Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI KOSMETIK

CARA PEMBUATAN KOSMETIK YANG BAIK

Disusun Oleh :

NAMA : AGUSTI ANGGRAINI

NIM : 199401

KELAS : 3B

PRODI D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Teori Kosmetik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Apt. Husnani., M. Sc , selaku


dosen pengampuh mata kuliah Teori Kosmetik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 10 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
3.1 Pengertian Kosmetik......................................................................................... 4
3.2 Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik ........................................................... 4
3.3 Perizinan Produksi Kosmetik .......................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
3.4 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam
dunia kecantikan. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang
berarti “berhias”. Pada saat ini kosmetik merupakan suatu produk yang
sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan perkembangan industri
kosmetik saat ini tidak lagi dimonopoli oleh kaum wanita saja, pria pun
semakin peduli terhadap penampilannya. Selain untuk alasan kecantikan,
kosmetik sering dikaitkan dengan profesionalitas dimana para pekerja
profesional dituntut untuk berpenampilan menarik sehingga pemakaian
kosmetik menjadi salah satu cara untuk menunjang penampilan.
Kosmetik tidak hanya peralatan untuk merias wajah. Kosmetik
seperti produk perawatan tubuh atau yang biasa disebut bodycare juga
digunakan para wanita atau pria untuk merawat tubuh. Atas dasar tersebut,
banyak industri kosmetik terus berusaha memenuhi kebutuhan konsumen
akan kosmetik dengan berbagai macam inovasi produk yang disesuaikan
dengan permintaan dan kebutuhan. Permintaan dan kebutuhan yang
berbeda membuat perusahaan bersaing menghasilkan berbagai produk
dengan berbagai macam mutu dan menjanjikan berbagai macam manfaat
untuk menunjang kecantikan seseorang, dengan adanya arena persaingan
memberi peluang bagi para pelaku usaha untuk saling bersaing satu sama
lain melalui strateginya masing-masing sebagai upaya mempertahankan
posisi pelaku usaha terbaik.
Persaingan antar para pelaku usaha ini seringkali membuat pelaku
usaha mengabaikan standarisasi produk yang akan mereka jual kepada
konsumen, akibat dari pelaku usaha yang mengabaikan standarisasi
tersebut banyak menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen, diantaranya
seperti berita tentang ditemukannya kosmetik kadaluwarsa, kosmetik

1
ilegal, kosmetik yang mengandung zat aditif ilegal, kosmetik non-halal,
kosmetik palsu dan sebagainya yang diperjual belikan secara bebas kepada
masyarakat dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat selaku konsumen,
baik itu kerugian materil maupun moril. Standarisasi sangat penting
peranannya untuk menghindari kemungkinan adanya produk yang cacat
atau berbahaya, maka perlu ditetapkan standar minimal yang harus
dibakukan dalam berproduksi untuk menghasilkan produk yang layak dan
aman untuk dipakai.

Untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang dapat


merugikan kesehatan, maka perlu dicegah beredarnya kosmetik yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Langkah utama
untuk mencegah hal tersebut yaitu penerapan Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik (CPKB) pada seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi.
Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia
Internasional.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan kosmetika?
2) Apakah yang dimaksud dengan Cara Pembuatan Kosmetik Yang
Baik?
3) Apakah yang dimaksud perizinan produksi kosmetika?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud kosmetika.
2) Untuk mengetahui cara pembuatan kosmetika yang baik.
3) Untuk mengetahui mengenai perizinan produksi kosmetika.

2
BAB II

PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kosmetik
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
pengguanaan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
kuku, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi tubuh pada kondisi baik (
Permenkes RI, 2010).
3.2 Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik
Cara pembuatan kosmetik yang baik atau CPKB merupakan paduan
produksi kosmetik dengan pengawasan menyeluruh terhadap aspek
produksi dan penembalian mutu untuk menjamin produk jadi yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, aman
dan memiliki manfaat dalam penggunaannya. Adapun yang termasuk ke
dalam CPKB yaitu :
a. Sistem manajemen mutu
Pelaksanaan sistem mutu harus menjamin bahwa apabila
diperlukan, dilakukan pengambilan contoh bahan awal, produk antara
dan produk jadi, serta dilakukan pengujian terhadapnya untuk
menentukan diluluskan atau ditolak, yang didasarkan atas hasil uji dan
kenyataan-kenyataan yang dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
Sistem mutu harus dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan
perusahaan, sifat dasar produk-produknya, dan hendaknya diperhatikan
elemen-elemen penting yang ditetapkan dalam pedoman ini.
b. Bangunan
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai,
dirancang, dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
c. Sanitasi dan hygene

4
d. Pengawasan mutu
e. Audit internal
f. Kontrak produksi dan pengujian
g. Penarikan produk
h. Personilia
Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan
sanitasi dan hygiene hendaknya mencakup personalia yang sehat,
bangunan yang dilengkapi wastafel, toilet, dan locker , mesin-mesin
dan peralatan serta bahan awal.
i. Peralatan
Peralatan harus didisain dan ditempatakan sesuai dengan produk
yang dibuat.
1. Rancangan
Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan
terhadap produk misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau
melalui modifikasi atau adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.
Selain itu peralatan harus mudah dibersihkan dan peralatan yang
digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus
kedap terhadap ledakan.
2. Pemasangan dan penempatan
Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus
diberi penandaan yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur
baur antar produk. Selain itu aluran air, uap, udara bertekanan atau
hampa udara, harus dipasang sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai selama kegiatan berlangsung. Saluran ini hendaknya diberi
label atau tanda yang jelas sehingga mudah dikenali dan sistem-
sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur
suhu udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara
bertekanan dan gas harus berfungsi dengan baik sesuai dengan
tujuannya dan dapat diidentifikasi.

4
3. Pemeliharaan
Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci
dan jelas diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas
dan peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat
harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan
pemeliharaan dan kalibrasi harus disimpan.
j. Dokumentasi
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets,
mulai dari bahan awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya
merekam aktivitas yang dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan,
penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal spesifik lain
yang terkait dengan CPKB.
k. Penyimpanan
1. Area Penyimpanan
• Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk
memungkinkan penyimpanan yang memadai dari berbagai
kategori baik bahan maupun produk, seperti bahan awal,
produk antara, ruahan dan produk jadi, produk yang
dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak,
dikembalikan atau ditarik dari peredaran.
• Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan
untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik. Harus
bersih, kering dan dirawat dengan baik. Bila diperlukan
area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban)
hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.
• Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya
dapat melindungi material dan produk dari pengaruh cuaca.
Area penerimaan hendaknya dirancang dan diberi peralatan
untuk memungkinkan barang yang datang dapat
dibersihkan apabila diperlukan sebelum disimpan.
• Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya
diberi batas secara jelas.

5
• Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.
2. Penanganan dan Pengawasan Persediaan
1.) Penerimaan Produk
Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa
dan dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada
label yang meliputi tipe barang dan jumlahnya. Barang kiriman
harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan terjadinya
kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan Pertinggal
untuk setiap penerimaan barang.
2.) Pengawasan
Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan
penerimaan dan catatan pengeluaran produk. Pengawasan
hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FIFO).
Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau
diganti.
l. Penanganan keluhan
1. Penanganan keluhan
Catatan keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk
menemukan masalah spesifik atau masalah yang berulang yang
memerlukan perhatian dan mungkin menjadi dasar pembenaran
bagi penarikan produk di peredaran. Apabila terjadi kegagalan
produk dan kerusakan produk yang menjurus kepada terganggunya
keamanan produk, Instansi yang berwenang hendaknya diberitahu.
2. Penarikan produk
Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran
terhadap produk yang diketahui atau diduga bermasalah, yang
kemudian perkembangan proses penarikan kembali produk dicatat
dan dibuat laporan akhir , meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang
dikirim dan ditemukan kembali.
3.3 Perizinan Produksi Kosmetik
Izin produksi adalah izin yang harus dimiliki oleh pabrik kosmetika
untuk melakukan kegiatan pembuatan kosmetika. Industri kosmetika

6
adalah industri yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin
usaha industri atau tanda daftar industri sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan Perizianan produksi kosmetika sesuai dengan
Permenkes No.1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi
Kosmetika.
Adapun izin produksi dibedakan atas 2 (dua) golongan sebagai berikut :
a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika. Izin produksi
industri kosmetika Golongan A diberikan dengan persyaratan:
1) Memiliki apoteker sebagai penanggungjawab
2) Memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat
3) Memiliki fasilitas laboratorium
4) Wajib menerapkan CPKB
b. Golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan
menggunakan teknologi sederhana. Izin produksi industri kosmetika
Golongan B diberikan dengan persyaratan:
1) Memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai
penanggung jawab.
2) Memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai
produk yang akan dibuat.
3) Mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai
CPKB.
Adapun tahapan dalam perizinan produksi kosmetik :
1) Pemohon mengajukan permohonan produksi kosmetika ke direktur
jenderal (tembusan kepada kepala badan, kepala dinas dan kepala
balai).
2) Paling lama 7 hari kerja dilakukan evaluasi persyaratan
administrasi oleh kepala dinas.
3) Paling lama 7 hari dilakukan pemeriksaan oleh kepala balai
terhadap pemenuhan CPKB, higine industri kosmetik, dan
dokumentasi.

7
4) Paling lama 14 hari kerja setelah evaluasi dinyatakan lengkap,
kepala dinas setempat wajib menyampaikan rekomendasi kpd
dirjen dengan tembusan kpd kepala badan.
5) Paling lama 14 hari kerja setelah pemeriksaan pemenuhan CPKB,
kepala balai waijb menyampaikan hasil pemeriksaan kepada kepala
badan dgn tembusan kpd kepala dinas dan dirjen.
6) Paling lama 7 hari kerja kepala badan memberikan rekomendasi
kepada kepala dirjen.
7) Bila dalam 30 hari kerja surat permohonan diterima oleh kepala
balai dan kepala dinas tidak dilakukan evaluasi, pemohon dapat
membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada dirjen dengan
tembusan kepala badan, kepala dinas dan kepala balai.
8) Dalam waktu 14 hari kerja setelah rekomendasi atau surat
permintaan diterima, Dirjen menyetujui, menunda atau menolak
izin produksi.

Izin produksi tersebut berlaku selama 5 tahun dan dapat dicabut jika :

1) Atas permohonan sendiri.


2) Masa berlaku izin usaha industri atau tanda daftar industri
sudah habis dan tidak diperpanjang.
3) Masa berlaku izin produksi habis dan tidak diperpanjang.
4) Tidak berproduksi dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut.
5) Tidak memenuhi standar dan persyaratan untuk memproduksi
kosmetik.

8
BAB III

PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa :
1. Kosmetik merupakan bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
pengguanaan pada bagian luar tubuh manusia yang bertujuan untuk
mengubah penampilan, dan melindungi tubuh pada kondisi baik.
2. Cara pembuatan kosmetik yang baik atau merupakan paduan produksi
kosmetik dengan pengawasan menyeluruh terhadap aspek produksi.
3. Izin produksi terbagi atas golongan A dan golongan B.

9
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI., 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: Hk.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik. Jakarta:
BPOM.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.

10

Anda mungkin juga menyukai