Anda di halaman 1dari 1

Aku dan Phong On

Dari sebuah mall di lantai tiga samping toko roti, aku berdiri sendiri sambil memperhatikan sebuah
restoran dibawah sana. Restoran bercat merah bertuliskan "yes, we are open". Phong on, begitu
tertulis di reklame brandingnya. Entah apa artinya, dan entah makanan seperti apa menunya. Yang
pasti kaki ini mulai berjalan cepat memotong antrian minuman kekinian kokumi.

Sambil melompati anak tangga mataku tetap tertuju pada teralis merah itu. Langkahku ringan walau
membawa banyak belanjaan ditangan. Sedikit ragu saat aku sampai tepat didepan pintu restoran itu.
Namun rasa penasaran telah membuat tanganku mendorong pintunya.

Dua detik aku terpana dengan suasana restoran yang kosong, tanpa ada satupun pengunjung yang
sedang makan disana. " Kenapa sepi? Apa menu disini tidak enak?" .Roncean bawang putih dan cabe
rawit juga mencolok perhatianku. "Loh kok seperti di restoran india?".

"Silahkan" sebuah suara dari arah dapur menyapaku. Seorang pria muda dengan senyum ramah muncul
kehadapanku.

Aku tidak membalas senyumnya, percuma saja aku memakai masker saat itu. Senyumpun dia tidak
akan melihatnya. Aku malah berjalan kearah sofa biru bergambar bunga-bunga berwarna merah
mencolok lalu duduk disana. Dimeja nomor 3.

Pria muda itu membawa sebuah buku menu dan memberikannya padaku. Aku hanya membolak-
balikkan menu itu. Semua makanan disana terasa asing. Terlebih bahasanya tidak aku mengerti.

"Menu andalan kami adalah ini", pria muda itu menunjuk sebuah foto. " Makanan berkuah, ada daging
sapi dan ayam. Semua makanan disini halal".

"Aku pilih sapi", kataku.

"Mau ukuran porsi besar atau kecil? "

"Yang kecil saja dulu"

"Pesan apalagi?"

Aku kembali mengamati buku menu dengan tekun. Dari sana aku baru tahu kalau ini menu makanan
Vietnam. Setelah beberapa waktu bingung, sebuah foto menarik perhatianku.

"Yang ini", aku menunjuk foto itu.

Anda mungkin juga menyukai