril dan aseptik
S : Klien mengatakan sudah paham bagaimana
cara melakukan perawatan payudara
III 13.15 O :Klien belajar mendemontrasikan perawatan
payudara.
A : masalah teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
 Anjurkan klien melakukan breast care
tiap pagi hari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka-luka pasca persalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas
luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga
kebersihannya. Hal lain yang harus di waspadai selama masa nifas selain infeksi adalah
terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi
anemia selama masa kehamilan, hal ini di khawatirkan akan mempengaruhi proses kontraksi
pada Rahim untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan
oksigen ke Rahim.
3.2 saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi
anemia, malnutrisi, serta munculnya penykit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak
melakukan dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua karena bias menyebabkan pecahnya
ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi dalam jalan Rahim.
DAFTAR PUSTAKA

Sukarni Icesmi.2014.Patologi Kehamilan,Persalinan,Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi:Nuha


Medika.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai