Kelompok 5
Kelompok 5
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK V
1. MUHAMMAD IZZI
2. RIMAYAZUL AINI
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
Makalah dengan judul INFEKSI PASCA PARTUM . Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kuliah Maternitas serta membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap materi Infeksi Pasca Partum. Pemahaman tersebut
dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis
kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun makalah ini,
kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu
Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk mengetahui
dan menambah wawasan walau makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
Kelompok V
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………..
2.1 Definisi infeksi pasca partum……………………………………………………………………
2.2 penyebab pasca partum…………………………………………………………………………..
2.3 Resiko kejadian……………………………………………………………………………………….
2.4 Angka kejadian di indonesi dan NTB…………………………………………………………
2.5 anatomi…………………………………………………………………………………………………….
2.6 Patofisiologi dan pathway…………………………………………………………………………
2.7 Tanda dan gejala…………………………………………………………………………………………..
2.8 Penatalaksanaan………………………………………………………………………………………
2.9 Pencegahan…………………………………………………………………………………………………..
2.10 Asuhan keperawatan pada infeksi pasca partum…………………………………………
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………..
3.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan yang setelah kelahiran
plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas
ini yaitu 6-8 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 ®C atau
lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan diukur peroralsetidaknya empat
kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi
nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak, namun
dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi
nifas, pencegahan dan penemuan obat-obata baru dari itulah dapat diminimalisir
terjadinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu
infeksi nifas, bagaimana penyebabnya infeksi, pencegahannya dan asuhan nifas yang
higenis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
ditandai peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan dua kali pemeriksaan, selang waktu 6
jam dan 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronchitis), maka dikatakan bahwa
telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan
proses persalinan adalah infeksi pada Rahim, daerah sekitar Rahim, atau vagina. Infeksi
ginjal juga terjadi segera setelah persalinan.
Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada
vagina berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban
pecah, persalinan lama, operasi Caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam Rahim,
dan terjadi perdarahan hebat setelah persalinan. Gejalanya natara lain menggigil, sakit
kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel
darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar dari Rahim
berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling Rahim, maka nyeri dan
demamnya hebat.
Perdarahan pasca persalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita
yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan
pasca persalinan yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan pasca persalinan
meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang kehamilan lebih dari 1 kali
atau yang termasuk multi gravida mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya
perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi
reproduksinya mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pasca
persalinan menjadi lebih besar.
2.2 Penyebab
Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya kurang bersih
atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari petugas ruang bersalin.
Ibu dengan proses persalinan yang lama atau mendadak sehingga tidak tertangani
dengan baik.
Luka guntingan atau robekan dalam proses persalinan.
Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau darah yang membeku di dalam
Rahim.
Kondisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti malnutrisi, perdarahan,
kelelahan dan pre-eklamsia.
Kebersihan daerah perineum kurang terjaga. Misalnya, karena tidak segera
mengganti pembalut bila sudah penuh cairan lokia. Atau, setelah dibasahi, daerah
perineum tidak dikengkang.
2.5 Anatomi
1) Vagina
Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang
memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan
rectum di posterior.
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian
tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi
perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada
persalinan serta mengendalikan pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu
bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian
bawah berbentuk silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran
ovum atau tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada
pertemuan batas superior dan lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus
disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh
peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu
serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.
Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelum
pubertas panjangnya bervariasi antara 2,53,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa
panjangnya antara 68 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita
yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah
melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih
setengah panjang serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama.
Sedangkan pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga
panjang total organ ini.
Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan kanalis
servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu
ostium interna dan ostium eksterna. Setelah menopouse uterus mengecil sebagai akibat
atropi miometrium dan endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk
pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika
mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.
Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri
uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar
ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi
menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi
bagian atas serviks dan bagian atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah
serviks dan korpus uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam
ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian
atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang
didalam ligamentum latum, membentuk pleksus pampiniformis yang berukuran besar,
pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena
cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri.
Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari
sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus,
vesika urinaria serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa
myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat pelvis
yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum
kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum uterosarkum.
Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum merupakan ligamentum
yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum
kardinale mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum
uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum rotundum
menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah
ingunal kiri dan kanan.
a. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas
serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada
kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu
portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan
setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang.
Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan kolagen,
jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama
kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat
pemecahan kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan endometrium.
Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran
basalis yang tipis.
b. Korpus Uteri
Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan
peritoneum.
1. Endometrium
Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang
melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran
tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan
terlihat ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal
endometrium 0,55 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan
jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah.
Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari
sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi
menjaga rongga uterus tetap lembab.
2. Miometrium
Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler.
Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot
polos yang disatukan jaringan ikat dengan
banyak serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan miometrium membesar namun
tidak terjadi perubahan berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot
yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique media, sirkularis
interna dan sedikit jaringan fibrosa.
3. Peritonium
Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum
melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana
peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.
b). Organ Generatif Eksterna
Gambar 2: Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita ( Sumber: Wiknjo Sastro, 2002)
Keterangan :
1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas
simfisis,sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak
serupa dengan yang ada di mons veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.
3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan
kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan
dibawah klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat
mengembang.
4) Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans klitoridis
,korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans
klitoridis terdiri atasjaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.
5) Vulva
lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh klitoris,
kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai
sinus urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra
eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang
kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan
bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm
yang bermuara di vulva.Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.
6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra
Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2
cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus
iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik
ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering
mengalami cedera dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.
7) Introitus Vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen
mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang
berlubang- lubang atau yang ada pemisahnya(septum);konsistensinya dari yang kaku
sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang
seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh 2 jari.Umumnya himen robek pada
koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput
dara.Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.
8) Perineum
Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.
2.9 Pencegahan
Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
Penderita dengan infeksi nifas sebaikknya di isolasi dalam ruang khusus, tidak
bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
Membatasi tamu yang berkunjung
Mobilisasi dini
A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMP
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : STM
Suami
e. Riwayat kehamilan
G III PII A0, HPHT tanggal 16/08/2006, taksiran persalinan 23
Mei 2007. klien mengatakan rajin untuk memeriksakan
kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu
ke-5 dan tiap bulan periksa ke Bidan. Pada waktu kehamilan
klien 8mengeluh mual-mual (nyidam).
f. Riwayat persalinan
Klien telah memiliki 2 orang anak, yaitu :
g. Riwayat haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada
keluhan ketika haid.
f. Pola Kognitif
Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh.
Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien bergerak
dan nyeri hilang saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian
perineum, nyeri hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan perih.
h. Pola Koping
Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien
membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan
teman dan tetangganya baik-baik saja.
RR : 24x / menit
N : 82x / menit
5. Data penunjang
a. Hematology
Tanggal 8 Mei 2007, jam 07.54 WIB
2) Kimia klinik
Elektrolit Nilai Normal
Nilai
Amoxicylin 3 x 500 mg
Methergin 3 x1 ampul
Vitamin BC / C / SF 2 x 1
C. Analisa data
No Data Problem Etiologi
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala 8 ketika
bergerak nyerinya cekit- cekit dan perih, klien tampak meringis
kesakitan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan
kulit ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan
jalan seperti menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada
perineum, terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar
lochea rubra ± 40 cc.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya
informasi tentang Breast care ditandai dengan klien mengatakan
tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien
sering bertanya-tanya bagaimana cara melakukan perawatan
payudara
E. Implementasi keperawatan
Dx. 1 →Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai
dengan klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi,
skala 8 ketika bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih, klien tampak
meringis kesakitan.
1. Tujuan :
Agar ASI lancar, sekitar areola dan puting tidak kotor, payudara
tidak bengkak
2. Kriteria :
a) klien dapat mengerti tentang cara perawatan payudara.
b) Klien mampu melakukan cara perawatan payudara.
3. Intervensi :
a) Lakukan Breast care pada klien
Rasional : menggali seberapa banyak pengetahuan dan
pemahaman yang diterima pasien
u kemerahan,ada
k bintik- bintik
a kebiruan pada
episiotomi d
e perineum,ada nyeri
n tekan pada perineum.
g
a
n
REEDA
akan
mengkontraksikan
otot gluteal saat
buang air
besar.
17.00 9. Memberikan obat S : −
peroral 1 tablet O : Obat diminum pasien
amoxicillin dan 1 tablet melalui oral, tidak
vitamin BC ada mual muntah
21.00 11.Menciptakan S:−
lingkungan yang O: Suasana ruangan
tenang dan nyaman tampak terang, pasien
tampak rileks dan
tiduran diatas
tempat tidur.
Kamis,
10 Mei
2007,
jam 1. Mengkaji S : klien mengatakan
08.0 keluhan pasien dapat mengontrol
0 nyerinya .
O : Pasien tampak tenang,
rileks, ekspresi wajah
tidak tegang
S:−
08.15 2. Melakukan vulva O : Vulva sudah bersih,
Hygiene dan tidak ada oedem pada
mengobservasi luka perineum, tidak ada
episiotomi kemerahan, tidak ada
bintik kebiruan pada
perineum, nyeri tekan
perineum masih,
lochea rubra ± 30 cc.
08.30 3. menganjurkan S : Pasien mengatakan
pasien untuk memegang genital
mencuci tangan jika mau BAK saja
sebelum dan O : Pasien menjawab
sesudah memegang akan selalu mencuci
genital tangan baik sebelum/
sesudah
memegang
genitalianya
08.45 4. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan klien paham
tentang perawatan
tentang perawatan
payudara
payudara
O : Klien tampak
mengerti
09.00 5. Melakukan Breast S : Klien mengatakan
care pada klien lebih nyaman, enak
setelah
dilakukan breast care
O : Pasien tampak senang,
payudara tidak
bengkak
I, 11.30 6. Mengukur TTV S:−
II O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/ menit,
S : 36C,
RR:24x/menit
I, 12.30 7. Memberikan obat S:−
II peroral 1 tablet O : Obat diminum
amoxicylin dan 1 melalui oral, tidak
tablet ada mual muntah
vitamin BC
Jumat,
11 Mei
2007
I 07.30 1.mengkaji keluhan S : klien mengatakan
pasien nyeri berkurang,dapat
berjalan kekamar
mandi
O : pasien tampak rileks
dan tenang, terlihat
sedang duduk,
ekspresi wajah tidak
menahan
nyeri,tampak
tersenyum
III 08.00 2.Mengajarkan perawatan S : Klien
payudara pada pasien. mendemontrasikan
cara
perawatan payudara
dengan baik
O : Klien tampak
kooperatif
III 08.30 3. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan klien paham dan mengerti
tentang perawatan tentang
payudara
perawatan payudara
O : Klien tampak gembira
II 09.00 4. Mengajarkan pada S : Klien mengatakan
klien tentang cara- sudah mengetahui
cara perawatan
cara perawatan
perineum
perineum
O : Klien mampu
menyebukan ulang
cara- cara
perawatan
perineum
II 09.30 5. Mengobservasi S:-
luka episiotomi O : lochea rubra ± 20 cc,
tidak ada oedem,
tidak ada kemerahan,
jahitan tidak tampak,
perineum kembali
seperti biasa, nyeri
tekan masih.
II 10.30 6. Menganjurkan
pasien untuk S : klien menyatakan
mencuci perineum lebih nyaman dan
dengan sabun dari lebih keset
depan ke belakang O : Pasien menjawab
dan untuk akan melakukannya
mengganti secara rutin untuk
pembalut jika menjaga kebersihan
sudah basah atau genetalianya
sedikitnya tiap 4 jam.
III 11.00 7. Mengkaji produksi S:-
ASI pada klien O : setelah dilakukan
breast care, ASI
keluar lancar,
payudara tidak
bengkak.
III 11.15 8. menganjurkan ibu S : Klien mengatakan
untuk melakukan akan melakukan
perawatan payudara perawatan payudara
tiap pagi hari. tiap pagi hari
O:-
I, 11.30 9. Mengukur TTV S :-
II O : TD : 120/80 mmHg,
N: 84 x/menit, Suhu
36,5ºC, RR : 22 x/menit
G. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka-luka pasca persalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas
luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga
kebersihannya. Hal lain yang harus di waspadai selama masa nifas selain infeksi adalah
terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi
anemia selama masa kehamilan, hal ini di khawatirkan akan mempengaruhi proses kontraksi
pada Rahim untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan
oksigen ke Rahim.
3.2 saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi
anemia, malnutrisi, serta munculnya penykit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak
melakukan dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua karena bias menyebabkan pecahnya
ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi dalam jalan Rahim.
DAFTAR PUSTAKA