Anda di halaman 1dari 3

ASCE/SEI 7-16 mensyaratkan bahwa daya apung diperiksa untuk semua kedap air atau

kandang tertutup di dalam gedung. Hal ini juga membutuhkan daya apung menjadi
dipertimbangkan untuk semua bangunan dengan asumsi bahwa permukaan air telah
mencapai lebih rendah dari satu tingkat atau tinggi bagian atas jendela tingkat pertama,
tetapi tidak melebihi kedalaman genangan maksimum.

Struktur terbuka tanpa dinding dilantai pertama, atau dengan dinding penahan tsunami
yang dirancang khusus, adalah dibebaskan dari cek daya apung ini. Juga dikecualikan adalah
struktur di mana sifat tanah atau pondasi dan desain struktural mencegah penumpukan
tekanan hidrostatik di bagian bawah pondasi dan terendah
pelat struktural.

Dalam kasus seperti itu, tidak akan ada daya apung keseluruhan struktur.
Salah satu metode yang relatif sederhana untuk mencegah pengangkatan bangunan
secara keseluruhan karena daya apung adalah merancang pelat lantai dasar sebagai pelat
nonstruktural-on-grade, dengan sambungan isolasi antara slab dan pile cap dan grade
beam.

Tekanan hidrostatik di bawah pelat dapat mengakibatkan pengangkatan dan kegagalan


slab-on-grade, tetapi tidak akan mengangkat sisa bangunan.

Jika pelat tingkat pondasi adalah pelat struktural yang dihubungkan dengan penutup tiang
dan balok kelas, maka gaya angkat total akibat gaya apung harus ditahan oleh:
berat mati bangunan dan kapasitas tarik tiang pancang;. Adanya gerusan pada bagian atas
tumpukan akan mengurangi kapasitas tarik yang tersedia.

Load Case 1 di ASCE/SEI 7-16 mensyaratkan bahwa sistem struktur harus


dievaluasi untuk efek daya apung bersama dengan gaya hambat hidrodinamik pada
tingkat aliran yang sesuai dengan pemeriksaan daya apung.

2012

Kekuatan tsunami digabungkan pada keseluruhan


struktur sebagai berikut:
Reduksi gaya gelombang tsunami akibat adanya penghalang cukup bervariasi. Pada penghalang
berpenampang bujursangkar reduksi gaya gelombang tsunami berkisar 55,25%-62,40%. Pada
penghalang berpenampang lingkaran, reduksi gaya gelombang tsunami 33,94%-55,02%. Pada
penghalang elips reduksi gaya gelombang tsunami 12,72%-15,96%,dan pada penghalang setengah
elips reduksi gaya gelombang tsunami berkisar 29,14% -40.77%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh tata letak bangunan terhadap karateristik
kedalaman inundasi dan gaya tsunami pada bangunan menggunakan model numerik CADMAS-
SURF/3D. Untuk mengetahui karakteritik kedalaman inundasi digunakan 3variasi tinggi gelombang
datang yang berbeda yaitu 0,092 m, 0,0664 m dan 0,047 m. Penelitian ini menggunakan 4 (empat)
konfigurasi tata letak bangunan, yaitu :

1. Konfigurasi 1 : Tanpa ada bangunan lain didepan bangunan.


2. Konfigurasi 2 : Terdapat 1 bangunan tepat didepan bangunan pada jarak 40 cm.
3. Konfigurasi 3 : Terdapat 2 bangunan di depanpada jarak 40 cm dengan jarak antar bangunan
di depan 10 cm.
4. Konfigurasi 4 : Terdapat 2 bangunan di depanpada jarak 40 cm dengan jarak antar bangunan
di depan 20 cm.

Berdasarkan hasil didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Karakteristik Kedalaman inundasi pada bangunan adalah sebagai berikut:

1. Karakterisitik kedalaman inundasi menunjukkan profill muka air pada kondisi initial
(kedalaman inundasi awal) dan sustain (kedalaman inundasi lanjutan).
2. Semakin tinggi gelombang datang, semakin tinggi kedalaman inundasi yang terjadi baik pada
kondisi initial maupun sustain. Waktu datang gelombang juga semakin cepat.
3. Kedalaman inundasi tsunami di depan bangunan lebih besar dari pada kedalaman inundasi
tsunami di samping bangunan.
4. Jika titik pengukuran semakin mendekati bangunan yang ditinjau maka kedalaman inundasi
awal yang terjadi semakin besar.
5. Pada kedalaman inundasi lanjutan, jarak dari bangunan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kedalaman inundasi.

Karakteristik tekanan dan gaya tsunami pada bangunan adalah sebagai berikut:

1. Semakin tinggi gelombang datang, maka tekanan dan gaya tsunami yang tejadi semakin
besar
2. Semakin mendekati dasar bangunan, tekanan yang di hasilkan semakin besar.

Keberadaan bangunan lain di depan bangunan yang ditinjau dapat mengurangi kedalaman inundasi
dan gaya tsunami yang terjadi baik pada saat initial maupun sustain. Hal ini ditunjukkan oleh:
1. Tanpa adanya bangunan lain di depan menghasilkan kedalaman inundasi yang paling tinggi
baik di depan maupun samping bangunan yang di tinjau.
2. Di depan bangunan keberadaan 2 bangunan dengan jarak antara bangunan di depan lebih
kecil menghasilkan kedalaman inundasi paling rendah. Selanjutnya di samping bangunan
adanya 2 bangunan di depan dengan jarak antar bangunan di depan lebih besar
menghasilkan kedalaman inundasi paling rendah.
3. Tekanan dan gaya tsunami terbesar dihasilkan oleh pola tata letak tanpa ada bangunan di
depan, sedangkan adanya 2 bangunan di depan dengan jarak antar bangunan di depan yang
lebih kecil dapat mereduksi tekanan dan gaya terhadap bangunan sehingga tekanan yang
dihasilkan lebih kecil.

Sabrina Yahya (2017) “Pengaruh Tata Letak Bangunan Terhadap Kedalaman Inundasi Dan Gaya
Tsunami Pada Bangunan”

Anda mungkin juga menyukai