Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Keragaman genetik adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pemuliaan
tanaman. Dengan adanya sebuah keragaman genetic dalam suatu populasi maka terdapat variasi nilai
genotip antar individu dalam populasi tersebut (Sofiari dan Kirana, 2009). Menurut Sujiprihati et.a;
(2003) keanekaragaman populasi memilii arti yang penting dalam pemuliaan tanaman. Karakter
tanaman yang unggul merupakan karakter-karakter yang mendukung hasil yang tinggi dan kualitas yang
sangat baik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan karakter tersebut perlu diketahui keragaman fenotip
dan parameter genetic yang digunakan sebagai pengukur potensi genetic, antara lain koefisien
keragaman genetic dan nilai heritabilitas. Nilai koefisien keragaman genetik dapat memberi informasi
mengenai keragaman genetic dari suatu tanaman sehingga dapat diketahio tingkat keluasa dalam
pemilihan genotip. Heretabilitas merupakan gambaran mengenai kontribusi genetic dan lingkungan
terhadap suatu karakter yang terlihat (Suprapto dan kairudin, 2007). Karakter fenotip adalah sesuatu
yang dapat diamati dari, baik structural, biokimiawi, fisiologis, dan perliaku. Hal tersebut menunjukan
bahwa tingkat dalam ekspresi gen dapat dilihat/diamati.

Cabai (Capsicum) adalah salah satu komditas yang cukup tinggi di Indonesia. Selain dapat
dijadikan sebagai sayuran atau bumbu masak, cabai juga dapat menjadi sumber bahan baku industry,
dan memiliki peluang ekspor. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrta, kalsium, fosfor, zat beso,
vitamin-vitamin dan mengandung senyawa senyawa alkaloid (Prajnata, 2007). Linnaeus (1753)
mengenal bahwa terdapat 2 jenis Capsicum yaitu C. annuum dan C. frustescens. Namun Irish (1898)
merevisi marga tersebut didapatkan bahwa terdapat penambahan 7 varietas dalam C. annuum. Adapun
ke tujuh varietas tersebut dapat dibedakan berdasar bentuk, ujuran, posisi buah, warna, dan rasa.

Capsicum aanuum L atau biasa dikenal dengan sebutan cabai merah merupakan tanaman
setengah perdu dengan tinggi 45-100cm, biasanya musiman. Bunga tunggal dan muncul di bagian ujung
ranting, posisinya menggantung; mahkota berbentuk bintang. Kelopak seperti lonceng. Buah tunggal
pada setiap ruas, bervariasi dalam ukuran, bentuk buah, warna dan tingkat kepedasan; bentuk buah
seperti garis, menyerupai kerucut, seperti tabung memanjang, seperti lonceng atau berbentuk bulat,
warna buah setelah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning atau keunguan; posisi buah
menggantung.biji berwarna kuning pucat. Cabai merah pun memiliki banyak macam nya ada cabai
merah keriting, cabai merah besar, dan cabai rawit merah.

Capsicum frustencens L atau biasa disebut dengan cabai rait merupakan tumbuhan setengah
perdu, dengan tinggi 50-150cm, hidupnya mencapai 2 atau 3 tahunan. Bunga muncul berpasangan atau
bahkan lebih di bagian ujung ranting, posisinya tegak; mahkota Bungan berwarna kuning kehijauanm
berbentuk seperti bintang. Kelopak rompng. Buah muncul berpasngan atau bahkan lebih pada setiap
ruas, biasanya rasanya sangat pedas; kadang-kadang mempunyai bentuk buah bulat memanjang atau
berbentuk setengah kerucut; warna buah setalah masak biasanya merah atau hijau; psisibuah tegak. Biji
berwarna kuning pucat. Cabai rawit yang biasa dikenal masyarakat adalah cabai rawit hijau. Karena
banyaknya tingkat keanekaragaman dari cabai (Capsicum) maka diadakan praktikum ini untuk dengan
mengamati karakter fenotip dari sebagian jenis tanaman cabai sehingga dapat mengetahui tingkat
keanekaragaman dari tanaman cabai (Capsicum).
Rumusan masalah

1. Apakah fenotip dapat digunakan sebagai parameter dalam melihat keanekaragaman tanaman
cabai (Capsicum)
2. Fenotip apa saja yang dapat diamati pada tanaman cabai (Capsicum)

Tujuan

Mengetahui tingkat keragaman genetik pada tanaman cabai (Capsicum) dengan melihat fenotip

Daftar Pustaka

Sofiari, E. dan R. Kirana. 2009. Analisis Pola Segregasi dan Distribusi beberapa
Karakter Cabai. Jurnal Hortikultura Vol 19 (3) : 255 – 263.

Sujiprihati. S.. G.B. Sale. and E.S. Ali. 2003. Heritability. Performance and Correlation
Studies on Single Cross Hybrids of Tropical Maize. Asian J. Plant Sci. 2(1):51-57.

Suprapto dan N. Kairudin. 2007. Variasi Genetik. Heritabilitas. Tindak Gen dan Kemajuan
Genetik Kedelai (Glysine max Merrill) pada Ultisol. ISSN 1411-0067. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian Indonesia. 9(2):183-190.

Linnaeus, C. 1753. Species Plantarum. Vol. 1, ed. 1. London: The Ray Society

Irish, H.C. 1898. Revision of the genus Capsicum. Ninth Annales Repertorium
Missouri Botanical Garden: 53-110.

Prajnanta F. (2007). Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai Hibrida Secara. Intensif.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai