Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH VARIASI JENIS MINYAK JELANTAH TERHADAP KARAKTERISTIK

BIODIESEL DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI

Lilik Zus Haryati


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Telp. (0370) 636087
email : mesin@unram.ac.id

Abstrack
Tiap tahunnya penggunaan bahan bakar minyak bumi terus mengalami peningkatan.
Dengan harga yang murah bahan bakar dari minyak bumi telah menjadi pilihan selama bertahun-
tahun. Sejak tahun 2004 Indonesia sudah menjadi negara net importer minyak bumi sebagai akibat
dari konsumen minyak bumi yang terus meningkat sementara produksinya terus menunjukan
penurunan. Melihat kondisi ini diperlukan energi alternativ pengganti minyak bumi. Biodiesel dapat
digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar solar. Biodiesel dapat dihasilkan dari
minyak jelantah, lemak hewan maupun lemak nabati. Namun sebelumnya biodiesel yang akan
digunakan harus diuji kualitasnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh variasi
jenis minyak jelantah terhadap karakteristik biodiesel dengan metode transesterifikasi.
Hasil pengujian karakteristik menunjukan nilai densitas dan viskositas tertinggi diperoleh
dari biodiesel berbahan baku minyak “Bimoli” dengan nilai 856 kg/m3 dan 6,54 cSt. Untuk nilai flash
point dan fire point tertinggi dihasilkan dari sampel biodiesel berbahan baku minyak goreng sisa
penggorengan pisang. Pengujian nilai kalor menggunakan metode sederhana dengan memanasan
air 500 ml pada temperatur ΔT = 50oC. hasil pengamatan menunjukan biodiesel dengan bahan
baku minyak goreng “Bimoli” memiliki nilai kalor tertinggi. Setelah dibandingkan dengan standar
SNI biodiesel untuk nilai densitas dan flash point dinyatakan telah memenuhi standar.

Kata kunci : Minyak bumi, Biodiesel, Transesterifikasi, Karakteristik Biodiesel

Pendahuluan pada tahun 2008, diperkirakan sudah


Tiap tahunnya penggunaan bahan berada di level 1,22 juta barrel per hari.
bakar minyak bumi terus mengalami Kementerian energi dan sumber
peninggkatan. Dari data yang ada di daya mineral mencatat terjadinya
kementerian ESDM tampak bahwa penurunan produksi minyak mentah dari
pemakaian migas terbesar untuk sektor tahun 2009 sampai dengan 2013. Pada
transportasi yaitu sekitar 47% dan rumah tahun 2009 produksi minyak mentah
tangga sekitar 22%. Sektor-sektor yang mencapai 827,10 ribu barrel per hari
dapat memberikan kontribusi besar bagi sedangkan di tahun 2013 hanya dapat di
pertumbuhan ekonomi yaitu industri dan produksi 728 juta barrel per hari. Melihat
pembangkit listrik masing-masing hanya hal tersebut, tidak dapat dipungkiri
menyerap 22% dan 9%. (Pradnyan, bahwa sumber bahan bakar fosil yang
2014) ada telah berkurang. Jika dibiarkan maka
Menurut (Pradnyana, 2014) Sejak masalah kelangkaan bahan bakar
tahun 2004 Indonesia sudah menjadi minyak akan terulang dimasa yang akan
negara net importer minyak bumi sebagai datang. Kondisi ini tentunya akan
akibat dari konsumen minyak bumi yang mempengaruhi perekonomian Indonesia,
naik terus sementara produksinya terus yang akan berimbas pada kesejahteraan
menunjukan penurunan dari level 1,52 masyarakat Indonesia. (Agustina, 2013)
juta barrel per hari pada tahun 1998 Melalui Peraturan Presiden No 5
menjadi 970 ribu barrel per hari pada Tahun 2006, pemerintah menetapkan
tahun 2008. Sementara konsumsi minyak target bauran energi tahun 2025 dimana
porsi minyak digantikan oleh batu bara

1
dan sumber energi baru dan terbarukan, lapangan pekerjaan bagi para ibu rumah
masing-masing sebesar 33% dan 17%. tangga. Dengan demikian pencemaran
Sekalipun pergeseran minyak kebatu lingkungan akibat limbah rumah tangga
bara ini kelihatannya juga menjadi pun dapat dikurangi. Namun walaupun
kecenderungan dunia, tetapi ini terlihat sederhana biodiesel yang
berlawanan dengan kebijakan negara- dihasilkan tentunya perlu diuji kualitas
negara kerjasama ekonomi Asia Pasifik dan kelayakannya sebelum dipasarkan.
(APEC) tentang low carbon emission. Apabila telah memenuhi standar maka
(Pradnyan, 2014) biodiesel tersebut telah layak untuk
Salah satu energi terbarukan yang dipasarkan di Indonesia.
dapat diterapkan di Indonesia yaitu Merujuk pada uraian di atas maka
biodiesel. Biodiesel dapat digunakan perlu dilakukan penelitian untuk menguji
sebagai energi alternatif pengganti bahan karakteristik biodiesel minyak jelantah
bakar solar. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai sumber. Hal ini
dari minyak jelantah, lemak hewan dimaksudkan untuk mengetahui kualitas
maupun lemak nabati. Dengan bahan dan kelayakan dari biodiesel tersebut jika
baku yang ramah lingkungan maka gas digunakan pada mesin diesel. Data hasil
buang yang dihasilkan juga lebih ramah pengujian karakteristik biodiesel
lingkungan. Penggunaan biodiesel di kemudian dibandingkan dengan
Indonesia bukan merupakan hal baru. Di menggunakan standar SNI biodiesel.
beberapa Pertamina telah dapat dijumpai Diharapkan juga dengan dilakukannya
Biosolar yang merupakan campuran penelitian ini dapat membantu
antara biodiesel dan solar. Biodiesel mengurangi pencemaran udara yang
sendiri sebenarnya dapat digunakan berasal dari bahan bakar fosil dan
100% tanpa dicampurkan dengan solar mengurangi pencemaran lingkungan
karena memiliki karakteristik yang mirip yang bersumber dari minyak jelantah.
dengan minyak solar. Adapun tujuan dari penelitian ini
Bahan baku biodiesel dapat untuk mengetahui kuantitas dan
diperoleh dari berbagai sumber. Salah karakteristik dari biodiesel yang
satu bahan baku biodiesel yang mudah dihasilkan. Karakteristik yang akan diuji
diperoleh adalah minyak jelantah. Minyak adalah nilai densitas, nilai viskositas, nilai
jelantah mudah diperoleh baik dari rumah flash point, nilai fire point dan nilai kalor
tangga maupun dari kegiatan industri. dari biodiesel. Data hasil pengujian
Sumber minyak jelantah berbeda-beda kemudian akan dibandingkan dengan
tergantung dari jenis pengotornya. standar SNI biodiesel.
Beberapa contoh minyak jelantah adalah
minyak jelantah dari perhotelan, minyak Landasan Teori
jelantah restoran cepat saji, minyak 1. Minyak jelantah
jelantah penjual gorengan dan lain-lain. Minyak goreng yang telah
Dengan jenis pengotor yang berbeda digunakan untuk proses penggorengan
tentunya karakteristik yang dimiki oleh biasanya disebut sebagai minyak
setiap minyak jelantah akan berbeda jelantah. Penggunaan minyak jelantah
pula. untuk kegiatan penggorengan yang
Indonesia memiliki potensi besar dilakukan selama berkali-kali sangat
untuk menerapkan pembuatan biodiesel tidak dianjurkan, karena dapat
ini. Dalam sekala kecil biodiesel dapat menimbulkan dampak negatif bagi
dibuat dengan menggunakan minyak kesehatan tubuh manusia. Hal ini
jelantah yang dihasilkan dari limbah
dikarenakan minyak jelantah yang
rumah tangga. Jika dikelola dengan baik
maka kegiatan ini tentu dapat menjadi

2
digukan selama berkali-kali akan menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
teroksidasi. ini dipercepat oleh basa, asam, dan
Kebanyakan minyak jelantah enzim-enzim. Dalam teknologi makanan,
sebenarnya merupakan minyak yang hidrolisis oleh enzim lipase sangat
telah rusak. Minyak yang tinggi penting karena enzim tersebut terdapat
kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh) pada semua jaringan yang mengandung
memiliki nilai tambah hanya pada minyak. Dengan adanya lipase, lemak
gorengan pertama saja, sementara yang akan diuraikan sehingga kadar asam
tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh) bisa lemak bebas lebih dari 10%. (Anonim,
lebih lama lagi, meski pada akhirnya 2014)
akan rusak juga. Oleh proses Faktor yang ketiga yang dapat
penggorengan sebagian ikatan rangkap menyebabkan kerusakan lemak atau
akan menjadi jenuh. Penggunaan yang minyak adalah oksidasi yang dapat
lama dan berkali-kali dapat menimbulkan ketengikan (rancidity).
menyebabkan ikatan rangkap Kerusakan lemak dan minyak yang
teroksidasi, membentuk gugus peroksida utama adalah timbulnya bau dan rasa
dan monomer siklik. (Ramdja, 2010) tengik yang disebut proses ketengikan.
Hal ini disebabkan oleh proses
autooksidasi radikal asam lemak tidak
jenuh dalam minyak. Autooksidasi
dimulai dengan pembentukan faktor-
faktor yang dapat mempercepat reaksi
seperti cahaya, panas, peroksida lemak
atau hidroperoksida, logam-logam berat,
dan enzim-enzim lipoksidase. Oksidasi
minyak akan menghasilkan senyawa
aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol,
lakton serta senyawa aromatis yang
mempunyai bau tengik dan rasa getir.
Sumber : http://mediakesehatan-
02.blogspot.co.id/ Pembentukan senyawa polimer selama
proses menggoreng terjadi karena reaksi
Gambar 1. Minyak jelantah
polimerisasi adisi dari asam lemak tidak
a. Penyebab kerusakan minyak jenuh. Hal ini terbukti dengan
jelantah terbentuknya bahan menyerupai gum
Faktor pertama yang dapat yang mengendap di dasar tempat
menyebabkan kerusakan lemak atau penggorengan. Minyak goreng sangat
minyak adalah penyerapan bau. Lemak rentan terhadap kerusakan atau
dan minyak bersifat mudah menyerap penurunan mutu, terutama yang
bau. Apabila bahan pembungkus dapat diakibatkan pemanasan yang berulang.
menyerap lemak, maka lemak yang (Anonim, 2014)
terserap ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari 2. Biodiesel
bagian lemak yang rusak ini akan diserap Biodiesel adalah energi atau bahan
oleh lemak yang ada dalam bungkusan bakar nabati yang dibuat dari minyak
yang menyebabkan seluruh lemak nabati, baik minyak baru maupun bekas
menjadi rusak. (Anonim, 2014) penggorengan dan melalui proses
Faktor yang kedua yang dapat transesterifikasi, esterifikasi atau proses
menyebabkan kerusakan lemak atau esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel
minyak adalah hidrolisis. Dengan adanya digunakan sebagai bahan bakar alternatif
air, lemak dan minyak dapat terhidrolisis pengganti solar untuk motor diesel.

3
Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam (mg/Nm3)
bentuk 100% (B100) atau campuran Etilbenzen 0,3 0,73 -59
dengan minyak solar pada tingkat (mg/Nm3)
konsenterasi tertentu (BXX), seperti 10% Sumber : (Prihandana, 2006)
biodiesel dicampur dengan 90% solar
yang dikenal dengan nama B10. Bahan baku yang digunakan untuk
(Hambali, 2008) pembuatan biodiesel tergantung dari
Bahan bakar yang berbentuk cair sumber daya alam yang dimiki oleh
ini bersifat menyerupai solar, sehingga negara tersebut. Minyak kelapa sawit
sangat prospektif untuk dikembangkan. sangat berpotensi sebagai bahan baku
Bebrapa kelebihan yang dimiliki biodiesel biodiesel dan bagi Indonesia sebagai
dibandingkan dengan solar yaitu nilai negara penghasil CPO terbesar dunia
cetane number lebih tinggi (>57) mempunyai peluang untuk menghasilkan
sehingga efisiensi pembakaran lebih bahan bakar biodiesel. Berikut beberapa
baik. Selain itu biodiesel memiliki sifat bahan baku yang dapat digunakan untuk
pelumasan terhadap piston mesin dan membuat biodiesel. (Hambali, 2008)
dapat terurai (biodegradable). (Hambali,
2008) Tabel 2. Bahan baku biodiesel
Biodiesel tidak beracun dan
terbakar lebih bersih bila dibandingkan Kelompok Sumber Minyak
dengan solar minyak bumi. Biodiesel Kelapa, jagung, biji
menghasilkan lebih sedikit emisi karbon Minyak kapas, kacang, wijen,
dioksida, sulfur dioksida, partikel atau tumbuhan kedelai, bunga
jelaga, ke udara sehingga lebih matahari
mengurangi polusi udara dibandingkan Minyak kacang- Almond, pisachio,
dengan penggunaan solar minyak bumi. kacangan hazelnut, walnut
Biodiesel memiliki permasalahan ignisi Biji anggur, biji
pada. cuaca dingin. Tergantung dari jenis Minyak masak lemon, biji kapok,
minyak yang digunakan, pada suhu alpukat, mustard
sekitar 4-5 oC, biodiesel mungkin mulai Alga, jojoba, biji
mengeras. (Anonim, 2012) Minyak lainnya karet, dedak padi,
minyak jelantah
Tabel 1. Perbandingan emisi biodisesl Sumber : (Santoso, 2013)
dan petrosolar
Biodiesel Solar (b-s) 3. Metode proses pembuatan
Kriteria (b) (s) x 100 biodiesel
% a. Transesterifikasi
SO2 (ppm) 0 78 -100 Transesterifikasi sering disebut
CO (ppm) 10 40 -75 reaksi alkoholisis, yaitu reaksi antara
NO (ppm) 37 64 -42 trigliserida dengan alkohol menghasilkan
NO2- (ppm) 1 1 0 ester dan gliserol. Kedua produk reaksi
ini membentuk dua fasa yang mudah
Total 0,25 5,6 -96
dipisahkan. Fasa gliserin terletak
partikulat
dibawah dan fasa ester alkil diatas. Ester
(mg/Nm3)
dapat dimurnikan lebih lanjut untuk
Benzen 0,3 5,01 -99,9
3 memperoleh biodiesel yang sesuai
(mg/Nm )
dengan standard yang telah ditetapkan,
Toluen 0,57 2,31 -99,9
sedangkan gliserin dimurnikan sebagai
(mg/Nm3)
produk samping pembuatan biodiesel.
Xylene 0,73 1,57 -99,9 Gliserin merupakan senyawaan penting

4
dalam industri. Gliserin banyak nabati ke dalam larutan methanol,
digunakan sebagai pelarut, bahan ethanol atau 1-buthanol, tetapi menurut
kosmetik, sabun cair, dan lain-lain. hasil penelitian yang telah dilakukan
Berikut tahap-tahap reaksi menunjukkan alkohol yang digunakan
transesterifikasi : sebagai pengemulsi cukup besar,
sehingga dapat menaikkan volatilitas dan
menurunkan titik nyala.

c. Metode Pirolisis
Pirolisis adalah proses
dekomposisi minyak nabati secara termal
Gambar 2. Reaksi transesterifikasi
atau dapat juga menggunakan bantuan
katalis untuk memutuskan rantai
Metode transesterifikasi pada hidrokarbon. Pemutusan rantai minyak
dasarnya terdiri dari 4 tahapan. (Hambali, nabati secara katalik dilakukan dengan
2008) menggunakan katalis yang biasa
digunakan pada pemutusan rantai
1. Pencampuran katalis alkalin minyak bumi, yaitu SiO2 atau Al2O3 pada
(umumnya NaOH atau KOH) dengan temperatur 450oC. Produknya kemudian
alkohol (metanol atau etanol) pada difraksionasi untuk menghasilkan
konsentrasi katalis antara 0.5 – 1 wt% biodiesel dan biogasoline. Pada
dan 10 – 20 wt% methanol terhadap pemutusan rantai katalik, temperature
massa minyak. (Hambali, 2008) mempengaruhi selektivitas produk.
2. Pencampuran alkohol dan katalis Semakin tinggi temperatur, fraksi ringan
dengan minyak pada temperatur 55 oC yang dihasilkan semakin banyak.
dengan kecepatan pengadukan Keuntungan produk biodiesel dari
konstan. Reaksi deilakukan sekitar 30 metode ini adalah adanya kemiripan
– 45 menit. (Hambali, 2008) dengan struktur bahan bakar diesel dari
3. Setelah reaksi berhenti, campuran minyak bumi, tetapi kelemahan metode
didiamkan hingga terjadi pemisahan ini adalah karena prosesnya tidak boleh
antara metil ester dengan gliserol. terdapat oksigen, maka bahan bakar
Metil ester yang dihasilkan pada tahap yang dihasilkan tidak teroksigenasi dan
ini sering disebut sebagai crude peralatan yang digunakan pada metode
biodiesel, karena metil ester yang ini relatif mahal.
dihasilkan mengandung zat-zat
pengotor, seperti sisa methanol, sisa 4. Densitas
katalis alkalin, gliserol dan sabun. Kerapatan sebuah fluida (density),
(Hambali, 2008) dilambangkan dengan huruf Yunani ,
4. Metil ester yang dihasilkan pada tahan didefinisikan sebagai massa fluida per
ketiga dicuci menggunakan air hangat satuan waktu. Kerapatan biasanya
untuk memisahkan zat-zat pengotor digunakan untuk mengkarakteristikan
dan kemudian dilanjutkan dengan
massa sebuah sistem fluida, 
drying untuk menguapkan air yang 3
mempunyai satuan slugs/ft dan satuan
terkandung dalam biodiesel. (Hambali, SI adalah kg/m3. ( (Munson, 2004)
2008)
b. Metode mikro emulsi 𝑚
Metode mikro emulsi merupakan 𝜌=
𝑣
salah satu upaya untuk menurunkan Nilai kerapatan dapat bervariasi
viskositas minyak nabati. Metode ini cukup besar diantara fluida yang
dilakukan dengan melarutkan minyak berbeda, namun untuk zat-zat cair,

5
variasi tekanan dan temperatur
umumnya hanya memberikan pengaruh
kecil terhadap nilai . Perubahan kecil
dalam kerapatan air dengan variasi
temperatur (Munson, 2004)

5. Viskositas kinematik
Viskositas  sering kali disebut
viskositas mutlak (absolute viscosity)
atau viskositas dinamik (dynamic .
viscosity) agar tidak terkacaukan dengan Sumber : (Liptak, 1994)
viskositas kinematik v, yang merupakan Gambar 3. Saybolt viskometer universal
perbandingan viskositas terhadap
kerapatan massa. (Munson, 2004) Dari ketiga jenis lubang pengujian
𝜇
𝑣=𝜌 ini, lubang universal mrupakan lubang
pengujian yang paling sering digunakan
6. Viskometer saybolt dan waktu alirnya disebut Saybolt
Viskometer ini adalah instrumen Universal Seconds (SUS) . Saybolt
standar untuk pengujian produk minyak viscometer universal ditunjukan pada
bumi. Metode ini dijelaskan dalam gambar 2.3. Untuk 60 cc cairan sampel
standar ASTM D88-56 yang digunakan waktu alirnya dapat dihitung dengan
untuk pengujian viskositas Saybolt. menggunakan sebuah wadah yang
Termostatik ini memiliki akurasi suhu ± memiliki dimensi diameter 0,176 cm dan
0,6 oC dengan rentang suhu pengujian panjang leher wadah 1,225 cm. (Liptak,
dari 21oC sampai 110 oC. Pengujian 1994)
viskositas harus dilakukan pada ruangan Saybolt Universal Seconds (t)
yang bebas dari angin untuk menghindari dapat dikonversi kedalam bentuk
perubahan suhu yang cepat agar viskositas kinematik (v) dengan
pengujian viskositas mencapai tingkat menggunakan persamaan brikut.
akurasi yang tinggi. Akurasi ± 0,1% dapat Jika t < 100 s, maka v = 0,226t – 195/t
terbaca ketika prosedur pengujian centistokes
standar telah diikuti. (Liptak, 1994) Jika t > 100 s, maka v = 0,220t – 135/t
Terdapat tiga jenis lubang centistokes
pengujian pada viskometer saybolt, yaitu
untuk pengujian universal, furol dan 7. Flash dan fire point
aspal. Masing-masing lubang pengujian Dalam suatu bahan bakar cair yang
furol dan aspal memiliki waktu alir sekitar perlu diperhatikan adalah besarnya flash
sepersepuluh dan seperseratus dari point dan fire point. Flash point adalah
lubang universal. Kombinasi lubang cup suhu pada uap diatas permukaan bahan
harus dipilih untuk menentukan waktu alir bakar minyak yang akan terbakar dengan
dalam kisaran 20 sampai 100 detik. cepat (meledak/penyalaan api sesaat)
(Liptak, 1994) apabila nyala api didekatkan padanya,
sedangkan fire point adalah temperatur
pada keadaan dimana uap di atas
permukaan bahan bakar minyak terbakar
secara kontinyu apabila nyala api
didekatkan padanya. (Wiratmaja, 2010)
8. Kuantitas panas

6
Panas spesifik suatu zat adalah 18. Teplon
kuantitas panas yang dibutuhkan untuk
mengubah temperatur dari satu satuan b. Bahan-bahan yang digunakan
massa zat sebesar satu derajat celcius dalam penelitian ini adalah :
atau ekuivalen dengan satuan kelvin. 1. Minyak jelantah
Jika kuantitas panas ∆Q dibutuhkan 2. Minyak goreng “Bimoli”
untuk menghasilkan perubahan 3. NaOH
temperatur ∆T bagi suatu massa zat m, 4. Metanol 96 %
maka panas spesifiknya dapat dihitung 5. Aquades
dengan persamaan berikut. (Bueche, 6. Cuka
2006)
c=
∆Q 2. Prosedur penelitian
m∆T a. Menguji nilai densitas bahan baku
b. Membuat biodiesel
∆Q = c. m. ∆T c. Menguji densitas biodiesel
d. Menguji nilai viskositas biodiesel
Nilai kalor merupan jumlah energi
e. Menguji nilai flash point dan fire
yang dilepaskan bahan bakar pada point biodiesel
waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur f. Menguji nilai kalor biodiesel
kimia yang ada pada bahan bakan
tersebut. Nilai kalor suatu bahan bakar
dapat juga dihitung dengan Hasil dan Pembahasan.
menggunakan persamaan berikut.
(Napitupulu, 2006) 1. Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
Bahan baku yang digunakan dalam
Qlepas = Qterima penelitian ini divariasikan menjadi tiga
jenis minyak. Minyak yang digunakan
mbb x Qbb = mair x cair x ∆T sebagai bahan baku adalah minyak
Metode Penelitian jelantah sisa penggorengan tahu, minyak
jelantah sisa penggorengan pisang dan
1. Alat dan Bahan minyak “Bimoli”. Minyak jelantah yang
a. Alat –alat yang digunakan dalam digunakan merupakan minyak dengan 2
penelitian ini adalah : kali pemakain pada temperatur 121 oC ±
1. Thermo control 2o selama 20 menit. Sebelum diolah
2. Viscosimeter saybolt menjadi biodiesel bahan baku yang
3. Alat uji flash point dan fire point digunakan terlebih dahulu dihitung nilai
4. Thermometer densitasnya. Data hasil pengujian
5. Stopwatch densitas bahan baku pembuatan
6. Tabung gelas ukur biodiesel di tampilkan dalam tabel 4.1.
7. Timbangan digital
8. Botol air mineral Tabel 4.1 Densitas bahan baku biodiesel
9. Sendok pengaduk Bahan Massa Volume Densitas
10. Corong baku (g) (ml) (kg/m3)
11. Saringan B1 259,83 300 866,1
12. Ember B2 257,90 300 859,6
13. Kertas saring 5 m B3 273,85 300 912,8
14. Mangkok kaca
15. Sumbu kompor Nilai densitas bahan baku dihitung
16. Tang penjepit agar dapat dibandingkan dengan nilai
17. Cawan densitas dari biodiesel yang dihasilkan.

7
Berdasarkan tabel 4.1 nilai densitas esterifikasi terlebih dahulu sebelum
tertinggi diperoleh dari bahan baku B3 digunakan sebagai bahan baku
dengan nilai 912,8 kg/m3. Perbedaan pembuatan biodiesel.
nilai densitas ini dapat disebabkan Kandungan ester yang terdapat
karena B1 dan B2 telah mengalami dalam minyak yang digunakan sebagai
pemanasan yang berulang, sehingga bahan baku pembuat biodiesel juga akan
terjadi penurunan nilai densitas untuk B1 mempengaruhi jumlah biodiesel yang
dan B2. dihasilkan. Saat proses transesterifikasi
berlangsung gliserin yang terdapat pada
2. Volume biodiesel yang terbentuk trigliserida akan dipisahkan dengan
menambahkan alkohol dan katalis.
445 442 Semakin banyak jumlah ester yang
Minyak jelantah
440 sisa terdapat pada minyak yang digunakan
Volume biodiesel yang

penggorengan sebagai bahan baku pembuatan


435 433 pisang
terbentuk (ml)

biodiesel, maka semakin besar pula


Minyak jelantah
430
sisa volume biodiesel yang dapat dihasilkan.
425 423 penggorengan Hal ini disebabkan karena semakin
tahu banyak pula ester yang dapat dipisahkan
420
Minyak goreng dengan gliserin yang terdapat pada
"Bimoli"
415 trigliserida.
410
3. Hasil pengujian nilai densitas
Bahan baku
biodiesel
Gambar 4. Volume biodiesel yang 857
856
terbentuk 856 Minyak jelantah
sisa
Densitas  (kg/m3)

855 penggorengan
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat 854 pisang
bahwa jumlah biodiesel dengan volume 853 Minyak jelantah
853
terbanyak diperoleh dari bahan baku sisa
852
minyak “Bimoli” (B3) dengan nilai rata- 851 penggorengan
851 tahu
rata sebesar 442 ml (75%), sedangkan
850 Minyak goreng
untuk volume terkecil diperoleh dari "Bimoli"
bahan baku minyak jelantah sisa 849
penggorengan pisang (B2) dengan nilai 848
rata-rata 423 ml (72%). Bahan baku

Perbedaan volume dari biodiesel Gambar 5. Hasil pengujian nilai densitas


yang terbentuk dapat dipengaruhi oleh biodiesel
jenis minyak yang digunakan sebagai Gambar 5 menunjukan hasil
bahan baku pembuatan biodiesel. pegujian nilai densitas biodiesel dari
Minyak jelantah sisa penggorengan ketiga jenis minyak yang digunakan.
pisang dan tahu memiliki kandungan Grafik di atas menujukan terjadi
asam lemak yang lebih tinggi peningkatan nilai densitas dari bahan
dibandingkan dengan minyak goreng baku 1 sampai dengan bahan baku 3.
“Bimoli”. Saat proses transesterifikasi Nilai densitas terendah dihasilkan dari
berlangsung kandungan asam lemak biodiesel berbahan baku minyak jelantah
yang terdapat pada minyak jelantah sisa penggorengan pisang (B1) dengan
dapat menghambat pemihasan antara nilai densitas terendah yaitu 851 kg/m3.
senyawa ester dengan gliserol. Oleh Selanjutnya nilai densitas tertinggi
karena itu minyak dengan kandungan dihasilkan oleh biodiesel dengan bahan
asam lemak yang tinggi sebaiknya di baku minyak “Bimoli” (B3) dengan nilai

8
855 kg/m3. Perbedaan nilai densitas
biodiesel dapat disebabkan oleh jenis Peningkatan nilai viskositas
minyak yang digunakan sebagai bahan biodiesel terjadi pada sampel B2 dan B3.
baku. Nilai viskositas tertinggi sebesar 6,54 cSt
Nilai densitas yang bervariasi dapat diperoleh dari biodiesel dengan bahan
pingengaruhi oleh karakteristik dari baku minyak goreng “Bimoli” (B3),
bahan baku yang digunakan. Minyak sedangkan nilai terendah di peroleh dari
jelantah yang digunakan sebagai bahan minyak jelantah sisa penggorengan
baku pembuat biodiesel memiliki nilai pisang (B1) dengan nilai 6,17 cSt. Nilai
densitas yang lebih rendah dari minyak viskositas terendah dari hasil pengujian
goreng “Bimoli’. Minyak goreng selama hampir memenuhi standar nilai viskositas
proses pemanasan akan memecah SNI. Standar nilai viskositas menurut
senyawa gliserin yang terdapat pada SNI berkisar antara 2,3 – 0,6 cSt. Nilai
trigliserida, hal ini menyebabkan viskositas yang terlalu tinggi dapat
terjadinya penurunan nilai densitas dari mempersulit proses pemompaan bahan
minyak tersebut. Selama proses bakar menuju ruang bakar.
transesterifikasi berlangsung gliserin Perbedaan nilai viskositas yang
yang memiliki sifat lebih kental dan terlihat pada gambar 5 dapat dipengaruhi
lengket akan diikat oleh metanol, juga oleh jenis minyak yang digunakan
sehingga hasil dari proses sebagai bahan baku pembuat biodiesel.
transesterifikasi akan membentuk Selain itu selama proses transesterifikasi,
senyawa ester dan gliserol. Ester yang gliserin yang terdapat pada trigliserida
dihasilkan dari proses transesterifikasi akan diikat oleh metanol yang
akan mengalami penurunan nilai menyebabkan penurunan nilai viskositas
densitas karena kandungan gliserol yang trigliserida tersebut.
dihasilkan setelah melalui proses Proses transesterifikasi akan
transesterifikasi jumlahnya menjadi lebih menghasilkan ester dan gliserol. Gliserol
sedikit. merupakan gabungan antara gliserin
Jika dibandingkan dengan standar dengan alkohol, gliserol memiliki nilai
uji kualitas SNI 7182:2015 biodiesel, viskositas yang lebih tinggi dibandingan
maka untuk nilai densitas biodiesel dari dengan ester. Saat berlangsungnya
ketiga jenis bahan baku tersebut telah proses transesterifikasi semakin banyak
memenuhi standar. Untuk standar SNI gliserin yang dapat diikat oleh metanol
7182:2015 nilai densitas biodiesel maka nilai viskositas dari ester yang
berkisar antara 850-890 kg/m3 pada suhu dihasilkan akan semakin rendah.
pengujian 40 oC.
5. Hasil pengujian nilai flash point dan
4. Hasil pengujian nilai viskositas fire point biodiesel
biodiesel
6.60 6.54 175
172
6.50 Minyak jelantah
Minyak jelantah
Viskositas v (cSt)

Flash point (oC)

170 168 sisa


6.40 6.31 sisa
penggorengan penggorengan
6.30 pisang
pisang 165
6.17 161
6.20 Minyak jelantah
Minyak jelantah
6.10 sisa 160 sisa
penggorengan penggorengan
6.00
tahu tahu
5.90 155
Bahan baku
Bahan baku
Gambar 5. Hasil pengujian nilai Gambar 6. Hasil pengujian flash point
viskositas biodiesel biodiesel

9
proses transesterifikasi selanjutnta perlu
184 183 dilakukan proses hidrolisis. Selain itu nilai
182 flash point yang tinggi juga dipengaruhi
Fire point (oC)

180 Minyak jelantah oleh nilai viskositas dari biodiesel


177 sisa
178
penggorengan tersebut. Semakin tinggi nilai viskositas
176
174 pisang biodiesel maka akan semakin susah
174 Minyak jelantah untuk menyala.
172 sisa Selajutnya pada gambar 7
penggorengan
170 tahu menunjukan hasil pengujian nilai fire
168 point dari biodiesel. Nilai fire point
Bahan baku tertinggi di hasilkan dari biodiesel dengan
Gambar 7. Hasil pengujian fire point bahan baku minyak jelantah sisa
biodiesel pengorengan pisang (B1) yaitu sebesar
Setiap sampel biodiesel memiliki 183 oC. Nilai flash point berbanding lurus
nilai flash point dan fire point yang dengan nilai fire point biodiesel. Semakin
berbeda-beda. Biodiesel dengan bahan tinggi nilai flash point biodiesel maka nilai
baku minyak jelantah (B1 dan B2) fire point biodiesel pun semakin tinggi.
memiliki temperatur flash point dan fire Sama halnya dengan nilai flash point
point yang lebih tinggi dibandingkan viskositas biodiesel juga akan
dengan biodiesel dari bahan baku mempengaruhi nilai fire point biodiesel.
“Bimoli” (B3). Nilai flash point biodiesel
mengalami penurunan dari B1 hingga 6. Hasil penngujian nilai kalor
B3. Nilai flash point terendah diperoleh biodiesel
dari biodiesel dengan bahan baku
minyak “Bimoli” (B3), sedangkan untuk 9.0
7.9
nilai flash point tertinggi diperoleh dari 8.0 Minyak jelantah
6.8 sisa
biodiesel dengan bahan baku minyak 7.0 penggorengan
Nilai kalor (MJ/kg)

6.0
jelantah sisa penggorengan pisang. 6.0 pisang (B1)
Semakin tinggi nilai flash point biodiesel 5.0 Minyak jelantah
maka semakin susah pula untuk 4.0
sisa
terbakar. Menurut standar SNI nilai flash penggorengan
3.0 tahu (B2)
point minimal adalah 100 oC. Oleh 2.0 Minyak goreng
karena itu hasil pengujian terhadap "Bimoli" (B3)
1.0
sampe biodiesel dapat dikatakan telah
0.0
memenuhi standar SNI untuk nilai flash Bahan baku
point.
Biodiesel dengan bahan baku Gambar 8. Hasil pengujian nilai kalor
minyak goreng ‘Bimoli” (B3) memiliki nilai biodiesel
flash point terendah. Hal ini dapat Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat
disebabkan karena saat proses perbedaan nilai kalor dari tiap sampel
transesterifikasi berlangsung, ada sisa biodiesel. Nilai kalor tertinggi dihasilkan
metanol yang tidak bereaksi dengan dari sampel minyak goreng “Bimoli” (B3)
trigliserida sehingga dapat menuruunkan dengan nilai 7,9 MJ/kg, sedangkan untuk
nilai flash point. Saat dilakukan pengujian nilai kalor terendah di peroleh dari
nilai flash point uap bahan bakar yang sampel minyak jelantah sisa
menyala adalah uap dari methanol yang penggorengan pisang (B1) dengan nilai
tidak bereaksi, karena titik didih dari 6,0 MJ/kg. Nilai kalor biodiesel dapat
metanol lebih rendah dari titik didih metil dipengaruhi juga oleh nilai densitas
ester. Oleh karena itu, untuk mengurangi biodiesel itu sendiri.
jumlah metanol yang tidak bereaksi saat
10
Nilai kalor biodiesel dapat Daftar pustaka
dipengaruhi oleh densitas dari biodiesel
itu sendiri. Pada nilai densitas yang tinggi Agustina, (2013), Statistik Minyak dan Gas
nilai kalor biodiesel juga tinggi, begitu Bumi 2013, Direktorat Jenderal Minyak
dan Gas Bumi.
pula sebaliknya. Hal ini disebabkan, Anonim, (2012), Buku Panduan Energi yang
karena pada saat nilai densitas biodiesel Terbarukan. PNPM Mandiri, 80.
tinggi biodiesel akan lebih sukar untuk Anonim, (2014), Buku Informasi Statistik
terbakar sehingga nilai kalor dari Pekerjaan Umum 2013, Pusat
biodiesel akan semakin tinggi. Pada saat Pengolahan Data (PUSDATA)
pengujian nilai kalor besarnya nilai kalor Kementerian Pekerjaan Umum
bahan bakar dapat dihat juga dari jumlah Republik Indonesia, 1.
bahan bakar yang dapat terbakar. Anonim, (2014), Daur Ulang Minyak Bekas
Semakin sedikit jumlah bahan bakar Pakai (Jelantah), Ebookinga, 13.
Bueche, F. J., & Hecht, E, (2006), Scaum's
yang digunakan untuk memanaskan air
Outlines Teori dan Soal-soal Fisika
500 ml hingga diperoleh ∆T = 50 oC
Universitas Edisi Kesepuluh. Ciracas
maka semakin besar pula nilai kalor yang Jakarta: PT Glora Aksara Pratama.
dimiliki bahan bakar tersebut. Akan tetapi Hambali, E, (2008), Teknologi Bioenergi,
nilai kalor yang diperoleh dari hasil Jakarta Selatan: PT. AgroMedia
pengujian ini tidak dapat dikatakan Pustaka.
sebagai nilai kalor murni biodiesel, Liptak, G. B, (1994), Analytical
karena pada saat pengujian berlangsung Instrumentation, Pennyslvania: Chilton
kerugian panas yang terbuang Book Company.
kelingkungan tidak diperhitungkan. Munson, R. B, (2004), Mekanika Fluida Edisi
Keempat Jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Kesimpulan Napitupulu, F. H, (2006), Pengruh Nilai Kalor
(Heating Value) Suatu Bahan Bakar
1. Biodiesel dengan volume terbesar Terhadap Perencanaan Volume Ruang
dihasilkan dari bahan baku minyak Bakar Ketel Uap Berdasarkan Metode
Penenetuan Nilai Kalor Bahan Bakar
“Bimoli” (B3) dengan nilai 442 ml (75
yang Dipergunakan, Jurnal Sistem
%). Teknik Industri Vol. 7, No. I
2. Nilai densitas biodiesel yang Pradnyan, G, (2014), Nasionalisme Migas,
dihasilkan berbeda untuk tiap sampel, Banten: Nayyotama Press Holdings.
nilai densitas tertinggi diperoleh dari Prihandana, R., Hendroko, R., & Nuramin, M,
sampel B3 dengan nilai 856 kg/m3. (2006), Menghasilkan Biodiesel Murah.
3. Nilai viskositas biodiesel tertinggi Ciganjur: PT AgroMedia Pustaka
dihasilkan dari sampel B3 dengan nilai Ramdja, (2010), Pemurnian Minyak Jelantah
6,54 cSt. Menggunakan Ampas Tebu Sebagai
4. Nilai flash point berbanding lurus Adsorben, Jurnal Teknik Kimia, No. 1,
dengan nilai fire point biodiesel, nilai Vol. 17, 8.
Wiratmaja, I. G, (2010), Pengujian
flash point dan fire point tertinggi Karakteristik Fisika Biogasoline
dihasilkan oleh sampel B1 sebesar Sebagai Bahan Bakar Alternatif
172 oC dan 183 oC. Pengganti Bensin Murni, Jurnal Ilmiah
5. Nilai kalor tertinggi diperoleh dari Teknik Mesin Cakra M Vol. 4 No.2.,
sampel B3 dengan nilai 7,9 MJ/kg dan 147.
nilai kalor terendah diperoleh dari
saampel B1 dengan nilai 6,0 MJ/kg.
6. Hasil pengujian karakteristik biodiesel
yang memenuhi standar SNI
7182:2015 adalah nilai densitas dan
flash point

11

Anda mungkin juga menyukai