Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9:

1. SISKA WATI
2. NI WAYAN NOVI SINTARI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah


memeberikanrahmat karunianya kepada penulis dengan diselesaikan pembuatan
makalah yang berjudul tentang Anemia Pada Ibu hamil dan tak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penyelesaian makalah
ini dengan tepat aktu.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang penyakit yang sering
dijumpai sehari-hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit anemia serta
membahas tetang proses penyakit tersebut dan cara mengurangi resiko anemia
tersebut khususnya pada ibu hamil.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca
sehingga bisa membantu menujang proses belajar bagi para pembaca dan refrensi
bagi pembaca. Untuk itu penulis mengaharapakan kritikan dan saran jika ada
salah dalam penulisan atau penyampaian materi.

Mataram, 22 April 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 Pengertian anemia pada ibu hamil.....................................................4
2.2 Etiologi..............................................................................................5
2.3 Faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil..................................6
2.4 Angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB.........8
2.5 Patofisologi dan Pathway Anemia Pada Ibu Hamil...........................9
2.6 Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil..........................................12
2.7 Penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil.....................................13
2.8 Pencegahan anemia dari ibu hamil...................................................16
2.9 Asuhan keperawatan pada ibu hamil................................................17
BAB III PENUTUP .....................................................................................32
3.1 Kesimpulan ......................................................................................32
3.2 Saran.................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar belakang


Angka anemia pada kehamilan di indonesia cukup tinggi sekitar 67%
dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing.
Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu mempengaruhi
tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G,2002 hal 90).
Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan
yang banyak di alami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20%
(Sarwonp Prawiharjo, 2005).
Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar antara 20%
sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagian dasarnya. Angka
anemia ,kehamilan di indonesia menujukkan nilai yang cukup tinggi.
(Manuaba. I.B.G, hal 29). Menurut sistem kesehatan nasional (SKN) tahun
2001 angka anemia pada ibu hamilsebesar 40%, kondisi ini mengatakan
bahwa anemia cukup tinggi di indonesia bila diperkirakan pada tahun 2003-
2010 penderita anemia masih tetap di atas 40% maka angka kematian ibu
sebanyak 18.000 pertahun disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Hal ini
terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di indonesia saat ini berkisar
antara 300-400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian
ibu di indonesia menujukan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi
baru lahir. (anonym, 2010).
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah: kurang
gizi, selain itu anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang
dan waktu singkat, cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih, terkuras
oleh keprluan janin yang dikandung berikutnya. Tingginya anemia pada ibu
hamil memeberikan dampak negativ terhadap janin yang dikandung ibu
dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang diantaranya akan lahir jain

1
dengan berat badan lahid rendah (BBLR), pertus prematur, abortus,
pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini tersebut berkaitan
dengan banyak faktor antara lain: status gizi, umur, pendidikan, dan
pekerjaan. (Sarwono Prawirohardjo, 2005 ha. 450).
Seperti orang normal, ibu hamil perlu menu seimbang yaitu menu
yang lengkap yang sesuai dengan tubuh butuhkan, bedanya porsi makannan
ditambah dari biasanya, agar dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak
yang dikandungnya. Karena masalah anemia pada ibu hamil merupakan
masalah penting yang era hubungannya dengan masalah mortalitas maternal,
maka dianggap penting untuk dilakukannya suatu identifikasi mengenai
gambaran karkteristik gambaran karakteristis anemia pada ibu hamil yang
dibatasi pada masalah mengenai status gizi.
1.5 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Anemia pada ibu hamil?
2. Apa penyebab dari anemia pada ibu hamil?
3. Apa resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB?
4. Berapa angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB?
5. Apa patofisologi dari anemia dari ibu hamil?
6. Apa tanda dan gejala anemia pada ibu hamil?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil?
8. Bagaimana cara pencegahan anemia dari ibu hamil?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil?
1.6 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Anemia pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui penyebab dari anemia pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan
NTB
4. Untuk mengetahui angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan
NTB
5. Untuk mengetahui patofisologi dari anemia dari ibu hamil
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia pada ibu hamil

2
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil
8. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia dari ibu hamil
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.10 Pengertian anemia pada ibu hamil


a. Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk
anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak
mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi
anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit
atau hitungan eritrosit (Red Cell count) berakibat pada penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat
terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan
dengan masa erotrist, seperti pada dehidtrasi, pendarahan akut, dan
kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
pada lebel anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang
menyebabkan anemia tersebut. (sudoyo aru, dkk 2009).
Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).
b. Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu
hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu :

4
1. Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
2. Hb 9-10 gr% Anemia ringan
3. Hb 7-8 gr% Anemia sedang
4. Hb <7 gr% Anemia berat
(Manuaba I.B.G,2010.hal 38)
Menurut Sarwono,2010, Macam-macam anemia, yaitu sebagai berikut:
Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena
kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi,
kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan
perdarahan.
1. Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena
defisiensi vitamin B12 Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi
makanan.
2. Anemia Hipoplastik
Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena
kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.
3. Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya
biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
2.11 Etiologi

5
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan defisiensi besi dan
pendarahan akut bahkan keduanya saling berintraksi (safuddin,2002)
menurut mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam dit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronit sebagai TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
2.12 Faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai
risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami
pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe
(1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya
anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah
kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil
maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum
menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka
kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak
berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
2. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang
paritas rendah.
3. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
4. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini

6
disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan
pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin
dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia.
5. Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara
mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil
dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia
6. Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi
syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika
pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
7. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan
produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap
orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran,
buah dan susu. (Kodyat, 1995).
8. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi
konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya
yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi

7
tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami anemia dibanding yang
patuh konsumsi tablet Fe.

9. Pendarahan
a. Pendarahan   dari   uterus   (menstruasi,   persalinan,   kelainan
ginekologis).
b. Gastrointestinal dapat menghambat suplai makanan dalam lambung
sehingga kadar zat besi yang dikandung didalam makanan tidak
dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
10. Kebutuhan meningkat
a. Prematuritas
b. Pertumbuhan 
c. Kehamilan
11. Mal absorbsi
Apabila terjadi malabsorbsi didalam tubuh mengakibatkan
kandungan zat besi yang dikandung dalam makanan tidak dapat dicerna
atau diserap oleh tubuh dengan baik sehingga mengakibatkan zat besi
yang diproduksi didalam tubuh berkurang.
2.13 Angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB
1. Angka kejadian di indonesia
Prevalensi anemia ibu hamil yang tertinggi di Kota Semarang
pada tahun 2015 adalah Puskesmas Karang Anyar 69,23%. Angka
anemia ibu hamil di Puskesmas Karang Anyar dari tahun 2012 sampai
dengan 2014 belum memenuhi target Kota Semarang yaitu anemia ibu
hamil kurang dari 20%. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Karang Anyar Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik dengan desain cross sectional. Populasi berjumlah 272 ibu
hamil. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling,
jumlah sampel 74 ibu hamil. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

8
pendapatan (p=0,578), pengetahuan (p=0,431), pendidikan (p=0,239),
usia (p=1,000), tingkat kecukupan zat besi (p=0,578), tingkat kecukupan
protein (p=0,615), tingkat kecukupan vitamin C (p=0,729), paritas
(p=1,000), kebiasaan minum teh (p=0,953) dengan kejadian anemia
pada ibu hamil dan ada hubungan antara status gizi (p=0,000) dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil adalah status gizi, sedangkan
pendapatan, pengetahuan, pendidikan, usia, tingkat kecukupan zat besi,
tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin C, paritas,
kebiasaan minum teh tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada
ibu hamil. (Purwanungtasya, 2016)
2. Angka kejadian di NTB
Data di Provinsi NTB tahun 2015 sebanyak 56,5 % ibu hamil
terkena anemia. Puskesmas Ampenan merupakan puskesmas yang
memiliki kasus anemia tertinggi di Kota Mataram yaitu sebesar 16,67%
(139 kasus). Tujuan penelitian diketahuinya faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Ampenan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional, dilaksanakan di Puskesmas Ampenan. Sampel penelitian
semua ibu hamil yang anemia di wilayah kerja Puskesmas Ampenan
sebanyak 64 orang. Teknik pengambilan sampel secara total sampling.
Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi
Square dengan tingkat kemaknaan p< 0,05. Hasil penelitian analisis
bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia
ibu dengan anemia (p value 0,017 < 0,05), dan tidak terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara paritas dengan kejadian anemia
pada ibu hamil (p value 0,092 > 0,05). Disimpulkan usia ibu yang
berisiko (< 20 tahun dan > 35 tahun) dapat menyebabkan anemia dalam
kehamilan. (Riskedes, 2015).
2.14 Patofisologi dan Pathway Anemia Pada Ibu Hamil
1. Patofisiologi

9
Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah
13,5 g/dL. Namun kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga
kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu
karena peningkatan volume plasma. Ini disebit sebagai anemia fisiologis
dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat
dalam makanan sehari- hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan
kopi menurunkan absorbs besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi
diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan transfer ke janin
untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah
kelahiran.
Selama trimester ketiga, jika supan besi wanita tersebut tidak
memadai, hemoglobin tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan
dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan
transfer zat besi kejanin.
Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-
6-PD mengakibatkan anemia melalui hemolisis atau peningkatan
penghancuran sel- sel darah merah.
Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan
menyebabkan cadangan besi menurun. Apabila cadangan kosong, maka
keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang,
sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia
secara klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient
erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer,
sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga
terjadi kekurangan besi pada epiter serta beberapa enzim yang dapat
menimbulkan manifestasi anemia.

10
1. Pathway Anemia Pada Ibu Hamil

Pe Peningkatan pe defesiensi Pe gangguan absorbs zat


Pendarahan
kebutuhan zat besi besi (seperti: gastrektomi,

untuk prematuritas colitis kronis)


Pe volume

Pe penikatan defesiensi zat besi


kebutuhan volume
Cadangan zat besi
Pe pengenceran kosong (iron depleted)

Gangguan pada bentuk eritrosit


(iron deficient erythropoesis

Pe pengetahuan Anemia (iron deficiency


anemia)

MK:gangguan
kurang pengetahuan
Pe
MK: Gangguan
Pe Mal saluran cerna Pe penurunan curah

MK: gangguan Aliran darah kejaringan menurun


kebutuhan nutrisi

Hipoksia pucat, lemah Suplai O2 kejaringan berkurang

MK: gangguan Transfer zat besi kejanin menurun


MK: gangguan
perfusi jaringan
intoleransi aktivitas Nutrisi janin berkurang

11 MK: ganggan cedra janin


2.15 Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
Berkurangnya konsentrasi hemoglobin selama masa kehamilan
mengakibatkan suplay oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang
sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara umum, sebagai
berikut : lemah, mengantuk, pusing, lelah,  malaise, sakit kepala, nafsu
makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang dan nafas pendek (pada
anemia yang parah). Pada pemerikasaan tanda-tanda dan gejala anemia
dapat meliputi :
1. Kulit pucat
2. Konjungtiva pucat
3. Gusi
4. Kuku-kuku jari pucat
5. Takikardi ( pada anemia yang parah )
6. Rambut dan kuku rapuh ( pada anemia yang parah )
7. Dan juga lidah licin ( pada anemia yang parah ).
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi,
kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-
kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir
kelopak mata, bibir dan kuku penderita tampak pucat.Apabila anemia
sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung
(Depkes RI, 2007).
Tanda dan gejala anemia menurut Varney, (2007) adalah:
1. Letih, sering mengantuk, malaise.
2. Pusing, lemah.
3. Nyeri kepala.
4. Luka pada lidah
5. Kulit pucat.
6. Membran mekosa pucat (misalnya konjungtiva)
7.  Bantalan kuku pucat.
8. Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.

12
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan
tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.
Secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
(malnutrisi).
2.16 Penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil
1. Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan
sehingga hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500
mg asam folat peroral sekali sehari. ( Arisman, 2004 Hal. 150 – 151 ).
2. Anemia Sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari
seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus. ( Wiknjosastro, 2005 Hal.
452 ).
3. Anemia Berat
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan
selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan. ( Arisman,
2004 hal 153 ).
Untuk mencegah anemia pada ibu hamil menurut Depkes RI, (2007)
yang harus dilakukan adalah:
1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dari
daging, (terutama daging merah seperti sapi dan kambing), telur, ikan
dan ayam, serta hati. Pada sayuran zat besi dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis,
kacang polong, serta kacang-kacangan lain. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi pada daging lebih mudah diserap oleh tubuh dari pada zat besi
pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat
dengan zat besi. Hal ini dikarenakan bentuk zat besi didalam sayuran
adalah dalam bentuk non heme, juga karena adanya pitat dan pektin,
sehingga diperlukan zat pemicu seperti vitamin C untuk membantu
mempermudah penyerapan didalam usus.

13
2. Makan-makanan yang banyak mengandung bahan pembentuk protein
sel darah merah  seperti:
1) Telur
2) Susu
3) Ibu hamil 0-3 bulan = 1 gelas
4) Ibu hamil 4-7 bulan = 1 gelas
5) Ibu hamil 7-9 bulan = 1 gelas
6) Ikan
7) Ibu hamil 0-3 bulan = 11/2  potong Ibu hamil 4-7 bulan = 2 potong
8) Ibu hamil 7-9 bulan = 3 potong
9) Daging
10) Tempe
11) Ibu hamil 0-3 bulan = 3 potong
12) Ibu hamil 4-7 bulan = 4 potong
13) Ibu hamil 7-9 bulan = 5 potong
14) Sayuran yang berwarna hijau tua (kankung, bayam, daun katuk,
daun singkong)
a. Ibu hamil 0-3 bulan = ½ mangkok
b. Ibu hamil 4-7 bulan = 3 mangkok
c. Ibu hamil 7-9 bulan = 3 mangkok
15) Buah-buahan (jeruk,jambu biji, pisang,tomat)
a. Ibu hamil  0-3 bulan = 2 buah
b. Ibu hamil 4-7 bulan = 2 buah
c. Ibu hamil 7-9 bulan = 2 buah
3. Berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena kombinasi tertentu
dapat mempengaruhi proses penyerapan zat besi oleh tubuh. Misalnya
minum teh atau kopi bersamaan dengan makan akan mempesulit
penyerapan zat besi, untuk itu tablet zat besi sebaiknya diminum tidak
bersamaan waktunya dengan minum susu, teh, kopi, atau antasida.
4. Mengkonsumsi tablet besi, pada wanita hamil dan menyusui disarankan
18mg suplemen zat besi perhari.

14
5. Periksa secepat mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia agar
langkah-langkah pencegahan bisa segera dilakukan.
Pengobatan efektif anemia pada ibu hamil dilakukan dengan
menghilangkan penyebabnya atau memperbaiki kelainan primernya.
Suplemen besi, asam folat, dan vitamin B12 bisa diberikan pada penderita
anemia akibat pendarahan dan defisiensi besi. Hasil penelitian Sood, S K
membuktikan bahwa wanita hamil yang mendapat pil besi ditambah dengan
asam folat dan vitamin B12 kadar Hbnya naik lebih tinggi dari pada wanita
hamil yang mendapatkan pil besi saja.
Seorang wanita hamil memerlukan 18-21 mg zat besi per hari.
Wanita dengan anemia kekurangan zat besi harus diberikan 60-120 mg zat
besi per hari. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi menurut Varney,
(2007) adalah :
1. Minumlah zat besi  diantara waktu makan atau 30 menit sebelum
makan.
2. Hindari mengkonsumsi kalsium bersama zat besi (susu, antasida,
makanan tambahan prenatal).
3. Minumlah vitamin C (jus jeruk, tambahan vitamin C).
4. Masak makanan dalam jumlah air minimal supaya waktu memasak
sesingkat mungkin.
5. Makanlah daging, unggas, dan ikan. Zat besi yang terkandung dalam
bahan makanan ini lebih mudah diserap dan digunakan dibanding zat
besi dalam bahan makanan lain.
6. Makanlah berbagai jenis makanan. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan (Saifuddin, 2006).
Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan anemia :
1. Memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama
pada trimester pertama dan trimester III untu mengetahui kadar Hb ibu
dibawah 11 gr%.
2. Pemenuhan kalori 300 kalori/hari dan suplemen zat besi 60 mg/hari.

15
3. Pada anemia defisiensi zatbesi yaitun dan preparat besi: fero sulfat,
guconat atau Na-feri bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari.
4. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan perlunya
minum tablet Fe.
5. Sarankan ibu untuk tetap minum tablet Fe 1 x 1 perhari.
2.17 Pencegahan anemia dari ibu hamil
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih
tanggap dalam mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak
trimester pertama kehamilan. Ibu hamil perlu menyadari bahaya anemia
dengan cara mengetahui potensi anemia yang dimiliki oleh ibu hamil. Hal
ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan
mendiskusikan hasilnya dengan dokter.
Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh
lebih baik bagi ibu hamil untuk mencegah anemia dengan cara menjaga
asupan zat besi. Misalnya meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi zat
besi seperti beras merah, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
oatmeal maupun daging.
Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan
persetujuan dokter. Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa
perubahan pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu minggu dan
kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu
hamil perlu menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak
terganggu.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama
daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat

16
pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau
pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
2.18 Asuhan keperawatan pada ibu hamil
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien/biodata
1) Identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk
RS dan tanggal pengkajian
2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan
berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada ibu hamil dengan anemia meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
apa yang terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat
memungkinkan terjadinya anemia
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).

17
5. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Kebutuhan bio-pisiko-sosial-spiritual menurut Virginia
Handerson
1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat
adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta
menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu
agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan
mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
2. Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai
tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang
diperlukan. Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak
lupa memperhatikan latar belakang dan social klien.
3. Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran
dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi
pengeluaran.
4. Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip
keseimbangan tubuh, miring, dan bersandar.
5. Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien
yang baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.

18
6. Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan
pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu
untuk memakainya.
7. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa
mendorong kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin
dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan
udara, atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau
mengurangi aktifitasnya.
8. Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai
konsep konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu
untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman Perawat mampu
melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang
mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa
nyaman dan aman.
9. Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan
emosi, keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi
penerjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain
dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti
akan dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang
teraupeutik.
10. Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap
upaya penyembuhan.

19
11. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap
interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana
sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus
bekerja.
12. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai
umur, kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta
keadaan penyakitnya.
13. Kebutuhan belajarr
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong
usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta
memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala: mesochepal,tidak berketombe, tidak ada massa,tidak nyeri
tekan,
2. Wajah: terdapat odema,tidak ada cloasma,dan tidak ada bekas luka
3. Mata: tidak ada secret,sclera putih,kunjungtiva pucat
4. Hidung: hidung tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Mulut: bersih,tidak ada stromatis,tidak ada karies gigi
6. Telinga: simetris, tidak ada serumen,pendengaran baik
7. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis,getah
bening,&vena jugularis Dada: datar, tidak ada retraksi dinding
dada,tidak bunyi wheezing
8. Payudara:Simetris, putting susu menonjol, areola mamae
hiperpigmentasi,tidak ada masa, tidak nyeri tekan, belum ada
pegeluaran kolostrum.
9. Abdomen: tidak ada striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea
nigra,
10. Palpasi
a. Leopold I

20
b. Leopold II
c. Leopold III
d. Leopold IV
e. Osborn test
f. Pemeriksaan Mc. Donal
11. Auskultasi
a. Denyut jantung janin
b. Ekstremitas Atas : simetris, jumlah jari lengkap,terdapat
odema.
c. Ekstremitas Bawah : simetris,jumlah jari lengkap, odema.
d. Genitalia Luar : bersih, tidak ada varises, tidak ada
pembesaran kelenjar batholini.
e. Pemeriksaan Panggul : tidak dilakukan (bila perlu)
C. Pemeriksaan laboratorium dasar ditemui
1. Pemeriksaan Hb sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2. Kadar Ht menurun (normal 37%- 41%)
3. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
5. Terdapat pansitopenia, sum- sum tulang kosong diganti lemak.
D. Analisa data

N
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : Mual dan muntah perubahan nutrisi
- Pasien mengatakan kurang dari
tidak ada nafsu kebutuhan tubuh
makan
- Klien mengatakan
sering merasa mual
DO :
- Tampak kurang
minat terhadap
makanan
- Membran mukosa
pucat
- Bising usus

21
DS :
- Klien mengatakan
lemas dan
berkunang-kunang
DO :
- Tampak warna kulit
membiru Penuruna suplai Gangguan perfusi
2
- Tampak kuku oksigen ke jaringan jaringan
tumbuh lambat
- Ekstremitas dingin
- TD menurun
- Nadi lemah tidak
teraba

DS :
- Klien mengatakan
sesak nafas saat
beraktifitas.
- Klien mengatakan keletihan atau
3 Intoleransi aktivitas
lemah dan lesu kelemahan

DO:
- TD kurang dari
120/80 mmhg
DO :
- Klien tampak
kurang minat penurunan suplai Risiko cidera
4
terhadap makanan nutrisi ke janin terhadap janin
- Membran mukosa
pucat

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah ditandai dengan tidak ada nafsu makaan dan sering merasa
mual.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan di tandai dengan lemas dan berkunang-kunang

22
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan atau kelemahan
di tandai dengan nafas saat beraktifitas
F. Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan suplai
nutrisi ke janin di tandai dengan Membran mukosa pucat INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasi Intervensi


No keperawatan
1 Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan NIC:
berhubungan dengan keperaawtan selama 3×24 1. Manajemen
mual dan muntah jam diharapkan nyeri Gangguan Makan:
ditandai dengan tidak berkirang dengan Meningkatakan
ada nafsu makaan indikatator: keseimbangan cairan
dan sering merasa Hasil NOC: dan mencegah
mual. 1. Selera makan: komplikasi akibat dari
keinginan untuk kadar cairan yang
makan ketika dalam tidak normal atau di
keadaan sakit atau luar harapan.
sedang menjalani 2. Manajemen cairan:
pengobatan. Meningkatkan
2. Perilaku keseimbangan cairan
kepatuhan: dan mencegah
Program Diet; komplikasi dari
Tindakan personal gangguan kadar
untuk mengikuti cairan atau elektrolit
anjuran asupan 3. Mamajemen
makanan dan cairan caiaran/elektrolit:
oleh profesional mengatur dan
kesehatan untuk mencegah komplikasi
kondisi kesehatan dari gangguan kadar
khusus caiaran atau elektrolit.
3. Fungsi 4. Manjemen Nutrisi:
gastrointestinal: membantu atau
Tingkat makanan menyediakan asupan
( melalui konsumsi makanan dan caiaran
atau pemberian diet seimbang.
makanan melalui 5. Terapi Nutrisi:
slang). Pemberian makanan
dan caiaran untuk
Tujuan/Kriteria Hasil: mendukungproses
1. Memperlihatkan metabolik psien yang
Status Nutrisi, yang malnutrisi atau
dibuktikan oleh beresiko tinggi
indikator sebagai terhadap malnutrisi.

23
berikut (sebutkan 1- 6. Konseling nutrisi:
5: gangguan ekstrim, menggunakan proses
berat sedang, ringan, bantuan interaktif
atau tidak ada yang berfokus pada
penyimpangan dari kebutuan untuk
rentang normal): modifikasi diet.
-Asupan gizi 7. Pemantuan Nutrisi:
-Asupan megumpulkan dan
makanan menganalisis data
-Asupan cairan pasien untuk
-Energi mencegah dan
meminimalkan
Contoh lain pasien kurang gizi.
mengatakan:
1. Mempertahankan
berat badan Kg pada
tambahan Kg.
2. Menjelaskan
komponen diet
bergizi adekuat
3. Mengungkapakn
tekad untuk matuhi
diet
4. Menolerasi diet yang
dianjurkan
5. Memepertahankan
massa tubuh dan
berat badan dalam
batas normal
6. Memiliki nilai
laboratorium (mis,
transferin, albumi,
elektrolit) dalam
batas normal
7. Melaporkan tingkat
energi yang adekut

2 Gangguan perfusi NIC:


Setelah dilakukan asuhan
jaringan berhubungan 1. Perawatan sirkulasi:
dengan penurunan keperaawtan selama 3×24 Insufisiensi Arteri:
suplai oksigen ke jam diharapkan nyeri meningkatakan
jaringan di tandai berkirang dengan sirkulasi arteri.
dengan lemas dan indikatator: 2. Perawatan sirkulasi:
berkunang-kunang Hasil NOC: Insufisiensi vena:
1. Status sirkulasi: meningkatakan

24
aliran darah yang sirkulasi vena.
tidak obstruktif dan 3. Pencegahan
satu arah, pada sirkulasi: melindungi
tekanan yang sesuai area terokalisasi yang
melalui pembuluh mengalami perfusi
darah besar sirkulasi yang gerbatas
pulmonal dan 4. Manajemen
sistemik Cairan/Elektrolit:
2. Perfusi Jaringan: Mengatur dan
Perifer: keadekuatan mencegah komplikasi
aliran darah melalui akibat perubahan
pembuluh darah kadar cairan atau
kecil ekstermitas elektrolit.
untuk 5. Manajemen Cairan:
mempertahankan meningkatakan
fungsi keseimbangan caiaran
dan mencegah
Tujuan/Kriteria Hasil: komplikasi akibat
1. Menunjukan Status kadar cairan yang
Sirkulasi, yang banormal atau tidak
dibuktikan oleh diharapkan.
indikator (sebutkan
1-5: gangguan
ekstrem,berat,ringan,
sedang atau tidak ada
penyimpangan dari
rentang normal):.
- PaO₂ dan PaCO₂
atau tekanan
persial oksigen
dan karbon
dioksida pada
darah arteri
- Nadi karotis, kiri
dan kanan,
brakhial, radial,
femoral, dan
pedal
- Tekanan darah
sistoik dan
diastolik, tekanan
nadi, tekanan
darah rerata,
CVP, dan
tekanan baji
pulmonal

25
2. Menunjukaan
perfusi jaringan
:perifer, yang
dibuktikan oleh
indikator berikut
(sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem,
berat,sedang,ringan
atau tidak ada
gangguan):
- Pengisian ulang
kapiler
- Warna kulit
- Sensai
- Integritas kulit

Contoh lain:
 Menunjukan fungsi
otomom yang utuh
 Melaporkan
kecukupan energi
3 Intoleransi aktivitas NIC:
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhan 1. Terapi aktivitas:
keletihan atau keperaawtan selama 3×24 memberi anjuran
kelemahan di tandai jam diharapkan nyeri tentang dan bantuan
dengan nafas saat berkirang dengan dalam aktifitas fisik,
beraktifitas indikatator: kognitif, sosial, dan
Hasil NOC: spiritual yang
1. Toleransi aktifitas: spesisfik untuk
Respons fisiologis meningkatkan
terhadapa gerkan rentang, frekuensi,
yang yang atau durasi aktifitas
mengahbisakan individu (atau
energi dalam kelompok).
aktifitas sehari-hari 2. Manajemen energi:
2. Ketahahan: Mengatur
kapasitas untuk penggunaan energi
menyelesaikan untuk mengatasi atau
kativitas. menvegah kelelahan
3. Tingkat Kelelahan: dan mengoptimalkan.
keparahan kelelahan 3. Terapi Latihan
umum Fisik: mobilitas
berkepanjangan yang sendi: mengguanakan
diobservasi atau gerakan tubuh aktif
dilaporkan atau fasip untuk
4. Energi

26
Psikomotorik: mempertahankan atau
Dorongan dan energi memperbaikai
individu untuk fleksibilitas sendi.
mempertahankan 4. Terapi Latihan
kativitas hidup Fisik: Pengendalian
sehari-hari,nutrisi, otot: menggunakan
dan keamanan aktivitas atau protokol
personal. latihan yang spesifik
5. Istirahat: kualitas untuk meningakatan
dan pengurangan atau memulihkan
aktifitas untuk gerakan tubuh yang
perenajaan mental terkontrol.
dan fisik. 5. Promosi latihan
fisik: Latihan
Tujuan/ Kriteria Hasil: kekuatan:
1. Menoleransi aktivitas memfasilitasi latihan
yang biasa otot resistif secara
dilakukan, yang rutin untuk
dibuktikan oleh mempertahankan atau
toleransi aktivitas, meningkatakan
ketahanan, energi kekuatan otot
pisikomotorik,
istirahat,dan
perawatan diri: AKS
dan AKSI.
2. Menunjukakan
toleransi aktifitas,
yang dibuktikan oleh
indikator sebagai
berikut ( sebutkan 1-
5: gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan,
atau tidsk mengalami
gangguan):
- Saturasi oksigen
saat beraktifitas
- Frekuensi
pernapasan saat
berkatifitas
- Kemampuan
berbicara saat
beraktifitas fisik

4 Risiko cidera NIC:


terhadap janin Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen

27
berhubungan dengan lingkungan:
penurunan suplai keperaawtan selama 3×24 memanipulasi
nutrisi ke janin di jam diharapkan nyeri lingkungan pasien
tandai dengan berkirang dengan untuk manfaat
Membran mukosa indikatator: tarapeutik,
pucat Hasil NOC: pertimbangan sensori,
1. Pengendalian dan kesejahteraan
Resiko: Tindakan psikologis.
individual untuk
mencegah, 2. Kewaspadaan
mengeliminasi, atau terhadap lateks:
menguarangi menurunkan resiko
ancaman kesehtan reaksi sistemik
yang dapat terhadap lateks.
dimodifikasi 3. Surveilans:
2. Deteksi Resiko: mengumpulkan,
Tindakan individual menginterpretasikan,
untuk mendeteksi dan menyintesis data
ancaman kesehtan pasien secara terarah
diri. dan kontinu terjadi
untuk mengambil
Tujuan/Kriteria Hasil: keputusan klinis.
1. Menngenali dan
menghindari sumber-
sumber lateks di
lingkungan

G. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria Hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

28
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al.,
1995).
H. Evaluasi keperawatan SOAPIER
Evaluasi soapier meskipun proses keperawatan mempunyai
tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang
pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap
evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan.
Metode SOAPIER
Sebuah metode yang dapat digunakan untuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan data
subjektif, data objektif, assessment, planning, implementasi, evaluasi,
revisi (Alfaro-LeFevre, 1998)
1. S (data subjektif)
Pada data subjektif kita menuliskan penjelasan-penjelasan seperti
dibawah ini :
1) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien
2) Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sehingga kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan

29
diagnose (data primer)
3) Pada bayi/anak kecil data subjektif dapat diperoleh dari orang
tuanya (data sekunder)
4) Data subjektif menguatkan diagnose yang akan diangkat.
2. O (Data objektif )
Pada data objektif kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
seperti dibawah ini:
1) Data ini member bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnose
2) Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain:
3) Data psikologik
4) Hasil observasi
5) Informasi kajian teknologi (hasil pemeriksaan lab,Ro,CTG,USG
dll)
6) Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga
7) Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi
komponen penting diagnose yang akan diangkat
3. A (analisa/assessment)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa
poin-poin seperti dibawah ini
1) Masalah yang ditegakkan berdasarkan data/informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan.
2) Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan secara
terpisah-pisah, maka proses analisa adalah segala proses yang
dinamik.
3) Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan
baru dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
4. P (planning/perencanaan)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa

30
poin-poin seperti dibawah ini:
1) Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang untuk
mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik
mungkin/menjaga/mempertahankan kesejahteraanya.
2) Proses inj termasuk criteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien
yang harus dicapai dlam batas wus membantu aktu tertentu.
3) Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai
kemajuan dalam kesehatannya/ proses psikologisnya harus
mendukung rencana dokter bila itu, dalam manajemen
kolaborasi/rujukan.
5. I (implementasi)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa
poin-poin seperti dibawah ini:
1) Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
keluhan/mencapai tujuan pasien
2) Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien
3) Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari
proses ini
4) Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga
harus berubah /disesuaikan.
6. E (evaluasi)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa
poin-poin sperti dibawah ini:
1) Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting
untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan
2) Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian
ketepatan tindakan.
3) Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternative

31
sehingga dapat mencapai tujuan.
7. R ( revisi = Re-essesment = perbaikan )
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa
poin—poin seperti dibawah ini: Komponen evaluasi perlunya
perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan/menunjukan
perubahan dari rencana.

32
BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr % (wiknjusastra), 2002) sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr %
pada trimester I dan 3 atau kadar < 10, gr % pada trimester ke II (saifuddin,
2002).
Dapata disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah
merah (Hb) dibawah rentang normal.
3.4 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca dabn semoga
dosen menerima makalah ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk


Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC

Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan.


Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan


Sistem Hematologi. Jakarta. Salemba medika.

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis dan NANDA.

M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai