Anda di halaman 1dari 9

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Nama Dosen : Aqwa Naser Daulay, M.Si


Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam
Materi : Kebijakan Moneter

a. Pengertian Teori Kebijakan Moneter


Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau
bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau
suku bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan kebijakan moneter adalah
dicapainya keseimbangan interen (internal balance) dan
keseimbangan ekstern (external balance). Keseimbangan interen
biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja yang tinggi,
dan laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan ekstern
ditujukan agar neraca pembayaran internasional seimbang.
Kebijakan moneter dibagi dalam dua jenis, yaitu kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan
moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang beredar. Sedangkan kebijakan moneter
kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
penurunan jumlah uang beredar.

b. Tenggang Waktu (Lag) Efek dari Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter untuk tujuan stabilisai ekonomi tergantung
pada, kuat/tidaknya hubungan antara perubahan kebijakan moneter
dengan kegiatan ekonomi dan jangka waktu antara perubahan
kebijakan moneter dan efeknya terhadap kegiatan ekonomi. Jangka
waktu antara perubahan kebijakan dengan perubahan kegiatan ekonomi
sering disebut tenggang waktu (lag). Ada dua macam lag dalam
kebijakan moneter, yaitu inside lag dan outside lag. Yang dimaksud
dengan inside lag adalah jarak waktu dari timbulnya permasalahan di
dalam perekonomian sampai dengan dimulainya tindakan kebijakan
untuk mengatasinya. Inside lag terdiri dari tiga macam lag. Pertama,
adalah jarak waktu mulai dari timbulnya masalah sampai dengan
saat para pembuat kebijakan menyadari bahwa memang ada
masalah. Ini disebut recognition lag. Kedua, adalah jarak waktu antara
saat diketahuinya ada masalah dan saat diputuskannya suatu tindakan.
Disebut dengan decision lag. Ketiga adalah jarak waktu antara saat
keputusan kebijakn diambil dan saat keputusan tersebut mulai
dilaksanakan. Ini disebut action lag. Sedangkan outside lag adalah
jarak waktu antara saat mulai dilaksanakannya langkah kebijakan dan
saat timbulnya akibat pada perekonomian.

Masalah lag menjadi sangat penting terutama dalam kaitannya


dengan kebijakan stabilisasi. Lag ini menunjukkan efisiensi
kebijakan moneter, karena dengan adanya lag, seringkali kebijakan
moneter yang ditujukan untuk stabilisasi kegiatan ekonomi justru
berakhir dengan ketidakstabilan.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Kebijakan moneter pada umumnya diterapkan sejalan dengan


siklus kegiatan ekonomi (business cycle). Kebijakan moneter yang
diterapkan pada kondisi ketika perekonomian sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat (boom) tentu berbeda dengan
kebijakan moneter yang diterapkan pada saat perekonomian sedang
melambat (resesi). Kebijakan moneter yang ekspansif diyakini
dapat mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami
resesi. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif dapat
memperlambat laju inflasi yang pada umumnya terjadi pada saat
kegiatan perekonomian sedang mengalami boom.

c. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter


Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait
dengan penetapan tujuan akhir kebijakan moneter dan strategi untuk
mencapainya. Permasalahan yang sering terjadi adalah bahwa
sasaran akhir yang ingin dicapai dari suatu kebijakan moneter sangat
banyak dan belum tentu semua dapat dicapai secara bersamaan
dan bahkan bisa saling kontradiktif. Misalnya, upaya untuk
mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas
kesempatan kerja pada umumnya dapat mendorong peningkatan harga
sehingga pencapaian stabilitas ekonomi makro tidak optimal.
Menyadari ha! ini, beberapa negara secara bertahap telah
bergeser menerapkan kebijakan moneter yang lebih memfokuskan
pada sasaran tunggal. Secara prinsip terdapat beberapa strategi
dalam mencapai tujuan kebijakan moneter. Masing-rnasing strategi
merniliki karakteristik sesuai dengan indikator tertentu yang
digunakan sebagai nominal anchor "jangkar nominal" atau "sasaran
antara" dalam mencapai tujuan akhir. Beberapa strategi kebijakan
moneter tersebut, antara lain:

1. Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)

Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai


tukar mendasarkan pada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling
dominan pengaruhnya terhadap pencapaian sasaran akhir kebijakan
moneter. Pada umumnya, strategi ini ditempuh oleh negara-negara
yang perekonomiannya relatif kecil tetapi sangat terbuka seperti
Singapura dan Belanda.

Dal am pelaksanaannya, terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh:

 dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga


komoditas tertentu yang diakui secara internasional
 dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata
uang negara. negara besar yang mempunyai laju inflasi yang
rendah
 dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap
mata uang negara tertentu ketika perubahan nilai mata uang
diperkenankan sejalan dengan perbedaan laju intlasi diantara
kedua negara.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

15
Kelebihan dari strategi penargetan nilai tukar adalah:

 dapat meredam laju intlasi yang berasal dari perubahan harga


barang-barang impor
 dapat mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap intlasi
 dapat memberikan kaidah baku (rules) dan dapat
mendisiplinkan pelaksanaan kebijakan moneter
 penargetan nilai tukar bersifat cukup sederhana dan jelas
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat

Sedangkan kelemahan dari strategi penargetan nilai tukar adalah:


 Penargetan nilai tukar dalam kondisi perekonomian suatu
negara sangat terbuka dan mobilitas dana luar negeri sangat
tinggi akan menghilangkan independensi kebijakan moneter
domestik dari pengaruh luar negeri
 Dapat menyebabkan setiap gejolak struktural yang terjadi
di negara lain akan berdampak secara langsung pada stabilitas
perekonomian domestik
 Rentan terhadap tindakan spekulasi dalam pemegangan mata
uang domestik

2. Penargetan Besaran Moneter (Monetary Targeting)

Penargetan besaran moneter dilakukan dengan menetapkan


pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran antara, serta
kredit. Kelebihan utama dari penargetan besaran moneter adalah
dimungkinkannya kebijakan moneter yang independen sehingga
bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang
ditetapkan.

3. Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)

Penargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada


publik mengenai target inflasi jangka menengah dan komitmen bank
sentral untuk mencapai stabilitas barga sebagai tujuan jangka
panjang dari kebijakan moneter. Dengan menargetkan inflasi sebagai
jangkar nominal, bank sentral dapat menjadi lebih kredibel dan lebih
fokus didalam mencapai kestabilan harga sebagai tujuan akhir.

4. Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar yang tegas


Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang
memuaskan , beberapa Negara Jebih memilih strategi kebijakan
moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas. Akan tetapi,
bank sentral tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan akhir kebiajakn moneter.

d. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter


Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank
sentral banyak dipengaruhi oleh keakinan bank sentral yang
bersangkutan terhadap suatu proses tertentu mengenai bagaimana
kebijakan moneter berpengaruh terhadap perekonomian. Proses ini
dikenal dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Ada beberapa jalur moneter yang mempengaruhi kegiatan


ekonomi, diantaranya:

 alur suku bunga


Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa
kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melaui
perubahan suku bunga. Pengaruh perubahan suku bunga jangka
pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah-panjang
melalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di
pasar uang. Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi
cost of capital (biaya modal) yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang
merupakan komponen dari permintaan agregat.
 Jalur nilai tukar
Mekanisme transmisi melalui jalur nialai tukar menekankan bahwa
pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan penawaran
dan permintaan agregat, dan selanjutnya output dan harga.
 Jalur harga aset
Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwa
kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan
kekayaan masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran
investasi dan konsumsi. Apabila bank sentral melakukan kebijakan
moneter kontraktif, maka hal tersebut akan mendorong peningkatan
suku bunga, dan pada gilirannya akan menkan harga pasar aset
perusahaan. Penurunan harga aset dapat berakibat pada dua ha!.
Pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan
ekspansi. Kedua, menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan, yang
pada gilirannya mengurangi pengeluaran konsumsi. Secara
keseluruhan kedua ha! tersebut berdampak pada penurunan
pengeluaran agregat.
 JaJur kredit
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit menekankan
bahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap output dan harga
terjadi melalui kredit perbankan. Transmisinya dibedakan menjadi
dua jalur. Pertama, bank lending channel (jalur pinjaman bank) yang
menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kredit karena kondisi
keuangan bank , khususnya sisi aset. Kedua, firm balance sheet
channel (jalur neraca perusahaan) yang menekankan pengaruh
kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan seperti cash.flow
(arus kas) dan leverage (rasio utang terhadap modal) dan selanjutnya
mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.
Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank
juga penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Apabila bank
sentral melaksanakan kebijakan moneter kontraktif, maka melalui rasio
giro wajib minimum di bank sentral, cadangan yang ada di bank
akan mengalami penurunan sehingga dana yang dapat dipinjamkan
(loanable fund) oleh bank akan mengalami penurunan. Apabila ha!
tersebut tidak diatasi dengan melakukan penambahan
dana/pengurangan surat-surat berharga, maka kemampuan bank untuk
memberikan pinjaman akan menurun. Kondisi ini menyebabkan investasi
dan selanjutnya mendorong penurunan output.

Sedangkan jalur neraca perusahaan menekankan bahwa


kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral akan
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Apabila bank sentral
melakukan kebijakan moneter yang ekspansif, maka suku bunga di
pasar akan turun, dan mendorong harga saham meningkat dengan
demikian nilai pasar dari modal perusahaan akan meningkat dan rasio
leverage perusahaan akan menurun sehingga dapat memperbaiki tingkat
kelayakan perrnohonan kredit yang diajukan perusahaan kepada bank.
Kondisi ini mendorong pemberian kredit oleh bank, selanjutnya
meningkatkan investasi dan pada akhimya meningkatkan output.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

 Jalur ekspektasi
Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa
kebijakan moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi
pembentukan ekspektasi mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi.
Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam
melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya akan
mendorong perubahan perrnintaan dan inflasi.

e. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter


Untuk mengetahui bagaimana suatu kebijakan moneter
dilaksanakan, maka perlu dipahami tentang kerangka operasional kebijakan
moneter yang pada umumnya mencakup instrumen, sasaran operasional, dan
sasaran antara yang dipergunakan untuk mencapai sasaran akhir yang telah
ditetapkan.
Implementasi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir
dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatankuantitas besaran moneter (quantity based approach) dan suku
bunga sebagai harga besaran moneter (price based approach). Pendekatan
berdasarkan kuantitas dilakukan dengan menetapkan sasaran operasional ug
primer dan sasaran antarajumlah uang beredar atau kredit pada tingkat
tertentu. Sedangkan pendekatan berdasarkan suku bunga dilakukan dengan
mentapkan sasaran oparional suku bunga jangka pendek pada tingkat
tertentu, tetapi perkembangn suku bunga jangka menengah tidak
ditetapkan secara tegas sebagai sasaran antara. Pengaruh perubahan
sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan sasaran akhir melalui
perkembangan beragam variabel informasi yang berfungsi sebgai indikator
utama dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi.
Sasaran antara diperlukan karena untuk mencapai sasaran akhir
yang ditetapkan, terdapat tenggang waktu antara pelaksanaan kebijakan
moneter dan hasil pencapaian sasaran akhir. Oleh karena itu, diperlukan adanya
indikator-indikator yang lebih segera dapat dilihat untuk mengetahui
indikasi arah pergerakan ekonomi dan inflasi ke depan dan respon kebijakan
moneter yang diperlukan, yang biasanya disebut sasaran antara. Selain itu,
sasaran antara yang dipilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan
sasaran akhir. Beberapa sasaran antara yang dapat digunakan antara lain
adalah besaran moneter seperti Ml, M2, kredit, dan suku bunga.
Selanjutnya, untuk mencapai sasaran antara tersebut, bank sentral
memerlukan sasaran-sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi
dapat berjalan sesuai dengan rencana. Sasaran operasional yang dpilih harus
memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran antara, dapat dikendalikan bank
sentral, dan informasi tersedia lebih awal daripada sasaran antara. Beberapa
sasaran operasional yang dapat digunakan antara lain adalah uang primer (MO)
dan suku bunga jangka pendek.
Sedangkan, instrumen moneter adalah instrumen yang dimiliki oleh bank
sentral yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mempengaruhi sasaran-sasaran operasional yang telah ditetapkan. Instrumen
kebijakan moneter dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu instrumen
kebijakan moneter langsung (direct monetary policy instrument) dan
instrumen kebijakan moneter tidak langsung (indirect monetary policy
instrument).

1. Instrumen Kebijakan Moneter Langsung

Instrumen kebijakan moneter langsung adalah instrumen pengendalian


moneter yang digunakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar secara langsung, atau dengan kata lain adalah instrumen
pengendalian moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran
operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Instrumen kebijakan moneter
langsung yang biasa digunakan oleh bank sentral, anatara lain adalah:
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

a. Pagu Kredit (credit ceilling)


Pagu kredit adalah penentuan jumlah batas maksimal kredit yang
diperbolehkan untuk disalurkan oleh masing-masing bank yang
ditetapkan oleh bank sentral. Penentuan jumlah pagu kredit dapat
ditetapkan berdasarkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank atau
dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang dikelola bank.
Kebijakan pagu kredit ini pernah dilakukan di Indonesia sampai pada
era deregulasi atau kebijakan moneter dan perbankan 1 Juni 1983.
b. Penetapan tingkat bunga (interest rate ceilling)
Penetapan tingkat bunga dilakukan dengan menentukan
besarnya tingkat bunga yang diberikan atau dikenakan oleh bank kepada
nasabahnya, baik nasabah deposan atau penabung maupun nasabah
debitur. Pengunaan instrumen ini pernah dilakukan Indonesia sampai
dengan pertengahan 1983 bersamaan dengan ditinggalkannya kebiajakn
pagu kredit 1 Juni 1983.
c. Penurunan nilai uang
Salah satu kebijakan pengendalian moneter yang
berdampak langsung terhadap pengurangan jumlah uang beredar
adalah dengan menurunkan nilai uang yang ada di tangan
masyarakat atau perbankan. Penurunan nilai uang biasanya dilakukan
dengan prosentase tertentu dari nilai nominal uang, tergantung pada
kebijakan pemerintah atau bank sentral. Pengurangan uang itu tidak
mendapat penggantian dari pemerintah. Pada akhir tahun 1950-an
pemerintah Indonesia pemah melakukan penurunan nilai uang dengan
cara menggunting uang menjadi hanya bemilai 50% saja.
d. Kredit langsung (direct loan)
Kredit langsung dimaksudkan untuk membantu pembiayaan
sektor-sektor usaha tertentu yang merupakan sektor yang diprioritaskan
untuk dikembangkan dan telah diprogram oleh pemerintah. Kredit ini
disalurkan langsung oleh pemerintah melalui lembaga keuangan
(perbankan) sebagai agen pemerintah. Pemerintah Indonesia telah
banyak menyalurkan kredit langsung pada tahun 1980-an untuk memacu
perkembangan sektor usaha kecil menengah, yaitu kredit modal kerja
permanen dan kredit investasi kecil.

2. Instrumen Kebijakan Moneter Tidak Langsung


Instrumen kebijakan moneter tidak langsung adalah
instrumen pengendalian moneter yang secara tidak langsung
mempengaruhi sasaran operasional ke arah yang ditargetkan oleh bank
sentral sebagi otoritas moneter. lnstrumen tidak langsung yang digunakan
bank sentral adalah sebagai berikut:

a. Likuiditas Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirements)


Likuiditas wajib minimum adalah ketentuan yang mewajibkan setiap
bank memelihara sejumlah minimum alat likuid yang dinyatakan dalam
prosentase tertentu dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun atau
kewajiban lancar bank. Di Indonesia sampai dengan Pakto 27, 1988,
alat likuid yang wajib dipelihara terdiri dari kas dan giro pada Bank
Indonesia sebesar 15% dari kewajiban segera bank. Selanjutnya, ketentuan
likuiditas wajib minimum berdasarkan Pakto 27, 1988 mengalami
perubahan. Komponen alat likuid yang wajib dipelihara bank hanyalah
saldo giro pada BI sebesar minimum 2% dari dana pihak ketiga.
Sedangkan komponen kas yang sebelumnya menjadi komponen alat
likuid pengelolaannnya diserahkan ke masing-masing bank. Oleh karena
itu, ketentuan likuiditas wajib minimum juga disebut sebagai Giro Wajib
Minimum (GWM).
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

b. Fasilitas Diskonto (Discount Facility)


Fasilitas diskonto adalah fasilitas yang diberikan kepada
perbankan dalam bentuk pinjaman dengan menggunakan surat-surat
berharga yang dimiliki sebagai jaminan. Tingkat diskonto (discount
rate) untuk fasilitas pinjaman ini sangat dipengaruhi oelh arah kebijakan
moneter.

c. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)


Operasi pasar terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar
uang yang dilakukan oleh bank sentral dengan bank dan pihak lain dalam
rangka pengendalian moneter. OPT dilakukan melalui kegiatan:
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jual beli surat berharga dalam
rupiah yang meliputi SBI, Surat Utang Negara dan surat berharga lain yang
berkualitas tinggi dan mudah dicaikan, penyediaan Fasilitas Simpanan
Bank Indonesia dalam rupiah (FASBI), dan jual beli valas.

d. Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Cara kerja instrument ini adalah bank sentral memberikan
himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama
saja (leading bank), agar menjalankan himbauan atau perintaan bank sentral
sesuai dengan kebijakan moneter yang dijalankannya.

f. Inflation Targeting Framework (ITF)

Inflation Targeting Framework merupakan suatu kerangka kerja


kebijakan moneter yang mempunyai cirri-ciri utama, yaitu adanya pemyataan
resmi dari bank sentral dan dikuatkan dengan undang-undang bahwa tujuan
akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah, serta pengumuman target inflasi kepada publik. Prinsip dasar yang
melandasi kerangka kerja ITF adalah bahwa sasaran akhir dari kebijakan
moneter diutamakan untuk mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah
dan stabil. Hal ini didasarkan pada dua pertimbangan pokok. Pertama, laju
inflasi yang tinggi menimbulkan biaya sosial yang harus ditanggung oleh
masyarakat karena menurunnya daya beli atas pendapatan yang diperolehnya
maupun meningkatnya ketidakpastian yang dapat mempersulit perencanaan
usaha dan memperburuk kegiatan perekonomian. Kedua, perkembangan teori
ekonomi dalam literatur dan temuan empiris di berbagai negara menunjukkan
bahwa kebijakan moneter dalam jangka menengah• panjang hanya berpengaruh
pada inflasi.

Konsep dasar kebijakan moneter dengan ITF dapat dijelaskan


dengan pokok-pokok kerangka kerja berikut:

1. Sasaran Inflasi
Kerangka ITF dimulai dengan penetapan dan pengumuman
sasaran inflasi yang ingin dicapai oleh bank sentral. Penetapan sasaran
inflasi mempertimbangkan berbagai faktor dan perkembangan ekonomi
makro negara yang bersangkutan, terutama besarnya kerugian sosial yang
ditimbulkan oleh pengaruh tingginya inflasi terhadap penurunan daya
beli masyarkat. Selain itu, harus dipertimbangkan pula efektivitas
pencapaiannya melalui pelaksanaan kebijakan moneter bank sentral,
termasuk jenis inflasi yang dipergunakan dan jangka waktu
pencapaiannya.

2. Kebijakan moneter mengarah ke depan


Dengan inflasi sebagai sasaran akhir, perumusan kebijakan
moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan
untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan. Mengingat adanya lag dari
pengaruh kebijakan moneter terhadap inflasi, maka kebijakan
moneter yang dilakukan sekarang merupakanlangkah yang bersifat
antisipatif, bukan reaktif, atas akan terjadinya tekanan inflasi di masa yang
akan datangdibandingkan dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

3. Transparansi
Penerapan ITF menuntut transparansi (keterbukaan) yang
tinggi dari bank sentral. Transparansi bank sentral diperlukan untuk
menjelaskan kebijakan moneter yang ditempuhnya kepada
masyarakat. Transparansi juga merupakan sarana untuk
menunjukkan komitmen bank sentral dalam mengatasi maslah inflasi.
Dengan demikian pelaku ekonomi akan semakin memahami dan
meyakini dasar pertimbangan dan arah kebijakan moneter yang
ditempuh bank sentral dalam mencapai sasaran intlasi yang
ditetapkan. Pemahaman ini akan mengarahkan ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi kearah sasaran inflasi yang diinginkan oleh bank
sentral.

4. Akuntabilitas dan Kredibilitas


Dengan mengumumkan sasaran inflasi secara eksplisit kepada
masyarakat berarti melekat akuntabilitas karena pada akhimya
bank sentral harus mempertanggungjawabkan pencapaian sasaran
tersebut kepada masyarakat. Kredibilitas bank sentral dengan
demikian akan sangat tergantung pada komitmen dan
kemampuannya dalam mencapai target inflasi yang ditetapkan.

Kebijakan Moneter Prespektif Islam

Kebijakan moneter dalam Islam berbijak pada prinsipprinsip dasar ekonomi Islam sebagai
berikut ; (a) Kekuasaan tertinggi adalah milik Alloh dan Allohlah pemilik yang absolut.
(b) Manusia merupakan Pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan pemilik yang
sebenarnya. (c) Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin
Alloh, dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaan yang dimiliki saudarasaudaranya yang lebih beruntung. (d) Kekayaan
tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun. (e) Kekayaan harus diputar. (f) Menghilangkan
jurang perbedaaan antara individu dalam perekonomian, dapat menghapus konflik antar
golongan. (g) Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu, termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Dalam aspek teknis, kebijakan moneter Islam harus bebas dari unsur riba dan bunga bak.
Dalam Islam riba, yang termasuk didalamnya bunga bank diharamkan secara tegas.
Dengan adannya pengharaman ini maka bunga bank yang dalam ekonomi kapitalis
menjadi instrument utama manajemen moneter menjadi tidak berlaku lagi. Menejement
moneter dalam Islam didasarkan pada prinsip bagi hasil.

Kebijakan moneter dalam Islam bertujuan;


1. Kesejahteraan ekonomi dengan kesempatan kerja penuh
Tujuan ini erat kaitannya dengan maqosid shar’iyah. Kesejahteraan ekonomi
mengambil bentuk terpenuhinya semua kebutuhan pokok manusia, hapusnya
semua sumber utama kesulitan dan peningkatan kwalitas hidup secara moral dan
material. Juga terciptanya suatu lingkungan ekonomi dimana kholifah Alloh
mampu memanfaatkan waktu, kemampuan fisik dan mentalnya bagi pengayaan
diri, keluarga dan masyarakatnya.
2. Keadilansosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan.
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Konsep ini
mengandung dua unsur pengertian. (a) suatu bentuk keseimbangan dan
perbandingan antara orang yang memiliki hak. (b) Hak seseorang hendaklah
diberikan dan diserahkan dengan seksama.
3. Stabilitas Nilai Uang.
Stabilitas nilai uang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
perekonomian baik secara ediologi maupun praktek, karena uang menentukan nilai
dan harga suatu barang dan jasa.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Instrumen kebijakan moneter dalam Islam dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besa yaitu (a) Kontrol Kwantitatif pada penyaluran dana dan (b) Methode yang dapat
menjamin alokasi pembiayaan dapat berlangsung dengan baik pada sektor-sektor yang
bermanfaat dan produktif.
1. Statutoryreserve requirement. Instrument ini pada ekonomi Islam merupakan
instrument yang penting karena diskount rate dan operasi pasar terbuka tidak dapat
berlaku. Bank komersial diwajibkan menempatkan sebagian dananya yang berasal
dari demand deposit pada bank sentral sebagai statutory reverse. Reserve
requirement ini hanya berlaku pada demand deposit bukan pada mudarobah
deposit, karena mudarobah deposit merupakan penyertaan (equity) dari penabung
pada bank tersebut yang memiliki kemungkinan laba maupun resiko rugi. Sistem
ini akan berlangsung baik bila ditunjang dengan pengawasan bank yang baik pula.
2. Credit Ceiling. Yaitu, batasan nilai kredit tertinggi yang bias diberikan bank
komersial untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total sesuai dengan target
moneter. Dengan hanya mengandalkan reserve requirement yang memudahkan
bank sentral melakukan penyesuaian pada High Powered Money, belum menjamin
keberhasilan manajemen moneter, karena dapat terjadi ekspansi kredit melampauhi
dari jumlah yang ditargetkan. Hal ini terjadi karena aliran dana yang dapat di
perkirakan dengan tepat masuk dalam sistem perbankan hanya yang berasal dari
bermudarobahnya bank sentral dengan bank komersial, sedangkan aliran dana dari
sumber lain yang masuk dalam sistem perbankan sulit ditentukan secara akurat.
Hal lain yang turut mempengaruhi adalah tidak jelasnya hubungan antara reserve
requirement yang ada pada bank komersial dengan ekspansi kredit.
3. Demand Deposit. Untuk mempengaruhi reserves pada bank komersial pemerintah
berwenang memindahkan demand deposit pemerintah yang ada pada bank sentral
kepada dan dari bank komersial. Instrument ini memiliki fungsi yang mirip dengan
fungsi operasi pasar terbuka, dimana bank sentral mempengaruhi langsung
terhadap bank komersial.
4. Common Pool. Yaitu, Instrument yang mensyaratkan bank-bank komersial untuk
menyisihkan sebagian deposit yang dikuasainya dalam proporsi tertentu yang
berdasarkan kesepakatan bersama guna menanggulangi masalah likuiditas.
Instrument ini memiliki kemiripan fungsi dengan fasilitas rediskounto pada bank
sentral konvensional untuk memecahkan masalah likuiditas.
5. Moral Suasion. Yaitu kontak-kontak personal, konsultasi dan pertemuan-
pertemuan bank sentral dengan bank komersial untuk memonitor kekuatan dan
masalah-masalah yang dihadapi bank-bank komersial. Dengan instrument ini bank
sentral dapat dengan jelas dan tepat memberikan saran guna mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi perbankan sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan
perbankan yang telah direncanakan.

Methode yang dapat menjamin alokasi kredit dapat berlangsung dengan baik pada sektor-
sektor yang bermanfaat dan produktif, meliputi;
1. Treating the Created Money as Fay’. Uang inti yang diciptakan bank sentral berasal
dari pelaksana hak prerogratif. Hal ini membawa keuntungan bagi bank sentral
karena biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan uang lebih kecil dari pada
nominalnya atau dikenal dengan money seigniorage.
2. Goal Oriented Allocation of Credit. Alokasi pembiayaan perbankan berdasarkan
tujuan pemanfaatan akan memberikan manfaat yang optimum bagi semua pelaku
bisnis, akan menghasilkan barang dan jasa yang dapat terdistribusi kesemua
lapisan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai