Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum I Dasar Genetika Ternak

KARAKTERISTIK TELUR PUYUH


“Coturnix-coturnix japonica”

` Oleh :

NAMA : MUHAMMAD SYAIKRULLAH


NIM : L1A118174
KELAS :D
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN PEBIMBING : MUHAMMAD ADNAN R. A.
ANGGOTA : 1. IKSAN
2. IRSAN SAPUTU
3. HARI SETIAWAN
4. ASTRIANA
5. LA ODE ALIN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Puyuh (Coturnix-coturnixjaponica) merupakan jenis unggas darat yang

mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya

cukup tinggi. Telur burung puyuh sangat disukai masyarakat karena rasanya yang

gurih, selain itu harganya juga terjangkau dan memiliki kualitas yang baik. Hingga

saat ini produksi telur puyuh belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena

permintaannya yang tinggi, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan telur,

peternakan puyuh banyak dikembangkan untuk meningkatkan populasinya. Peternak

juga senang beternak puyuh karena puyuh menghasilkan telur yang relatif lebih

besarperbandingan antara bobot telur dan bobot induk dibandingkan dengan ternak

lainnya.

Produksi telur, selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh

lingkungan. Secara genetik produksi telur pada puyuh jepang (Coturnix-

coturnixjaponica) sangat tinggi, tetapi sifat ini tidak akan tercapai apabila faktor

lingkungan tidak menunjang. Salah satu faktor lingkungan yang penting adalah

pemberian pakan. Pemberian pakan sehari-harinya dimanifestasikan dalam bentuk

ransum. Ransum adalah campuran satu atau lebih bahan pakan yang telah memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam. Kandungan nutrien ransum secara garis besar

adalah protein, energi, lemak, vitamin, dan mineral. Unsur-unsur tersebut harus selalu

tersedia dalam pakan agar diperoleh produksi dan kualitas telur yang baik.
Telur puyuh memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan

dengan telur ternak lain, sehingga kandungan protein ransum puyuh petelur

cenderung lebih tinggi dibandingkan kandungan protein ransum untuk ternak petelur

lain. Kandungan protein ransum berpengaruh terhadap produksi telur maupun

kualitas telur. Guna mengetahui kualitas telur dapat dilakukan dengan cara mengukur

kualitas eksterior dan interior diantaranya eksterior meliputi bentuk telur, bobot telur

sedangkan interior meliputi nilai haughunit (HU) dan albumen telur. Berdasarkan

uraian di atas, maka perlunya di lakukan praktikum karakteristik telur.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum karakteristik telur adalah sebagai berikut :

I.2.1. Bagaimana sifat kuantitatif telur puyuh ?

I.2.2. Bagaimana sifat kualitatif telur puyuh ?

I.3. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum karakteristik telur adalah sebagai berikut :

I.3.1. Untuk mengetahui sifat kuantitatif telur puyuh

I.3.2. Untuk mengetahui sifat kualitatif telur puyuh

I.4. Manfaat

Manfaat dilakukannya praktikum karakteristik telur adalah sebagai berikut :

I.4.1. Dapat mengetahui sifat kuantitatif telur puyuh

I.4.2. Dapat mengetahui sifat kualitatif telur puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Puyuh

Burung puyuh (coturnix-coturnix japonica) merupakan unggas yang sudah

banyak diternakkan karena produksi telurnya tinggi. Produksi telur burung puyuh

dalam satu tahun berkisar antara 200-300 butir. Puyuh merupakan salah satu jenis

ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewani di

masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. (Fransela, 2017).

Burung puyuh merupakan komoditi ternak unggas yang dimanfaatkan telur

dan dagingnya. Burung puyuh dengan nama latin Cortunix-cortunix japonica ini

memiliki ukuran tubuh yang kecil sehingga dalam pemeliharaannya tidak

memerlukan lahan yang luas (Dionysius dkk., 2016).

II.2. Telur Puyuh

Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber

protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur

mempunyai cangkang, selaput cangkang, putih telur (albumin) dan kuning telur

(Agustina, 2013).

Telur puyuh merupakan makanan dengan kandungan gizi cukup lengkap,

meliputi karbohidrat, protein dan delapan macam asam amino yang berguna bagi

tubuh, terutama bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan. Telur puyuh

mempunyaikadar kolesterol lebih tinggi (844 mg/dL) dibandingkan dengan kadar

kolesterol telur ayam (423 mg/dL) (Aviati dkk., 2014).

II.3. Sifat Kualitatif Telur Puyuh

Perhitungan indeks bentuk telur melibatkan penentuan nilai sifat-sifat yang

diseleksi secara terpisah.Semakin tinggi indeks telur, maka kualitas telur semakin
baik dengan bentuk semakin bundar.Bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik

yang diturunkan dari induk kepada anknya. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan

perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus

(Mujianto, 2008).

Sifat kualitatif burung puyuh merupakan dasar di dalam proses seleksi dan

pemuliaan burung puyuh. Dalam hal ini bertujuan mengidentifikasi penciri utama

ukuran dan bentuk serta sifat-sifat kualitatif dari warna telur burung puyuh

(Hutagalung dkk., 2012).

II.4. Sifat Kuantitatif Telur Puyuh

Sifat kuantitatif sering dijadikan parameter program seleksi biasanya dilihat

dari bobot badan dan ukuran ukuran tubuh, hal ini dilakukan untuk mendapatkan bibit

yang memiliki produktivitas tinggi. Ukuran tubuh burung puyuh yang penting untuk

diamati dan dapat dijadikan penentu karakteristik antara lain adalah bobot badan,

panjang paruh, tinggi paruh, tinggi kepala, panjang kepala, tinggi leher, lingkar leher,

lingkar dada, panjang punggung, panjang sayap, panjang tulang pubis, lingkar shank,

panjang shank, dan panjang jari ke3. Identifikasi sifat-sifat kuantitatif pada burung

puyuh Tegalan Loreng dilakukan untuk mengetahui sifat yang khas dan salah satu

upaya untuk melestarikan keanekaragaman sumber daya genetik asli Indonesia

(Listiana dkk., 2010).

Cara pemberian pakan secara terbatas kuantitatif merupakan cara paling

efisien dalam menghemat biaya energi pakan, hal ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pembatasan pakan secara kuantitatif terhadap penampilan produksi dan

reproduksi puyuh petelur (Hertamawarti, 2008).


II.5. Haugh Unit

Haugh unit merupakan satuan yang ditentukan berdasarkan hubungan

logaritmik antara ukuran tinggi albumen (mm) dengan berat telur (gram). Nilai haugh

unit diukur dari telur yang dihasilkan pada minggu ke-8. Tinggi albumen diperoleh

dengan memecahkan telur pada bidang datar kemudian diukur menggunakan alat

modifikasi tripod mikrometer yaitu dengan menusukkan tusuk gigi pada albumen

pekat kemudian menandai dengan menggunakan penggaris. Nilai yang diperoleh

dicatat dan dimasukkan dalam formulasi (kusumastuti dkk., 2012).

HU diukur untuk melihat mutu kesegaran telur. Cara untuk mengukur HU

adalah pengukuran tinggi putih telur dan bobot telur. telur ditimbang, dipecah dan

diletakan di tempat datar (kaca atau cawan petri). Tinggi putih telur diukur dengan

menggunakan tusuk gigi kemudian diukur dengan menggunakan penggaris. Bagian

putih telur yang diukur dipilih diantara kuning telur putih telur. Pengukuran

dilakukan dalam keadaan segar (setelah menetas) (suparyanti dkk., 2013).


III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum karakteristik telur dilaksanakan pada hari Rabu 9 Oktober 2019,

Pukul 08.00 WITA sampai selesai bertempat di laboratorium Unit Genetika, Fakultas

Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum karakteristik telur puyuh dapat di lihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan.


No. Nama Alat Kegunaan
1. Alat Tulis Untuk mencatat
2. Hand Phone Untuk dokumentasi
3. Jangka Sorong Untuk mengukur panjang, lebar, dan
diameter telur
4. Timbangan Analitik Untuk menimbang berat telur
5. Pingset Untuk memecahkan Telur
6. Tissue Untuk Membersihkan

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum karakteristik telur puyuh dapat di

lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan.


No. Nama Bahan Kegunaan
1. Telur puyuh Untuk objek pengamatan
3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum karakteristik telur Puyuh adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan respon

2. Memasuki ruangan

3. Mendengarkan penjelasan asisten mengenai karakteristik telur

4. Menimbang berat telur serta mengukur tinggi, lebar, dan panjang telur

5. Mencatat

6. Melakukan dokumentasi

7. Membuat laporan sementara

8. Membuat laporan

3.4. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada praktikum karakteristik telur puyuh adalah

sebagai berikut :

1. Bobot Telur Bobot telur didapatkan dari hasil penimbang dengan

: menggunakan timbangan analitik

2. Bentuk Telur Bentuk telur di dapatkan dari hasil pengukuran


: menggunakan janka sorong.

3. Warna Telur Warna telur diamati secara kuantitatif


:
4. Tekstur Telur : Tekstur telur diamati secara kualitatif

5. Indeks Telur Indeks telur di dapatkan dari hasil pengukuran panjang

: dan lebar telur (mm) menggunakan jangka sorong.

3.4. Diagram Alir

Diagram alir prosedur kerja pada praktikum karakteristik telur dapat

digambarkan sebagai berikut :

Respon

Memasuki Ruangan

Memasuki Ruangan

Menyimak Penjelasan asisten


asis

Melakukan Pengukuran
asis

Menimbang
asis

Dokumentasi
asis

Membuat Laporan
asis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Kualitas Bentuk, Warna, dan Tekstur Telur Burung Puyuh

Kualitas karakteristik telur burung puyuh dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3 kualitas bentuk, warna, dan tekstur.


No Bentuk Jumla Warna Jumlah Tekstur Jumlah
h
1 Putih bertotol coklat 25% Halus 30%
lonjong 25% kehitaman
2 Putih bertotol coklat 25% Agak kasar 10%
lonjong 25% kehitaman
3 Putih bertotol coklat 25% Halus 30%
lonjong 25% kehitaman
4 Putih bertotol coklat 25% Halus 30%
lonjong 25% kehitaman

Tabel di atas membuktikan bahwa sifat fisik telur  burung puyuh dilihat dari

warna kulit memiliki warna putih dan terdapat bercak hitam. Dari tekstur atau

kekasaran permukaan kulit burung puyuh memiliki permukaan yang halus. telur

puyuh memiliki bentuk yang lonjong dengan memiliki 3 jenis warna telur yaitu putih,

coklat dan hitam serta tekstur telur yang halus dan agak kasar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Alawiyah (2016), yang menyatakan bahwa bobot telur bentuk telur puyuh

relative bulat serta lonjong yang memiliki warna putih bertotol coklat kehitaman yang
menunjukkan kualitas eksterior telur puyuh turunan hasil persilangan ini memiliki

kualitas yang baik dan baik untuk dijadikan puyuh pembibitan.

4.2.Kuantitas Panjang, Lebar, dan Berat Telur Burung Puyuh

Kuantitas panjang lebar serta berat telur puyuh dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kuantitas panjang lebar dan berat


No Peubah Rataan Standar Deviasi Ragam KK (%)
. (n=4) (S) (S2)
1. Panjang 2.8925 0.342089 0.117025 0.118268
2. Lebar 2.41 0.029439 0.000867 0.012215
3. Berat 28 35.65712 1271.43 1.290758

Tabel 4 membuktikan bahwa panjang, lebar serta berat telur puyuh memiliki

ukuran yang bervariasi hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2016), yang

menyatakan bahwa Indeks telur yang diukur adalah berat telur, panjang dan lebar

telur. Indeks telur diukur untuk mengetahui berat, panjang dan lebar telur tersebut.

Pengukuran panjang dan lebar menggunakan Jangka Sorong, penyerapan suhu pada

telur dengan bentuk lonjong lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur
berbentuk tumpul maupun bulat, hal ini menyebabkan proses metabolisme telur

berjalan dengan baik.

4.3. Kuantitas Youlk dan Albumen Telur Puyuh

Kuantitas youlk dan albumen telur puyuh dapat di lihat pada tabel 5.

Tabel 5. Kuantitas youlk dan albumen


No Peubah Rataan Standar Deviasi Ragam (S2) KK (%)
. (n=4) (S)
1. Tinggi Yolk 10.25 3.20156212 10.25 0.31234752
2. Lebar yolk 20.075 2.255918143 5.089166667 0.112374503
3. Tinggi Albumin 4 0.816496581 0.666666667 0.204124145
4. Lebar Albumin 43 10.7393358 115.3333333 0.249751995

Kuantitas Yolk atau yang biasa disebut kuning telur merupakan penyuplai

kolesterol terbesar dari komponen telur lainnya. Putih telur atau yang biasa disebut

albumen ini menjadi sumber protein untuk berat keringnya. Berdasarkan hasil tabel

tebal yolk dan tebal albumen memiliki tebal yang bervariasi, yolk lebih tebal

dibandingkan albumen sesuai dengan hasil yolk memiliki rataan ketebalan 10,25

sedangkan pada albumen 4. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumadin (2016), yang

menyatakan bahwa konsumsi pakan dapat mempengaruhi kecernaan pakan, bobot

badan, jumlah dan bobot telur serta kualitas telur (tinggi kuning telur/yolk, tinggi

putih telur/ albumen).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum karakteristik telur puyuh

adalah sebagai berikut :

V.1.1. Telur puyuh memiliki sifat kuantitatif sering dijadikan parameter program

seleksi biasanya dilihat dari bobot badan dan ukuran ukuran tubuh, hal ini

dilakukan untuk mendapatkan bibit yang memiliki produktivitas tinggi.

V.1.2. Sifat kualitatif burung puyuh merupakan dasar di dalam proses seleksi dan

pemuliaan burung puyuh. Dalam hal ini bertujuan mengidentifikasi penciri

utama ukuran dan bentuk serta sifat-sifat kualitatif dari warna telur burung

puyuh.

V.2. Saran
Saran yang dapat di berikan yaitu Sebaiknya pihak laboratorium

mengeluarkan praktikan yang ribut ketika praktikum sedang berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiah. I., Endang S. dan Wiwin T. 2016. Kualitas Eksterior Telur (Coturnix-
coturnix japonica) Turunan Hasil Persilangan Warna Bulu Coklat dan Hitam
Di Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran. Fakultas peternakan
Universitas Padjajaran.

Fransela., Sarajar., Montong. dan Najoan. 2017. Performans Burung Puyuh


(Coturnix – coturnix japonica) Yang Diberikan Tepung Keong (Pila
ampullacea) sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum. Jurnal Zootek.
Vol. 37. No. 1.

Dionysius A.W., Mone., Edhy S. dan Muharlien. 2016. Pengaruh Jenis Burung
Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Dengan Pemberian Pakan Komersial
Yang Berbeda Terhadap Penampilan Produksi Periode Bertelur. Jurnal
Ternak Tropika. Vol. 17. No.2.

Suparyanti., Koen P. dan Tyas. R. S. 2013. Indeks Kunning Telur (IKT) dan Haugh
Unit (HU) Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Setelah Penambahan
Tepung Kunyit (Curcuma longa L.) dan Tepung Ikan Pada Pakan. Jurnal
Biologi. Volume 2 No 3.
Kusumawati. D., Praseno k. dan Saraswati., T. 2012. Indeks Kuning Telur dan Nilai
Haugh Unit Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Setelah Pemberian
Tepung Kunyit (Curcuma longa L.). Jurnal Biologi. Volume. 1. No. 1.

Arifin. H. D., Zulfanita, Jeki M. dan Wahyu W. 2016. Berat Telur, Indeks dan
Volume Telur Puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) Pengaruh Konsentrasi
Sari Markisa (Passion fruit) dan Lama Simpan di Suhu Ruang. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Hutagalung. R. P., Hamdan. dan Zulfikar S. 2012. Analisis Morfometrika Dan Sifat
Kualitatif Warna Bulu pada Puyuh Liar (Turnix suscitatoratrogularis) dan
Puyuh Domestikasi (Coturnix-coturnixjaponica). Jurnal peternakan
Intergratif. Vol.1No.2.
\

Anda mungkin juga menyukai