Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

INFEKSI TORCH

Kelompok6

1. Mutmaninnah
2. Rosdiatun

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI JENJANG S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “INFEKSI TORCH”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram,14 juli 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi TORCH................................................................................................3

2.2 Cara penularan TORCH ..................................................................................16

2.3 Cara Menghindari TORCH .............................................................................17

2.4 Cara Mencegah TORCH .................................................................................18


2.5 Angka Kejadian Infeksi TORCH.....................................................................18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengajian .........................................................................................................19

3.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................20

3.3 Intervensi keperawatan ....................................................................................20

3.4 Implementasi Keperawatan .............................................................................31

3.5 Intervensi .........................................................................................................31

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................32

4.2 Saran.................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan


Herpas Simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita
hamil kepada bayinya, ibu hamil yang terinfeksi TORCH beresiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan
terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi
aktif, selanjutnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan
sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di labolatorium.

TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpas Simplex Virus II
(HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari
Toxoplasma gondi (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and other diseases,.Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilisasi) baik pada wanita
maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi
TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat
mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa
timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan
pada saraf, mata, kelainan pada otak, pru-paru, mata, telinga, tergnggunya
fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.

TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH


juga bisa menyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan
jenik kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit
kepala misalnya), menyebabkansering timbulnya radang tenggorokan, flu
berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki,
lambung, mata, dan sebagainya.
Diagnosa dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM
menunjukkan hasil positif 40 (10,52%) Untuk Toksoplasma, 102 (26,8%)
untuk Rubella, 32 (8,42%) untuk CMV dan 14 (3,6%) untuk HVS-II.
Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42,10%) untuk toksoplasma,
233 (61,3%) untuk Rubella, 346 (91,05%) untuk CMV dan 145 (33,58%)
untuk HSV-II.

1.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa mampu


mengaplikasinkan asuhan Keperawatan dan mengetahui infeksi TORCH pada
ibu Hamil.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defisnisi TORCH

TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpas Simplex Virus II
(HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari
Toxoplasma gondi (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and other diseases,.Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilisasi) baik pada wanita
maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.

1. Toxoplasmosis
a. Definisi

Toxoplasma adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak
menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yanga terinfeksi

b. Etiologi

Penyebab dapi penyakit ini adalah parasit protozoa yaitu


toxoplasma gondii

c. Manifestasi Klinis
1) Sakit kepala
2) Lemah
3) Sulit berpikir jernih
4) Demam
5) Mati rasa
6) Koma
7) Serangan jantung
8) Perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih
senditif terhadap cahaya terang, atu kehilangan penglihatan)
9) Kejang otot, dan sakit kepala parah.
d. phatway dan Patofisiologi

TORCH

Toxoplasma Rubella Cytomegali Herpes


gondii

Fase Sexual Fase asexsual

Ditubuh kucing Takizoit (infeksi


yang terinfeksi akut)

Masa inkubasi Bradizoit (infeksi


kurang lebih 9 hari kronis)

Mikro & makrogamet


toxsoplasma
mengalami fusi

Membentuk ookista

ookista dikeluarkan lewat tinja


kucing yang terinfeksi dan
membentuk spora yang tahan
terhadap lingkungan

Sporozoit
Dimakan hewan ex: Manusia makan
kambing, sapi, kuda. daging yang
tidak matang
Tinja kucing yang mengandung
spora mencemari tanaman Kista

1. Microcepali
2. Cerebral klasifikasi Didapatkan di jaringan
3. Chorioretinitis otak, retina & hati
Kucing

Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.


Kucing tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan
burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah
terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada
fesesnya. pengeluaran oocystterus menerus sampi sekitar 2
minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses
kering sudah sangat infeksius. Oocyts dalam feses menyebar
melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi.
Sporulasi organisme ini terjadi selama 1-5 hari dalam kotoran. Jika
oocuts terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berad di atasnya
dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyts dapat bertahan hidup
sampai lebih dari I tahun tetapi tidak aktif.

e. Siklus Hidup

Siklus hidup toksoplasma ada 5 tingkat :


 fase proliferatif
 stadium kista
 fase schizogoni
 gametogoni
 fase ookista
Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan stadium kista. Fase
ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang. Siklus seksual secara
spesifik hanya terdapat pada kucing.
Fase proliferatif, yang menghasilkan tropozoit, terjadi secara
intraseluler dalam banyak jaringan saat terjadi infeksi primer.
Tropozoit menjadi berkurang jumlahnya pada saat imunitas inang
terbentuk, dan infeksi dapat masuk ke dalam stadium kronis. Apabila
terjadi penurunan dan penekanan daya tahan tubuh, tropozoit dapat
kembali berproliferasi dan menjadi banyak. Fase proliferasi ini juga
terjadi saat pembelahan sel.
Kista dapat terbentuk setelah terjadi beberapa siklus proliferasi
dimana terbentuk tropozoit. Kista ini dapat terbentuk selama infeksi
kronis yang berhubungan dengan imunitas tubuh. Kista terbentuk intrasel
dan kemudian terdapat secara bebas di dalam jaringan sebagai stadium
tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan tanpa menimbulkan reaksi
inflamasi. Pada saat ini antibodi dapat menurun meskipun masih terdapat
infeksi. Pada saat daya tahan tubuh menurun dan pada saat fase
proliferasi, kista tidak terbentuk. Kista pada binatang yang terinfeksi
menjadi infeksius bila termakan oleh karnivora dan toksoplasma masuk
melalui usus.
Siklus seksual Toksoplasma gondii hanya terdapat pada kucing.
Kucing dapat terinfeksi saat makan kista, pseudokista, atau ookista.
Kemudian tropozoit masuk ke dalam epitel usus kucing dan membentuk
schizon dan kemudian membentuk makrogamet dan mikrogamet.
Ookista kemudian terbentuk dan dikeluarkan bersama feses kucing 3-5
hari setelah terinfeksi dan menetap didalamnya selama 1-2 minggu.
Ookista kemudian menjadi sangat infeksius saat terjadi sporulasi setelah
1-3 hari pada suhu 22º C. Ookista dapat bertahan pada berbagai macam
kondisi lingkungan dan pada udara bebas selama 1 tahun atau lebih.
Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang
matang, sayur-sayuran yang tidak dimasak, makanan yang
terkontaminasi kotorasn kucing, melalui lalat atau serangga. Juga ada
kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang terdapat ookista yang
berterbangan.
Cara penularan lain yang sangat penting adalah pada jalur
maternofetal. Ibu yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat
menularkannya pada janin melalui plasenta.2,3,8,9.Risiko terjadinya infeksi
janin dalam rahim meningkat menuruit lamanya atau umur kehamilan.
Pada ibu yang mendapat infeksi sebelum terjadinya konsepsi sangat
jarang menularkannnya pada janin. Meskipun resiko infeksi meningkat
sesuai umur kehamilan, tetapi > 90% dari infeksi yang didapat saat
trimester III biasanya tidak memberikan gejala saat bayi lahir.
f. Gejala Klinis

Pada toksoplasmosis kongenital berat dapat menyebabkan


kematian janin, tetapi pada keadaan yang lain, infeksi dapat tidak
memberikan gejala dan bayi dapat lahir normal. Kelainan pada janin
dengan toksoplasmosis kongenital dapat berupa gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, hidrosefali, anensefali, mikrosefali,
korioretinitis. Pada bayi dapat juga lahir tanpa gejala tetapi kemudian
timbul gejala lambat seperti korioretinitis, katarak, ikterus,
mikrosefali, pneumonia, dan diare.
Komplikasi jangka panjang yang serius adalah timbulnya
kejang, retardasi mental dan gangguan penglihatan. Kebanyakan bayi
yang meninggal karena infeksi toksoplasma mengalami kerusakan
yang berat pada otak.
g. Pengetahuan terhadap kehamilan
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan kegugura
atau bayi lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat
dewasa.
h. Penatalaksanaan
Obat-obatan yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk
takizoid T. Gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya:
1) Pirimrtamin dan sulfonamide
2) Spiramisin adalah antibiotic makroid
3) Klindamisin
4) Azitromisin

2. Rubella
a. Definisi
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan
dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly.
Etiologi Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam
penyebabnya tidak membutuhkan vector.

b. Gejala Klinis
Pada janin, infeksirubelladapatmenyebabkanabortusbilaterjadi pada
trimestre I. Mula-mula replikasi virus terjadidalam jeringan janin, dan
menetapdalamkehidupanjanin, dan
mempengaruhipertumbuhanjaninsehinggamenimbulkankecacatanatau
kelainan yang lain.
Infeksiibu pada trimester II juga dapatmenyebabkankelainan yang
luas pada organ. Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel
di dalamuterusdapatmenyebabkankelainan yang luas pada periode
neonatal, sepertianemiahemolitikadenganhematopoesis extra meduler,
hepatitis, nefritis interstitial, encefalitis, pancreatitis interstitial, dan
osteomielitis.
Gejalarubellakongenitaldapatdibagidalam 3 kategori:
1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu:
a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi
terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat
merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD, dan stenosis katup
pulmonal.
c. Gangguan mata : katarak dan glukoma. Kelainan ini jarang
berdiri sendiri
d. Retardasi mental
2. Extended-sindroma rubella kongenital. Meliputi cerebral palsy,
retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara,
kejang, ikterus, dan gangguan imunologi (hipogamaglobulin).
3. Delayed-sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan
Diabetes Mellitus tipe 1, gangguan pada mata dan pendengaran
yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.2,14

Manifestasi klinis
1) Demam ringan
2) Merasa ngantuk
3) Sakit tenggorokan
4) Kemerahan sampai merah terang/pucat, menyebar secara cepat
dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
5) Kelenjar leher membengkak
6) durasi 3-5 hari
c. patofisiologi
Virus sesudah masuk melalui saluran pernapasan akan
menyebabkan perdangan pada mukosa saluran pernapasan untuk
kemudian peradangan pada mukosa saluran pernapasan inilah virus
akan menyebrang ke sekelilingnya. pada infeksi rubella yang
diperoleh post natal virus rubella akan disekresikan dari faring selama.
Pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus smpai usia 2 tahun. hal ini perlu deperhatikan
dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah
terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan mencegah
terjadinya penularan. sesudah sembuh tubuh akan memebentuk
kekebalan baik erupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.

d. Rubella terhadap kehamilan


Infeksi rubella berbahaya bila terjadinya pada wanita hamil muda,
karena dapat menyebabkan kehamilan pada bayinya. jika infeksi
terjadi pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya
kehamilan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan
abortus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates
(Konjungtivatis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi).
e. Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering
menyebabkan cacat bawaan pada janin.
f. Penatalaksaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat
diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.Vaksin
Rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil
dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini dikarenakan vaksin
berupa virus Rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko
menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
3. CMV (CITOMEGALO VIRUS)
a. Definisi
Citomegalovirus merupakan virus DNA dari golongan herpesviridae
seperti : Herpes simplex virus tipe 1 dan 2, Varicella-Zoster, Eipstein
Barr virus. Karakteristik virus dari golongan ini adalah
kemampuannya untuk beradaptasi di dalam tubuh manusia sedemikian
rupa sehingga dapat menimbulkan masa latent atau dormant. Virus ini
merupakan penyebab utama infeksi kongenital, dan diperkirakan 0,2-
2,2 % janin yang terinfeksi intrauterin dapat fatal bagi janin dan bila
bertahan hidup dapat terjadi retardasi mental, buta atau tuli.
b. klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah :
1) CMV nefritis (Ginjal)
2) CMV Hepatis (Hati)
3) CMV mycoarditis (jantung)
4) CMV Pneumonitis (paru-paru)
5) CMV retinitis (Mata)
6) CMV Gastritis (Lambung)
7) CMV colitis (Usus)
8) CMV enchephalitis (otak)
c. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah citomegalo virus
d. manifestasi klinis
1) Petikia dan ekimosis
2) Hepatolosplenomegali
3) Ikterus Neonatorum, hiperbilirubinemia langsung.
4) Retardasi pertumbuhan intrauterina
5) Prematuritas
6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan
7) Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahitr atau pada anak yang
lebih besar
8) Purpura
9) Hilang pendengaran
10) koriortenitis : Buta :
a) Demam
b) Koriorretnitis otak.
e. Patofisiologi Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebaba infeksi
virus cognital diamerik utara. CMV agaknya ditularkan dari orang
ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan
tubuh termasuk urine,darah, darah liur screect servikal, semen dan
ASI. Masa inkubasi saat ini masih belum diketahui

4. Herpes
a. Defenisi Herpes adalah suatu penyakit menular seksual didaerah
kelamin, kulit disekeliling rectum daerah disekitarnya disebabkan oleh
virus Herpes Simplek.

b. Penyebab herpes genetalis adalah Herpes Simplek (HSV) dan sebagian


hasil HSV (dimukosa mulut)
c. Klasifikasi
Terdpat 2 tipe serologi yang berada pada HSV, yaitu ;
1) HSV-1
2) HSV-2
d. Manifestasi Klinik
1) Timbul erupsi bintik kemerahan dan disertai rasa paanas dan gatal
pada kulit region genetalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah 2-3
hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai
rasa nyeri.
e. Patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody
maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstisionil
berat. Ini disebut infeksi perimer. Virus kemudian akan menjalar
melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian
sakralis) dan berdiam disana secra laten. Kalau pada saat virus masuk
pertama kali tidak terjadi gejala-gejla primer, maka tubuh akan
membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah
seberat infeksi primer. Bila seaktu-aktu ada factor pencetus, virus
akan mengalami aktivasi dan multipikasi kembali sehingga terjadi
infeksi reklien. Karena pada ssaat ini tubuh sudah mempunyai
antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
1) Penularan pada bayi dapat terjadi hematogen melalui plasenta
2) Penularan pada janin dapat terjai akibat perjalanan dari vagina ke
janin apabila ketuban pecah
3) Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada
waktu bayi lahir
f. Penatalaksanaan
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primeer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atasu dalam
4 jam sesudah pecah ketuban. Sedangkan untuk herpes genetalis
sekunder SC tidak dianjurkan secara rutin, hanya yang masih
menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC
Bayi baru lahir dilkukanuntuk pemeriksaan adanya herpes
konginetal dan kalau perlu kultus virus. Kalau ibu aktif menderita
herpes genetalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10mg/Kg B
selama 5-7 hari.
phatway Herpes

Herpes simplek virus (HSV) Kontak langsung ke dalam mukosa

HSV-1 (kontak dengan air HVS-2 (Penularan secara seksual)


liur)

Infeksi primer (2-20 hari)

Lesi berbentuk macula/


papula

Hipertermi Puatula Rasa gatal & terbakar

Demam Pecah menjadi ulkus


Kerusakan integritas kulit

Respon sistemik Genital Mata terinfeksm (konjungtivitis)


tubuh

Opatitis kecil pada kornea


Wanita (vulva, klitoris,
membentuk gambaran
serviks dan anus)
dendrit

Ulserasi

Wanita hamil Struktur kulit berubah Jaringan perut dan


ulkus mole kebutaan yang nyata
Jalan lahir bayi

Gangguan citra tubuh Resiko mata kering


Resiko infeksi
2.2 Cara penularan TORCH
Penularan TORCH pada manuia dapat melalui 2 cara. Pertama secara
aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan) penularan secara aktif
disebabkan antara lain sbagai berikut :

a. Makan daging setengah


Matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista),
misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi,ayam, kelindi dan
lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH kemanusia adalah
melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sapi yang setengah matang atau
masakan lain yang dagingnya dimasak tidk sempurna, termasuk otak,
hati, dan lainnya.
b. Makan makanan yang tercemar oosista dari fases (kotoran) kucing yang
menderita TORCH. Fase kucing yang mengandung oosista akan
mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik
pada manusia ataupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui
tanah yang tercemar disebabkan karena oosista bisa bertahan ditanah bisa
beberapa bulan. (Howard 1987)
c. Transfuse darah (trofozoid) transplatasi organ atau cengkok jaringan
(trozoid sista0, kecelakaan dilabolatorium yang menyebabkan TORCH
masuk kedaalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka
(Remington dan McLeond 1981, dan Levine 1987)
d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan
menularnya TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan
seorang wanita (padahal sebelumnya wanita belum terjangkit) maka
wanita tersebut kemungkinan nantinya akan terkena penyakit TORCH
sebagaimana yang pernah diderita oleh laan jenisnya.
e. Ibu hamil yang kebetulan mengaami infeksi TORCH ketika mengandung
maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit
TORCH melalui plasenta
f. Air Susu Ibu (ASI) Hal ini biasa terjadi seandainya sang ibu menyusui
kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui
penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya
g. Keringat yang menempel
h. Factor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan terhadap
manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-
buahan segar yang kurang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu, mengkomsumsi makanan dan minuman yang
disajikan tanpa ditutup sehingga kemungkinan akan terkontaminasi
oosista lebih besar.
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara
penularannya juga hamper sama dengan pada hubungan seksual.

2.3 Cara Menghindari TORCH


Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat
membahayakan ini. Ada beberapa hal sebagai solusi, awal yang bisa
dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Bila mengkomsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambig kelinci,
babi, lainnya terlebih dahulu dimasuk dengan matang hingga suhu
mencapai 66 derajat celcius, agar oosist-oosista yang mungkin terbaa
didalam daging tersebut bisa mati.
b. Kucing peliharaan dirumah hendaknya diberi makanan yang matang
unuk mencegah infeksi yang masuk kedalam tubuh kucing. Tempat
makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci/dibersihkan.
c. Hindari kontak dengan hean-hean mamalia liar, seperti rodensia liar
(tikus, anjing, musang dan lain-lain) serta reptilian kecil seperti cecak,
kadal, dan bengkarung ang kemungkinan dapat sebagi hean perentara
TORCH.
d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan
yang disposable (dibuang setelah dipakai).
e. Bagi wanita yang sedang hamil, bersama yang dinyatakan secara
serologis sudah negative, jangan memelihara atau menangani kucing
kecuali dengan sarung tangan.
2.4 Cara Mencegah TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi anda yang
sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat
mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi anda dapat terlahir dengan
baik dan sempurna
a. Makan makanan yang bergizi
Saat hamil, sebaiknya anda mengkomsumsi banyak makanan bergizi.
Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan
membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh
dapat melaan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan
menginfeksi tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan
Ada baiknya anda memeriksakan tubuh sebelum merncanakan
kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus
auat bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH
c. Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasite penyebab
TORCH. Seperti vaksin rubella dapat dilakukan sebelum kehamilan.
Hanya saja, anda tidak boleh hamil dahulu sampai bulan kemudian
d. Makan makanan yang matang
e. Periksa kandungan secara teratur
f. Jaga kebersihan tubuh

2.5 Angka kejadian diindonesia penyakit infeksi torch

infeksi torch di Indonesia pada kehamilan menunjukan prevalensi


cukuptinggi, berkisar anatara 5,5%-84%. Infeksi torch pada 67% wanita
kasus invertilitas didapatkan sebanyak 10,3% toxoplama, 13,8% positif
rubella, 13,8% positif infeksi CMV. Di Indonesia sering dijumpai bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kognital seperti hepatospenomegali, korioretinitis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama : Demam
3) Riwayat kesehatan : suhu tubuh meningkat, malaise, sakit
tenggorokkan, mual dan muntah, nyeri otot.
4) Riwayat kesehatan dahulu :
a. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
b. Klien sering mengkomsumsi daging setengah matang
c. Klien pernah mendapatkan transfuse darah
5) Data psikologis
6) Data psikospritual
7) Data social dan ekonomi
8) Sistem saraf pusat
9) Fontanel yang menonjol
10) Letargi
11) Temperature yang tidak stabil
12) Hipotonia
13) Tremor yang kuat
14) System pencernaan
15) Hilangnya keinginan untuk menyusui
16) Penurunan intake melalui oral
17) Muntah
18) Diare
19) Distensi abdomen
20) System integument: suka berkeringat malam, suhu tubuhnya
meningkat, timbulnya rash pada kulit.
21) Kucing
22) Adanya lesi
23) Ruam
24) System pernapasan
25) Apnea
26) Sianosis
27) Takipnea
28) Penurunan saturasi oksigen
29) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada
30) System kardiovarkular
31) Takikardi
32) Menurunnya denyut perifer
33) Pucat
34) Riwayat kesehatan keluarga
35) Apakah ada anggota yang menderita sifilis
36) Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya
37) Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya

B. Diagnosa keperawatan
1.) Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2.) Hipertermi b.d proses perjalanan penyakit
3.) Resiko Infeksi

C. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


O KEPERAWATAN HASIL NIC
NOC

1 Nyeri akut b.d agen 1. Pain Level Pain management


cidera biologis 2. Pain Control 1. Lakukan
3. Comvort Level pengkajian nyeri
Kriteria hasil secara
1. Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termaksud lokasi,
nyeri, mampu karekteristik,
menggunakan tehknik durasi, frekuensi,
non-farmokologis kualitas, dan faktor
untuk mengurangi presipitasi
nyeri, mencari 2. Observasi reaksi
bantuan) non-verbal dari
2. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang 3. Gunakan tehnik
dengan menggunakan komunikasi
manejemen nyeri terapuetik untuk
3. Mampumengenali mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
(SKALA,intensita, pasien
frekuensi, dn tanda 4. Kaji kultur yang
nyeri) mempengaruhi
Menyatakan rasa nyaman respon nyeri
setelah nyeri berkurang 5. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektivan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
kelurga untuk
mencari
menemukan
dukungan
8. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebingsingan
9. Kurangi factor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmokologi, non-
farmokologi dan
interpersona)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non-
farmokologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
keevektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhsil
17. Monitor
penerimaan pasien
tentang
manjejemen nyeri
Analgesik
Administrasion
1. Tentukan lokasi,
karekteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesk
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian secra
IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secra teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemeberian
analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektifitas
analgesik , tanda dan
gejala
2 Hipertermi b.d NOC NIC
proses perjalanan Thermoregulation Fever treatment
penyakit Kriteria hasil: 1. Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal 2. Monitor IWL
3. Tidak ada perubahan 3. Monitor warna dan
warna kulit dan tidak suhu kulit
ada pusing 4. Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
5. Monitor penurunan
tingkat kesadaran
6. Monitor WBC, Hb,
dan Hct
7. Monitor intake dan
output
8. Berikan antipiretik
9. berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
10. selimuti pasien
11. lakukan tapid sponge
12. kolaborasikan
pemberian cairan
intravena
13. Kompres pasien pada
lipatan paha dan aksila
14. tingkatkan sirkulasi
udara
15. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya mengigil

Temperatur regulation
1. Monitor sushu
minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
3. monitor TD, nadi,
dan RR
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkannintake
cairan dan nutrisi
7. selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan suhu
8. anjutkan pada
pasien cara
mencegah
ketelitian akibat
pana
9. diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. beritahukan
tentang indikasi
terjadinya kelitihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. beri anti pietik jika
perlu
vital sign mentoring
1. monitor TD, nadi,
suhu dan RR
2. Catat adanya
fluktasi tekanan
darah
3. Monitor VS sat
pasien berbaring,
duduk, atu berdiri
4. AuskultsiTD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, Nadi,
suhu dan RR
sebelum, sesudah
dan setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitasdari nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
8. monitor suara paru
9. monitor pola
pernapasan
abnormal
10. monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
11. monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikarsi.
peningkatan
sistolik)
12. identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
3 Resiko Infeksi NOC NIC
 Immuni status Infencion control (kontrol
 Canowletg: infeksen infeksi)
kontrol  bersihkan
 Risk kontrol : lingkungan setelah
Kriteria hasil : dipakai pasien lain

 Klien bebas dari tanda  pertahankan teknik


dan gejala infeksi isolasi

 Mendekskripsikan  batasi pengunjung


proses penularan bila perlu
penyakit, faktor yang  instruksikan pada
mempengaruhi pengujung untuk
penularan serta mencuci tangan
penatalaksanaannya saat berkunjung
 Menunjukkan dan setelah
kemmapuan untuk berkunjung
mencegah timbulnya meninggalkan
infeksi pasien

 Jumlah leokosit  gunakan sabun


dalam batas normal antinikrobia untuk
menunjukkan perilaku cuci tangan setiap
hidup sehat sebelum dan
sesudah tindakan
 gunakan baju,
sarung tangan
sebagai pelindung
 pertahankan
lingkungan aseptik
selama
pemasangan alat
 ganti letak IV
perifer dan line
sentra dan dresing
sesuai dengan
petunjuk
 gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
 tingkatkan intake
nutrisi
 berikan terapi anti
biotik bila perlu
inteksen proteksen
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBS
 Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan tehnik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
Terhadap
kemerahan, panas,
drainase
 Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
 Dorong masukan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong masukan
istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari
infeksi
 Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan kultur
positif

D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan maupun
perkembangan kesehatan pasien setelah dilakukan tindakan atau implementasi
keperawatan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
TORCH adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV) yang
terdiri dari HSV 1 dan HSV 2 serta kemungkinan oleh virus lain yang
dampak klinisnya lebih terbatas, misalnya Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B. Penyakit ini
sangat berbahaya dan menyerang siapa saja. Bagi ibu hamil dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil
bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.

4.2 Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui
media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan
tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba Suryasaputra. D.S.S.A.I. Dkk. 2010. Buku Ajar Gebologi Untuk


Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:EGC
Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi jilid 2. Jogjakarta:Percetakan
Mediaction Publishing jogjakarta
Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogjakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai