Anda di halaman 1dari 10

LATAR BELAKANG

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), BPK memiliki kewenangan antara lain untuk melakukan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan
keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua
hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan keuangan yang
dilakukan oleh BPK adalah pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). (BPK RI, 2021)
Tujuan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat/opini atas
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. (BPK RI,2021)
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan hasil dari proses pelaporan
keuangan dari pemerintah daerah. Laporan tersebut akan dilakukan audit oleh pihak ketiga yang
independen yang berasal dari auditor eksternal untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara, pasal 23E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
maka dibentuklah lembaga Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri (BPK RI, 2020).
Pemeriksa BPK meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu (PDTT).
Sebelum diterbitkannya keputusan, BPK RI Perwakilan Provinsi Bali hanya memiliki cakupan
wilayah kerja pemeriksaan yakni Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Bali.
Pada tanggal 13 Juli 2007 muncul penerbitan dari Keputusan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor. 39/K/I-VIII.3/7/2007 yang membahas mengenai Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan tersebut
maka BPK RI Perwakilan Provinsi Bali memiliki tugas yakni bertanggung jawab pada keuangan
daerah dan bertugas dalam memeriksa serta pengelolaan dari keuangan daerah pada Pemerintah
Provinsi Bali, Kota/Kabupaten di Provinsi Bali. Selain itu BPK RI Perwakilan Provinsi Bali juga
bertugas dalam memeriksa dan pengelolaan keuangan serta bertanggung jawab terhadap BUMD dan
lembaga terkait di lingkungan tersebut, hingga bertugas dalam melakukan kegiatan pemeriksaan yang
diberikan oleh Auditor Utama Keuangan Negara (AKN).
Audit adalah suatu proses pemeriksaan secara kritis dan sistematis terhadap laporan keuangan
dan bukti pendukung, tujuannya agar bisa mendapat pendapat kewajaran terhadap laporan keuangan
tersebut. Kualitas audit judgment dinilai berdasarkan dari suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh
auditor dalam menentukan pendapatnya mengenai hasil dari audit yang dilakukan. Hasil dari audit
mengacu terhadap pembentukan suatu ide, gagasan, pemikiran, atau pendapat mengenai suatu
peristiwa, objek, atau status lainnya. Kualitas dari hasil audit ditentukan oleh tingkat keakuratan dari
audit judgment, dimana semakin meningkat tingkatan audit judgment yang dihasilkan auditor maka
akan menghasilkan hasil audit yang semakin baik dan berkualitas. Hasil audit yang dilakukan auditor
sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan. Untuk itu auditor harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas audit serta menetapkan
judgment yang diberikan.
Hingga kini tingkat kompetensi serta kualitas dari auditor BPK RI menjadi sorotan dan
perhatian bagi masyarakat publik. Dalam kasus audit dari laporan keuangan kementrian desa yang
dilakukan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), komisi pemberantasan korupsi (KPK) telah
menetapkan sebanyak empat orang tersangka yang terlibat dalam kasus tersebut. Alasan dari
pemberian suap pada BPK adalah agar pihak kemendes Pembangunan Daerah Tertinggal tahun
anggaran 2016 mendapatkan predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari lembaga BPK. Salah satu
dari empat tersangka yang telah ditetapkan bersalah dari auditor BPK (https://amp.kompas.com).
Dalam hal ini auditor dapat terpengaruh oleh berbagai faktor, baik itu faktor yang bersifat
teknis maupun non teknis. Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi audit judgment adalah
independensi. Independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak tergantung atau
dikendalikan oleh orang lain, tidak mendasarkan pada diri pada orang lain, bertindak atau berpikir
sesuai dengan kehendak hati, bebas dari pengendalian orang lain, tidak dipengaruhi oleh orang lain.
Auditor diharapkan untuk tidak memiliki kepentingan pribadi saat melaksanakan tugasnya yakni
merumuskan serta memberikan pendapat berdasarkan informasi yang telah ditimbang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiwik dan Dhona (2020) bahwa
independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit judgment. Hal ini berbeda dengan
penelitian Nora dan Lovina (2015) bahwa independensi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit judgment. Selain independensi, faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kualitas
audit judgment adalah kompetensi profesiona; dan tekanan ketaatan. Kompetensi diduga dapat
mempengaruhi kualitas audit judgment karena banyaknya kesalahan pemeriksaan laporan keuangan
dalam berbagai fenomena itu dapat saja terkait dengan kompetensi seorang auditor. Kompetensi dapat
diartikan sebagai keahlian serta kemampuan yang dimiliki setiap individual yang berperan sebagai
seorang auditor dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Hasil penelitian Deasy dkk
(2019) dan Nola & Nuratama (2021) menunjukkan bahwa audit judgment dipengaruhi secara
signifikan oleh kompetensi dari auditor. Hal ini juga didukung oleh penelitian Puput (2014)
menunjukkan bahwa audit judgment dipengaruhi oleh suatu kompetensi dimana terdapat keselaran
antara kompetensi terhadap audit judgment, kompetensi yang baik memberikan pengaruh yang positif
pada audit judgment. Hal ini berarti kemampuan dari auditor dalam memahami informasi akan
berpengaruh terhadap hasil judgment yang dibuat. Semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh auditor
akan membuatnya semakin mudah dalam memahami serta menganalisis informasi yang didapatkan
dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga akan mempermudah dalam pembuatan judgment
secara tepat.
Tekanan Ketaatan dapat diartikan sebagai tu faktor yang dapat memengaruhi audit judgment.
Seorang auditor secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara
nilai-nilai yang bertentangan. Tekanan ketaatan dari atasan untuk memeriksa laporan keuangan dan
segera harus di audit, dalam keadaan ini klien bisa memengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor. Dalam pemeriksaan konfirmasi langsung dan tingkat keraguan perlu diperhatikan. Sikap
kritis dari auditor dapat digambarkan berdasarkan dari tingkat keraguan auditor pada bukti audit yang
didapatkan. Hal ini didukung oleh penelitian Billy (2021) menunjukkan bahwa tekanan ketaatan
memiliki pengaruh positif dan signifikan pada tingkat kualitas dari audit judgment. Dalam melakukan
audit judgment, auditor akan terpengaruh oleh tekanan yang diberikan oleh atasan atau entitas yang diperiksa
untuk melakukan penyimpangan judgment
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai audit judgment. Akan tetapi, pada nyatanya
penelitian-penelitian tersebut mendapatkan hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu, penelitian
mengenai audit judgment masih sangat penting untuk ditelit. Penelitian audit judgment lebih lanjut
penting untuk diteliti dalam mengetahui suatu kebenaran hubungan antara kesesuaian dari auditor
dalam elaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan. Hal tersebut bertujuan agar
mendapatkan audit judgment yang baik dan berkualitas. Berdasarkan fenomena yang telah
dikemukakan diatas serta kajian yang dilakukan dari penelitian sebelumnya, jadi peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Independensi, Kompetensi Profesional dan
Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment”. Sesuai dengan latar belakang masalah yang
diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit judgment?

2. Apakah kompetensi profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
judgment?

3. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
judgment?

Tujuan Penelitian :
1) Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap audit judgment.
2) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional terhadap audit judgment.
3) Untuk mengetahui pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment.

Manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kualitas audit judgment serta menjadi sumber informasi bagi
penelitian selanjutnya mengenai pengaruh independensi, kompetensi profesional dan tekanan ketaantan
terhadap audit judgment.

KAJIAN TEORI
Teori Penetapan Tujuan
Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara definisi dari tujuan yang
spesifik dan terukur dengan kinerja: jika manajer mengetahui apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai
oleh mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat
meningkatkankinerja mereka (Locke dan Latham, 1990 dalam Praditaningrum, 2012). Teori penetapan
tujuan dikemukakan pertama kali oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Locke mengemukakan bahwa
niat mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Teori penetapan tujuan
menegaskan bahwa tujuan yang lebih spesifik, sulit dan menantang akan menghasilkan kinerja yang
lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti tujuan yang mudah atau
tidak ada tujuan sama sekali (Praditaningrum, 2012). Auditor yang dapat memahami apa yang menjadi
tujuannya dan apa yang dia harapkan atas hasil kinerjanya, tidak akan bersikap menyimpang ketika
mendapat tekanan dari atasan atau entitas yang diperiksa dan tugas audit yang kompleks. Pemahaman
mengenai tujuannya dapat membantu auditor membuat suatu audit judgment yang baik.

Teori Atribusi
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Heider, seorang psikolog senior dari Jerman.
Menurut Luthans et al. (1987), teori ini menyatakan tentang bagaimana seorang individu dapat
menjelaskan penyebab perilakunya sendiri atau perilaku orang lain. Teori atribusi digunakan untuk
menjelaskan hubungan perilaku disfungsional auditor dan penilaian audit yang disebabkan oleh
Independensi, kompetensi profesional, dan tekanan ketaatan. Sesuai dengan teori atribusi, jika auditor
melakukan tugasnya berdasarkan prosedur yang ada, maka hasilnya juga akan optimal. Hasil yang
diperoleh dapat disebabkan oleh faktor internal, baik dari individu maupun hasil eksternal seperti
lingkungan kerja auditor.
Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena penelitian akan melakukan studi empiris untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor terhadap audit judgment. Teori Atribusi dapat
menjelaskan karakteristik internal auditor dan lingkungan mempengaruhi kerja auditor terhadap audit
judgment. Karakteristik yang terdapat pada diri auditor dan kondisi lingkungan kerjanya akan menjadi
penentu hasil audit yang dilakukannya. Dalam penelitian ini Teori Atribusi dapat dihubungkan dengan
proses pembuatan audit judgment, dimana auditor dalam membuat suatu judgment dipengaruhi faktor
internal dari diri auditor itu sendiri dan faktor eksternal dari tuntutan situasi luar atau lingkungan.
Namun penilaian tersebut terkait dengan persepsi masing-masing auditor, dan menghasilkan
kesimpulan berupa pengaruh faktor internal dan ekternal terhadap audit judgment yang dihasilkan
auditor.

Independensi
Menurut Agoes. S (2012:45): “Independensi dalam menjalankan tugasnya harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia
(IAPI)”. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) dan dalam
penampilan (in appearance) ”. Menurut Islahuzzaman (2015:178): “Independensi auditor adalah
auditor yang tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit. Independensi lebih banyak ditentukan oleh
faktor luar diri auditor”. Berdasarkan tinjauan literatur tersebut maka disusun hipotesis pertama
sebagai berikut.
H1 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit judgment
Kompetensi Profesional
SPAP (2014) menjelaskan bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten. Auditor
harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakandan harus kompeten untuk
mengetahui jenis dan jumlah bukti yang akan digunakan pengujian-pengujian untuk penarikan
kesimpulan.
Menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011
tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan pasal 1 menyebutkan bahwa Profesionalisme adalah
kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas. Pada Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, Kerangka Konseptual Pemeriksaan (BPK RI, 2017), menyatakan bahwa: “
Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas disertai
prinsip kehati-hatian (due care), ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sikap profesional pemeriksa diwujudkan dengan selalu
bersikap skeptisisme profesional (professional skepticism) selama proses pemeriksaan dan
mengedepankan prinsip pertimbangan profesional (professional judgment)”. Berdasarkan tinjauan
literatur tersebut maka disusun hipotesis ketiga sebagai berikut.
H2 : Kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kualitas audit judgment
Tekanan Ketaatan
Tekanan ketaatan yang dialami auditor terkadang menimbulkan pelanggaran standar profesi
oleh auditor tersebut. Berdasarkan tekanan yang dihadapi menjadikan auditor tidak dapat berprilaku
independen dan melanggar etika profesi sebagai seorang auditor (Fuadi, 2018). Menurut (Rosadi,
2016) tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment. Laporan keuangan harus disajikan secara
wajar dan auditor adalah orang yang memberikan memberikan pendapat kewajaran tersebut. Auditor
harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk menyatakan kewajaran sebuah laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dinyatakan wajar tanpa pengecualian tanpa bukti yang sebenarnya adalah
pelanggaran terhadap standar pelaporan. (Magdalena Oerip Liana Sofiani & Elisa, 2014) yang
menyatakan bahwa klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar
pemeriksaan.
Auditor secara umum di anggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka
auditor akan berada dal am situasi konfl ik. Memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar.
Namun dengan tidak memenuhi tuntutan kli en, bi sa mendapatkan sanksi oleh kliean berupa
kemungkinan penghentian penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan
keyakinan i ndividu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa auditor yang mendapatkan perintah tidak tepat baik
dari atasan maupun klien cendrung akan berprilaku menyimpang dari standar profesional. Logika yang
di ambil dalam pernyataan di atas bahwa tekanan ketaatan yang dilakukan oleh klien maupun atasan
yang mengancam pemberhentian tugas cendrung membuat audit judgment menurun. Berdasarkan
tinjauan literatur tersebut maka disusun hipotesis ketiga sebagai berikut.
H3 : Tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap kualitas audit judgment
Hasil penelitian sebelumnya yang dijadikan panduan adalah Billy, dkk (2021) yang meneliti
tentang Pengaruh Pengalaman Audit, Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan, Dan Kompleksitas Tugas
Terhadap Audit Judgment Auditor (Studi Pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Papua Barat). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengalaman audit dan tekanan ketaatan berpengaruh pisitif terhadap
audit judgment. Sedangkan keahlian audit dan kompleksitas tugas memiliki pengaruh yang negatif
terhadap audit judgment.
Nora dan Lovina (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Gender, Supervisi ,Independensi,
Kompetensi Profesional dan Pemahaman Standar Audit Terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil uji pasrsial tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Tetapi, secara
bersama-sama berdasarkan hasil uji simultan menunjukkan pengaruh atau berpengaruh positif terhadap
audit judgment.
Amalia, dkk (2021) yang meneliti tentang Pengaruh Locus Of Control, Skeptisme Profesional,
Independensi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Locus of control, skeptisme profesional, independensi dan pengalaman auiditor bepengaruh
positif terhadap audit judgment.

Metodologi Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan bentuk penelitian asosiatif. Pada penelitian ini, peneliti menguji pengaruh Independensi,
kompetensi profesional. Dan tekanan ketaatan terhadap audit judgment. Independensi ialah suatu
standar dalam pelaksanaan audit yang penting dimiliki oleh seorang auditor. Handani (2014)
menyatakan bahwa nilai tingkat independensi yang semakin tinggi dari seorang auditor akan
menghasilkan kualitas audit judgment yang semakin baik dan akurat. Kompetensi memiliki arti
sebagai kemampuan dan keahlian dari seseorang dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam hal ini, diharapkan kompetensi yang dimiliki auditor cukup baik. Selain itu auditor juga
diharapkan untuk memiliki pengalaman dan tingkat pengetahuan yang cukup serta eksplisit. Hal
tersebut bertujuan agar auditor dapat melaksanakan audit secara cermat, objektif, dan seksama
(Elfarini, 2017). Selain itu, Salah satu faktor teknis yang mempengaruhi audit judgment adalah
tekanan ketaatan. Tekanan ketaatan adalahjenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika
individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain (Reni dan Dheane, 2015:03). Tekanan
ketaatan dapat diterima dari atasan maupun klien. Tekanan ketaatan yang diterima dapat memberikan
pengaruh buruk bagi auditor. Auditor yang berada di bawah tekanan ketaatan perintah atasan maupun
klien untuk berperilaku menyimpang, mempunyai kecenderungan untuk melakukan perintah tersebut.
Semakin tinggi tekanan yang dihadapi oleh auditor maka judgment yang diambil oleh auditor
cenderung kurang tepat sehingga dapat mempengaruhi auditor dalam membuat suatu judgment (Reni
dan Dheane,2015:06). Berdasarkan dari uraian mengenai latar belakang, teori serta tinjauan pustaka
telah disajikan sebelumnya, maka desain penelitian digambarkan sebagai berikut :

Independensi

(X1)
H1

H2
Kualitas Audit Judgment
Kompetensi Profesional
(Y)
(X2)
H3

Tekanan Ketaatan

(X3)

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan
Perwakilan Provinsi Bali sebanyak .... orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2017:85) . sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Dengan kriteria sebagai berikut : (1) Pendidikan minimal S1
dan (2) Auditor yang memiliki pengalaman audit selama 2 tahun.
Teknik analisis data yang digunakan :
1. Uji Instrumen
a). Uji Validitas
Uji validitas untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner sebagai suatu instrumen
penelitian dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan. Valid atau tidaknya
kuesioner pada setiap variable dilihat dari nilai Pearson Correlation yang > 0.30.
b) Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner handal jika jawaban terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Reliabilitas suatu instrument memiliki tingkat yang tinggi apabila
nilai koefisien Cronbach Alpha yang diperoleh > 0.60.
2. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai standar deviasi dari data
penelitian (Ghozali, 2016). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menguji kualitas data dan
pengujian hipotesis.
3. Uji Asumsi Klasik
a). Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat
(dependent) dan variabel bebas (independent) memiliki distribusi normal. Dilakukan dengan uji
statistik one sample Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat bahwa probabilitas signifikan terhadap
variabel jika probabilitas signifikan > 0.05 maka variabel tersebut terdistribusi normal (Ghozali, 2016).
b).Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk menguji terjadi
atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara meregresi nilai absolute residual terhadap
variabel bebas (independen), apabila sig > 0,05 maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
c) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi menunjukkan korelasi
antara variabel independen. Untuk menguji terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat melihat nilai
tolerance dan VIF, apabila nilai VIF > 10 dan tolerance < 0.1 maka terdapat gejala multikolinearitas
(Ghozali, 2016).
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh independensi, kompetensi profesional dan
tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment. Persamaan regresi linear berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Y= ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + e……………………………….(1)
Keterangan :
Y = Kualitas Audit Judgment
ɑ = Konstanta
ß = Koefisien Regresi
X1 = Independensi
X2= Kompetensi Profesional
X3 = Tekanan Ketaatan
Ε = Standar Error
5. Pengujian Hipotesis
a) Uji Koefisien Determinasi (R2), untuk mengukur sejauh mana kemampuan model
menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai koefisien determinasi = 0 berarti variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
b) Uji Kelayakan Model (Uji F), dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari model regresi linier
berganda. Tingkat signifikan F = ɑ = 0.05, artinya variabel independen secara signifikan
memengaruhi variabel dependen dan model regresi dianggap layak untuk diuji (Ghozali, 2016).
c) Uji t-statistik (Uji T), membandingkan tingkat signifikan variabel bebas dengan ɑ = 0.05.
Tingkat signifikasi < 0.05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016).

Anda mungkin juga menyukai