Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan proposal mata kuliah Promosi
Kesehatan, dengan tepat pada waktunya. Salawat dan taslim senantiasa tercurah
kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................1
B. TUJUAN.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3
A. Pengertian Anemia untuk Penggunaan Obat...........................................................3
B. Patofisiologi Anemia..................................................................................................3
C. Epidemologi Anemia..................................................................................................4
D. Etiologi Anemia..........................................................................................................4
E. Guideline Terapi pada Penggunaan Obat................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................7
A. Monitoring Efektivitas Terapi......................................................................................7
B. Monitoring Farmakokinetika Klinik.............................................................................8
C. Monitoring Adverse Drug Reaction........................................................................10
D. Monitoring Toksisitas..............................................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang
dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status
kesehatan. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang melatar
belakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang adalah
keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang
rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia
disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi.
Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang
meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi
dan infeksi parasit (cacing). Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit
kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi,
karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.
Tanda-tanda anemia adalah 5L yaitu lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai. Selain
itu sering juga didapat keluhan seperti mata berkunang-kunang dan pusing, pucat
pada mukosa kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan parameter subjek dengan
anemia setelah diberi pengobatan ini. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi untuk
anemia defisiensi besi selain penggunaan tablet penambah darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Patofisiologi Anemia
3
4
Nilai feritin serum yang rendah merupakan diagnosis untuk defisiensi besi,
tapi kadang beberapa kasus nilai feritin serum masih dijumpai normal, Feritin
serum dapat meningkat pada kondisi inflamasi akut. Serum besi yang rendah
dapat ditemui pada beberapa penyakit, sehingga serum besi, transferrin tidak
bisa menjadi indikator yang tetap untuk defisiensi besi. Khasnya bila serum
besi berkurang maka TIBC di serum juga akan meningkat. Rasio besi dan
TIBC kurang dari 20% ditemukan pada tahap defisiensai besi tapi akan
meningkat pada tahap anemia defisiensi besi.
C. Epidemologi Anemia
D. Etiologi Anemia
5
Wanita menstruasi
Wanita menyusui atau hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi
Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan
daging dan telur selama bertahun-tahun.
Menderita penyakit maag.
Penggunaan aspirin jangka panjang
6
Kanker kolon
Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan
brokoli dan bayam.
7
Levofloxacin tidak tepat untuk waktu pemberian sebab pasien diberikan terapi
obat pada pukul 19.30 sedangkan pada hari kedua diberikan pada pukul 16.15.
Dimana pasien seharusnya mendapatkan terapi pukul 07.30 WIB pada hari
kedua agar tepat 12 jam waktu pemberian obat.
7
8
Jika setelah tiga bulan saturasi transferin tidak dapat dipertahankan >20%
dan/ atau ferritin serum > 100 ng/ml, maka dianjurkan untuk pemberian
terapi besi parenteral. Terapi besi parenteral terutama diindikasikan pada
pasien CKD dengan hemodialisa. Terapi besi pada anemia CKD dibagi
menjadi fase koreksi dan fase pemeliharaan.
Bila Saturasi transferin <20% dan ferritin serum 501-800 lanjutkan terapi
ESA dan tunda terapi besi, observasi dalam satu bulan. Bila Hb tidak naik
dapat diberikan iron sucrose atau iron dextran 100 mg satu kali dalam 4
minggu, observasi 3 bulan.
10
Bila saturasi transferin <20% dan ferritin serum >800 ng/ml terapi besi
ditunda. Dicari penyebab kemungkinan adanya keadaan infeksi-inflamasi.
C. Monitoring Adverse Drug Reaction
Dverse Drug Reactions (ADR) adalah respon terhadap suatu obat yang merugikan,
tidak diinginkan, dan terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada manusia untuk
pencegahan, diagnosis, terapi penyakit, atau untuk modifikasi fungsi fisiologik.
Kejadian ADRs menyebabkan 5% admisi rumah sakit, 28% gawat darurat, dan 5%
kematian di rumah sakit. Kerentanan seseorang terhadap ADR tergantung pada usia,
kehamilan, jenis kelamin, status penyakit, dan polifarmasi.
Salah satu penyebab dari kejadian Adverse Drug Reactions adalah interaksi obat.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa sebanyak 4,62% dan 8,7% pasien dengan
potensial interaksi obat mengalami ADRs, bahkan lebih dari 20% Kematian yang
disebabkan oleh ADR akibat interaksi obat lebih dari 100.000 tiap tahun. Tenaga
kesehatan sering tidak menyadari risiko klinis kombinasi obat tertentu.
Interaksi major merupakan jenis interaksi yang dapat menyebabkan kerusakan yang
mengancam jiwa atau kerusakan permanen Interaksi KCl spironolakton dapat
menimbulkan efek hiperkalemia berat. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan
kombinasi ini kecuali ada bukti terdokumentasi bahwa pasien memiliki gejala klinis
yang tidak responsif terhadap salah satu obat saja. Manajemen untuk interaksi ini
adalah dengan memantau serum kalium pasien secara berkala dan melakukan dietary
counseling Sementara interaksi isoniazid rifampisin dapat meningkatkan risiko.
Hepatotoksik Interaksi isoniazid rifampisin juga ditemukan pada penelitian lain sebagai
interaksi major terbanyak.
Interaksi obat dengan tingkat keparahan moderate paling banyak berpotensi terjadi,
yaitu sebesar 63,19% dari total interaksi. Interaksi moderate terbanyak ditemukan pada
penelitian lain, yaitu 53% dari seluruh pasien. Potensial nteraksi moderate paling
banyak ditemukan pada pasien yang mendapatkan sefotaksim gentamisin dan
gentamisin ketorolak. Interaksi sefotaksim dan gentamisin berisiko meningkatkan risiko
nefrotoksik akibat peningkatan efek bakterisida. Gentamisin dan ketorolak yang
digunakan bersamaan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma gentamisin.
Sehingga perlu pemantauan fungsi ginjal dan kadar gentamisin serta penurunan dosis
jika diperlukan.
Jumlah potensial interaksi minor adalah 23 (1264%) interaksi, dengan obat yang
paling banyak berinteraksi, yaitu ketorolak ranitidin. Efek terapeutik ketorolak dapat
11
berubah jika digunakan bersamaan dengan ranitidin. Perubahan efek tersebut berupa
peningkatan konsentrasi plasma ketorolak yang dapat meningkatkan risiko pendarahan.
Potensial interaksi obat dikelompokkan pula berdasarkan mekanismenya pada Tabel III,
yaitu 6 perubahan absorbsi, 28 perubahan metabolisme, perubahan ekskresi,
farmakodinamik, dan 99 unknown
D. Monitoring Toksisitas
TDM merupakan praktik klinis pengukuran obat tertentu pada interval yang
ditentukan untuk mempertahankan konsentrasi konstan dalam aliran darah pasien,
sehingga mengoptimalkan rejimen dosis individu. Ini digunakan terutama untuk
memantau obat dengan rentang terapeutik yang sempit, obat dengan variabilitas
farmakokinetik yang nyata, obat yang konsentrasi targetnya sulit dipantau, dan obat
yang diketahui menyebabkan efek terapeutik dan efek samping.
TDM adalah proses 3 langkah, yaitu: pengukuran konsentrasi plasma obat tertentu
yang tepat dan andal, interpretasi nilai konsentrasi yang diperoleh sesuai dengan
pengetahuan tentang efek konsentrasi, perhitungan dan usulan penyesuaian dosis
individu untuk pasien tertentu; karakteristik obat yang mengindikasikan TDM
Variabilitas farmakokinetik yang ditandai, konsentrasi terkait terapi dan efek samping,
indeks terapi sempit, rentang konsentrasi terapeutik (target) yang ditentukan; dan efek
terapeutik yang diinginkan sulit dipantau.
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi
yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan
status kesehatan, gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan
infeksi parasit (cacing). Anemia defisiensi besi merupakan anemia tersering
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan
saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai
hematokrit yang menurun. Anemia defisiensi besi dapat mengenai siapapun
terutama pada anak-anak, remaja, wanita dewasa, dan ibu hamil. Anemia pada
anak-anak dan remaja dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan fisik
dan mental , sedangkan pada wanita dewasa dan ibu hamil dapat menyebabnya
berkurangnya produktifitas hidup dan mengganggu pertumbuhan janin, bahkan
dapat menimbulkan keguguran. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia
defisiensi zat besi maka perlu kiranya perhatian yang cukup dan pengobatan
yang baik.
Besi yang diabsorbsi dari usus halus, segera berikatan dengan protein
apoferitin untuk membentuk ferritin yang digunakan sebagai pembentuk
hemoglobin. Hemoglobin dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah
13
DAFTAR PUSTAKA
Fivy Kurniawati1*, N. M. (2020). Kajian Adverse Drug Reactions Terkait Interaksi Obat di
Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Akademik UGM. JMPF Vol 10(4), 2020 |. DOI :
10.22146/jmpf.60228, vol.10, 297-308.
Julia, F. (2018). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal Averrous Vol.4 No.2 2018, Vol.4 No.2.
Kurniati, I. (2020). Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe). Jurnal Kedokteran Universitas Lampung,
4(1), 18-33.
Masrizal. (September 2007). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal Kesehatan Masyarakat, II (1),
140-145.
Yonata, A. (n.d.). Tata Laksana Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronis. Departemen Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 3-4.