Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kejang Deman Pada hipertermia

1. Pengertian Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi pada anak, Sebanyak

2% sampai 5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun pernah mengalami kejang

disertai demam dan kejadian terbanyak adalah pada usia 17-23 bulan. Secara umum

kejang demam memiliki prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai 35% anak

dengan kejang demam pertama akan mengalami kejang demam berulang

(Kakalang et al., 2016).

2. Pengertian Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

tubuh (SDKI, 2016). Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme

kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga

terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi juga merupakan respon tubuh terhadap

proses infeksi, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu

yang berbeda dalam satu hari dandibandingkan dengan nilai normal individu tersebut

(Potter & Perry, 2010). Hipertermia dimana keadaan ketika individu mengalami

atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8o c (100 oF ) per oral atau 38,8oc

(101 oF) per rektal yang sifatnya menetap karna faktor eksternal (Carpenito-Moyet,

6
2012).

3. Penyebab hipertermia

Menurut SDKI (2016), penyebab hipertermia yaitu:

a. Dehidrasi

b. Terpapar lingkungan panas

c. Proses penyakit ( mis. Infeksi, kanker )

d. Ketidaksesuian pakaian dengan suhu lingkungan

e. Peningkatan laju metabolisme

f. Respon trauma

g. Aktifitas berlebihan

h. Penggunaan inkubator

4. Tanda dan gejala

Menurut SDKI (2016) gejala tanda mayor objektifnya yaitu suhu tubuh

diatas nilai normal. Sedangkan, gejala tanda minor objektifnya kulit merah,

kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.

5. Dampak hipertermia

Menurut temuan patologis pada orang yang meninggal karena demam terlalu

tinggi mengakibatkan perdarahan dan degerasi perenkimatosa sel di seluruh tubuh

terutama di otak. ketika Sel neuron mengalami kerusakan, sel tersebut tidak dapat

digantikan. Demikian juga dengan kerusakan hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya.

Sering kali dapat cukup berat sehingga kegagalan satu atau lebih dari organ-organ

ini akhirnya menyebabkan kematian,kadang tidak sampai beberapa hari setelah

heatstroke (Guyton, 2014).

7
6. Edukasi hipertermia pada kejang demam

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh

proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkugan luar. Pengukuran suhu

tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh yang rata-rata

representatif, dan suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran

(Perry, 2005). Pengukuran suhu aksila dapat dilakukan dengan meletakana

termometer di bawah lengan dengan bagian ujungnya yang berada pada di tengah

aksila, dan jaga agar benar- benar menempel pada kulit anak, bukan pada pakaian,

penggang lengan anak agar tetap tertutup(Wong, 2008). Prosedur pemeriksaan

suhu aksila dimulai darimenutup daerah sekeliling pasien untuk menjaga privasi

pasien. Kemudian tempatkan klien pada posis terlentang atau duduk. Bersihan

termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di ujung atas termometer

(untuk menggurangi proses kontaminasi). Turunkan batas angka pada termometer

hingga menunjukan angka 35oc dengan cara menggoyang-goyangkan

themometer,posisi thermometre saat membaca adalah sejajar dengan mata (untuk

menegah terjadinya kesalahan dalam membaca pengukuran). Buka baju klien

untuk memudahkan meletakkan termometer, dan keringkan ketiak klien dengan

tisu jika ketiak klien basah. Letakkan termometer di bawah pusat ketiak dan tangan

disilangkan. Tahan termometer 5 sampai 10 menit, angkat termometer dan

bersihkan termometer dari atas ke bawah. Bersihkan termometer dan masukan

kembali ke tempatnya dan terakhir cuci tangan (E. Tambuan and D. Kasim., 2011).

8
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Kejang Demam dengan Hipertermi

1. Pengkajian

Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien

baik fisik,psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk

menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual ataupun potensial

serta sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada klien(Ode Debora, 2013).

Pengkajian adalah pengumpulan,pengaturan,validasi, dan dokumentasi data

(informasi) yang sistematis dan bersinambungan yang dilakukan pada semua fase

proses keperawatan, misalnya pada pase evalusi, pengkajian, dilakukan untuk

menentukan hasil strategis keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan

(Kozier, 2011).

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang

demam adalah:

a. Biodata/ Identitas pasien

Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan biodata orang

tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,

agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Keluhan utama

Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya keluhan

yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami kejang pada saat

panas diatas > 37,5.- 39,5 oC.

9
c. Riwayat penyakit sekarang

1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan, apakah betul

ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar mengetahui kejang

yang dialami oleh anak.

2) Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka

diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi penting dalam

terjadinya bangkitan kejang pada anak.

3) Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu

berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui respon

terhadap prognosa dan pengobatan.

4) Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai

pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik. Pada kejang

demam sederhana kejang ini bersifat umum.

5) Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur

berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per tahun.

Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada umur

muda dan bangkitan kejang sering terjadi.

6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang perlu

ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat menimbulkan

kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang

dimulai dan bagaimana menjalamya. Sesudahnya kejang perlu ditanyakan

apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise,

menangis dan sebagainya.

10
7) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare, trauma

kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan

jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita

pemah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang teljadi untuk

pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA

dan lain-lain.

e. Riwayat penyakit keluarga

Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien (25 %

penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga

yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang

mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang

dapat mencetuskan texjadinya kejang demam.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan

Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami

infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina

sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat

persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/

vakum), perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama

neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang kejang.

11
g. Riwayat imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur

mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah

mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat

menimbulkan kejang.

h. Riwayat perkembangan

kemampuan perkembangan Anak meliputi:

1) Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan dengan

kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja

dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat,

misalnya menggambar, memegang suatu benda dan lain-lain.

3) Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

4) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah

dan berbicara spontan.

i. Riwayat sosial

Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang perlu

dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota

keluarga dan teman sebayanya.

1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Gaya hidup yang berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang kesehatan,

pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan

12
medisBagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita, pelayanan

kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota keluarga yang sakit,

penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

2) Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana kualitas

dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang

disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis

dan jumlahnya per hari.

3) Pola eliminasi

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan

bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta tanyakan apakah disertai

nyeri saat anak kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana

konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.

4) Pola aktivitas dan latihan

Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya, berkumpul

dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang disukai.

5) Pola tidur/istirahat

Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa,

kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.

a. Data objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,

13
respirasi, nadi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu

tinggi sedang kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum

kejang tanpa kelainan neurologi.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan secara menyeluruh dari ujung kepala hingga

ujung kaki untuk mendapatkan data objektif tentang kondisi pasien (Perry, 2005).

a) Kepala

tanda-tanda mikro atau makro sepali, adakah dispersi bentuk kepala, apakah tanda-

tanda kenaikan tekanan intrakranial, yajtu ubun-ubun besar cembung, bagaimana

keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.

b) Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan

malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti

rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.

c) Muka/Wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila

anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda

rhisus sardonicus, opistotonus, trimus, apakah ada gangguan nervus cranial.

d) Mata

Saat serangan kejang teljadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman

penglihatan. Bagaimana keadaan sklera, konjungtiva.

e) Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tandatanda adanya infeksi seperti

14
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran.

f) Hidung

Adakah ada pemafasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan nafas, apakah

keluar sekret, bagaimana konsistensinya Jumlahnya.

g) Mulut

Adakah tanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan lidah, adakah stomatitis,

berapa jumlah gigi yang tumbah, apakah ada carries gigi.

h) Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tandatanda infeksi faring.

i) Leher

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembasaran kelenjar tyroid, adakah pembesaran

vena jugularis.

j) Thorax

Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernafasan, frekuensinya,

irama, kedalaman, adakah retraksi dada. Pada auskultasi adakah suara nafas

tambahan.

k) Jantung

Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah bunyi

tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.

l) Abdomen

Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada abdomen, bagaimana turgor

kulit dan peristaltik usus, adakah tanda meteorismus, adakah pembesaran hepar.

15
m) Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun wamanya, apakah terdapat

oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.

n) Ekstremitas

Apakah terdapat kulit baik kebersihan maupun wamanya, apakah terdapat

oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.

o) Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda

infeksi.

2. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang demam adalah

hipertermia, yang berhubungan dengan proses penyakit(SDKI, 2016).

Tabel 1

Diagnosa keperawatan pada anak kejang demam dengan hipertermia

Gejala dan Tanda Penyebab Masalah

(1) (2) (3)

Gejala dan Tanda Mayor 1. Dehidrasi Hipertermia


1. Subjektif : tidak tersedia 2. Terpapar lingkungan panas Kategori : lingkungan
2. Objektif : suhu tubuh tidak 3. Proses penyakit (mis infeksi, Subkategori : keamanan dan
normal. kanker) proteksi
Gejala dan Tanda Minor 4. Ketidaksesuaian pakaian Definisi : suhu tubuh meningkst
1. Subjektif : tidak tersedia dengan suhu lingkungan di atas rentang normal tubuh.
2. Objektif : kulit merah, 5. Peningkatan laju
kejang, takikardi, takipnea, metabolisme
kulit terasa hangat 6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator

16
3. Intervensi

Tabel 2

Perencanaan keperawatan Pada Anak Kejang Demam Dengan


Hipertermia

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)


(SDKI) (SLKI)

(1) (2) (3)

Hipertermia berhubungan Setelah di berikan asuhan Manajemen hipertermia


dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24
(infeksi bakteri salmonella jam diharapkan : 1. Observasi

typhosa). a. Identifikasi penyebab hipertermia


1. Mengigil menurun (mis. Dehidrasi,terpapar
2. Kulit merah menurun lingkungan panas,penggunaan
3. Kejang menurun incubator).
4. Takikardia menurun b. Monitor suhu tubuh
5. Takipnea menurun c. Monitor pengeluaran urin.
6. Suhu tubuh membaik 2. Terapeutik
7. Suhu kulit membaik a. Sediakan linkungan yang dingin.
b. Longgarkan atau lepaskan
pakaian.
c. Berikan cairan oral.
d. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh.
e. Lakukan pendinginan
eksternal(mis. Selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksilla).
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a. Kolaborasikan pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu.
Sumber : (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

17
4. Implementasi

Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan . tahap ini

muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang

dilakukan mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat

pada perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan

kreatifits perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui

tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah

direncanakan, dilakukan dengan rencana yang tepat,aman,serta sesuai dengan

kondisi pasien (Ode Debora, 2013).

Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan intervensi yaitu :

a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,terpapar

lingkungan panas).

b. Memonitor suhu tubuh

c. Memonitor pengeluaran urine

d. Menyediakan lingkungan yang dingin.

e. Melonggarkan atau lepaskan pakaian.

f. Memberikan obat oral.

g. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh.

h. Melakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres dingin pada dahi, dan

aksilla).

i. Mengajurkan tirah baring

j. Mengkolaborasikan pemberian cairan elektrolit dan intravena.

18
5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada tahap ini

perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil

yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masakah yang terjadi sudah diatasi

seluruhnya,hanya sebagian,atau belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses

yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan

memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuain tindakan

keperawatan,perbaikan tindakan keperawatan,kebutuhan klien saat ini,perlunya

dirujuk pada tempat kesehatan lain dan perlu menyusun ulang prioritas diagnosa

supaya kebutuhan klienbisa terpenuhui atau teratasi (Ode Debora, 2013). Evaluasi

dinilai berdasarkan respon pasien terhadap implementasi yang telah dilakukan,

sehingga kriteria hasil yang diharapkan :

a. Menggigil menurun.

b. Suhu tubuh membaik menjadi 36,5⁰ c – 37,5⁰ c

c. Kejang menurun.

d. Suhu kulit membaik.

e. Takikardia menurun.

f. Takipnea menurun.

g. Kulit merah menurun.

19

Anda mungkin juga menyukai