A. Latar Belakang
Ginjal merupakan sepasang organ yang memiliki fungsi penting bagi tubuh
sebagai organ ekskresi, dimana ginjal akan mengeluarkan bahan-bahan sisa
metabolisme yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Selain organ ekskresi, ginjal juga
berfungsi untuk pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, osmolaritas, cairan
tubuh dan konsentrasi elektrolit, tekanan arteri, serta keseimbangan asam-basa,
ekskresi hormon dan glukoneogenesis (Guyton,2014).
Kerusakan yang terjadi pada organ ginjal dapat menyebabkan gangguan
struktur dan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
infeksi, tumor, penyakit metabolik, dan lain-lain (Aditya,2018). Penyakit gagal
ginjal diklasifikasikan menjadi dua penyakit ginjal akut dan penyakit ginjal
kronik. Penyakit ginjal kronik memiliki kriteria yaitu kerusakan fungsi ginjal yang
progresif, berupa kelainan struktural dan fungsional dengan atau tanpa disertai
penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yaitu kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2
yang terjadi lebih dari 3 bulan, sehingga memerlukan alat bantu untuk
menggantikan fungsi ginjal yaitu Terapi Penggantian Ginjal (TPG) (Pralisa,2020).
World Health Organization (WHO), mendata jumlah penderita gagal ginjal
kronik di dunia pada tahun 2013 meningkat 50%. Prevalensi gagal ginjal di dunia
secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hemodialisis
sekitar 1,5 juta orang. (Bayhakki,2017).
Menurut (Indonesian Renal Registry, 2018) , jumlah pasien baru dan pasien
aktif yang menjalani hemodialisis pada gagal ginjal kronik di indonesia dari tahun
2007-2018 mengalami peningkatan yaitu untuk jumlah pasien baru sebanyak
66.433 orang dan pasien aktif sebanyak 132.142 orang. Sedangkan prevalensi
pasien gagal ginjal akut hanya 6%. Prevalensi pasien gagal ginjal kronik pada
tahun 2018 di Sulawesi tengah > 3,8 % (KEMENKES,2018), dan berdasarkan
data rekam medik prevalensi pasien gagal ginjal kronik stadium 5 yang menjalani
1
di Palu pada tahun 2020 jumlah pasien rawat inap sebanyak 141 pasien, dan
jumlah pasien rawat jalan sebayak 143 pasien dan menjalani hemodialisis tahun
2020 sekitar 8.000 kali dengan frekuensi yang berbeda setiap pasien .
Pada pasien gagal ginjal kronik diperlukan terapi pengganti ginjal seperti
hemodialisis, peritoneal dialisis, dan trasplantasi ginjal. Pada terapi hemodialisis
terjadi sirkulasi di luar tubuh pasien, yang akan menyebabkan gangguan sistem
koagulasi darah. Oleh karena itu diperlukan pemberian heparin selama proses
dialisis berlangsung. Unfractionated heparin (UFH) merupakan jenis
antikoagulan yang paling umum digunakan. (Ujiani,2018)
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu merupakan salah satu rumah sakit
rujukan di kota palu untuk pasien gagal ginjal kronik yang membutuhkan terapi
hemodialisis dan memiliki jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis tahun 2020 sangat tinggi yaitu sekitar 8.000 kali hemodialisis dengan
frekuensi yang berbeda setiap pasien. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin
mengetahui bagaimana gambaran trombosit pada pasien yang terpapar
antikoagulan selama proses hemodialisis.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup
pesien penyakit ginjal kronik di RSU Undata Palu tahun 2020 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas
hidup pesien penyakit ginjal kronik di RSU Undata Palu tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako.
2
2. Bagi instansi
Dapat mengetahui hubungan antara lamanya hemodialisis dengan
kualitas hidup pesien penyakit ginjal kronik di RSU Undata Palu tahun
2020.
3. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pasien yang
menjalani hemodialisis mengenai hubungan antara lamanya
hemodialisis dengan kualitas hidup pesien penyakit ginjal kronik di RSU
Undata Palu tahun 2020.
E. Keaslian Penelitian
Table 1.1 Keaslian Penelitian
3
laki sebanyak 18 pasien
(60.0%) dan pasien jenis
kelamin perempuan sebanyak
12 pasien (40.0%), artinya
penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa
dengan jenis kelamin laki-
laki lebih banyak
dibandingkan dengan
penderita gagal ginjal
perempuan.
2. Nilai Trombosit Desain : deskriptif hasil bahwa sebanyak 32
Pada Pasien retrospektif pasien (66,67%) yang
Penyakit Gagal menjalani HD lebih dari 96
Ginjal Kronik Sampel : 32 pasien kali nilai trombositnya
Yang Menjalani normal dan pada kasus
Hemodialisis Di trombositopenia sebanyak
Unit Hemodialisis 15 pasien. Pasien PGK yang
Bagian/SMF Ilmu menjalani HD dan
Penyakit Dalam mengalami trombosiropenia
FK UNSRAT terbanyak pada umur 51-60
BLU RSUP Prof. dan 61-70 tahun, angka
Kandou Manado terbanyak pada pria
(Kaparang,2013) dibandingkan pada wanita.
4
Undergoing
Hemodialysis in
Surabaya
(Kahdina,2018)
4. The Effect of Desain: analitik penurunan jumlah trombosit
Hemodialysis on Sampel : 199 pasien sebanyak 99, 5% pada
Hemoglobin penderita gagal ginjal kronik
Concentration, di semua interval usia dan
Platelets Count hanya 0,5% pasien dengan
and White Blood nilai trombosit normal.
Cells Count in Penurunan trombosit yang
End Stage Renal paling tinggi pada usia 45-54
Failure tahun dan usia 75-84 tahun.
(Halim,2018)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
6
Glomerulus (LFG) dibagi menjadi lima stadium, semakin rendah Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) maka semakin tinggi stadium penyakitnya.
c. Patofisiologi
Patofisiologi pada gagal ginjal kronik didasari oleh etiologi.
Mekanisme awal yang terjadi adalah terjadi kerusakan pada jaringan
organ ginjal sehingga dapat menyebabkan pengurangan massa ginjal,
kemudian mengakibatkan proses adaptasi berupa hipertrofi dan
hiperplasia. Proses adapatasi tersebut hanya berlangsung sementara
waktu, dan kemudian akan menjadi maladaptasi berupa sklerosis nefron,
sehingga ginjal kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsinya. Hal
ini dapat dilihat dari LFG yang masih normal atau mengalami penurunan,
BUN dan kreatinin mengalami peningkatan(Hutagaol,2017).
7
Etiologi Jumlah
Hipertensi 19.427
Nefropati Diabetika 14.998
Tidak Diketahui 6.224
glomerulopati primer 5.447
lain-lain 2.768
pielonefritis kronik 1.641
nefropati obstruktif 1.800
nefropati asam urat 751
ginjal polikistik 498
nefropati lupus 386
Berdasarkan data (Indonesia Renal Registry, 2018) , etiologi
pada pasien gagal ginjal kronik yang paling banyak terjadi adalah
hipertensi sebesar 36% (n=19.427), diikuti nefropati diabetik 28%
(n=14.998), tidak diketahui 12% (n=6.224), glomerulopati primer 10%
(n=5.447), lain-lain 5% (n=2.768), pielonefritis kronik 3% (n=1.641),
nefropati obstruktif 3% (n=1.800), nefropati asam urat (n=751), ginjal
polikistik (n=498), dan nefropati lupus (n=386) masing-masing sebesar
1%.
2. Hemodialisis
a. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal
ginjal kronik stadium akhir. Hemodialisis berfungsi untuk membuang
zat-zat sisa metabolisme tubuh yang tidak digunakan oleh tubuh dan
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal
kronik. Proses hemodialis terjadi di luar tubuh pasien menggunakan
mesin dialisis. Terdapat tiga prinsip kerja hemodialisis yaitu, difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi. Pada proses difusi, zat atau limbah yang berada
didalam darah akan dikeluarkan, dengan cara bergerak dari konsentrasi
tinggi ke cairan dialisat yang memiliki konsentrasi rendah. Saat proses
osmosis, air yang berlebih di dalam tubuh akan di keluarkan dari tubuh
8
dengan cara bergerak dari tekanan tinggi ketekanan rendah sehingga air
dapat keluar dari tubuh pasien menuju ke cairan dialisat. Tekanan dapat
ditingkatkan dengan menambahkan tekanan negatif yang disebut
ultrafiltrasi pada mesin dialisis (Hutagaol,2017).
b. Indikasi Hemodialisis
Menurut Hutagaol 2017, Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien
dengan keadaan akut yang memerlukan terapi pengganti ginjal dalam
jangka pendek (beberapa hari atau beberapa minggu) dan pada pasien
kronik atau pasien stadium akhir yang memerlukan hemodialisis jangka
panjang atau permanen. Indikasi hemodialis yang dilakukan pada pasien
gagal ginjal kronis yaitu:
a. Laju filtrasi < 15 ml/menit
b. Kelebihan (overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan
dan atau hipertensi
c. kadar ureum > 200 mg/dl
d. kretinin > 65 mEq/L
e. anuria > 5 kali (hutagaol,2017)
f. hiperkalemia
g. anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoetin dan besi
h. asidosis metabolik
i. hiperfosfatemia
j. gangguan neurologi ( seperti neuropati, enselopati, dan gangguan
psikiatri) (Zasra,2018).
B. Kerangka Teori
Stadium akhir
a. Usia
9 b. Jenis kelamin
c. Frekuensi hemodialisis
d. Lama hemodialisis
Hemodialisis
Kualitas
Hidup
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
D. Landasan Teori
10
mengendalikan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara kompertemen
darah dan dialisat melalui membran semipermeabel (Yulianto,2017).
Menurut kamasita (2018), hemodialisis dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan memperpanjang harapan hidup pasien.
Pada proses hemodialisis pasien gagal ginal kronik terjadi aliran darah
diluar tubuh pasien, maka akan terbentuk proses koagulasi. Oleh sebab itu,
maka diperlukan antikoagulasi untuk mencegah terjadinya pembekuan darah
(Ujiani,2018).
D. Hipotesis
Hipotesis Korelatif : Terdapat hubungan antara lamanya hemodialisis
dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik di RSUD Undata Palu
tahun 2020.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Design Penelitian
Design penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan mengetahui
hubungan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis gagal
11
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Undata Palu
tahun 2020.
12
sedang menjalankan hemodialisis sehingga dapat memenuhi kriteria
sampel yang diinginkan dan lokasi rumah sakit yang strategis.
4. Waktu
Waktu pengumpulan data dalam penelitian ini pelaksanaannya
dimulai dari tanggal 11 Januari 2020 sampai dengan 17 Desember 2020.
13
No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil
ukur
1. Pasien gagal Pasien yang telah Kuesioner Nominal 1= Menderita
ginjal kronik didiagnosis oleh gagal ginjal
yang dokter berdasarkan kronik
menjalani anamnesis, 1= Tidak
Hemodialisis pemeriksaan fisik, Menderita
pemeriksaan gagal ginjal
penunjang dan kronik
tercatat
2. Usia Jumlah tahun hidup Kuesioner Ordinal 10-20 tahun
pasien pada saat 21-30 tahun
datang melakukan 31-40 tahun
pemeriksaan dan 41-50 tahun
tercatat 51-60 tahun
61-70 tahun
71-80 tahun
14
6. Lama Lamanya pasien Kuesioner Ordinal 1. baru
hemodialisis menjalani (<1 tahun)
hemodialisis 2. lama
(>1 tahun)
2 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dengan kuesioner yang diperoleh di Unit Hemodialisis RSUD
Undata Palu periode Januari-Desember 2020. Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket berupa kuesioner yang
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi pertanyaan
yang berkaitan dengan data demografi responden yang meliputi:umur, jenis
kelamin, dan pekerjaan. Bagian kedua yaitu kuesioner kualitas hidup. Yang
terdiri dari 26 pernyataan, dimana terdapat 16 pertanyaan tentang kesehatan
fisik dan 10 pertanyaan tentang kesehatan psikologis.
15
2. Reabilitas (Krombas Alfa)
Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur.
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif
sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.
Kuesioner penelitian ini telah diuji dengan reliabilitas internal yang
diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan.
Instrument terdiri dari 26 pernyataan atau dengan jumlah butir pernyataan
genap. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada
responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebanyak 30
orang.
4 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah menerima surat dari
institusi pendidikan Fakultas Kedokteran Untad Palu, ethikal clearance
dan memperoleh izin dari lokasi penelitian yaitu RSUD Undata Palu.
Kemudian peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti menjelaskan
kepada responden tentang tujuan, manfaat dari penelitian sebelum
menanyakan kesediaanya untuk terlibat dalam penelitian ini. Calon
responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani informed
consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti melakukan wawancara
atau pengisiian kuesioner kepada responden. Pengumpulan data melalui
lembar observasi dilakukan mulai hari pertama saat pengumpulan data
kuesioner.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, S., Azmi, S., Yanni, M. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemdialisis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 7 (2).
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Firani, N. K. (2018). Mengenali Sel- sel Darah dan Kelainan Darah. Malang :
UB Press
Guyton, A. C., Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC
viii
Intervention Di Unit Hemodialisis RS Royal Prima Medan Tahun 2016.
Jurnal JUMANTI. 2(1). http://jurnal.uinsu.ac.id
ix
Mescher, L. A. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. English:
McGrawHill Medical.
Melyda. 2017. Diagnosis dan Tatalaksana Acute Kidney Injury (AKI) Pada
Syok Septik. 44 (22). http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/
x
Djamil Padang. Jurnal kesehatan andalas. 9 (1).
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Ujiani, S., Tuntun, M., Hasibun, T. M. R. 2018. Perbedaan Nilai PDW, MPV,
Dan Jumlah Tombosit Pada Pre Dan Post Hemodialisa Pasien Gagal
Ginjal Kronik. jurnal Analis Kesehatan. 7(1). https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id.
Yulianto, D., Notobroto, H. B., Widodo. 2017. Analisis Ketahan Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Konis Dengan Hemodialisis Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Jurnal Management Kesehatan Yayasan RS Dr. Soetomo.
3(1). https://media.neliti.com/media/publications/258424-analisis-
Zasra, R., Harun, H., Azmi, S. 2018. Indikasi dan Persiapan Hemodialisis
Pada Penyait Ginjal Kronis. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(2).
http://jurnal.fk.unand.ac.id
xi