Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.N DENGAN KEJANG DEMAM DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
OKSIGENASI : BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

DISUSUN OLEH :
YULVIANA PUTRI RAHMAWATI
(201210024)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Kejang demam atau fibrile convulsion bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Lestari, 2016).
kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan sampai 5 tahun,berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain (Deliana.M, 2012).
Kejang demam di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah Kejang berlangsung singkat, Berhenti dalam waktu <10
menit, Tidak berlangsung dalam waktu 24 jam
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang berlangsung lama >15 menit, Kejang fokal atau parsia,l Kejang berulang 2
kali atau lebih dalam 24 jam (Kusuma, 2013).

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat,
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah,
maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
2. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
3. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
4. Adanya refleks batuk dan muntah. Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan
adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.

3. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonnia, gastroententis, dan infeksi saluran
kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu setelah
vaksnasi contohnya: vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (Lestari, 2016).
Penyebab Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami
gangguan oksigenasi, sebagai berikut:
a. Gangguan jantung, meliputi: ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-
kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
b. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
c. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
d. Faktor perkembangan.

4. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah:
a.Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval.
a. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan,makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu.
b. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakit paru.
c. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
d. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula.
e. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dapat terganggu
f. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya.
g. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah.

5. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran yang
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium [K+ ] dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium [Na+ ] dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida [Cl+ ]. Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran di perlukan energi dan bantuan
enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Pada keadaan demam
kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhuan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.Oleh karena itu kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat (Lestari, 2016).
6.PATWHAY
Infeksi Ekstrakranial: suhu tubuh

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na+ (ke intrasel )dan K+ (ke intrasel) berlebih

Kejang

Kontraksi otot meningkat Kontruksi pembuluh darah serebral

Metabolisme Aliran darah tidak lancar

Pelepasan kalor meningkat Peredaran O2 terganggu

Hipertermi
Anoksia otak

Ketidakmampuan mengerluarkan sekret

Akumulasi sekret

Obstruksi trakeabronkial

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
7. MANIFESTASI KLINIS
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2015).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2) kebutuhan
fisiolosgis dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal
(Asmadi, 2016).
Oksigen dipasok kedalam tubuh melalui proses pernafasan/respirasi yang
melibatkan system pernafasan. Sistem pernafasan terdiri dari serangkaian organ yang
berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma melalui proses
ventilasi paru-paru, difusi, transportsi oksigen, dan perfusi jaringan. Fungsi ini
berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan homeostasis dengan megatur
penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi sisa
metabolisme atau karbondioksida.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Metode Morfologis
1) Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat
udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar
X. benda yang padat member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
2) Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan
cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik,
atau untuk membuang benda asing.
3) Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru–paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang
bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
4) Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab
penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta jamur.
B. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan :
1) Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang keluar masuk
paru pada keadaan istirahat (±500ml).
2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu volume
udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi secara
biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot ekspirasi
setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
4) Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa dlam paru
setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml. Kapasitas pulmonal
sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
5) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
6) Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC), yaitu jumlah
udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
7) Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal yang dapat
masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada orang yang mengalami gangguan pernapasan, perawat memberikan
terapi oksigen untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi. Perawat dalam
menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen (Harahap, 2015).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan berdampak yang bermakna bagi tubuh salah satunya
kematian. Karenanya berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan
dasar terpenuhi dengan baik.

10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan Kejang Demam didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan sesak tanda -tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti Demam kejang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita demam kejang.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
1. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-
otot tractus digestivus.
1. Pola aktivitas dan latihan
a) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
b) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
c) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
d) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
2. Pola tidur dan istirahat
a) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
b) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir,
berisik dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana
penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan 36 sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui
tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
B. Diagnose keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler
(D.0001).
2) Hipertermia b.d proses penyakit (inflamasi pada kelenjar getah
bening ) (D.0130).
C. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI


O KEPERAWATAN

1 Bersihan jalan nafas 1) Bersihan Jalan Nafas 2) Manajemen Jalan Nafas


tidak efektif b.d (L.01001) (L.01011)
disfungsi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
neuromuskuler keperawatan selama 3x24 1) Monitor pola nafas
jam diharapkan pasien (frekuensi, kedalaman,
memenuhi Kriteria Hasil: usaha nafas)
1) Whezzing (4) 2) Monitor bunyi nafas
2) Dispnea (4) tambahan ( mis. Gurgling,
3) Gelisah (4) mengi, whezzing, ronkhi
kering )
Terapeutik :
1) Posisikan semi – flower
atau flower
2) Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
3) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator.
2 Hipertermia b.d 1) Termoregulasi 2) Manajemen Hipertermia
proses penyakit (D.0130) (L.15506)
(inflamasi pada Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kelenjar getah bening ) keperawatan selama 3x24 1) . Identifkasi penyebab
jam diharapkan pasien hipertermi (mis. dehidrasi
memenuhi Kriteria Hasil: terpapar lingkungan panas
1) Dehidrasi penggunaan incubator)
2) Terpapar lingkungan 2) Monitor suhu tubuh
panas 3) Monitor kadar elektrolit
3) Proses penyakit (mis. 4) Monitor haluaran urine
infeksi, kanker) Terapeutik:
4) Ketidaksesuaian pakaian 1) Sediakan lingkungan yang
dengan tubuh dingin
5) Peningkatan laju 2) Longgarkan atau lepaskan
metabolisme pakaian
3) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6) Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
7) Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

D. Implementasi keperawatan
Mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan amggota tim kesehatan lain
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
E. Evaluasi keperawatan
Tindakan intektual untuk melengkapi proses peningkatan yang menandakan
seberapa jauh didiagnosis, rencana tindakan , dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2016). Askep pada klien dengan Gangguan Oksigenasi kebutuhan Dasar
Manusia. jakarta: In Media
Atoilah,E.M., dan Kusnadi, E. (2013). Askep pada klien dengan Gangguan kebutuhan
Dasar Manusia. jakarta: In Media

Deliana, M. (2012). Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Jurnal Keperawatan Bina

Harahap. (2015). Askep pada klien dengan Gangguan kebutuhan Dasar Manusia.
jakarta: In Media

Kusuma, A. H. (2013). Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action


Publishing .

Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai